Tidak bisa dipungkiri, jaman terus berubah, dinamika kompleksitas masalah manusia pun terus berubah, baik secara fisik atau pun psikis.
Seiring berubahnya jaman ini, dunia konseling dan terapi pun terus berbenah, berbagai upaya untuk menghasilkan teknik dan perubahan yang efektif untuk membantu para klien pun terus dikembangkan dari waktu ke waktu, yang kelak menghasilkan beragam perspektif baru atas pikiran manusia.
Dalam perspektif Personality-Parts setiap Parts dalam diri kita memiliki fungsi dan peran spesifiknya masing-masing. Jika setiap Parts dalam diri kita berada di kondisi yang sehat dan berkomunikasi dengan baik satu sama lain terciptalah harmoni internal berupa fisik yang sehat, batin yang damai dan perilaku yang fungsional.
Namun demikian, ada kalanya Parts dalam diri ini mengalami permasalahan dalam bentuk luka akibat trauma, atau terjadi konflik antar satu Part dengan Part lainnya, yang menjadikan munculnya berbagai permasalahan fisik, psikis dan perilaku.
Resource Therapy (RT) adalah salah satu teknik Parts Therapy modern yang berkembang di abad ke-21. Menitikberatkan prosesnya pada eksplorasi Personality-Parts dalam diri, RT menyiapkan serangkaian proses dan teknik therapeutic yang ditujukan untuk menghasilkan resolusi pada Personality-Parts yang melatari permasalahan dalam diri seseorang, mengembalikan Personality-Parts yang bermasalah ke kondisi normal-idealnya.
RT menyediakan konsep dan dasar teori yang komprehensif tentang cara kerja Personality-Parts dalam diri, yang disebut “Resource Personality Theory“, serta rangkaian langkah penanganan yang efektif dan sistematis untuk mengembalikan Personality-Parts yang bermasalah ke kondisi normal-idealnya, yang terangkum dalam Resource Therapy Process (RTP) dan Resource Therapy Action (RTA).
Dr. Emmerson adalah penemu dan pengembang teori Resource Personality & Resource Therapy, yang sekarang disebut Resource Therapy, selain juga mengembangkan banyak teknik lainnya untuk penanganan berbagai macam masalah psikologis di sepanjang karirnya sebagai Psikolog dan peneliti. Dalam sejarahnya, Dr. Emmerson adalah salah satu dari sedikit orang yang sempat mempelajari Parts Therapy berbasis Ego State Therapy langsung dari pelopornya, Dr. John G. Watkins, di kliniknya di Amerika. Berbekal pengalamannya mempelajari dan mempraktikkan Ego State Therapy ia kemudian meneliti dan mengembangkan lebih jauh konsep pemikirannya sendiri atas teori kepribadian dan teknik psikoterapi berbasis Parts, yang kemudian dinamainya Resource Therapy. Sampai hari ini Resource Therapy telah menyebar dan dipelajari oleh banyak praktisi di berbagai belahan benua seperti Australia, Eropa, Afrika, dan Amerika, melalui institusi Resource Therapy International yang didirikannya.
Melalui Resource Therapy International (RTI) yang didirikan Prof. Gordon Emmerson, Ph.D, RT diajarkan dalam tiga jenjang pembelajaran, yaitu “Resource Therapy Foundation Level“, “Clinical Qualification of Resource Therapy” dan “Resource Therapy Trainer Level“.
Meski praktis, tetap saja pembelajaran RT bersifat intens dan mensyaratkan waktu serta tenaga yang tidak sedikit. Total durasi pembelajaran untuk menyelesaikan Clinical Level Qualification saja terdiri dari minimal 60 jam pembelajaran tatap muka, yang setara dengan 10 hari. Disinilah ada kalanya beberapa orang yang masih berjuang meluangkan waktu untuk bisa mengikuti kelas ini mengharapkan adanya referensi pembelajaran RT yang bisa mereka simak dengan lebih praktis.
Berisikan lebih dari seribu halaman, “Understanding Resource Therapy” bukan hanya buku, namun merupakan modul resmi pembelajaran Resource Therapy Foundation Level dan Clinical Qualification of Resource Therapy yang difasilitasi Alguskha Nalendra. Sistematika penulisan buku ini dibuat sama persis dengan sistematika program pembelajaran ini dilakukan. Di dalamnya terdapat bahasan lengkap dari mulai teori, tuntunan praktik, sampai ke contoh kasus, dan bahkan contoh transkrip dialog ketika teknik RT dilakukan bersama klien.
“In this book, Alguskha Nalendra showcases a profound grasp of the intricacies of personality. As readers delve further into the text, it becomes increasingly evident that therapeutic methods addressing distinct personality components emerge as the most potent means to assist clients effectively.
Alguskha Nalendra has crafted an exceptional manuscript in this exploration of Resource Therapy, encompassing both theory and practical application. Notably, he has integrated supplementary approaches in alignment with RT theory, tailored to the unique psychosocial context of Indonesia. I take immense pride in this contribution, as it serves to foster greater comprehension among therapists and offers a pathway to healing for their clients.”
Biasa disapa dengan panggilan “Alkha” oleh komunitas Resource Therapy International, Alguskha Nalendra menjalankan peran sebagai Executive Director of Resource Therapy For Indonesia & Malaysia, dimana dalam perannya ini ia mewakili kedua negara ini di komite internasional Resource Therapy.
Alguskha Nalendra juga merupakan Senior Trainer of Resource Therapy, level tertinggi dalam RT saat ini dimana mereka yang berada di level ini berkewenangan untuk mengajarkan program pembelajaran Advanced Clinical Qualification of RT dan Resource Therapy Trainer.
