Cara Pikiran Bawah Sadar Menyampaikan Pesan
Daftar Isi
Salah satu pertanyaan yang kerap saya dapatkan dari para follower dan kolega adalah: “Bagaimana cara berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar?”
Merespon pertanyaan ini, saya selalu meralat pertanyaan mereka menjadi: “Bagaimana cara memahami pesan dari pikiran bawah sadar?”
Ya, tanpa harus meniatkan dengan cara tertentu pun pikiran bawah sadar selalu berkomunikasi dengan kita, ia selalu mengirimkan pesan untuk kita sikapi namun kitalah yang tidak menyadarinya.
Seperti apa cara pikiran bawah sadar menyampaikan pesan ini? Mari memahaminya melalui artikel ini.
FUNGSI PROTEKSI PIKIRAN BAWAH SADAR
Meski sudah dijelaskan secara khusus di artikel ‘Pikiran Sadar & Pikiran Bawah Sadar’, tidak ada salahnya kalau kita sekilas mengulas dulu cara kerja pikiran bawah sadar sekali lagi.
Untuk membedakan dengan apa yang sudah diulas di artikel sebelumnya, tulisan di artikel kali ini akan lebih fokus mengulas ‘fungsi proteksi’ dari pikiran bawah sadar.
Pikiran bawah sadar memiliki fungsi untuk menyimpan memori jangka panjang – dan bahkan permanen – atas pengalaman yang kita alami, lalu menjadikannya basis data atau acuan untuk merespon peristiwa berikutnya di masa depan.
Yang kita perlu pahami di artikel kali ini yaitu bahwa salah satu fungsi utama pikiran bawah sadar adalah fungsi proteksi atau perlindungan, dimana ia menjadi bagian dari fungsi instingtif dalam diri kita untuk bertahan hidup.
Sebagai manusia, kita memiliki naluri alami untuk bertahan hidup dimana naluri alami ini kelak berkembang menjadi bukan sekedar bertahan hidup, namun naluri alami untuk mencari kenyamanan (pleasure) dan menghindari ketidaknyamanan (pain).
Naluri instingtif untuk bertahan hidup dan mencari kenyamanan – serta menghindari ketidaknyamanan – inilah yang kelak dijalankan secara otomatis oleh pikiran bawah sadar, dengan kata lain pikiran bawah sadar melindungi dan ingin menghindarkan kita dari bahaya dan ketidaknyamanan.
Dalam periode tumbuh-kembang yang kita alami sejak kecil sampai saat ini kita mempelajari berbagai hal dari apa yang kita alami dan maknai di lingkungan kita.
‘Mengalami’ dan ‘memaknai’ adalah dua hal yang berbeda, ‘mengalami’ mengacu kepada apa yang kita alami sebagai sebuah peristiwa, sementara ‘memaknai’ mengacu kepada apa kesan kita atas yang kita alami tersebut.
Dua orang bisa mengalami peristiwa yang sama, namun belum tentu mereka akan memaknai peristiwa itu dengan kesan yang sama. Proses pemaknaan ini sendiri bisa bergantung pada banyak faktor yang lebih mendetail lagi nantinya, namun untuk saat ini mari kerucutkan dulu bahasan kita pada fungsi alami dari pikiran bawah sadar untuk melindungi dan menghindarkan diri kita dari bahaya dan ketidaknyamanan.
Apa yang sudah kita alami dan maknai ‘direkam’ oleh pikiran bawah sadar sebagai ‘basis data’, dimana kelak informasi yang ada di dalam basis data itu menjadi acuan untuk merespon peristiwa berikutnya, terutama jika peristiwa itu sejenis – atau memiliki asosiasi tertentu – dengan peristiwa yang pernah dialami sebelumnya.
