Episode 1 – Target Yang (Lagi-Lagi) Gagal Setiap Tahunnya
Sekian hari berlalu sudah sejak hari pertama tahun 2021, berbagai tujuan pencapaian baru pun ditetapkan untuk diwujudkan di tahun ini.
Dari berbagai jenis kalangan yang menetapkan resolusi baru untuk dicapai setiap tahunnya, ada orang-orang yang selalu berhasil mewujudkan targetnya dari tahun ke tahun, namun ada juga yang dari tahun ke tahun hanya mengulang kegagalan, mereka menetapkan resolusinya dengan penuh semangat di awal tahun namun mendapati dari bulan ke bulan semakin jauh dari yang ingin diwujudkannya, sampai kemudian memutuskan untuk melupakannya.
Apa kiranya yang melatari fenomena tersebut? Bagaimana cara mengatasinya agar target pencapaian di tahun ini bisa terwujud dengan lebih efektif? Apa saja 4 langkah yang bisa membantu pencapaian target menjadi lebih efektif?
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini:
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode kesatu Life Restoration Podcast berjudul ‘Target Yang (Lagi-Lagi) Gagal Setiap Tahunnya’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Target Yang (Lagi-Lagi) Gagal Setiap Tahunnya'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode kesatu.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, semoga Anda sekalian selalu dalam kondisi sehat, berlimpah dan bahagia.
Saya ingin mengawali perjumpaan kita di podcast kali ini dengan 3 ‘ungkapan selamat’ terlebih dahulu.
Ungkapan selamat yang pertama, selamat berjumpa bersama saya, Alguskha Nalendra, atau sebagaimana para klien saya biasa memanggil saya: ‘Coach Alkha’.
Perkenalkan…saya adalah seorang coach dan hipnoterapis yang berpraktik secara profesional menyediakan layanan coaching, konseling dan terapi bagi mereka yang membutuhkan bantuan untuk mengatasi berbagai permasalahan emosional dan perilakunya, sambil juga membantu mereka mendesain kehidupan terbaik yang mereka layak dapatkan sesuai jati diri otentiknya.
Ngomong-ngomong, apa itu ‘coach’? Apa itu hipnoterapis? Apa saja yang dilakukan keduanya? Terus terang saja, yang satu ini butuh waktu tersendiri untuk membahasnya, untuk membantu memahaminya silakan kunjungi website saya di www.alguskha.com atau akun Instagram saya di @alguskha, meski tidak secara teoritis membahasnya, semoga apa yang Anda temukan di dalamnya tentang profil saya cukup memberikan Anda lebih banyak informasi tentang siapa saya dan apa yang saya lakukan sebagai seorang coach.
Kali ini, ungkapan selamat yang kedua, selamat datang di channel podcast saya, ‘Life Restoration Podcast’.
Bukan tanpa alasan channel podcast ini dibuat, melainkan karena semakin banyaknya permintaan dari kalangan dekat seperti klien dan alumni program pembelajaran yang saya adakan, untuk mulai menuangkan berbagai inspirasi yang selama ini sering mereka dengar dalam bentuk media yang bisa kembali didengarkan di lain waktu.
Selama ini saya memang sudah sering membagikan ‘buah pemikiran’ untuk kalangan dekat, namun semua itu dilakukan tanpa terdokumentasikan, sehingga banyak yang kesulitan ketika ingin mengingat ulang apa yang sudah disampaikan tersebut, dari sana jugalah mulai muncul banyak permintaan untuk mendokumentasikan berbagai buah pemikiran itu dalam bentuk podcast, seperti yang sedang Anda dengarkan sekarang ini.
Podcast ini dibuat dalam 3 bentuk, yaitu podcast berformat video-audiogram yang dimuat di Youtube Channel saya, ‘Alguskha Nalendra’, lalu berformat audio podcast yang dimuat di channel audio podcast saya sendiri, dan juga dalam format tertulis yang saya tuliskan di website saya www.alguskha.com dan akun LinkedIn saya ‘Alguskha Nalendra’, silakan pilih yang Anda rasa nyaman untuk menikmatinya, link dari ketiga format podcast tersebut juga sudah saya letakkan di kolom deskripsi Youtube Channel saya, pastikan Anda juga sudah mengikuti Youtube Channel saya, ‘Alguskha Nalendra’, akan ada banyak inspirasi dan pembelajaran yang saya bagikan di sana, baik itu inspirasi kehidupan atau pun pembelajaran tentang berbagai teknik terapi dan transformasi diri.