RT dikembangkan dari Bahasa Inggris, disinilah perjalanan Alguskha Nalendra memformulasikan RT agar bisa digunakan dalam Bahasa Indonesia menantang adanya. Butuh waktu berbulan-bulan baginya untuk mempraktikkan RT dengan berbagai cara pada banyak klien sampai ia menemukan format praktik RT dalam Bahasa Indonesia yang bisa menciptakan hasil yang efektif dan konsisten.
Alguskha Nalendra juga merupakan RT Trainer yang mempelopori pembelajaran RT dalam format blended learning, menggabungkan online dan offline learning yang memungkinkan waktu dan jarak pembelajaran RT bisa dilakukan dengan lebih “bersahabat”.
Buku Understanding Resource Therapy adalah hasil karyanya yang menggambarkan sistematika pembelajaran RT dalam format blended learning yang difasilitasinya, yang menjadikan buku ini juga berfungsi sebagai modul/manual resmi dari program pembelajaran tersebut.
“Firsthand, I have witnessed Alkha’s dedication and comprehensive knowledge of Resource Therapy as a strength based culturally appropriate model for psychologists, therapists and coaches. He is a senior Resource Therapist and Clinician.
With this book you have a treasure trove of information. It will assist the reader in gaining clarity in the understanding of and doing of, Resource Therapy. This will ensure that you are getting the complete and correct suite of Resource Therapy tools and will offer you and your coaching or therapy clients, the best that RT has to offer.
I have the pleasure of recommending this work to you which represents a fine achievement in the growing knowledge base of Resource Therapy. I know this will be rewarding and valuable for your and your clients.”
Berisikan lebih dari seribu halaman yang terangkum dalam 41 Bab, buku Understanding Resource Therapy menghadirkan pembelajaran RT yang dikemas secara berurutan dari tingkat paling dasar sampai ke tingkat lanjut. Dua belas bab pertama buku ini akan membahas materi pembelajaran Resource Therapy Foundation dan dua puluh sembilan bab sisanya akan membahas materi pembelajaran Clinical Qualification of Resource Therapy.
Di bab pembuka ini Anda akan belajar satu hal esensial terlebih dahulu yang melandasi berbagai jenis masalah emosi, perilaku atau psikosomatis, yaitu: “konflik internal”.
Ya, melalui bahasan akan keberadaan konflik internal inilah baru Anda akan diajak berkenalan dengan keberadaan Bagian Kepribadian (Personality-Parts), termasuk memahami konsep Parts dari sudut pandang RT, yang disebut sebagai Resource State.
Sebelum melanjutkan pembelajaran lebih jauh memahami RT, tentu ada baiknya jika Anda memahami seperti apa sesi terapi dengan RT dijalankan. Hal inilah yang dihadirkan di Bab 2 ini.
Di Bab 2 ini Anda akan diajak memahami seperti apa sesi RT dilakukan, yang otomatis akan mengajak Anda memahami terlebih dahulu seperti apa komunikasi dan terapi pada Parts ini dilakukan, barulah Anda akan diajak meninjau beberapa kisah terapi pada Parts yang dilakukan dengan RT pada beberapa klien untuk mengetahui seperti apa dinamika terapi dilakukan pada beragam Parts dengan berbagai karakteristik.
Bab 3 akan secara spesifik mengajak Anda memahami konsep dasar dari Resource Personality Theory, yaitu teori pembentukan Resource State (Parts) dari sudut pandang RT, serta dinamika level keaktifannya dalam diri sampai tercipta respon emosi dan perilaku.
Setelah memahami perspektif pembentukan Resource State dari sudut pandang Resource Personality Theory, waktunya Anda juga belajar memahami bagaiman Resouce State bisa mengalami permasalahan, yang kelak mempengaruhi munculnya permasalahan emosi dan perilaku dalam diri seseorang.
Resource State Pathology adalah istilah yang kita lekatkan pada ragam permasalahan yang dialami Resource State, hal inilah yang akan kita kupas mendalam di Bab 4 ini, termasuk memahami perbedaan Resource State dan Alters, atau Bagian Kepribadian yang melatari fenomena Dissociative Identity Disorder (DID), atau kepribadian ganda.
Melanjutkan pembahasan tentang Resource State, di Bab 5 ini Anda akan diajak memahami keberadaan Resource State sebagai sebuah memori, atau yang disebut sebagai Sensory Experience Memory (SEM).
SEM adalah satu pemahaman penting yang diperlukan untuk memahami RT dari perspektif rekonsolidasi memori, maka hal inilah yang dikupas secara mendalam di Bab 5 ini, termasuk bagaimana Resource State bisa mengalami peristiwa yang membuatnya terluka, yang disebut Initial Sensitizing Event (ISE).
Keberadaan Resource State tidak lepas dari keberadaan kesan memori eksternal lain yang menyertainya, yang disebut Introject. Maka bahasan Introject akan turut mewarnai bahasan Bab 5 ini, bagaimana Introject mempengaruhi kualitas Resource State, sampai ke jenis penanganan yang diperlukan untuk menyikapi fenomena Introject ini.
Keberadaan RT tidak bisa lepas dari pendahulunya, yang disebut Ego State Therapy (RT). Dr. Emmerson sendiri dulunya dikenal sebagai sosok yang mempopulerkan EST secara meluas dalam bukunya yang berjudul “Ego State Therapy”.
Seiring waktu berjalan, Dr. Emmerson menemukan beberapa temuan yang menjadikan cara kerja dari proses terapi yang difasilitasinya menjadi berbeda dengan EST, dari sinilah kemudian muncul istilah Resource Therapy.
Banyak yang beranggapan RT hanyalah “EST yang berganti nama”, kesalahan besar inilah yang dikupas di Bab 6 ini dengan membahas berbagai pembeda yang jelas, yang menegaskan perbedaan RT dengan EST.