Seseorang yang pernah mengalami digigit anjing ketika kecil misalnya, pikiran bawah sadarnya lalu memaknai bahwa ‘anjing adalah makhluk berbahaya yang mengancam keselamatan dan memberikan ketidaknyamanan’, ketika ia beranjak dewasa dan menjumpai anjing maka basis data yang menyimpan kesan tidak menyenangkan tentang anjing akan aktif dan berusaha keras menghindarkan dirinya dari anjing, hal ini lalu dirasakan dalam bentuk rasa takut yang hebat (fobia) terhadap anjing.
Meski nampak dan terasa sebagai ekspresi takut – yang terkesan negatif, namun di balik ekspresi takut ini sebenarnya tersimpan fungsi proteksi dari pikiran bawah sadar yang ingin menghindarkan kita dari apa yang dianggapnya bahaya dan ketidaknyamanan.
Sebagaimana sudah diulas di artikel ‘Terciptanya Masalah di Pikiran Bawah Sadar’, sering kali apa-apa yang kita alami ketika kecil – yang tersimpan di pikiran bawah sadar – kelak terlupakan oleh keterbatasan dari pikiran sadar yang hanya mampu mengingat memori jangka pendek, situasi inilah yang menjadikan munculnya konflik internal: pikiran bawah sadar memunculkan fungsi perlindungannya untuk menjauhkan dari bahaya dan ketidaknyamanan, namun pikiran sadar yang sudah tidak mampu mengingat detail peristiwanya tidak tahu mengapa reaksi maladaptif itu tercipta, yang muncul hanya ekspresi takut (atau dalam kasus lain bisa saja emosi negatif lain, seperti cemas, sedih dan emosi negatif lainnya) yang tidak bisa dipahami.
Yang terjadi adalah pikiran sadar yang logis tahu bahwa tidak seharusnya merespon dengan sedemikian reaktif pada hal yang tidak seharusnya direspon reaktif, namun pikiran bawah sadar yang merespon otomatis berdasarkan basis data yang dimilikinya atas hal yang dianggapnya bahaya atau tidak nyaman memunculkan fungsi proteksinya dalam bentuk rasa takut agar menjauhkan kita dari hal tersebut.
Prinsip yang sama berlaku bagi sistem keyakinan, seperti sudah diulas di artikel ‘Terciptanya Masalah di Pikiran Bawah Sadar’, ada kalanya kita mengadaptasi keyakinan tertentu di masa dimana area kritis pikiran sadar belum terbentuk, dimana keyakinan lama yang lebih dulu masuk dan menjadi program otomatis itu di kemudian hari berbenturan dengan logika baru yang diterima pikiran sadar.
Seseorang yang ketika kecil didoktrin bahwa kekayaan adalah akar dari kejahatan misalnya: pikiran bawah sadarnya yang terlanjur mengadaptasi keyakinan ini lantas meyakini bahwa hal ini benar adanya, maka kekayaan ini kemudian diasosiasikan dengan bahaya (ancaman) dan ketidaknyamanan. Ketika di kemudian hari seseorang ini menyadari bahwa kekayaan adalah hal yang baik dan ia ingin kaya, terjadilah konflik dalam dirinya, pikiran sadar yang logis tahu bahwa kekayaan adala hal baik dan ia ingin itu terjadi, berbenturan dengan pikiran bawah sadar yang menyimpan program masa lalu bahwa kekayaan adalah hal negatif yang mengancam dan menimbulkan ketidaknyamanan, dengan proporsi kekuatan pikiran bawah sadar yang 90% lebih kuat dibandingkan pikiran sadar yang hanya sebesar 10% kita sudah bisa menebak yang mana yang menang dan seperti apa kualitas hidup orang ini dalam pencapaian kekayaan: sulit untuk menjadi kaya karena memang kekayaan ini dianggap ancaman oleh pikiran bawah sadarnya.
