Analisa Body Syndrome di Balik Gejala Emosi
Daftar Isi
Ketika klien datang dan meminta bantuan hipnoterapis untuk mengatasi permasalahan yang mereka alami, mereka datang di tahapan dimana masalah emosi dan perilakunya berada di tahap ‘kebiasaan atau reflek otomatis – yang tidak disadari’, yang mereka ketahui hanya betapa semua itu menjadi gangguan dalam hidupnya.
Begitu juga dalam kasus psikosomatis, klien datang dengan keluhan sakit fisik yang tidak mereka ketahui asal-muasal dan alasannya, mereka hanya datang dengan ‘keluhan misterius’ yang tidak bisa mereka pahami dan menjadi gangguan dalam hidupnya.
Disinilah hipnoterapi berperan untuk membantu mengatasi gangguan klien di masa kini dengan menetralisir emosi negatif yang terbentuk dari rasa takut, luka batin dan pergelutan internal, serta merekontruksi ulang limiting belief yang juga terbentuk dari masa lalu dan juga membersihkan somatic memory yang bersarang di memori fisiologi akibat peristiwa masa lalu.
Namun untuk bisa menerapkan hipnoterapi secara tepat kita memerlukan pemahaman yang memadai akan cara kerja pikiran manusia dan bagaimana sebuah masalah terbentuk di pikiran bawah sadar, sampai menjadi masalah emosi, perilaku dan psikosomatis.
Di artikel ‘Terciptanya Masalah di Pikiran Bawah Sadar‘ kita sudah memahami dasar-dasar sederhana bagaimana sebuah masalah terbentuk di pikiran bawah sadar dan menjadi cikal-bakal dari masalah lain yang lebih besar di kemudian hari, di tulisan kali ini kita akan mengulas perspektif lain yang mengungkap bagaimana emosi yang tersimpan di pikiran bawah sadar turut terekam di anggota tubuh dan kelak termanifestasi menjadi penyakit fisik dan psikosomatis.
PERANAN RASA TAKUT/TRAUMA
Dalam perjalanan tumbuh kembang melalui serta memproses berbagai pengalaman hidup, bukan tidak mungkin kita mengalami peristiwa tertentu dimana di dalam peristiwa itu kita merasa takut, terancam dan tidak berdaya.
Perasaan takut ini bisa muncul karena: (1) kita melihat lingkungan menunjukkan reaksi takut pada suatu hal (identifikasi lingkungan) atau karena (2) pada dasarnya kita merasa hal dan peristiwa tersebut berpotensi mengancam keamanan dan/atau keselamatan kita sehingga kita merasa takut secara naluriah, atau bisa juga karena (3) sedang ada emosi intens yang muncul dalam diri kita atas hal lain, dimana emosi intens itu lalu terasosiasi pada hal dan peristiwa yang kita alami (asosiasi emosi).
Ketika seseorang berada dalam rasa takut yang intens di suatu peristiwa traumatis tertentu, terjadilah reaksi fisiologi yang intens dalam diri, terjadi peralihan dari fungsi otak yang lebih tinggi ke sistem syaraf otonom. Bahkan ketika peristiwa bermuatan emosi intens tersebut berlalu, sistem pertahanan diri masih berada di kondisi siaga, berjaga-jaga kalau ancaman serupa kembali terjadi.
Berbagai hal yang terjadi dalam satu waktu tersebut, terlebih itu mengancam keamanan atau keberlangsungan hidup kita, tidaklah kita lupakan begitu saja, melainkan terekam di dalam pikiran bawah sadar dan juga di sistem tubuh fisik (soma) yang merespon ketika peristiwa yang mengancam tadi berlangsung, ‘memori fisiologi’ inilah yang dimaksudkan sebagai somatic memory.
Ketika kita mengalami peristiwa serupa di kemudian hari – atau bahkan sekedar memiliki asosiasi serupa – dengan peristiwa traumatis yang membentuk emosi takut intens di masa lalu tersebut, maka memori lama itu pun kembali teraktivasi, bukan hanya secara mental namun juga secara fisik, memberikan sensasi fisik yang kurang lebih sama ketika peristiwa itu terjadi di masa lalu, yang mengaktifkan fungsi perlindungan otomatis, dimana rasa takut ini juga memberikan tanda bagi kita untuk ‘kabur dan menjauh’ dari bahaya yang sedang mengancam, mekanisme ini terjadi berulang sampai kelak hal ini menjadi kebiasaan otomatis.
Berbagai jenis masalah yang dibawa klien, yang berhubungan dengan fobia atau rasa takut intens pada objek tertentu di luar diri selalunya berhubungan dengan faktor ini, dimana rasa takut intens yang muncul sebenarnya merupakan pesan perlindungan dari pikiran bawah sadar agar kita menjauh dari objek atau situasi yang dianggapnya berbahaya menurut apa yang pernah dialami.
