Aplikasi Resource Therapy Untuk Pelangsingan
Daftar Isi
Pelangsingan (slimming) adalah salah satu program yang tergolong “laku” dalam dunia hipnoterapi, dimana seseorang yang ingin “melangsing” dibantu untuk bisa mendapatkan tubuh yang lebih langsing melalui penyelarasan cara kerja pikiran.
Disebut sebagai “penyelarasan cara kerja pikiran” karena memang dalam perjalanan seseorang untuk bisa melangsing, terdapat serangkaian hambatan yang kerap kali bermula dari pikiran bawah sadar yang menjadikan proses pelangsingan ini terkendala, keinginan seseorang untuk bisa menjadi langsing – yang bermula dari pikiran sadar – “berkonflik” dengan program yang ada di pikiran bawah sadar, yang tidak menghendaki untuk melangsing.
Beranjak pada fenomena itu, dengan perbandingan proporsi kekuatan 1: 9 antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, tidak heran kalau proses melangsing ini menjadi suatu tantangan tersendiri, 10% kehendak dari pikiran sadar “disabotase” oleh 90% program di pikiran bawah sadar yang tidak menginginkan hal yang dikehendaki oleh pikiran sadar – untuk bisa melangsing – terjadi.
Disinilah hipnoterapi memberikan sebuah alternatif untuk membantu proses pelangsingan ini agar ia bisa terjadi dengan lebih efektif, dengan menyelaraskan cara kerja pikiran bawah sadar, agar pikiran bawah sadar setuju dan mendukung kehendak seseorang untuk bisa melangsing dan sehat, yang dalam perkembangannya lebih umum dikemas dengan nama hypnoslimming.
Namun demikian, dewasa ini proses pelangsingan ini mendapatkan tempat tersendiri dalam pendekatan kompelementer lain, seperti coaching, yang menjadikan munculnya juga program bernafaskan sejenis – untuk membantu proses pelangsingan seseorang – namun dalam balutan format coaching.
Ketika proses pelangsingan ini dilakuan dalam format coaching, Resource Therapy (RT) menjadi sebuah teknik tersendiri yang membantu menjadikan proses pelangsingan ini bisa berjalan dengan lebih efektif.
Tulisan ini dibuat untuk secara spesifik mengeksplorasi berbagai aspek dalam keilmuan teknologi pikiran – khususnya yang berbasis hipnoterapi – yang berperan di balik sebuah proses melangsing, serta bagaimana RT bisa menjadi solusi untuk turut menciptakan proses pelangsingan ini agar prosesnya berjalan dengan lebih efektif.
ESENSI DARI “MELANGSING”
Jika ditanya apa esensi dari melangsing, besar kemungkinan kebanyakan orang akan menjawab bahwa ia terasosiasi dengan dua hal: kesehatan dan penampilan.
Demikianlah, dari sudut pandang “kesehatan”, seseorang dengan berat badan berlebih (obesitas) sudah pasti akan mengalami konsekwensi tersendiri dari kondisi ini, yang kelak mempengaruhi kondisi kesehatannya, dari mulai kesulitan beraktivitas sampai ke gangguan fungsi organ dalam berbagai bentuknya, yang kemudian menggerogoti kondisi kesehatan dan kualitas hidup.
Membicarakan kualitas hidup yang “tergerogoti”, dari sudut pandang “penampilan” sendiri bukankah bisa kita dapati bahwa ada begitu banyak orang dengan kondisi berat badan berlebih ini, yang kelak mengalami gejala ketidakpercayaan diri, dimana hal ini – baik secara langsung atau tidak – mempengaruhi caranya menjalani kualitas hidupnya?
Meski mungkin saja terdengar konyol, tidak lazim juga beberapa kisah perselingkuhan dilakukan oleh mereka yang sudah menikah karena dilatari fenomena ini, hanya karena ukuran tubuh pasangannya “membengkak” – yang mempengaruhi penampilannya – seseorang lantas tergoda oleh sosok lain yang dirasanya memilikiu bentuk tubuh yang lebih ideal dari pasangan sahnya.