Fungsi proteksi dari pikiran bawah sadar inilah yang selalu ‘berkomunikasi’ pada kita, apa yang dikomunikasikannya menyimpan banyak sekali petunjuk tentang hal-hal yang harus kita sikapi agar kualitas hidup kita menjadi lebih baik, pikiran bawah sadar tidak peduli pada apa yang kita inginkan secara logis, baginya melindungi kita adalah yang terpenting, meski dalam kenyataannya secara logis kita seolah ‘dirugikan’ (karena berkebalikan dengan kondisi ideal yang kita inginkan secara sadar).
Fungsi proteksi pikiran bawah sadar tidak berkomunikasi dalam bentuk kalimat atau perkataan logis yang begitu saja kita dengar dan pahami, melainkankan dalam bentuk lain yang lebih simbolis, yang perlu kita pahami terlebih dahulu, yaitu:
- Reaksi emosi
- Reaksi fisik
- Ketertarikan pada simbol
- Kejadian berulang/berpola
REAKSI EMOSI
Sehubungan dengan bahasan atas fungsi proteksi pikiran bawah sadar, yang dimaksud ‘reaksi emosi’ di sini yaitu jenis reaksi emosi negatif yang berhubungan dengan ketidaknyamanan yang dirasakan dalam situasi spesifik tertentu, seperti fobia, kecemasan dan berbagai emosi negatif lainnya, yang ketika muncul membuat seseorang terjebak dalam suatu mode yang disfungsional (tidak bisa mengendalikan dirinya secara ideal).
Fungsi proteksi dari pikiran bawah sadar selalu ingin menjaga kita dari ancaman dan ketidaknyamanan, ketika kita mengalami pengalaman traumatis tertentu – yang dimaknainya sebagai ancaman dan ketidaknyamanan – maka pikiran bawah sadar merekam memori atas kejadian itu dan dijadikan basis data untuk ‘melindungi’ kita dari terjadinya kejadian serupa di kemudian hari.
Artinya, ketika seseorang di masa kini terganggu dengan emosi negatif tertentu yang dirasakannya di masa kini di situasi spesifik tertentu, hal itu tidak lepas dari pikiran bawah sadar yang menyadari bahwa situasi spesifik itu serupa dengan kejadian masa lalu yang pernah dialami dan dianggap membahayakan atau mengancam, maka emosi negatif itu dimunculkan sebagai sinyal perlindungan agar kita menjauhi situasi tersebut.
Sampai sejauh ini bukankah hal itu menjadi maksud positif? Dalam hal tertentu bisa jadi demikian, masalahnya terdapat pada dua hal: pertama, sering kali emosi negatif yang mengganggu tersebut muncul di kejadian yang tidak terhindarkan atau memang menjadi sesuatu yang kita harus lakukan.
Misalnya saja, seseorang yang sewaktu kecil pernah dipermalukan di depan kelas oleh gurunya di sekolah, pikiran bawah sadarnya lalu mengasosiasikan ‘tampil di depan umum’ sebagai ancaman, maka setiap kali ia berada di depan umum pikiran bawah sadarnya pun memberikan sinyal rasa cemas agar ia menghindari hal tersebut, yang masih dianggapnya sebagai ancaman.
Jika orang ini tidak diharuskan untuk tampil di depan umum maka hal ini tentu tidak menjadi masalah, ia bisa menjalani kehidupan dengan tenang karena pikiran bawah sadar tidak mengidentifikasi ada ancaman yang bisa membahayakan jiwanya sehubungan dengan tampil di depan umum ini, namun lain ceritanya jika orang ini ternyata berada di posisi atau pekerjaan yang mengharuskannya tampil di depan umum, untuk melakukan presentasi misalnya.
Disinilah muncul permasalahan, adanya tuntutan situasi yang disadari pikiran sadar harus direspon secara ideal ternyata tidak sejalan dengan pikiran bawah sadar yang menganggap situasi itu adalah ancaman, muncullah kondisi disfungsional karenanya.