SOMATIC MEMORY
Sudah kita bahas sebelumnya bagaimana ketika seseorang berada di situasi yang melibatkan emosi intens, sesungguhnya memori dan emosi spesifik di kejadian itu tak kita lupakan begitu saja, melainkan terekam di dalam pikiran bawah sadar dan juga di sistem tubuh fisik (soma) yang merespon ketika peristiwa yang mengancam tadi berlangsung, dimana ‘memori fisik’ inilah yang dimaksudkan sebagai somatic memory.
Dalam perkembangannya, lebih jauh lagi, somatic memory bukan hanya terjadi dalam situasi yang menakutkan/traumatis, melainkan juga segala bentuk emosi, jika kita sadari, setiap kita berada dalam emosi apa pun – baik emosi yang menyenangkan atau pun sebaliknya – selalu ada reaksi fisik yang muncul menyertainya, pemahaman bahwa tubuh dan pikiran kita saling terhubung ini juga yang di kemudian hari melatari lahirnya model biopsikososial.
Terdapat dua muara dari somatic memory ini: pertama, ia aktif bersamaan dengan aktifnya memori dan emosi di pikiran bawah sadar ketika kita dihadapkan dengan stimulus yang membentuk kemunculan memori dan emosi itu di masa lalu, ketika memori dan emosi itu aktif karena stimulus eksternal, sensasi fisik pun ikut terasa menyertainya, misalnya saja yang terjadi pada orang yang merasa sesak dan pusing, atau sensasi fisik lainnya, ketika dihadapkan dengan objek fobia yang memang sangat ditakutinya.
Yang kedua, somatic memory itu terus ‘terperangkap’ dalam diri dan mempengaruhi cara kerja organ fisik sehingga ia pun turut menyebabkan munculnya penyakit fisik dan psikosomatis, dasar pemahaman tentang terperangkapnya somatic memory ini kemudian dipetakan secara praktis dalam bentuk body syndrome.
BODY SYNDROME
Pemahaman body syndrome ditemukan oleh John Kappas M.A., Ph.D., M.F.T, seorang Marriage & Family Therapist di Amerika. Pemahaman body syndrome mengacu pada pemahaman dasar somatic memory bahwa ketika seseorang mengalami stres atau entrofi maka somatic memory atas stress tersebut akan berdiam di anggota tubuh. Berdasarkan penelitiannya, Kappas menyimpulkan bahwa karena somatic memory atas stres berdiam di anggota tubuh dan karenanya somatic memory tersebut menyebabkan gangguan pada anggota tubuh dimana ia berada, maka begitu juga gangguan pada anggota tubuh hendaknya menjadi petunjuk jenis stres apa yang tersimpan di sana.
Kappas kemudian membagi pemetaannya atas 5 besar bagian tubuh beserta gejala yang ditampakkannya:
The Crying Syndrome
Sindrom ini mencakup bagian tubuh dari pusar ke atas, meliputi dada, kepala dan leher bagian belakang. Penyebab dari Crying Syndrome adalah kesulitan untuk membuat keputusan yang biasanya dikarenakan pengalaman pahit masa lalu, pengalaman pahit ini bisa muncul dari fear, rejection atau pun confusion.
Salah satu gejala yang paling umum dari Crying Syndrome adalah sakit kepala, rasa frustrasi dari ketidakmampuan membuat keputusan menyebabkan otak mengirim sinyal pada otot kulit kepala hingga mengencang, menyebabkan rasa sakit. Ada kalanya pengencangan ini terjadi dengan sedemikian kuatnya, sampai menjadi migrain.
Beberapa tanda lain yang mudah dikenali dari Crying Syndrome adalah mata berair, sinus, penyempitan otort kerongkongan, peningkatan kadar asam lambung, mengencangnya otot rahang atau gigi yang bergemeretak (bruxism).
The Responsibility Syndrome
Area yang terpengaruh oleh Responsibility Syndrome adalah bahu, pundak belakang dan tulang belakang bagian atas. Penyebab dari sindrom ini adalah memikul terlalu banyak tanggungjawab dan khawatir akan beratnya tanggungjawab tersebut, merasa tidak mampu menerima atau menghadapinya. Biasanya masalah dari Responsibility Syndrome nampak dalam bentuk pengencangan otot belakang dan pundak yang mengakibatkan pegal-pegal.
Rasa takut dan rasa penolakan cukup menjadi tema utama dari sindrom yang satu ini, karena dari keduanyalah muncul rasa khawatir dan rasa waswas untuk menghadapi kenyataan.
Sexual Frustration & Guilty Syndrome
Area yang terpengaruh oleh Sexual Frustration & Guilty Syndrome adalah kelamin, perut dan punggung bagian bawah. Penyebab dari sindrom ini adalah frustrasi seksual, rasa bersalah karena melanggar dogma spiritual, rasa bersalah, perasaan berkhianat, ketakutan pada aktivitas seksual. Gejala yang nampak biasanya berupa keram pada bagian perut, sembelit, asam lambung, kekeraman berlebih saat menstruasi, pendarahan berlebih atau tidak ada pendarahan sama sekali ketika menstruasi, infeksi pada rahim, masalah prostat dan ginjal.