Nah, tak lupa tentunya saya haturkan juga ungkapan selamat yang ketiga, yang tak kalah pentingnya…yaitu: selamat tahun baru 2021!
Agak telat mengucapkannya? Tidak juga lah ya, saat ini – atau paling tidak, ketika podcast ini dibuat – masih terhitung minggu pertama bulan Januari 2021.
Seperti biasa, pergantian tahun selalu menjadi momentum menetapkan target baru, ada begitu banyak tujuan pencapaian baru ditetapkan di setiap awal tahunnya, ada begitu banyak mimpi dan keinginan dipancangkan di setiap awal tahun dengan harapan bisa terpenuhi di tahun baru yang akan berjalan.
Agaknya begitu juga dengan Anda bukan? Tentunya saat ini sudah ada banyak tujuan atau target pencapaian dan bahkan mungkin niatan-niatan untuk mewujudkan perubahan di berbagai aspek dalam kehidupan, dimana semua ini cukup sering kita kenal dengan sebutan ‘resolusi tahun baru’.
Membicarakan resolusi atau target tahunan adalah perkara unik, selalu ada begitu banyak target yang ditetapkan di setiap awal tahun, mulai dari target pencapaian, seperti ingin memiliki tempat tinggal, kendaraan atau objek lainnya, atau ada juga target kondisi, yaitu menargetkan kondisi diri yang lebih baik, seperti lebih bugar, lebih sehat, lebih langsing atau sejenisnya.
Ada juga target pengalaman, yaitu ingin mengalami berbagai pengalaman baru, seperti liburan atau mengunjungi tempat baru misalnya, dan ada juga target kebiasaan, yaitu ingin mengadaptasi kebiasaan baru yang lebih positif dan produktif, seperti lebih sering berolahraga misalnya, bangun lebih pagi, lebih sering menabung, atau bisa juga kebiasaan lain dalam bentuk apa pun.
Faktanya, dari tahun ke tahun terjadi hal yang kurang lebih seragam, yaitu ada orang-orang yang dari waktu ke waktu secara konsisten terus mewujudkan targetnya sehingga kualitas hidup mereka dari tahun ke tahun terus meningkat, namun ada juga orang-orang yang justru dari tahun ke tahun hanya bisa menetapkan target namun terus mendapati targetnya berakhir dengan kegagalan, di akhir tahun mereka akan melihat ulang daftar targetnya dan terheran-heran mengapa lagi-lagi target itu gagal, atau bahkan ada yang lebih parah lagi, jangankan menunggu akhir tahun, baru di pertengahan tahun saja ada orang-orang yang sudah mendapati bahwa dirinya sudah sangat jauh dari target yang ditetapkannya lalu memutuskan untuk berhenti dan menyerah.
Ada apa dengan fenomena ini? Mengapa sebagian orang bisa seolah begitu beruntung dan terus berhasil mewujudkan yang mereka ingin wujdkan dari tahun-ke tahun sementara sebagian orang lainnya harus mendapati fenomena berulang dari ‘target yang lagi-lagi gagal setiap tahunnya’?
Meski terdengar aneh, jawabannya justru terletak pada ‘program pikiran’ manusia itu sendiri.
Ya, selain dari faktor ketetapan Tuhan Yang Maha Kuasa tentang apa yang sudah sepantasnya kita dapatkan, masih terdapat faktor utama lainnya yang menentukan tercapai atau tidaknya target resolusi yang kita desain, yaitu program pikiran dan perilaku dalam diri kita sendiri.
Sampai sejauh ini mari kita pahami terlebih dahulu bahwa setiap proses pencapaian apa pun akan selalu ditentukan oleh dua faktor utama, pertama yaitu faktor ‘ketetapan Tuhan’ dan yang kedua yaitu faktor ‘program dalam diri kita’.
Ketetapan Tuhan adalah rencana Tuhan bagi setiap hamba-Nya, apa-apa yang sudah digariskan-Nya untuk kita jalani, atau kita biasa menyebutnya dengan nama ‘takdir’. Faktor takdir atau ketetapan Tuhan ini tidak akan kita bahas dalam podcast ini, karena tentunya merupakan rahasia ketetapan Tuhan, namun yang perlu kita sadari adalah bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dengan segala kasihsayang-Nya Tuhan menghamparkan begitu banyak peluang untuk kita jemput di dunia ini, namun demikian dengan kasihsayang-Nya juga tentu setiap peluang ini mensyaratkan kriteria kepantasan yang harus dipenuhi agar siapa yang mendapatkannya tidak lantas celaka karenanya, maka itulah sehubungan dengan faktor ketetapan Tuhan ini yang perlu kita lakukan adalah memantaskan diri untuk bisa menjemput peluang yang sudah dihamparkan-Nya sebaik mungkin.