Sebagai manusia, merupakan suatu hal yang wajar jika dalam pengalaman tumbuh kembang yang dilalui kita mengalami berbagai hal traumatis yang kelak dimaknai pikiran bawah sadar sebagai ancaman atau bahaya, tidak semua hal ini akan menjadi masalah, karena belum tentu kita harus berhadapan dengan situasi yang serupa di masa depan, namun sayangnya sering kali ada begitu banyak kejadian yang pernah dimaknai sebagai ancaman di masa lalu oleh pikiran bawah sadar ini ternyata menjadi suatu hal yang memang harus kita lalui di masa depan.
Disinilah kesadaran kita berperan penting untuk menangkap sinyal dari pikiran bawah sadar, untuk menyadari ada maksud perlindungan apa di balik respon emosi negatif yang kita rasakan di situasi spesifik tertentu, bahkan jika memungkinkan: mengungkap detail lebih dalam jenis peristiwa apa yang pernah kita alami di masa lalu yang menjadikan kita menganggap situasi itu sebagai ancaman.
Ada kalanya hal ini sulit kita lakukan sendiri, disinilah hipnoterapi menjadi salah satu alat bantu yang sangat berguna untuk mengungkapnya.
REAKSI FISIK
Reaksi fisik yang dibahas di sini lebih dimaksudkan kepada ‘ketidaknyamanan fisik’ atau dalam skala ekstrim: penyakit.
Dalam hubungannya dengan rasa takut, ketika seseorang berada dalam rasa takut yang intens di suatu peristiwa traumatis tertentu yang bersifat mengancam, terjadilah reaksi fisiologi yang intens dalam diri, terjadi peralihan dari fungsi otak yang lebih tinggi ke sistem syaraf otonom. Bahkan ketika peristiwa bermuatan emosi intens tersebut berlalu, sistem pertahanan diri masih berada di kondisi siaga, berjaga-jaga kalau ancaman serupa kembali terjadi.
Berbagai hal yang terjadi dalam satu waktu tersebut, terlebih itu mengancam keamanan atau keberlangsungan hidup kita, tidaklah kita lupakan begitu saja, melainkan terekam di dalam pikiran bawah sadar dan juga di sistem tubuh fisik (soma) yang merespon ketika peristiwa yang mengancam tadi berlangsung, ‘memori fisiologi’ ini yang sering disebut sebagai somatic memory.
Dalam perkembangannya, lebih jauh lagi, somatic memory bukan hanya terjadi dalam situasi yang memicu rasa takut, melainkan juga segala bentuk emosi, jika kita sadari, setiap kita berada dalam emosi apa pun – baik emosi yang menyenangkan atau pun sebaliknya – selalu ada reaksi fisik yang muncul menyertainya, pemahaman bahwa tubuh dan pikiran kita saling terhubung ini juga yang di kemudian hari melatari lahirnya model biopsikososial.
Memori berisikan emosi negatif yang terekam di tubuh fisik tentu memberikan dampak tersendiri, yang kelak membebani cara kerja tubuh fisik. Selama memori berisikan emosi negatif ini tidak teraktivasi maka tidak akan muncul masalah berarti, namun hal ini bisa menjadi masalah jika memori berisikan emosi negatif ini teraktivasi karena adanya situasi spesifik yang mengaktifkannya.
Di balik masalah fisik yang seseorang alami – selain karena gaya hidup atau pun faktor organik lainnya – sedikit banyak akan tersimpan juga faktor psikis yang mempengaruhinya, disinilah masalah fisik yang dialami ini juga bisa menjadi petunjuk dari pikiran bawah sadar akan keberadaan emosi negatif yang tersimpan di dalamnya.