Kemarahan dan penyesalan cukup menjadi warna umum dari sindrom yang satu ini, perasaan sulit mengungkapkan apa yang dipikirkan dan bergejolak dalam pemikiran sendiri cukup sering berkontribusi menyebabkan munculnya gejala-gejala ini.
Fight or Reaching Syndrome
Area yang terpengaruh oleh Fight or Reaching Syndrome adalah tangan, lengan dan jari-jari tangan. Permasalahan psikologis yang terjadi biasanya berhubungan dengan kebutuhan untuk mengekspresikan diri yang terhambat, ketidakmampuan untuk mendapatkan sesuatu karena perasaan rendah diri dan perasaan tidak layak (rejection) ketika gagal mendapatkan sesuatu.
Gejala yang cukup umum berhubungan dengan sinrom ini adalah kutil, pengencangan otot di bagian lengan dan tangan, tangan menjadi hangat atau dingin berlebih. Encok dan rematik adalah salah satu masalah lainnya.
Flight Syndrome
Area yang terpengaruh adalah paha sampai kaki, menunjukkan keinginan untuk melarikan diri, baik secara fisik atau pun secara mental, dari situasi atau keterlibatan tertentu. Penyebab psikologisnya bisa jadi ketakutan (fear) menghadapi situasi tertentu karena mereka bisa sedemikian menyakitkan, membosankan atau takut gagal.
Gejala yang nampak bisa berupa memar di jari kaki atau telapak kaki, kaki yang dingin karena sirkulasi darah yang buruk dan rasa sakit di bagian paha.
MENGGUNAKAN PEMAHAMAN BODY SYNDROME
Menggunakan pemahaman ini, ketika klien datang dengan isu psikosomatis atau sakit pada tubuh fisik, maka berdasarkan keluhan akan bagian tubuh yang merasakan gejala sakit tersebut dan gejala masalah yang ditimbulkannya, paling tidak kita sudah mulai bisa memperkirakan jenis emosi yang melandasinya.
Dalam proses terapi, penting bagi kita untuk mengetahui cara mengidentifikasi, mengakses dan menetralisir somatic memory ini, karena jika kita membersihkan memori dan emosi klien tanpa melepaskan beban somatic memory yang masih terperangkap di tubuh fisik, selalu ada kemungkinan somatic memory ini bermutasi atau bergabung dengan masalah lain di pikiran bawah sadar dan mengaktifkan masalah lain yang seharusnya tidak perlu aktif.
Terlepas dari apa pun faktornya, inti dari faktor penyebab utama adalah terjadinya suatu stimulus atau pengalaman pada diri kita di masa lalu yang membentuk rasa takut (fear), rendah diri (rejection), atau keyakinan yang membatasi (imprint) di pikiran bawah sadar.
Diri kita di masa kini merasakan gangguannya tapi kesulitan mengidentifikasi dari mana semua masalah itu sebenarnya berawal, disinilah hypnoanalysis berperan mengungkap bagaimana faktor ini terbentuk secara spesifik sehingga kita bisa merekontruksinya di masa lalu untuk menetralisir efeknya di masa kini.
Sedikit berbeda dengan kemarahan dan penyesalan, yang satu ini biasanya masih bisa kita ingat secara sadar karena tertuju pada kejadian dan orang spesifik, hanya saja sulit untuk kita ekspresikan saking semua beban yang tidak terungkapkan atas hal itu terakumulasi menjadi satu dan bergejolak di dalam diri (rumination).
Dalam sesi hipnoterapi kita bisa meminimalisir resistensi atau hambatan yang membuat seseorang sulit untuk bisa mengungkapkan semua ganjalan ini dalam kesadaran normal dan lalu melepaskan ganjalan yang selama ini tidak terekspresikan dari pikiran bawah sadar sampai pikiran bawah sadar kembali mendapatkan resolusi yang dibutuhkannya dan kemarahan atau penyesalan itu reda.
Sehubungan dengan aktifnya memori psikologis di pikiran bawah sadar yang memicu munculnya emosi negatif – baik itu rasa takut, tidak layak atau pun kemarahan dan penyesalan – akan muncul somatic memory menyertainya, inilah juga yang hipnoterapis perlu identifikasi agar keterhubungan dari tubuh dan pikiran ini bisa kita ungkap sejak awal dan proses intervensi yang kita rancang pun memadai untuk bisa merekontruksi faktor penyebab utama ini, bukan hanya di tataran memori mental dan emosi, namun juga di tataran tubuh fisik.
Bahasan kita di artikel ini dimaksudkan untuk menegaskan bagaimana sebuah masalah bisa terbentuk di pikiran bawah sadar melalui peristiwa spesifik tertentu di masa lalu, hal ini sangatlah penting karena segala teknik penanganan kita akan bermula dari temuan di dalam proses hypnoanalysis, dari data temuan inilah teknik penanganan difasilitasi sesuai dengan karakter dan kebutuhan dari pikiran bawah sadar yang terbentuk di detail peristiwa yang menjadi akar masalah tersebut.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang coaching, konseling dan/atau psikoterapi? Memerlukan layanan coaching, konseling dan/atau psikoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari coaching, konseling dan/atau psikoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.