Tahapan pelaksanaan terapi dalam RT terangkum dalam sebuah tahapan yang disebut Resource Therapy Process (RT Process). Disinilah Bab 7 ini akan mengajak Anda mulai berkenalan dengan empat tahap yang ada dalam RT Process, yaitu Aim, Classify, Action dan Review.
Bab 7 ini juga akan memfokuskan bahasan pada satu proses yang sangat berhubungan dengan Resource Personality Theory, yaitu Classify, yang juga menjadi tahapan krusial dalam proses penanganan dimana di tahapan inilah diagnosis atas Resource State Pathology ditegakkan yang kemudian menjadi acuan rencana penanganan.
Melanjutkan bahasan seputar Classify di Bab 7 tentang RT Process, Bab 8 akan mengajak kita meninjau kembali yang sudah kita bahas di Bab 4, yaitu Resource State Pathology, namun dari sudut pandang yang lebih dalam, termasuk juga menggunakan ilustrasi “supir bus”.
Meski sederhana, ilustrasi supir bus yang digunakan Alguskha Nalendra untuk menjelaskan Resource State Pathology ini sangatlah berperan penting dalam memahami dinamika permasalahan pada Resource State.
Bab 9 akan mulai mengajak kita memahami bentuk praktik dari berkomunikasi dengan Resource State, yang dilakukan dengan menggunakan teknik yang ada dalam RT Action, yaitu RT Action 2 – Vivify Specific.
RT dikembangkan dengan menggunakan Bahasa Inggris, dimana di dalamnya terdapat bentuk kalimat masa kini, lampau dan masa depan yang menggunakan kata kerja yang berbeda, adanya penggunaan kata kerja yang berbeda ini menjadikan teknik RT Action 2 – Vivify Specific versi Bahasa Inggris tidak bisa begitu saja digunakan dalam Bahasa Indonesia. Maka di Bab 9 inilah Anda akan mulai menemukan transkrip percakapan yang menghadirkan gambaran bagaimana teknik RT Action 2 – Vivify Specific dilakukan dan bagaimana menyesuaikan teknik ini dengan kaidah berbahasa dalam Bahasa Indonesia.
Menggunakan teknik RT Action 2 – Vivify Specific yang dipelajari di Bab 9 maka Resource State sudah bisa terakses ke Conscious State dan diajak berkomunikasi.
Namun demikian tahapan ini belumlah cukup, selepas Resource State sudah bisa aktif di Conscious State dan diajak berkomunikasi maka kita harus menjaga agar ia bisa tetap aktif dengan baik, maka di Bab 10 inilah kita mempelajari ragam cara untuk menjaga aktifnya Resource State di Conscious State.
Setiap Resource State memiliki karakter yang berbeda, yang mensyaratkan gaya komunikasi yang berbeda, namun demikian terdapat prinsip yang hakiki yang hendaknya kita jaga ketika berkomunikasi dengan Resource State, apa pun karakternya, hal inilah yang termasuk kita bahas di Bab 10 ini.
Resource State yang membawa muatan emosional (emotional charge) terbentuk dari sebuah peristiwa yang membawa muatan emosional juga. Dalam perkembangannya memori yang terbentuk dari peristiwa itu sudah memudar secara intelektual, yang menjadikan di kemudian hari Resource State ini muncul dengan membawa reaksi emosional namun kita tidak tahu kenapa reaksi emosional ini muncul.
RT Action 3 – Bridging adalah teknik yang digunakan untuk mengungkap awal mula peristiwa yang membentuk keberadaan Resource State. Di Bab 11 inilah dasar teknik RT Action 3 – Bridging ini akan mulai kita bahas dan perdalam.
Sebagai satu teknik Parts Therapy, yang membedakan RT dengan Parts Therapy lainnya adalah dalam RT komunikasi dilakukan langsung pada Parts dalam diri kita (beberapa teknik lainnya tidak, komunikasi dilakukan pada Parts dilakukan melalui perantara diri klien sendiri).
Namun tidak hanya itu, yang menjadikan RT berbeda juga adalah karena dalam RT komunikasi antar Parts difasilitasi secara langsung, yang menjadikan setiap Resource State akan berkomunikasi dan menyampaikan aspirasinya satu sama lain secara langsung (beberapa teknik lainnya tidak, komunikasi dilakukan melalui Terapis sebagai mediatornya), dimana State to State Communication adalah istilah yang digunakan dalam RT untuk menyebut istilah ini.
Proses State to State Communication inilah yang dibahas dan dilatih di Bab 12 ini.
Sampai Bab 12 sebelumnya Anda sudah diajak mempelajari isi bahasan dari Resource Therapy Foundation Level, mulai dari Bab 13 ini cakupan pembelajaran yang dibahas akan berfokus pada materi Clinical Qualification of Resource Therapy.
Bab 13 ini belum akan membahas secara khusus teknik atau pengetahuan tertentu, melainkan membahas dasar persiapan yang diperlukan untuk memulai pembelajaran di level Clinical Qualification of Resource Therapy ini.
Bab 14 akan menjadi bab yang mengajak Anda untuk mulai mengkaji rangkaian RT Process, namun dengan pendalaman yang lebih jauh, terutama di bagian Aim dan Review.
Proses Classify adalah proses yang sebenarnya termasuk ke dalam RT Action, tepatnya RT Action1 – Diagnosis, maka itulah ia akan dibahas tersendiri di Bab 15 berikutnya ketika fokus bahasan ditujukan pada RT Action.
Begitu juga proses Action, ia mewakili keseluruhan teknik terapi yang digunakan dalam RT, yang diwakili oleh RT Action, tepatnya dari RT Action 2 sampai 15, yang dibahas di Bab 16 sampai 29.