Hal ini juga yang menjadikan “program berbasis pelangsingan” ini mendapatkan tempat tersendiri di benak mereka yang merasa gelisah karena kesulitan untuk bisa melangsing ini, baik itu yang bertujuan untuk memperbaiki aspek kesehatan, penampilan, atau bahkan hubungannya bersama pasangan.
Namun demikian, satu kata kunci yang tidak boleh kita abaikan dalam melangsing ini justru terletak pada “kesehatan”, yang menjadikan definisi dari melangsing ini tidaklah boleh melanggar kriteria dari sehat itu sendiri.
Hal ini menjadikan proses melangsing ini hendaknya bukan sebuah proses yang dilakukan secara gegabah, baik melalui pendekatan apa pun. Secara etis, hal ini menegaskan bahwa proses pelangsingan ini hendaknya selalu dilakukan dengan berkesadaran dan berpengetahuan.
Berkesadaran artinya proses pelangsingan ini dilakukan dengan sebuah tekad dan niat yang kuat dari pelakunya, sementara berpengetahuan artinya hasil akhirnya (target kondisi langsing) ditetapkan dengan tidak menyalahi kaidah kesehatan yang ada, dimana hal ini akan cukup banyak terhubung dengan penghitungan komposisi berat tubuh ideal seseorang.
Artinya, definisi dari langsing ini hendaknya tidak menjadi sebuah kondisi yang ketika seseorang alami justru malah menjadikan kondisinya lemah, letih, lesu, sakit-sakitan atau kesulitan beraktivitas lainnya, hanya karena ternyata hasil akhir dari kondisi langsingnya itu menjadikan berat tubuhnya malah menjadi di bawah batas sehat yang ideal. Hal ini yang kelak melatari keberadaan dari rumus dan formula penghitungan komposisi berat tubuh ideal seseorang, dimana hasil akhir dari kondisi langsing ini hendaknya tidak melanggar angka hasil perhitungan rumus tersebut.
Tulisan ini tidak akan membahas tata cara penghitungan komposisi berat tubuh ideal dan lika-likunya, karena sudah cukup banyak literatur yang bertebaran di luar sana yang membahas hal tersebut, Anda dipersilakan menemukan ulasan lebih lengkapnya di berbagai artikel yang ada tersebut.
FAKTOR PEMBENTUK LANGSING
Sebagai sebuah kondisi, “langsing” adalah sebuah hasil akhir, atau akibat. Artinya, ada proses atau sebab yang membentuk keberadaannya.
Proses yang membentuk keberadaan langsing ini tentu tidak akan bisa lepas dari gaya hidup seseorang, yang akan berhubungan dengan kebiasaannya, tepatnya: kebiasaan bergerak, kebiasaan memasukkan nutrisi ke dalam tubuh (makan dan minum), dan kebiasaan berpikir.
Ketiga kebiasaan dan gaya hidup ini selalu terhubung satu sama lain, oleh karena itu proses “penataan” tubuh menuju langsing hendaknya dilakukan dengan menyasar ketiga kebiasaan tersebut.
Mari kita urai berbagai hal yang lebih mendetail di balik semua proses tadi.
Seseorang dengan kebiasaan berpikir yang tidak sehat (adanya stres atau trauma/luka batin yang tidak terselesaikan) akan lebih mudah merasa “lapar”, dimana rasa lapar ini kemudian menjadikannya “makan lebih banyak”, dan bahkan berlebih.
Namun demikian rasa lapar ini akan terbagi menjadi dua: (1) rasa lapar untuk mengganti energi yang hilang karena stres atau berpikir berlebih/overthinking, (2) rasa lapar untuk meredakan gejolak psikis yang mengganggu, meresahkan, menjadikan sesesorang gelisah, tidak tenang dan sejenisnya, yang bersumber dari adanya trauma atau luka batin.