Proses memantaskan diri inilah yang termasuk ke dalam faktor kedua, yaitu faktor ‘Program Dalam Diri Kita’. Berbeda dengan ketetapan Tuhan yang berada di luar kendali kita, program dalam diri kita ini masihlah sesuatu yang bisa kita kendalikan, dan bahkan hal ini juga yang hendaknya kita pantaskan agar bisa menjemput peluang yang sudah Tuhan sediakan untuk kita.
Jika hal ini berada dalam ruang kendali kita, maka bukankah memahami hal ini seharusnya menjadikan kita lebih paham tentang cara kerja pencapaian dari sebuah target resolusi? Jika program dalam diri ini menjadi sebuah formula maka seberapa penting kita memahami formula ini agar bisa mencapai target yang kita ingin wujudkan dengan lebih efektif tahun ini? Itulah yang akan kita mulai ulas dalam bahasan utama podcast ini, mari kita mulai saja bahasannya.
Bayangkan sebuah kapal layar yang besar, dengan kapasitas mesin dan layar yang tak kalah besarnya, yang mengarungi lautan lepas. Mari bayangkan seorang kapten sedang duduk di ruang kemudi kapal itu, mengamati proses perjalanan yang sedang dilaluinya, sekali-sekali ia memberikan instruksi pada awak kapal yang bekerja di ruang mesin dan yang mengatur arah layar, baik itu untuk menurunkan atau meningkatkan kecepatan, atau pun mengubah layar dan arah perjalanan.
Sejauh ini, apa yang menjadikan kapal itu bisa melalui perjalanan dengan baik dan mencapai tujuannya? Anda tentu sudah bisa menebaknya, pertama, yaitu adanya kejelasan akan arah perjalanan dari sang kapten kapal yang kemudian diterjemahkan menjadi instruksi yang jelas untuk diikuti oleh para awak kapal. Kedua, yaitu sampainya pesan itu ke para awak kapal yang bekerja di ruang mesin kapal dan yang mengatur arah layar itu, dan ketiga, kapten yang mengarahkan arah perjalanan serta para awak kapal yang mengoperasikan jalannya kapal haruslah memiliki kecakapan yang memadai untuk melaksanakan tugasnya.
Sejauh ini terbayang? Perlu kita pahami bahwa kesemua hal tersebut terhubung satu sama lain.
Mari bayangkan jika kapten kapal sendiri tidak memahami arah perjalanan dan ia tidak bisa memberikan instruksi yang jelas, meski pesan itu sampai pada mereka yang bekerja di ruang mesin atau yang menggerakkan arah layar tetap saja mereka akan kebingungan menjalankan instruksi tersebut dan memilih untuk mengabaikannya karena instruksi itu tidak mereka pahami, daripada mengikutinya namun berakhir dengan ketidakjelasan mereka yang bekerja di ruang mesin dan mengatur arah layar pun memilih untuk melakukan hal yang sudah terlanjur biasa mereka lakukan.
Berikutnya, bayangkan kapten kapal memahami arah perjalanan dengan baik dan bisa memberikan instruksi yang jelas, namun instruksi itu tidak sampai pada mereka yang berada di ruang mesin atau yang mengatur arah layar, bukankah tidak akan ada perubahan apa pun, instruksi itu tetap saja tidak akan dilaksanakan karena mereka yang berada di ruang mesin dan mengatur arah layar merasa tidak ada instruksi apa pun dari sang kapten untuk mereka jalankan?
Begitu juga ketika kapten kapal memahami arah perjalanan dengan baik dan bisa memberikan instruksi yang jelas, dan pesan itu sampai pada mereka yang berada di ruang mesin serta mengatur arah layar, jika mereka semua tidak memiliki keahlian yang memadai untuk menjalankan pekerjaannya mengoperasikan kapal, yang terjadi hanyalah kekacauan dan kebingungan, tentu hanya soal waktu sebelum kapal itu tenggelam karenanya.