Karena Classify dan Action dibahas di bab-bab lanjutan, bahasan Bab 14 akan menekankan isinya pada proses Aim dan Review. Meski nampak sederhana, keberhasilan proses terapi justru bergantung pada permulaan Aim yang berkualitas dan ditutup dengan Review yang sama berkualitasnya.
Bab 15 akan menjadi permulaan dari didalaminya RT Action, yang dimulai dengan RT Action 1 – Diagnosis, yang mewakili RT Process tahapan Classify.
RT Action 1 – Diagnosis adalah tahapan yang akan menentukan desain penanganan. Melalui tahapan inilah kita mengidentifikasi apa yang dibutuhkan oleh Resource State agar mereka bisa kembali ke kondisi normalnya. Kesalahan dalam melakukan tahapan yang satu ini akan menjadikan salahnya juga desain penanganan yang difasilitasi.
Meski bahasan tentang yang satu ini sudah dibahas di bab-bab yang mengulas materi RT Foundation Level, kita akan semakin memperdalam bahasan ini dengan menyadari hal-hal yang bisa muncul secara dinamis dalam proses terapi, yang akan mengubah dimensi dari diagnosis ini. Ketika dimensi dari diagnosis ini berkembang maka berkembang juga kebutuhan penanganan Resource State Pathology.
Di materi RT Foundation Level Anda sudah diajak mempelajari RT Action 2 – Vivify Specific, dimana dengan teknik inilah kita mengakses Resource State ke Conscious State dan berkomunikasi dengannya.
Jika sebelumnya kita sudah mempelajari satu teknik melakukan RT Action 2 – Vivify Specific melalui proses mengakses memori, di Bab 16 ini kita akan mempelajari empat cara alternatif lainnya untuk mengakses Resource State ke Conscious State. Hal ini yang menjadikan kita memiliki banyak cara untuk bisa mengakses Resource State dan berkomunikasi dengannya.
Mulai memasuki tahapan therapeutic yang lebih dalam, Bab 17 akan mengajak Anda mempelajari dasar dari RT Action 3 – Bridging, yaitu teknik mengungkap awal mula peristiwa bermuatan emosional yang membuat Resource State jadi memasuki kondisi Vaded State.
RT Action 3 – Bridging adalah teknik yang sangat berperan penting dalam penanganan Vaded with Fear dan Vaded with Rejection karena kedua Vaded State ini tercipta dari peristiwa bermuatan emosi negatif di masa lalu.
Kesalahan umum yang kerap kali dilakukan para pembelajar RT adalah mereka menganggap RT Action 3 – Bridging adalah teknik “membawa mundur ke masa lalu”, yang serupa dengan proses Age Regression dalam hipnoterapi. Disinilah Bab 17 ini akan memberikan sudut pandang yang membenahi itu semua, membahas apa yang menjadi esensi dari RT Action 3 – Bridging yang sebenarnya, sehingga eksekusi dari teknik ini bisa berjalan dengan baik nantinya.
RT Action 4 – Expression adalah topik utama dari Bab 18 ini dimana ia menjadi satu teknik yang bermuatan therapeutic yang bertujuan mengembalikan kekuatan Vaded State yang sempat “tersedot” oleh Introject.
Lain Vaded State lain juga kebutuhan RT Action 4 – Expression mereka. Di Bab 18 ini Anda akan belajar ragam langkah yang diperlukan untuk memfasilitasi RT Action 4 – Expression pada setiap jenis Vaded State.
Melanjutkan proses RT Action 4 – Expression, tahapan terapi dalam kasus Vaded with Rejection akan berlanjut ke tahapan RT Action 5 – Introject Speak, hal inilah yang akan kita kupas di Bab 19 ini.
RT Action 5 – Introject Speak adalah proses yang sangat mensyaratkan kecakapan Terapis, hal ini karena kita mengakses memori Introject dari Underlying State dan menjadikan klien “berbicara sebagai Introject”, yang membuat mereka nampak “berbicara sebagai orang lain”.
Tanpa pemahaman yang benar proses ini akan terlihat aneh dan bahkan sulit untuk dilakukan. Maka itulah pertama-tama kita akan membahas dulu fondasi pemahaman yang benar soal RT Action 5 – Introject Speak, sebelum kemudian dilanjutkan dengan langkah praktik yang harus dilakukan agar proses ini berjalan dengan baik.
Bab 20 akan melanjutkan apa yang sebelumnya sudah kita pelajari ke tahapan lanjutan, yaitu RT Action 6 – Removal.
Secara resmi, RT Action 6 – Removal dilakukan hanya pada kasus Vaded with Fear dan Vaded with Rejection. Namun demikian kita juga akan belajar memahami bagaimana teknik ini pun berperan penting dan ada kalanya diperlukan dalam penanganan Vaded with Confusion.
Bab 20 ini akan mengajak Anda memahami esensi dari RT Action 6 – Removal dan langkah pelaksanaan yang benar atas proses ini agar ia menciptakan efek perubahan dan penguatan maksimal pada Vaded State.
Satu tahap yang sangat “menyempurnakan” proses penanganan pada Vaded State adalah RT Action 7 – Relief dimana di tahapan ini kita memberikan kebutuhan emosi yang Vaded State perlukan, yang bisa membantunya untuk kembali ke kondisi normalnya secara penuh.
Bab 21 akan mengajak Anda memahami lika-liku praktik RT Action 7 – Relief. Anda akan belajar memahami bahwa meski secara resmi teknik ini diperuntukkan untuk Vaded with Fear dan Vaded with Rejection, ia pun berperan penting dan ada kalanya diperlukan dalam penanganan Vaded with Confusion.
