Ada satu kepuasan batin yang teramat sangat, yang hanya bisa dialami oleh mereka yang bergerak di bidang pendidikan atau pun pelatihan, yaitu ketika mendapati betapa proses pembelajaran yang kita fasilitasi pada para peserta menghasilkan dampak perubahan positif dalam diri mereka, baik itu perubahan pada sikap atau cara pandang, peningkatan pengetahuan, sampai ke dikuasainya keahlian yang kelak bisa mereka gunakan secara nyata dalam keseharian mereka.

Disadarinya proses belajar sebagai proses transformasi inilah yang sejak jaman dulu memicu para ahli di bidang pendidikan untuk mengkonsepkan berbagai cara mendesain proses belajar, agar proses belajar itu menghasilkan dampak transformatif dalam diri para pesertanya.

Terdapat ragam strategi mendesain pembelajaran dalam dunia pendidikan dan pelatihan profesional saat ini. Namun satu strategi yang bisa dikatakan memegang peranan penting dan menginspirasi lahirnya banyak strategi belajar lainnya adalah yang disebut sebagai “4MAT System”.

Diformulasikan pada tahun 1979 oleh Dr. Bernice McCarthy, seorang Guru di Chicago – Amerika, 4MAT System telah dikenal luas di dunia pendidikan dan pelatihan internasional sebagai strategi mendesain pembelajaran transformatif yang memfokuskan eksplorasinya pada gaya belajar alami manusia.

Dengan menggunakan 4MAT System, seorang instruktur atau pengajar bisa mendesain apa pun materi pembelajaran yang ia sampaikan agar materi itu tersampaikan dengan desain pembelajaran yang menghadirkan pengalaman belajar transformatif

Pengalaman belajar transformatif dalam 4MAT System terjadi karena adanya pemahaman atas gaya belajar alami manusia. 4MAT System menyimpulkan bahwa terdapat 4 siklus alami dalam diri manusia, yang mewakili 4 gaya belajar, ketika memproses sebuah pembelajaran. Ketika seseorang belajar dengan melalui 4 siklus ini maka keempat gaya belajar alami dalam dirinya terlalui dengan baik, yang kelak menghadirkan proses transformasi dalam dirinya atas materi yang ia pelajari.

4MAT terlahir dari perjalanan Dr. McCarthy dalam membersamai perjalanan para muridnya dimana ia mendapati bahwa meski kesemua murid memiliki potensi kecerdasan yang sama, tidak semua memiliki kesukaan yang sama atas proses pembelajaran yang mereka alami di sekolah.

Sebagai pendidik, Dr. McCarthy berinisiatif menyediakan sesi pembelajaran tambahan bagi para muridnya yang terkendala dalam belajar di sekolah dimana para guru lainnya sudah menyerah membersamai proses belajar mereka.

Di sesi pembelajaran inilah Dr. McCarthy mencoba menghadirkan pengalaman belajar yang membuat para murid tersebut—yang awalnya terkendala dalam belajar ini—jadi menikmati proses belajar dan jadi bisa menguasai materi-materi yang sebelumnya tidak mereka kuasai dengan baik.

Berbekal percobaan dan temuannya dalam menciptakan pengalaman belajar yang bersifat transformatif, Dr. McCarthy kemudian meneruskan pendidikannya di Northwestern University untuk meneliti dunia pembelajaran lebih lanjut, yang kemudian membawanya merumuskan 4MAT Model sebagai strategi mendesain pembelajaran yang bersifat transformatif

Meski bermula dari dunia pendidikan, efektivitas dan reputasi 4MAT mulai dikenali oleh para praktisi pembelajaran di berbagai organisasi/perusahaan. Hal ini yang kelak menjadi awal dari dilibatkannya 4MAT ke dalam proses pelatihan dan pembelajaran di organisasi untuk meningkatkan efektivitas pelatihan SDM di dalamnya.

Dalam perkembangannya. Dr. McCarthy pun kemudian terlibat dalam pengembangan desain pembelajaran di banyak organisasi dan perusahaan bertaraf internasional yang ingin menggunakan 4MAT dalam aktivitas belajar-mengajar SDM di dalamnya.

Sampai hari ini, di berbagai organisasi internasional, mulai dari pemerintahan sampai ke pendidikan dan perusahaan, 4MAT telah dikenal sebagai salah satu strategi pembelajaran yang memungkinkan para pengajar mendesain proses belajar yang efektif namun praktis, yang menjadikan setiap materi pembelajaran apa pun bisa dihadirkan secara interaktif dan menciptakan dampak transformatif dalam diri pesertanya.

Terlepas dari banyaknya forum-forum pembelajaran di Indonesia yang secara sekilas membahas efektivitas 4MAT System, cukup disayangkan belum banyak pembelajaran yang benar-benar secara resmi membahas 4MAT secara mendalam sebagaimana 4MAT diformulasikan oleh Dr. McCarthy.

Banyak bahasan dalam dunia pembelajaran yang membahas sistematika desain pembelajaran 4MAT yang terdiri dari “why”, “what”, “how” dan “what if”, dimana bahasan itu lebih banyak berhenti sampai di sana. Padahal sistematika pembelajaran tersebut baru mewakili sebagian kecil desain pembelaran yang terangkum dalam formulasi 4MAT Model

Hal ini cukup bisa dimaklumi. Terbatasnya akses pembelajaran untuk mengeksplorasi 4MAT System ini secara resmi menjadikan dinamika 4MAT ini belum dipahami dengan baik di Indonesia. Padahal, andai saja 4MAT ini dipahami secara tepat dan mendalam, ada begitu banyak proses belajar-mengajar yang bisa ditingkatkan efektivitasnya di berbagai bidang, entah itu pendidikan atau pun pelatihan profesional, yang menjadikan investasi yang dikeluarkan untuk proses belajar pun menjadi sepadan karenanya.