Kembali ke fungsi proteksi pikiran bawah sadar, fungsi perlindungan dari pikiran bawah sadar menyadari bahwa tidak baik menyimpan keberadaan emosi negatif terus-menerus dalam sistem kesadaran karena ia ‘membebani’ sistem kesehatan kita, namun apa daya ia juga tidak bisa mengeluarkan emosi negatif itu begitu saja karena memang bukan begitu cara kerjanya, maka diberikanlah sinyal pemberitahuan pada pikiran sadar berupa masalah fisik atau penyakit fisik ini, semata agar kita menyadari bahwa ada sesuatu yang salah dalam sistem kesadaran kita dan segera introspeksi diri untuk melepaskannya, namun karena sinyal ini juga tidak dipahami oleh pikiran sadar (karena keterbatasannya dalam memahami pesan dari pikiran bawah sadar) maka muncullah situasi yang dilematis: pikiran bawah sadar memberikan sinyal berupa masalah fisik, untuk kita sikapi, namun pikiran sadar yang tidak memahami sinyal itu tidak menyikapinya, sebaliknya pikiran sadar justru mengeluhkan keberadaan masalah fisik itu, yang semakin menambah beban emosi negatif yang tersimpan di sistem kesadaran.
Salah satu klien saya mengalami masalah fisik menahun pada bagian perutnya yang sangat mengganggunya, bertahun-tahun ia mencoba mencari solusi atas ‘penyakit’-nya dengan mengkonsumsi berbagai jenis obat, namun tak kunjung membuahkan hasil.
Dalam sesi hipnoterapi yang dijalaninya, ditemukan bahwa akar masalah dari rasa sakit fisiknya adalah rasa kesepian yang membuatnya sedih, rasa sakit pada fisiknya adalah sinyal dari pikiran bawah sadarnya tentang keberadaan dari kesedihan dalam dirinya, ketika kesedihan dalam dirinya ini tersembuhkan maka sembuh juga masalah fisiknya.
KETERTARIKAN PADA SIMBOL
Pikiran bawah sadar tidak berkomunikasi dengan literal berupa perkataan, melainkan bekerja secara simbolis, melalui sinyal-sinyal yang diberikannya untuk kita pahami dan sikapi, seperti reaksi fisik dan reaksi emosi yang sebelumnya sudah kita bahas.
Hal lain yang juga menjadi cara pikiran bawah sadar kita berkomunikasi dengan kita yaitu melalui ‘reaksi intuitif’, dimana ia ‘mengarahkan’ sistem penginderaan kita untuk tertarik pada objek-objek tertentu di luar diri kita, hal ini biasanya muncul kita rasakan di pikiran sadar dalam bentuk ‘rasa heran yang sulit untuk dijelaskan’.
Beberapa orang terheran-heran karena mereka mendapati dirinya selalu melihat angka tertentu secara berulang, ada juga yang terheran-heran karena mereka mendapati dirinya selalu melihat objek tertentu (hewan, tumbuhan, orang dengan perawakan tertentu, dll) secara berulang dan merasakan ada ‘sensasi yang sulit untuk mereka jelaskan’, seolah-olah objek itu menjadi sering ‘menyertai’ mereka.
Seolah bukan sebuah kebetulan, ketertarikan pada objek tertentu di luar diri yang disertai sensasi heran ini sering kali berujung pada terjadinya kejadian tertentu yang seolah menyadarkan kita mengapa kita melihat objek tersebut berulang-ulang (misalnya dialami mereka yang entah kenapa secara berulang seolah selalu melihat ‘ambulans’, dimana tidak lama berselang salah satu anggota keluarnya meninggal, ketika itu terjadi muncul sebuah intuisi yang seolah berkata “Itu rupanya artinya”).
Apakah memang objek-objek itu sedang ‘menyertai’ kita? Tidak juga, dalam keseharian pun bisa jadi objek-objek itu memang lazim kita temui, namun dalam situasi tertentu pikiran bawah sadar kita mengarahkan kita pada objek tersebut secara spesifik karena ada pesan yang ingin disampaikannya pada kesadaran kita.
Dalam format yang paling instingtif, ketertarikan pada simbol ini terjadi pada mimpi, seperti dikatakan oleh Sigmund Freud: “Dream is roal road to consciousness” atau bisa diterjemahkan sebagai “Mimpi adalah jalan istimewa menuju kesadaran”.