Kesemua hal yang baru saja diulas tadi melambangkan apa yang kita kenal sebagai mekanisme program dalam diri kita, kapal adalah diri kita dan lautan adalah kehidupan yang kita jalani. Untuk bisa memastikan kapal itu melalui perjalanannya dengan baik dan mencapai tujuan yang ditetapkan maka diperlukan instruksi yang jelas dari kapten kapal, yang sampai ke para awak kapalnya yang bekerja di ruang mesin dan mengatur arah layar, dan begitu juga semua yang mengoperasikan kapal itu haruslah memiliki keahlian yang memadai untuk mengoperasikan jalannya kapal dengan baik.
Ketika satu saja dari kesemua hal di atas tidak berjalan dengan baik, maka terjadilah ketidakefektifan pada jalannya kapal, hal inilah yang dimaksudkan sebagai kemacetan, ketidakefektifan atau bahkan kegagalan dalam prosesnya, dimana hal ini juga yang menjadikan lagi-lagi proses pencapaian target pada akhirnya gagal dari waktu ke waktu.
Nah…mari mengulas semua ini semakin dalam, sampai sejauh ini perlu kita sadari dan siapkan diri kita, bahwa membicarakan kesemua hal di atas juga akan mengajak kita untuk memahami cara kerja pikiran manusia, atau membicarakan cara kerja kesadaran manusia, bagaimana jika sistem kesadaran ini bekerja secara harmonis maka proses pencapaian resolusi pun akan berjalan dengan baik, namun begitu juga sebaliknya, ketika sistem kesadaran ini berkonflik atau gagal berkomunikasi satu sama lain maka besar kemungkinan proses pencapaian target kita pun – lagi-lagi – akan bermasalah.
Tapi tenang saja, kita tidak akan membicarakan cara kerja pikiran manusia ini secara teoritis dan berbelit-belit, melainkan secara praktis dan menggunakan ilustrasi sederhana, berdasarkan sudut pandang keilmuan hipnosis dan hipnoterapi, keilmuan yang saya tekuni dan praktikkan untuk membantu para klien saya mengatasi berbagai masalah emosi dan masalah perilakunya.
Ngomong-ngomong, jika Anda adalah seseorang yang awam dengan keilmuan hipnosis atau hipnoterapi, mengingat bahwa ada begitu banyak manfaat terkandung dalam keilmuan ini yang bisa kita berdayakan untuk meningkatkan kualitas hidup, termasuk dalam pencapaian berbagai target kehidupan, saya menyarankan Anda untuk mulai lebih banyak mengakrabkan diri dengan keilmuan ini, ada berbagai artikel yang sudah saya tulis tentang keilmuan ini di website saya, silakan luangkan waktu untuk membacanya ketika senggang.
Kembali ke bahasan tentang cara kerja pikiran manusia yang dilambangkan oleh ilustrasi kapal di lautan tadi, mari kita mulai saja mengulas kesemua hal tersebut.
Pikiran manusia terdiri dari yang kita kenal sebagai pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
Secara sederhana, saya biasa menjelaskan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar sebagai level kesadaran yang kita gunakan untuk beraktivitas.
Ada level kesadaran yang kita gunakan untuk beraktivitas secara sadar, kita berpikir, membuat keputusan dan meletakkan atensi pada hal yang kita pikirkan atau perhatikan secara sadar, inilah yang saya maksud pikiran sadar.
Dalam ilustrasi kapal yang kita gunakan, cara kerja pikiran sadar ini diwakili oleh kapten kapal, dalam hal ini pikiran sadar adalah sistem pikiran kita yang mengamati kehidupan di luar diri kita dan kemudian menetapkan arah perjalanan atau menetapkan target.
Ada juga level kesadaran yang kita gunakan untuk beraktivitas tanpa kita sadari cara kerjanya, level kesadaran ini bekerja tanpa harus kita arahkan, dan bahkan cara kerjanya pun sering kali tidak kita kendalikan secara sadar, inilah yang saya maksudkan sebagai pikiran bawah sadar.
Yang perlu kita ketahui adalah meski tidak kita sadari cara kerjanya, tapi pikiran bawah sadar menjadi mesin penggerak respon otomatis diri kita, respon otomatis yang dijalankan oleh pikiran bawah sadar mengacu pada program yang ada di dalamnya.
Dalam ilustrasi kapal yang kita gunakan, cara kerja pikiran bawah sadar ini diwakili oleh para awak kapal yang mengendalikan jalannya mesin dan arah layar, mereka tidak terlihat karena berada di ruang mesin namun cara mereka mengoperasikan jalannya kapal menentukan bagaimana kapal itu melalui perjalanannya.
