Bahaya Di Balik Sesi Hipnoterapi Online
Bukan sekali dua kali saya mendapatkan pertanyaan – dan permintaan – sehubungan dengan sesi hipnoterapi online.
Jawaban saya selalu sama adanya, yaitu saya tidak menyediakan sesi hipnoterapi online.
Dalam layanan yang saya sediakan, hipnoterapi menjadi sesi yang khusus diperuntukkan untuk dilaksanakan secara offline, atau dalam format tatap muka langsung.
Hal itu tentu bukan tanpa alasan.
Sebagai tenaga kesehatan, keselamatan dan keamanan klien haruslah selalu menjadi nomor satu sebelum merancang segala desain penanganan apa pun, dimana dalam sesi hipnoterapi online hal inilah yang sulit untuk dipastikan.
Terdapat tiga alasan utama – yang akan memuat penjelasan lanjutan lainnya – yang bisa membahayakan sesi hipnoterapi ketika ia dilakukan secara online.
Alasan pertama, fokus klien yang tidak optimal.
Dalam sesi online, kita tidak bisa memastikan seperti apa lingkungan klien ketika menjalani sesi.
Meski pun klien menyengajakan dirinya untuk benar-benar menyiapkan ruang khusus untuk itu, tetap ada banyak faktor yang berada di luar kendali Hipnoterapis di lingkungan dimana klien berada, seperti suara dari luar, interupsi lingkungan, atau jenis-jenis interupsi dan distraksi lainnya.
Alasan kenapa sesi hipnoterapi hanya dilakukan di tempat praktik saya secara tatap muka adalah karena tempat praktik tersebut memang secara spesifik difungsikan sebagai fasilitas layanan kesehatan bagi klien dimana berbagai hal yang ada di fasilitas tersebut adalah memang yang berada dalam kendali saya sebagai pelaksana layanan.
Artinya, jalannya sesi dan protokol yang digunakan memang secara spesifik diterapkan seturut dengan ketersediaan fasilitas yang ada, untuk memastikan sesi berjalan kondusif sejak awal.
Kalau pun hal-hal tertentu terjadi di luar dugaan selama sesi berlangsung, lagi-lagi ketersediaan fasilitas yang ada memang sudah memadai untuk mengakomodir hal tersebut.
Dalam salah satu sesi terapi beberapa tahun lalu, baru di sesi perjumpaan awal saja (terapi belum dimulai) seorang klien saya tiba-tiba larut dengan gejolak emosi yang sedemikian hebat ketika baru menceritakan masalahnya.
Sedemikian parahnya reaksi emosinya, ia sampai “meluncur-merosot” dari kursi dan terisak-isak meringkuk di lantai. Karena memang secara mendasar tata letak ruangan sudah disusun sedemikian rupa dan fasilitas yang ada pun sudah siap untuk itu maka hal itu tidaklah sampai melukai klien baik secara fisik atau pun psikis.
Fokus saya pun berpindah saat itu, bukan fokus pada jalannya terapi, tapi fokus mengawal “episode” yang klien alami sampai episode itu usai. Baru setelah episode itu berlalu sesi terapi pun tetap difasilitasi seperti biasa sampai masalah klien selesai teratasi.
Hal ini akan berhubungan dengan alasan kedua dan ketiga berikutnya.
Alasan kedua, kualitas jaringan atau perangkat.
Dalam sesi hipnoterapi akan ada proses induksi dimana Hipnoterapis memandu klien untuk berpindah level kesadaran dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar (sering disebut kondisi “trance“).
Dengan kondisi jaringan internet, perangkat atau bahkan jaringan listrik yang sulit diprediksi kualitasnya, akan sangat ironis jika sambungan sesi terputus karena masalah pada perangkat atau jaringan, sementara klien sedang dalam kondisi trance. Hipnoterapis tidak bisa kembali terhubung dengan klien, sementara klien sedang larut dengan trance-nya.
Meski pada akhirnya klien tetap akan kembali sadar sendiri, tetap saja dalam konteks itu sesi terapi jadi tidak berjalan sesuai arah yang seharusnya.
Terlepas dari itu semua, itu pun dengan catatan proses induksinya “berhasil”.
Kemungkinan lain yang mungkin terjadi adalah justru proses induksi itu tidak berhasil sejak awal dan klien tidak memasuki level trance yang benar karena klien sulit fokus mengikuti arahan Hipnoterapis secara online, apalagi jika sinyal dan perangkat yang digunakan bermasalah.
Ketika proses induksi ini gagal memang tidak ada efek samping yang terjadi secara khusus, tapi tetap saja ada dua kemungkinan yang bisa terjadi.