Jika energi dari makanan yang masuk kadarnya sebanding dengan kadar energi yang hilang (bisa akibat stres atau overthinking), maka proses penambahan berat badan tidak akan terlalu berlebih adanya, karena proses energi hilang dan energi masuk ini seimbang, hal ini menjadikan adanya orang-orang tertentu yang meski makan banyak, tetap saja berat dan ukuran tubuhnya “minimalis”.
Tapi ada kalanya juga energi dari makanan yang masuk ini kadarnya justru melebihi kadar energi yang hilang, karena ada luka batin atau trauma yang mengaktifkan mekanisme perlindungan (defense mechanism) yang “menuntut” untuk mendapatkan asupan makanan lebih banyak agar luka batin itu tidak terasa bergejolak dalam diri.
Dengan kata lain: makan berlebih melebihi kadar energi yang diperlukan menjadi sebuah pelarian tersendiri, yang menjadikan seseorang lebih bisa terhindar dari kemunculan gejolak luka yang membayangi dirinya, karena tanpa adanya makanan yang masuk itu ia akan merasakan kecemasan, kegelisahan dan berbagai ketidaknyamanan lainnya.
Jika kadar energi berlebih yang didapat dari makanan berlebih ini kemudian digunakan oleh beraktivitas atau berolahraga, maka energi ini tidak akan menumpuk, lagi-lagi seseorang lebih mudah menjaga berat dan bentuk tubuhnya karenanya.
Tapi disini juga justru terletak paradoks berikutnya, tidak jarang mereka yang memiliki kadar energi berlebih yang menumpuk dalam diri ini – akibat stres dan akumulasi trauma – justru malah mengalami kondisi “malas bergerak”, karena kehilangan gairah untuk menjalani hidup berkualitas, kekuatan fisiknya jadi rendah dan stamina psikisnya pun lemah kadarnya, alhasil kadar energi yang berlebih – sebagai hasil dari makan berlebih – ini jadi menumpuk dan terkonversi menjadi berat dan ukuran tubuh yang berlebih juga karenanya.
Bukankah bisa kita dapati bahwa kebiasaan berpikir ini ternyata melandasi berbagai kebiasaan lainnya, betapa jika kebiasaan berpikir ini sehat maka sehat juga kebiasaan makan dan bergerak ini?
Dari penjelasan gamblang yang sudah kita simak di bagian sebelumnya tadi, bisa kita dapati bahwa faktor-faktor yang menghambat proses melangsing terbentuk dari tidak proporsionalnya energi yang masuk dan energi yang keluar, dimana semua ini kerap kali bermula dari kebiasaan berpikir yang tidak sehat, yang melatari seseorang untuk makan berlebih dan malas bergerak, yang menjadikan munculnya penumpukan energi yang berdampak pada kelebihan berat badan dan ukuran tubuh yang tidak ideal.
Ya, hal ini yang melandasi penerapan hipnoterapi untuk pelangsingan, tepatnya: menerapkan serangkaian teknik terapi dalam kondisi hipnosis untuk meredakan stres dan menyembuhkan trauma atau luka batin dalam diri yang melatari munculnya kebiasaan atau pola yang menyebabkan seseorang mengalami kelebihan berat badan dan ukuran tubuh yang tidak ideal.
Dalam format coaching untuk pelangsingan, yang seorang Coach lakukan adalah menetapkan serangkaian indikator kebiasaan dan perilaku ideal (kebiasaan berpikir, makan dan bergerak) yang menjadi kunci dari bentuk tubuh yang ideal, ia lalu memfasilitasi klien untuk bisa memenuhi berbagai perilaku kunci tersebut, sampai nantinya dengan memenuhi indikator perilaku kunci itu kondisi langsing tercipta dengan sendirinya.