RT Action 7 – Relief adalah tahapan yang juga membantu proses “pemeriksaan”, yaitu memeriksa kondisi Vaded State pasca penanganan. Di Bab 21 ini Anda akan mempelajari bagaimana RT Action 7 – Relief dilakukan secara langkah demi langkah, esensi apa yang harus dijaga di setiap langkahnya, dan apa tahapan yang salah yang harus dihindari dalam mempraktikkan RT Action 7 – Relief.
RT Action 8 – Find Resource menjadi bahasan yang mewarnai Bab 22 kali ini.
Sebagai teknik yang mengeksplorasi potensi dalam diri seseorang, RT Action 8 – Find Resource bisa digunakan untuk penanganan Dissonant State, dan juga Vaded State.
Ketika digunakan dengan baik, RT Action 8 – Find Resource memungkinkan kita untuk membantu klien berada di kondisi ideal terbaiknya, sesuai dengan kebutuhan situasi, karena Resource State yang tepatlah yang aktif di Conscious State untuk menyikapi situasi itu.
Dalam pelaksanaannya, satu hal yang bisa saja terjadi dalam RT Action 8 – Find Resource yaitu tidak adanya Resource State yang memadai untuk diakses agar aktif ke Conscious State sebagai sumber daya (resource) dalam menyikapi situasi yang berlangsung, Bab 22 ini akan memaparkan langkah-langkah antisipatif yang bisa dilakukan untuk menyikapi situasi ini.
Masih memfokuskan bahasan pada teknik therapeutic, Bab 23 akan mengajak Anda mempelajari teknik “berganti kursi” (changing chair), yang diwakili oleh RT Action 9 – Changing Chair Introject.
RT Action 9 – Changing Chair Introject bukanlah teknik baru dalam dunia konseling dan terapi, ia banyak digunakan dalam terapi Gestalt dalam “teknik kursi kosong” (empty chair technique). Di Bab 23 ini kita akan mengeksplorasi bagaimana tata cara pelaksanaan teknik ini dari perspektif RT untuk menghasilkan resolusi maksimal pada Vaded State.
Tanpa esensi pemahaman yang tepat, RT Action 9 – Changing Chair Introject hanya akan menjadi teknik dialog imajiner tanpa makna, maka pemahaman Bab 23 ini akan sarat dengan berbagai esensi yang harus diperhatikan agar teknik ini benar-benar berjalan di koridor yang tepat, yang bisa menghasilkan dampak maksimal.
Penanganan pada Retro State adalah penanganan yang terbilang kompleks dalam RT, hal ini karena ia mensyaratkan proses negosiasi yang elegan, yang dalam RT diwakili oleh RT Action 10 – Retro State Negotiation.
Bab 24 akan memfokuskan eksplorasinya pada pembelajaran teknik dasar negosiasi yang akan digunakan nantinya di Bab 37 dan 38 ketika menangani kasus Retro State.
Negosiasi pada Retro State bukan negosiasi biasa, diperlukan kecermatan dan kecakapan yang tinggi untuk bisa memfasilitasi negosiasi yang membuat Retro State merasa dihargai sampai ia bersedia untuk mengubah caranya menjalankan perilaku yang sebelumnya menganggu dan bekerja sama mengupayakan perubahan positif bagi klien.
Lagi-lagi berisikan “negosiasi”, Bab 25 akan membahas teknik negosiasi untuk penanganan masalah Conflicted State, melalui teknik RT Action 11 – Conflicted State Negotiation.
Berbeda dengan Retro State, situasi yang melibatkan Conflicted State mensyaratkan proses negosiasi dengan dinamika tersendiri. Dinamika inilah yang akan kita bahas di Bab 25 ini.
Setiap proses terapi hendaknya diakhiri dengan tahapan yang ditujukan untuk memeriksa hasil perubahan pasca penanganan, itulah yang diwakili oleh RT Action 12 – Imagery Check.
RT Action 12 – Imagery Check adalah tahapan yang nampak sederhana, tapi ia mensyaratkan kita untuk melakukan beberapa hal yang memang bertujuan untuk memastikan proses terapi berjalan dengan baik dan Resource State yang bermasalah sudah kembali ke kondisi normalnya.
Jumlah total RT Action adalah 15 buah, yang terdiri dari 12 RT Action utama dan 3 RT Action tambahan yang digunakan jika diperlukan.
Sampai Bab 26 sebelumnya, semua 12 RT Action utama sudah kita bahas, maka Bab 27 sampai 29 akan kita gunakan untuk memahami 3 RT Action tambahan, yang dimulai dari RT Action 13 – Resistance Alliancing di Bab 27 ini.
RT Action 13 – Resistance Alliancing adalah teknik untuk meminimalisir resistensi dari Resource State tertentu yang menyabotase jalannya penanganan, dengan cara “menjalin aliansi” dengannya, agar ia bisa membuka hambatannya dan mengijinkan jalannya terapi dilakukan sampai selesai.
Meski hanya RT Action tambahan, terdapat satu RT Action yang justru banyak sekali digunakan untuk mendukung RT Action utama, yaitu RT Action 14 – The Separation Sieve, yang dibahas di bab 28 ini.
Sebagai teknik pelengkap, RT Action 14 – The Separation Sieve memberikan satu sentuhan yang sangat luar biasa untuk “membersihkan” Resource State, Introject dan bahkan Other Personalized Introject (akan dibahas di Bab 41) dari beban emosi lamanya, itulah kenapa ia menjadi satu teknik yang justru banyak sekali digunakan di berbagai kasus.
Bab 28 akan mengajarkan tata cara pelaksanaan RT Action 14 – The Separation Sieve, agar proses ini menghasilkan dampak maksimal pada objek yang kita “bersihkan’ dengan teknik ini.
RT Action 15 – Anchoring adalah teknik tambahan ketiga, yang juga menutup keseluruhan jumlah total 15 buah RT Action yang ada.