Ya, mimpi adalah salah satu cara pikiran bawah sadar memproses dan menyampaikan informasi pada kita, namun dihadirkannya informasi itu dalam bentuk simbol, berupa objek-objek dalam mimpi, hal ini juga yang melatari diterapkannya teknik interpretasi mimpi (dream interpretation) dalam teknik psikoterapi klasik seperti Psikodinamika.
Terdapat satu pendekatan yang cukup umum digunakan dalam dunia konseling berbasis esoterik untuk memahami arti dari simbol yang sedang disampaikan oleh pikiran bawah sadar ini, yaitu: Tarot.
Meski banyak orang menganggap Tarot sebagai ramalan, sebenarnya yang terjadi tidaklah demikian, di balik gambar-gambar yang menyertai setiap kartu dalam Tarot sebenarnya tersimpan proyeksi simbol di levelnya yang sangat dalam, yang beresonansi dengan sistem kesadaran di pikiran bawah sadar kita.
Ketika seseorang membacakan Tarot, yang terjadi sebenarnya adalah salah satu bentuk interpretasi simbol (seperti dalam interpretasi mimpi), namun menggunakan simbol-simbol kuno yang sudah ada selama sekian ratus tahun lamanya, dimana simbol-simbol itu memiliki makna kolektif yang melambangkan hal tertentu.
KEJADIAN BERULANG/BERPOLA
Masih berhubungan dengan bahasan sebelumnya dimana pikiran bawah sadar memiliki fungsi perlindungan, salah satu fungsi perlindungan dari pikiran bawah sadar ini sering kali diwujudkan dengan menempatkan kita di situasi yang dianggapnya adalah situasi yang aman dan sesuai untuk kita jalani, meski situasi itu berlawanan dengan apa yang kita harapkan secara sadar.
Hal ini dialami oleh klien saya yang selalu berada di situasi dimana ia tidak pernah bisa menyimpan uang, setiap kali menyimpan uang maka selalu ada saja kejadian tidak terduga yang membuat uang itu selalu habis tidak berbekas, menempatkannya kembali dalam mode ‘tidak punya uang’.
Dalam sesi hipnoterapi yang dijalaninya, ditemukanlah akar masalah bahwa pikiran bawah sadarnya meyakini bahwa uang adalah ‘akar dari segala kejahatan’, maka mode terbaik yang dianggap melindunginya adalah mode ‘tidak punya uang’, dengan cara itulah ia menjalankan ‘tugasnya’, setiap kali ia ‘keluar’ dari mode idealnya (dengan memiliki uang) maka pikiran bawah sadar segera menjalankan tugasnya menempatkannya kembali di situasi dimana ‘uang itu harus segera dikeluarkan’ dan ia kembali berada di kondisi tidak punya uang, karena itulah kondisi yang dianggap pikiran bawah sadar aman untuknya.
Ada banyak ragam kejadian lain yang tidak kalah serunya sehubungan dengan hal ini, salah seorang klien saya yang lain selalu mengalami kegagalan dalam menjalin hubungan, ada saja permasalahan internal dan eksternal yang lagi-lagi merusak kualitas hubungan yang dijalaninya, selidik punya selidik pikiran bawah sadarnya ternyata menyimpan kesimpulan bahwa hubungan pernikahan adalah sesuatu yang membahayakan dan harus dihindari karena ia kerap menyaksikan orang tuanya bertengkar ketika ia kecil, ketika ia menjalin hubungan yang mulai melangkah ke jenjang yang lebih serius/pernikahan maka pikiran bawah sadarnya segera mengambil tindakan untuk ‘mengamankan dirinya’ dalam bentuk menyabotase kualitas hubungan yang dijalaninya.
Kejadian berulang/berpola ini yang ketika berulang dialami oleh seseorang nampak seperti nasib, karena ia seolah menjadi cetak biru/blue print dari berbagai pola kejadian yang dialaminya dalam hidupnya.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.