Disinilah RT menjadi alat bantu yang memungkinkan seorang Coach untuk lebih bisa memfasilitasi perubahan perilaku pendukung kondisi langsing ini dengan lebih efektif.
Dengan format pelaksanaannya yang menitikberatkan pada peran aktif klien untuk melibatkan dirinya dalam proses pelangsingannya, RT memungkinkan Coach dan klien untuk sama-sama berfokus pada aktifnya mode berpikir ideal yang melatari perilaku ideal yang perlu dipenuhi agar kondisi langsing ini tercapai pada akhirnya.
CARA PANDANG RT DALAM PELANGSINGAN
Sebagai bagian dari Parts-Based Psychotherapy, RT memandang bahwa di balik setiap pemikiran, perasaan dan perilaku yang seseorang tampilkan, terdapat keberadaan personality parts yang melatari kemunculan pikiran, perasaan dan perilaku itu, tidak ubahnya sebuah mode internal yang kita gunakan untuk merespon kehidupan di luar diri kita.
Catatan: berbagai tulisan tentang personality parts dan RT sudah cukup banyak dimuat di website ini, jika Anda masih tergolong baru atau belum cukup familiar dengan bahasan ini silakan temukan kumpulan tulisan tentang personality parts dan RT ini dengan klik di sini.
Jika mode internal – yang melambangkan aktifnya personality parts spesifik – ini berada dalam kondisi yang sehat, maka ideal juga respon berpikir dan berperilaku seseorang, dimana definisi ideal ini diartikan sebagai “mendukung kondisi ideal yang seseorang inginkan”.
Artinya, di balik sebuah perilaku yang mendukung proses pelangsingan, tersimpan keberadaan personality parts yang mendukung perilaku yang mendukung proses melangsing.
Begitu juga di balik perilaku yang menghambat seseorang melangsing, terdapat keberadaan personality parts yang menghambat seseorang untuk menunjukkan perilaku ideal yang bisa membantunya melangsing dengan efektif.
Keberadaan dari personality parts dalam RT disebut sebagai Resource State.
Resource State yang aktif dalam kondisi yang sehat dan fungsional – yang melatari aktifnya pemikiran dan perilaku yang sehat – disebut sebagai Normal Resource State.
Keberadaan dari Normal Resource State inilah yang melatari munculnya pemikiran dan perilaku yang mendukung dan membantu seseorang untuk bisa melangsing dengan lebih ideal.
Sebaliknya, terdapat kondisi-kondisi tertentu dimana Resource State dalam diri seseorang mengalami permasalahan dan aktif di situasi tertentu yang tidak tepat, yang menjadikan seseorang mengalami permasalahan atau hambatan kualitas hidup karenanya, termasuk untuk bisa melangsing.
Jenis-jenis permasalahan yang dialami Resource State ini dalam RT dipetakan ke dalam 8 jenis Resource State Pathology, dimana terdapat satu jenis Resource Pathology yang didapati paling banyak berhubungan dengan hambatan untuk melangsing ini, yaitu kondisi yang disebut Retro Avoiding State.
Retro Avoiding State melambangkan aktifnya Resource State yang mengaktifkan perilaku yang sulit dikendalikan (contohnya, kebiasaan makan berlebih yang tidak terkendali), dimana keaktifan dari Resource State ini dilatari oleh sebuah mekanisme perlindungan untuk meredakan gejala ketidaknyamanan yang dimunculkan oleh aktifnya Vaded State dalam diri seseorang, terutama Vaded with Fear atau Vaded with Rejection.
Munculnya gejolak stres atau adanya luka/trauma dalam diri seseorang melambangkan keberadaan Vaded State di pikiran bawah sadar (underlying state) diri yang teraktifkan oleh stimulus tertentu, jika Vaded State ini sampai naik ke permukaan pikiran sadar (concsious state) maka seseorang akan mengalami gejala ketidaknyamanan yang mengganggu, disinilah Retro Avoiding State menjalankan fungsinya untuk “menekan” agar Vaded State tidak naik ke permukaan, dengan memunculkan perilaku yang membuat seseorang lupa diri dan hanya fokus pada perilaku itu.