Ada kalanya keinginan yang ditetapkan oleh pikiran sadar berlawanan dengan program yang ada di pikiran bawah sadar, disini muncullah konflik internal, dalam ilustrasi kapal yang kita gunakan hal ini diwakili oleh gambaran dimana instruksi yang diberikan kapten kapal tentang arah perjalanan tidak direspon oleh awak kapal yang menjalankan mesin dan mengarahkan layar, yang lebih memilih untuk menjalankan apa yang mereka anggap benar.
Disinilah perlu kita sadari bahwa masalah yang dialami seseorang yang menghambat kualitas hidupnya pada dasarnya bermula dari adanya konflik di antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, atau tepatnya konflik yang terjadi di antara keinginan dari pikiran sadar dan keyakinan yang tersimpan di pikiran bawah sadar.
Perbandingan kekuatan dari pikiran sadar dengan pikiran bawah sadar adalah 1 banding 9, dimana pikiran bawah sadar 9x lipat lebih kuat dari pikiran sadar, artinya apa yang diyakini oleh pikiran bawah sadarlah yang lebih kuat mengendalikan diri kita dibandingkan dengan yang kita coba lakukan secara sadar.
Logika pikiran sadar kita memiliki keinginan untuk bisa menampilkan respon emosi dan perilaku ideal yang seharusnya, di situasi yang tepat, namun belum tentu keyakinan yang ada di pikiran bawah sadar sejalan dengan keinginan itu.
Seperti yang dialami oleh mereka yang mengalami fobia misalnya, dalam kasus fobia pikiran bawah sadar menyimpan memori dan kesan yang muncul dari peristiwa di masa lalu bahwa objek atau situasi tertentu adalah ancaman bagi keselamatan hidupnya, sering kali memori spesifik atas kejadian paling awal yang membuat pikiran bawah sadar menyimpulkan seperti itu sudah tidak diingat lagi oleh pikiran sadar.
Ketika di kemudian hari penderita fobia ini dihadapkan dengan objek atau situasi yang ditakutinya, secara logis pikiran sadar mereka tahu bahwa tidak seharusnya mereka menampilkan respon yang irasional ketika dihadapkan dengan objek atau situasi yang ditakutinya itu, namun apa daya ketika itu terjadi justru respon reaktif dari pikiran bawah sadarlah yang muncul mengambil alih kesadaran mereka, karena bagi pikiran bawah sadar memori dan kesan yang berhubungan dengan objek atau situasi tersebut di masa lalu menyatakan bahwa mereka adalah ancaman bagi keselamatan.
Saya biasa menggambarkan bahwa yang tersimpan di pikiran bawah sadar tidak ubahnya adalah sebuah program otomatis yang mengendalikan diri kita, ilustrasi yang sering digunakan untuk menggambarkan hal ini – seperti dikemukakan oleh Sigmund Freud, tokoh besar dunia Psikologi yang merupakan penemu dari teknik Psikoanalisa – adalah ilustrasi gunung es. Bagian yang kecil yang nampak di permukaan adalah pikiran sadar sementara bagian besar yang tidak nampak yang terendam air adalah pikiran bawah sadar, meski yang nampak di permukaan adalah bagian yang kecil, atau pikiran sadar, sebetulnya yang mengendalikan ke arah mana ia bergerak adalah bagian besar yang tidak terlihat, yang ada di dalam air, yaitu pikiran bawah sadar.
Berbagai masalah lain yang seseorang alami, tak lain dan tak bukan merupakan konflik di antara keinginan dari pikiran sadar dan program yang tersimpan di pikiran bawah sadar.
Para penderita fobia tahu bahwa mereka tidak seharusnya merespon dengan irasional, tapi program di pikiran bawah sadar meyakini hal yang sebaliknya.
Mereka yang bermasalah dengan kepercayaan diri dalam bersosialisasi mengalami hal yang sama, logika sadar mereka tahu bahwa mereka seharusnya merasa tenang dan biasa saja dalam bersosialisasi, tapi program di pikiran bawah sadar menganggap sosialisasi sebagai ancaman sehingga setiap kali akan bersosialisasi maka pikiran bawah sadar memunculkan reaksi minder, cemas, gugup dan sebagainya.
Mereka yang bermasalah dengan kebiasaan buruk pun demikian, logika sadar mereka tahu bahwa tidak seharusnya mereka melakukan kebiasaan buruk tersebut, tapi lagi-lagi keyakinan di program pikiran bawah sadar yang merasa bahwa kebiasaan buruk tersebut memberikan rasa nyaman justru mengendalikan mereka melakukan hal yang sebaliknya.