Kemungkinan pertama: klien merasa sesi terapinya gagal karena ia tidak merasa “terhipnosis”. Bagian kritis dalam dirinya aktif dan tidak fokus pada jalannya terapi, teknik yang dipraktikkan Hipnoterapis jadi tidak bekerja, klien merasa kecewa dan antipati pada hipnoterapi. Ketika di kemudian hari ia menjalani hipnoterapi dengan praktisi lain maka rasa kecewanya membayangi dan ia jadi sulit menjalani sesi terapi karena keyakinannya akan hipnoterapi terpengaruh secara negatif kali ini.
Kemungkinan kedua: meski tidak di level trance yang ideal klien tetap mengikuti jalannya sesi, namun dengan kondisi gelombang otak yang campur aduk, alhasil berbagai “Parts” dalam dirinya muncul silih berganti, ketika ada teknik yang Hipnoterapis lakukan yang justru mengusik Part tertentu, klien jadi merasakan ketidaknyamanan karena Part itu bereaksi negatif. Dalam skala yang ekstrim hal ini bisa membuat klien sakit, masalahnya jadi lebih parah, atau klien mengalami masalah baru.
Kembali ke alasan yang bisa membahayakan ketika sesi hipnoterapi ini dilakukan online, yaitu alasan ketiga: adanya kemungkinan abreaksi.
Abreaksi merupakan reaksi emosi yang tidak wajar (abnormal reaction = abreaction) dimana emosi yang selama ini terpendam di pikiran bawah sadar terluapkan.
Bentuk abreaksi bisa beragam, dari sekedar terisak, menangis biasa, menangis hebat, sampai ke marah yang berteriak-teriak dan bahkan bereaksi kasar secara fisik, seperti memukul, menendang dan banyak lagi reaksi heboh lainnya.
Jika dilakukan dengan teknik yang tepat dan dengan persiapan yang tepat, abreaksi bisa menjadi media penyembuhan yang baik. Tapi ketika abreaksi ini terjadi secara tidak tepat, yang terjadi justru masalah klien bisa jadi memburuk. Hal inilah yang berpotensi terjadi dalam sesi online.
Teknik terapi yang melibatkan abreaksi bukanlah teknik main-main, teknik ini termasuk ke dalam teknik terapi tingkat lanjut. Hipnoterapis yang tidak menguasai teknik ini dengan benar dan aman tidak disarankan untuk mempraktikkan teknik ini begitu saja karena keamanan klien yang jadi taruhannya.
Meski Hipnoterapis tidak meniatkan melakukan teknik terapi yang melibatkan abreaksi, perlu diketahui bahwa salah satu karakter pikiran bawah sadar adalah ia ingin kita terbebas dari beban yang tidak seharusnya ada di dalamnya. Selama tidak ada momentum untuk itu maka ia bisa saja terus memendam beban emosi itu di dalamnya, tapi ketika momentum itu ada maka ia dengan spontan akan meluapkan beban yang ada di dalamnya karena ia merasa itulah momen baginya untuk mengeluarkan sebagian atau seluruh beban yang ada dari dalamnya.
Dalam berbagai sesi pelatihan yang saya fasilitasi, ada saja peserta yang merasakan luapan emosi dalam dirinya ketika saya mengajar, bahkan ketika sesi pelatihan itu tidaklah secara khusus membahas teknik penyembuhan. Beberapa bahkan bisa sedemikian terganggu dengan emosi itu sampai-sampai harus mengkonsultasikannya pada saya di sela-sela jam belajar.
Yang terjadi adalah secara sadar mereka memang tahu bahwa niat mereka adalah sebatas menjalani pelatihan atau belajar, masalahnya adalah pikiran bawah sadar mereka mengharapkan lebih dari itu. Pikiran bawah sadar mereka yang melihat figur saya dan merasa saya bisa membantu kemudian memunculkan reaksi emosi itu karena pikiran bawah sadar mengharapkan penyelesaian pada beban yang ada di dalamnya melalui bantuan saya. Hal ini yang dialami oleh klien di kisah saya di atas sebelumnya, yang baru di awal pertemuan saja sudah langsung abreaksi hebat.
Karena memahami karakter pikiran bawah sadar, yang biasa saya lakukan adalah saya akan memberikan pesan persuasif pada pikiran bawah sadar bahwa saya memahami keberadaan mereka dan saya siap membantu mereka, namun di sesi khusus yang disediakan untuk itu, bukan di sesi belajar kala itu. Ketika pesan itu disampaikan dan diterima dengan tepat, berbagai gejala emosi reaktif itu bisa langsung mereda dan tidak lagi mengganggu klien. Berikutnya barulah klien secara khusus mengagendakan sesi khusus untuk penanganan masalah yang tadi diangkat oleh pikiran bawah sadarnya.