Masalahnya adalah, perilaku yang dilatari oleh Retro Avoiding State ini kerap kali adalah perilaku yang mungkin di satu sisi mendatangkan kesenangan atau kenyamanan, tapi di sisi lain membawa dampak yang merugikan. Contohnya dalam kasus ketika seseorang kesulitan mengedalikan kebiasaan makannya, di satu sisi ia merasa tenang ketika makan, tapi di sisi lain ia juga gemas karena ia ingin melangsing tapi tidak bisa melakukannya, karena keaktifan Retro Avoiding State ini tidak bisa dikendalikannya.
Retro Avoiding State tidaklah jahat, ia justru berkeinginan melindungi seseorang dari ketidaknyamanan, hanya saja ia tidak punya pengetahuan yang memadai atas bentuk perilaku ideal yang bisa membuat seseorang merasa lebih baik, maka yang dilakukannya adalah yang diketahuinya, meski hal itu tidak ideal atau tidak sejalan dengan harapan seseorang atas sebuah kondisi lain yang dirasanya lebih ideal.
CARA KERJA RT DALAM PELANGSINGAN
Beranjak dari pemahaman akan cara pandang RT atas sebuah proses pelangsingan, bisa kita dapati bahwa yang menjadi kunci penting dari RT dalam proses pelangsingan adalah memastikan Resource State dalam diri seseorang – yang terhubung dengan perilaku melangsing – berada dalam kondisi sehat, bersepakat dan mendukungnya untuk mencapai kondisi langsing yang ideal sesuai harapannya.
Ada pun tahapan dan cara kerja RT dalam pelangsingan – mengikuti kaidah A.C.A.R dalam RT Process – bisa dibagi sebagai berikut:
Tahap 1 dari RT Process: Aim
Aim adalah tahapan esensial dalam RT dimana Resource Therapist menyepakati arah ideal dari perubahan klien.
Dalam konteks pelangsingan, arah perubahan ideal ini mengacu pada perubahan kebiasaan yang ideal yang harus seseorang tampilkan, yang akan mendukungnya untuk bisa melangsing, yaitu perubahan pada pola makan dan pola gerak, menjadi pola makan dan pola gerak yang ideal yang sejalan dengan hasil akhir melangsing yang diharapkan.
Tahap 2 dari RT Process: Classify
Classify adalah tahapan memetakan hambatan yang dialami seseorang untuk bisa mewujudkan perilaku ideal yang ditetapkan di tahapan Aim sebelumnya.
Dalam hal ini, yang biasanya menghambat seseorang untuk melakukan pola makan yang sehat biasanya adalah keberadaan dari Retro Avoiding State, meski pun dalam beberapa kasus bisa saja Conflicted State.
Apa yang membedakan keduanya? Dalam kemunculan Retro Avoiding State seseorang benar-benar “lupa diri” dalam menikmati, ia kehilangan kendali kesadarannya ketika makan dan asyik sendiri, barulah setelah aktivitas itu berlalu ia menyesalinya.
Sementara dalam kemunculan Conflicted State seseorang merasakan “perlawanan” ketika ia makan berlebih, ia tahu dan sadar bahwa yang dilakukannya salah, ia bahkan tidak menikmati makan berlebihnya itu, tapi dorongan untuk memasukkan makanan ke dalam tubuh itu tidak bisa dilawannya begitu saja.
Berikutnya, sehubungan dengan pola gerak kita memerlukan penggalian lebih lanjut atas hambatan yang dialami seseorang untuk bisa bergerak ideal ini, apakah kesulitan untuk bergerak aktif/berolahraga ini muncul karena kesalahan pengelolaan aktivitas (pengelolaan diri dalam menjalani waktu), ataukah ia bermula dari rasa malas, ataukah ia bermula dari tidak aktifnya Resource State yang ideal untuk aktif menjalankan perilaku ini.