Anchoring adalah teknik yang kerap digunakan dalam keilmuan Neuro-Linguistic Programming (NLP) untuk mengakses kembali sebuah kondisi yang kita inginkan dengan mudah dan seketika.
Dalam RT, RT Action 15 – Anchoring digunakan untuk mengakses Resource State yang kita butuhkan, lalu menjalin kesepakatan dengan Resource State itu dengan menggunakan mnemonic memory agar Resource State itu bisa diakses kembali dengan mudah dan seketika ketika diperlukan nanti.
Usai dengan bahasan pendalaman RT Process dan RT Action, Bab 30 akan membekali dasar pemahaman yang esensial, yang harus dipastikan untuk dijaga dalam penanganan Resource State Pathology.
Bab 31 dan seterusnya akan menjadi tahap dimana kita memasuki ragam penanganan untuk setiap Resource State Pathology secara spesifik. Untuk memastikan penanganan itu bisa kita fasilitasi dengan baik inilah kita harus memastikan kita menjaga setiap hal yang dibahas di bab 30 ini.
Conflicted State adalah permasalahan pertama yang kita dalami untuk kita tangani di Bab 31 ini.
Bab 31 ini akan mengajarkan ragam cara mengidentifikasi dan memastikan bahwa masalah yang klien alami dilatari oleh Resource State Pathology ini (Confliced State), termasuk membedakan fenomena Conflicted State dengan Resource State Pathology lain.
Bagaimana jika Conflicted State terjadi namun dilatari oleh Vaded State atau Retro State? Hal inilah yang termasuk kita bahas di Bab 31 ini.
Usai dengan Conflicted State, pendalaman kita lanjutkan ke penyelesaian Dissonant State, yaitu Resource State yang aktif di waktu dan tempat yang salah.
Meski dampak yang ditimbulkan oleh Dissonant State lebih “ringan” dibandingkan Conflicted State, namun penanganannya justru membutuhkan kecermatan ekstra.
Hal ini karena dalam penanganan Conflicted State kita menggunakan lebih dari satu kursi, yang menjadikan kita lebih mudah mengakses Resource State ke Conscious State melalui perubahan fisiologi. Tidak halnya dengan Dissonant State dimana kita hanya menggunakan satu kursi dimana kita harus memfasilitasi komunikasi antar Resource State dengan lebih luwes dari satu kursi.
Lika-liku menyikapi Dissonant State inilah yang kita bahas di bab 32 ini.
Melanjutkan kembali pendalaman penanganan Resource State Pathology, Bab 33 akan mulai mengajak kita memasuki tahapan penanganan yang menantang dan mensyaratkan energi yang cukup besar karena bisa jadi ia berisikan “letupan-letupan” yang menjadikan prosesnya melelahkan, yaitu penanganan pada Vaded with Confusion.
Vaded with Confusion adalah Vaded State yang memendam gejolak emosi yang besar dan tidak terungkapkan. Bahasan di Bab 33 ini akan mengajak kita memahami tata cara menyikapi Vaded State ini dari awal agar proses penanganannya berlangsung aman dan efektif.
Mulailah kita memasuki pendalaman Resource State Pathology yang sangat dinamis, yaitu Vaded with Fear.
Dikatakan “dinamis” karena kita akan harus melibatkan proses RT Action 3 – Bridging di dalamnya, yang mengungkap awal mula peristiwa yang menjadikan Vaded State terbentuk.
Kita sendiri tidak tahu awal mula peristiwa ini bermula dari hal apa dan seberapa sensitif peristiwa itu terjadi, yang menjadikan kita harus siap menghadapi segala dinamika apa pun yang kemudian terjadi, apalagi Vaded with Fear pada umumnya terbentuk dari peristiwa yang bersifat “mengancam”.
Lika-liku penanganan Vaded with Fear dengan segala kemungkinannya inilah yang kita bahas di Bab 34 ini.
Serupa dengan pendalaman kasus sebelumnya, yaitu Vaded with Fear, namun dengan dinamika yang berbeda, yaitu Vaded with Rejection, yang pendalamannya akan kita bahas di Bab 35 ini.
Vaded with Rejection mensyaratkan penanganan yang serupa dengan Vaded with Fear, namun ia mensyaratkan kompleksitas tersendiri, karena adanya keterlibatan Introject yang perlu kita mintai keterangannya melalui RT Action 5 – Introject Speak.
Meski nampak serupa dengan Vaded with Fear, terdapat hal-hal esensial yang harus diperhatikan dalam penanganan Vaded with Rejection, yang akan kita bahas di Bab 35 ini.
Tergolong kasus yang langka untuk ditemui, namun sekalinya muncul mensyaratkan kecermatan tersendiri, yaitu Vaded with Disappointment.
Vaded with Disappointment adalah Vaded State yang melatari berbagai kondisi depresif dalam diri klien. Ia adalah Vaded State yang sangat “rapuh” dan membutuhkan perhatian khusus. Kesalahan dalam memperlakukan Vaded State ini akan mengakibatkan ia malah semakin memburuk dan klien semakin terpuruk.
Penanganan Vaded with Disappointment kerap kali harus dilakukan lebih dari satu tahap, dari mulai meringankan beban emosi yang diakibatkannya, sampai ke tahap negosiasi untuk mengubah mekanisme kemunculannya. Tahapan-tahapan inilah yang kita bahas di Bab 36 ini.
Tibalah kita di pendalaman Resource State Pathology yang cukup kompleks, yaitu Retro State, yang dimulai dari Retro Original, yang kita bahas di Bab 37 ini.
Retro Original adalah jenis Retro State yang penanganannya sangat berfokus pada negosiasi yang elegan, itulah kenapa kita sebelumnya mengulas dulu tata cara negosiasi ini di Bab 24.