Seperti sempat diulas sebelumnya, dalam sesi online peluang untuk terjadinya abreaksi ini selalu ada. Meski teknik terapi yang Hipnoterapis gunakan tidak diniatkan memicu abreaksi, pikiran bawah sadar yang merasa itu adalah momentum untuk meluapkan beban bisa tetap memunculkan abreaksinya. Ketika ini terjadi maka klien bisa mengalami abreaksi spontan (spontaneous abreaction) dalam beragam bentuk.
Masalahnya lagi, penanganan abreaksi yang aman mensyaratkan beberapa hal dimana hal ini baru bisa dieksekusi optimal dalam sesi tatap muka dimana klien bisa fokus dengan baik pada Hipnoterapis dan Hipnoterapis memiliki kendali penuh untuk menginterupsi klien. Teknik ini menjadi tidak optimal ketika dilakukan dalam sesi online, apalagi klien sendiri sedang larut dengan emosinya, yang menjadikan interupsi Hipnoterapis atas abreaksinya belum tentu bisa didengarnya dengan baik.
Hal ini bisa jadi makin memburuk ketika dalam abreaksi itu perangkat klien terganggu karena reaksi emosinya itu (headphone terlepas, perangkat terjatuh, atau musibah lainnya) yang menjadikan sambungan mereka terputus dengan kita.
Terbayang kacaunya bukan? Klien sedang dalam luapan emosi parah, sambungan terputus, Hipnoterapis kehilangan kontak, sesi terputus dengan kondisi klien dalam emosi parah, entah apa yang akan dilakukannya dengan kondisi “chaotic” seperti itu.
Itulah dia sekelumit potensi bahaya di balik sesi hipnoterapi online. Semoga dengan memahaminya bisa menjadikan klien dan Hipnoterapis sama-sama menyadari pentingnya mengemas tata laksana sesi hipnoterapi yang aman.
Saya tidak mengatakan sesi terapi online tidak dimungkinkan. Saya sendiri menyediakan sesi khusus untuk itu, tapi dengan satu catatan: sesi itu bukanlah sesi hipnoterapi.
Ya, terdapat beberapa teknik terapi yang tergolong “lebih aman” untuk dilakukan secara online. Teknik itulah yang saya gunakan ketika ada kebutuhan dari klien untuk menjalani sesi online.
Saya sendiri menyadari adanya kebutuhan untuk sesi online ini. Bagaimana pun juga kendala jarak dan waktu menjadi satu hal yang memerlukan solusi tersendiri dimana dalam hal ini sesi terapi online bisa menjadi solusi.
Namun demikian terdapat dua panduan atau aturan yang saya tetapkan untuk sesi terapi online ini.
Panduan pertama, teknik yang digunakan haruslah teknik yang teruji aman dari awal sampai akhir untuk tata laksana terapi online.
Kriteria aman ini mencakup manajemen resiko, seperti antisipasi interupsi dan antisipasi abreaksi, termasuk kalau di pertengahan sesi terjadi distraksi atau masalah pada perangkat atau jaringan.
Sederhananya, dalam skenario terburuk dimana sesi harus terputus di tengah jalan karena kendala teknis maka klien tidak harus menanggung resiko negatif sebagai konsekwensi dari buruknya teknik yang digunakan.
Panduan kedua, Praktisi yang memfasilitasi sesi haruslah memiliki panduan “saringan” untuk “menyeleksi” masalah klien yang bisa ditangani secara online dan mana yang tidak bisa.
Saya sendiri menerapkan saringan ini sejak sesi konsultasi awal. Jika di sesi konsultasi awal saya mendapati bahwa masalah klien tidak bisa ditangani dengan sesi online maka saya akan tetap mewajibkan mereka untuk menjalani sesi tatap muka. Jika klien tidak siap atau tidak menghendaki, dan bersikeras sesi tetap dilakukan online maka saya tidak akan memfasilitasinya.
Hipnoterapis adalah profesi yang berhubungan dengan sisi kesadaran manusia di levelnya yang lebih dalam. Ada amanat yang sangat besar menyertai profesi ini yang hendaknya jangan sampai membuat kita asal-asalan mempraktikkannya.
Sekedar mengklarifikasi, tulisan ini menggambarkan pandangan saya pribadi yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran pribadi, ia tidak menjadi sebuah “kebenaran mutlak”, melainkan paparan atas sudut pandang saya pribadi, yang juga mewakili aturan serta kebijakan dari layanan yang saya sediakan.
Bisa saja ada yang tidak setuju, punya pandangan sendiri, dan tetap memutuskan memfasilitasi sesi hipnoterapi secara online dengan pertimbangannya sendiri.
Dalam hal ini saya tidak ingin memperdebatkan benar dan salah, selama kita siap mempertanggungjawabkan pilihan dan keputusan yang kita buat maka komitmen untuk bertanggungjawab itu yang akan jadi acuannya nanti.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnosis-hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnosis-hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnosis-hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.