Tahap 3 dari RT Process: Action
Perilaku ideal sudah ditentukan, hambatan juga sudah diketahui, berikutnya barulah kita menerapkan rangkaian teknik RT Actions untuk menyelesaikan hambatan itu.
Dalam kasus Retro Avoiding State, yang perlu kita lakukan adalah memastikan bahwa kita bisa mengungkap keberadaan dari Vaded State yang melatari kemunculan dari Retro Avoiding State dan mengembalikan Vaded State ke kondisi normalnya.
Setelah Vaded State kembali ke kondisi normal, yang bisa kita lakukan berikutnya adalah memastikan Retro State mengubah mekanisme perlindungannya, tidak lagi dengan makan makanan berlebih, melainkan dengan cara yang lebih sehat, atau memintanya bertukar peran dengan Resource State lain yang lebih siap menjalankan perilaku yang mendukung proses pelangsingan (dilakukan melalui RT Actions yang disebut Find Resource), sementara Retro State dialihkan tugasnya ke aktivitas lain yang lebih “aman” dan tidak merintangi seseorang untuk melangsing, demikian sampai dicapai kesepakatan yang ideal dengan Retro State ini.
Dalam kasus Conflicted State, hal yang sama berlaku dengan penyelesaian Retro Avoiding State sebelumnya, karena besar kemungkinan salah satu Resource State yang berkonflik itu adalah Resource State dalam kondisi Retro Avoiding State, bedanya adalah kita menerapkan serangkaian proses mediasi Conclicted State antar Retro State dengan Resource State yang merasa gemas padanya, yang ditujukan agar Resource State yang berkonflik ini bisa saling menghargai satu sama lain dan menciptakan harmoni internal pada akhirnya.
Mungkin ada pertanyaan: mengapa tidak dengan penyelesaian Retro Avoiding State saja, mengapa harus melibatkan prinsip mediasi Conflicted State juga agar tercapai harmoni internal?
Jawabannya adalah, karena harmoni internal ini penting agar seseorang bukan hanya bisa melangsing, tapi bahkan “melangsing dengan bahagia”.
Sementara dalam kondisi Dissonant State dimana seseorang tidak memiliki Resource State yang tepat, yang bisa aktif di waktu yang tepat untuk membantunya bergerak aktif atau berolahraga dengan ideal, kita bisa melakukan RT Actions – Find Resource, lagi-lagi untuk memastikan ada Resource State yang siap menjalankan tugas untuk bergerak aktif atau berolahraga dengan ideal ini.
Resource State yang bertugas untuk menjalakan tugas ini bisa Resource State yang memang sudah menjalankan tugas yang mirip sebelumnya, misalnya Resource State yang memang dasarnya “sering berjalan ke tempat kerja” atau “sering naik-turun tangga”, atau jika Resource State ini tidak ada kita bisa meminta Resource State mana pun yang secara khusus ditugaskan untuk mengemban tugas ini, lalu memintanya belajar untuk mulai mengadaptasi perilaku ini sampai ia terbiasa.
Tahap 4 dari RT Process: Review
Merupakan tahap terakhir dari RT Process, dimana Resource Therapist mengevaluasi sesi yang sudah difasilitasinya dengan mendiskusikan kesan dan pengalaman yang klien lalui sepanjang sesi, serta memberikan tugas untuk klien mengamati perubahan yang dialaminya setelah sesi, termasuk menyepakati pelaksanaan fase berikutnya.
Ada pun rangkaian dari proses dan fase ini akan bergantung pada kebijaksanaan Resource Therapist sebagai praktisi yang mendesain arah perubahan yang difasilitasinya pada klien.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang Resource Therapy? Memerlukan layanan Resource Therapy untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari Resource Therapy secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.