Dengan menggunakan pemahaman yang sudah kita pelajari di Bab 24, di Bab 37 Anda akan diajak memahami bentuk praktik nyata dari teknik ini dalam kasus nyata untuk penanganan Retro Original.
Menjadi “menu” yang paling menantang untuk “dinikmati”, penanganan Retro Avoiding yang kita bahas di Bab 38 ini akan mensyaratkan kita untuk melibatkan semua pemahaman yang sudah kita pelajari sebelumnya tentang Vaded State dan Retro State dalam satu waktu.
Retro Avoiding adalah Resource State yang mengoperasikan perilaku yang dianggap mengganggu, namun ia sebenarnya melakukannya untuk menghindari kemunculan Vaded State ke Conscious State, itulah kenapa tahapan awal penanganan pada Retro Avoiding mensyaratkan kita untuk menangani permasalahan yang dialami oleh Vaded State terlebih dahulu, sebelum berlanjut ke tahapan negosiasi dengan Retro State.
Lika-liku dan kompleksitas penanganan Retro Avoiding akan mewarnai bahasan kita di Bab 38 ini.
Ada kalanya manifestasi dari Resource State Pathology adalah munculnya rasa sakit/nyeri (pain) yang bisa sedemikian mengganggu aktivitas seseorang.
Bab 39 akan mengajak Anda memahami keberadaan rasa sakit dari perspektif RT, yaitu rasa sakit yang bersifat organik, dan psikosomatis.
Rasa sakit yang bersumber dari psikosomatis bermula dari Vaded State, disinilah Anda akan diajak mempelajari langkah yang diperlukan untuk bisa mengidentifikasi keberadaan Vaded State yang melatari kemunculan rasa sakit dan mengembalikannya ke kondisi normalnya agar rasa sakit yang ditimbulkannya ikut teredakan seiring dengan kembalinya ia ke kondisi normalnya.
Namun ada kalanya juga rasa sakit ini murni bersifat organik, ada kalanya dalam hipnosis rasa sakit ini ditangani dengan menggunakan sugesti langsung (direct suggestion) yang bertujuan menghilangkan rasa sakit ini.
Dari perspektif Parts Therapy, sugesti ini sangatlah bisa menjadi “pisau bermata dua”, karena meski di satu sisi rasa sakit itu tidak terasa, tapi ia tidak hilang, melainkan “dipindahkan” ke Parts lain yang kemudian bisa menjadi Vaded State. Disinilah RT menerapkan serangkaian pengelolaan rasa sakit (pain management) yang ditujukan agar rasa sakit teredakan secara ekologis, di satu sisi rasa sakit itu teredakan dan di sisi lain tidak ada Part yang terluka karenanya.
Sampailah kita di bahasan yang bukan ditujukan sebagai muatan terapi, melainkan pengembangan diri, yaitu Resource State Mapping.
RT bukan hanya diperuntukkan sebagai teknik terapi, melainkan pengembangan diri, dimana kita diajak mengenali Resource State dalam diri kita dengan lebih dekat, memahami kondisi dan fungsi mereka dalam diri kita. Semakin kita mengenali dinamika Resource State dalam diri ini maka semakin baik juga kita bisa “mengoperasikan” diri kita dalam beraktivitas.
Mapping adalah proses yang digunakan untuk memetakan keberadaan Resource State dalam diri ini. Meski ia nampak seperti proses yang bersifat “menyenangkan” (fun), mapping menyimpan banyak sekali kegunaan. Dalam bisnis profesional, mapping menjadi satu layanan yang bisa didedikasikan secara khusus dan tersendiri.
Bab 40 akan memaparkan rambu-rambu penting yang harus dipahami dalam melakukan mapping, tata cara dan langkah-langkah praktik yang bisa Anda latih dalam melakukannya.
Suka tidak suka, mau tidak mau, siap tidak siap, jika Anda berpraktik secara profesional, akan tiba waktunya dimana Anda harus berhadapan dengan kasus yang melibatkan entitas dari luar, yang biasa dikenal sebagai “makhluk astral”, dimana dalam RT keberadaan dari makhluk astral ini dikenal sebagai Other Personalized Introject (OPI).
OPI bukanlah Resource State dan ia bukanlah Introject yang bisa dihilangkan begitu saja, mereka adalah sebuah keberadaan (entitas) yang memiliki energi tersendiri.
Penanganan OPI dalam RT tetap dilakukan dengan pendekatan yang bersifat klinis dan universal, tidak melibatkan doa, mantra atau pendekatan berbasis spiritual apa pun, yang menjadikan teknik ini bisa dipakai untuk apa pun jenis klien yang kita temui.
Namun demikian, kesalahan pertama dalam penanganan OPI bermula dari kesalahan akan cara pandang dari keberadaan OPI itu sendiri, maka itulah bahasan Bab 41 mendedikasikan ruang yang cukup banyak untuk memperjelas konsep dan keberadaan dari OPI ini sebelum kita melanjutkan pembahasan ke langkah-langkah yang diperlukan untuk menyikapi permasalahan yang disebabkan oleh OPI ini.
“Mengikuti perkembangan terbaru dalam Psikoterapi, Resource Therapy merupakan salah satu pendekatan Psikoterapi dan teori kepribadian yang komprehensif serta bisa menjadi alternatif solusi untuk digunakan dalam pengembangan diri dan meningkatkan kesehatan mental masyarakat Indonesia.
Buku ‘Understanding Resource Therapy’ karya Alguskha Nalendra ini mengelaborasi prinsip-prinsip dasar Resource Therapy disertai dengan cara-cara praktis yang bisa diimplementasikan secara konkret dalam kasus-kasus aktual. Gaya penulisan yang lugas dan disajikan secara runtut sangat memudahkan pembaca untuk memahami dan mempraktikannya.
Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca dan dijadikan panduan pembelajaran bagi para praktisi dalam bidang kesehatan mental, psikoterapi dan pengembangan diri.”
Anda tergolong baru mendengar RT? Ingin mengetahui lebih lengkapnya dalam bentuk penjelasan sebelum memutuskan mempelajarinya lebih jauh melalui buku ini? Silakan dapatkan informasinya lebih jauh di playlist video Resource Therapy yang diunggah Alguskha Nalendra di Youtube Channel-nya berikut ini.
Alguskha Nalendra juga pernah menulis buku Resource Therapy lain sebelumnya pada tahun 2020 yang berjudul “Performance In The 5th Dimension” (2020).
Silakan klik di sini untuk mendapatkan informasi lebih lengkap tentang buku tersebut.
“Buku ini hadir untuk menjawab kebutuhan mengenai Resource Therapy di Indonesia, yang sesuai standar yang telah ditentukan oleh Dr. Emmerson dan Resource Therapy International (RTI).
Kajian mengenai topik ini, dapat menjadikan sebuah tambahan wawasan baru, dan pedoman dalam tata laksana bagi perancang intervensi berbagai persoalan sosial.
Buku ini diuraikan dengan komprehensif, memberikan pemahaman apa itu Resource Therapy. Kasus yang diangkat, langkah, hingga praktik penanganannya.
Buku ini kiranya dapat menjadi bacaan yang berguna, khususnya bagi mereka yang berminat untuk memperkaya wawasannya tentang penggunaan intervensi berbasis Resource Therapy mengenai tingkah laku manusia dan problematikanya.”
Berisikan lebih dari seribu halaman, ada kalanya muncul kekhawatiran dalam benak para pembaca bahwa mereka akan kesulitan membawa “Understanding Resource Therapy” bepergian bersama mereka.
Disinilah Alguskha Nalendra menyediakan juga rangkuman dari praktik RT Process dan RT Action dalam bentuk buku pegangan lain yang lebih tipis dan mudah dibawa bepergian yang berjudul “Resource Therapy In Action“, dimana kedua buku ini tersedia sebagai satu kesatuan (2 in 1 books) yang dikemas dan dikirim secara eksklusif dalam sebuah kotak khusus.
“RT mengambil pendekatan yang sangat individualistik, mengakui bahwa setiap individu memiliki sumber daya internal yang berbeda-beda. Melalui pendekatan ini, individu diajarkan untuk mengenali dan memanfaatkan sumber daya mereka untuk mengatasi masalah dan konflik internal. Dengan perkembangan yang pesat dalam praktik dan penelitian, Resource Therapy semakin dikenal dan diadopsi oleh Terapis di seluruh dunia, menjadikannya pendekatan yang penting dalam dunia Terapi Psikologi Klinis saat ini.
Saya pribadi sebagai seorang Psikolog Klinis kerap menggunakan pendekatan RT untuk kasus-kasus konflik internal, karena konsepnya yang holistik dalam memahami manusia.
Saat ini kita tidak perlu jauh-jauh belajar RT karena ada seorang yang kompeten untuk melatih tentang RT ini. Mas Alguskha Nalendra, melalui dedikasinya yang sudah sangat terbukti, pemahamannya yang mendalam dan jam terbangnya yang tinggi, saya yakin siapapun yang belajar dengannya akan mendapatkan pengalaman belajar yang memuaskan.
Lebih beruntung lagi semuanya itu juga kita bisa dapatkan melalui Buku ini.
Bravo!!!”
Buku ini dibuat berdasarkan kurikulum resmi pelatihan Foundation to Clinical Qualification of Resource Therapy resmi berdurasi 10 hari dari Resource Therapy International yang disetujui Dr. Emmerson selaku penemu dari keilmuan ini dan telah disesuaikan penggunaannya ke dalam bahasa Indonesia, perlu Anda ketahui bahwa harga standar dari sebuah pelatihan Resource Therapy selama 10 hari ini adalah bernilai puluhan juta rupiah, belum termasuk biaya yang Anda harus keluarkan untuk akomodasinya, maka tidakkah Anda pikir bahwa harga jutaan rupiah adalah harga yang pantas untuk buku ini?
*Belum termasuk ongkos kirim
Mahal atau murah? Tergantung cara pandang Anda dalam menghargai sebuah keilmuan tentunya.
Sebagai buku pertama di Indonesia yang mengulas Resource Therapy secara lengkap, beberapa praktisi dan ahli berulang kali menyarankan untuk menaikkan harga buku ini karena isinya yang bernilai jutaan rupiah. Meski usulan ini layak dipertimbangkan dan mungkin akan dilaksanakan dalam waktu dekat, untuk sementara ini buku ini masih bisa diperoleh dengan harga reguler spesial di atas, harga ini bisa saja naik bulan depan atau minggu depan, atau bahkan besok!
Perlu Anda ketahui, buku ini diedarkan dalam format self-published. Dibuat, dicetak dan diedarkan sendiri dalam jumlah terbatas, tidak ada jaminan kapan peredaran buku ini akan dihentikan, bisa saja bulan depan, minggu depan, lusa, besok atau bahkan beberapa jam dari sekarang ini!
Begitu juga tidak ada jaminan kapan harga akan naik berkali-kali lipat dari sebelumnya, ingatlah bahwa materi dalam buku ini bernilai belasan dan bahkan puluhan juta rupiah. Pastikan Anda mendapatkannya selama penawaran masih berlaku dengan harga yang istimewa ini.
Tidakkah Anda pikir sangat masuk akal jika itu menjadi sebuah alasan logis untuk pastikan Anda membuat keputusan yang tepat untuk memesan buku ini sekarang juga?