Mereka yang bermasalah dengan kebiasaan makan berlebih misalnya, secara sadar tahu bahwa tidak seharusnya mereka makan berlebih namun apa daya program dan keyakinan di pikiran bawah sadar justru menginginkan sebaliknya karena merasa ada kenyamanan di dalamnya.
Begitu juga mereka yang bermasalah dengan penundaan, logika sadar mereka tahu bahwa tidak seharusnya mereka menunda-nunda, tapi lagi-lagi program di pikiran bawah sadar justru menginginkan mereka untuk menunda.
Dan begitu juga berbagai masalah emosi dan perilaku lainnya, semua bersumber dari konflik di antara kesadaran logis pikiran sadar yang mengetahui hal yang seharusnya dilakukan, dengan keyakinan yang tersimpan di program keyakinan pikiran bawah sadar, dengan porsi kekuatannya yang 9x lipat lebih kuat maka program keyakinan yang tersimpan di pikiran bawah sadarlah yang lebih dominan mengendalikan respon kita.
Kapten kapal atau pikiran sadar adalah sistem pikiran kita yang berisikan kehendak, segala keinginan dan pemikiran aktif terjadi di pikiran sadar, diibaratkan kapten kapal, pikiran sadar adalah sistem pikiran kita yang mengamati kehidupan di luar diri kita dan kemudian menetapkan arah perjalanan atau keinginan.
Mereka yang bekerja di ruang mesin kapal dan mengatur arah layar adalah perlambang dari pikiran bawah sadar, mereka mengoperasikan mesin kapal berdasarkan informasi yang mereka miliki, apa yang mereka operasikan maka dengan cara itulah kapal bergerak.
Dua permasalahan utama yang kerap terjadi, yang menjadikan cara kerja kapal terganggu dan berujung pada kegagalan berulang dari waktu ke waktu adalah: pertama, kapten kapal sendiri belum memiliki arah perjalanan yang jelas untuk ditempuhnya, dengan kata lain kita sendiri belum secara matang menentukan apa yang kita ingin capai atau wujudkan.
Kedua, terjadinya permasalahan komunikasi antar kapten kapal dengan mereka yang bekerja di ruang mesin dan yang mengatur arah layar, meski kapten kapal mengetahui arah perjalanan dengan jelas sekali pun jika ia tidak bisa mengkomunikasikan arah perjalanan itu pada mereka yang menentukan proses bergeraknya kapal maka lagi-lagi arah perjalanan kapal tidak akan berjalan efektif, hal ini melambangkan adanya konflik di antara keinginan atau perencanaan yang ada di pikiran sadar dengan respon otomatis yang bersumber dari pikiran bawah sadar, pikiran sadar ingin mewujudkan target pencapaian yang sudah dirancangnya dengan seksama tapi pikiran bawah sadar memiliki agenda berbeda yang menjadikan prosesnya seolah saling bertabrakan karena keinginan dari pikiran sadar tidak terkomunikasikan dengan baik ke pikiran bawah sadar.
Mari kita perjelas bahasan tentang faktor pertama dulu…
Dalam ilustrasi perjalanan kapal yang kita gunakan, kapten kapal haruslah memiliki kecakapan dalam membaca dan menentukan arah perjalanan, dengan kata lain, ia harus tahu pasti kemana kapal ini hendak ia arahkan.
Dalam proses pencapaian tujuan, hal ini dimaksudkan bahwa kita sendiri haruslah tahu pasti apa yang kita ingin capai. Kita tahu pasti spesifiknya hal yang ingin kita wujudkan, seberapa penting hal itu berarti untuk kita capai dan tidak ada lagi keraguan di dalamnya.
Dalam praktik coaching profesional yang saya jalankan, tiga hal itulah yang justru seringkali menjadi kendala sehubungan dengan penetapan arah tujuan ini.
Ada orang-orang yang belum yakin secara spesifik nilai kepentingan dari yang mereka ingin capai, sering kali hal ini karena mereka hanya ‘ikut-ikutan’, target yang mereka tetapkan adalah target yang sebetulnya keinginan orang lain, yang di awal terdengar menyenangkan untuk mereka ikut pancangkan, namun jika harus jujur lebih jauh, mereka sebenarnya tidak menginginkan hal tersebut, bahkan bisa jadi mereka tidak tahu nilai kepuasan apa yang mereka cari di balik hal itu.
Ada juga orang-orang yang tidak menetapkan secara detail wujud dari target pencapaian yang ingin dicapainya, mereka biasanya menggunakan kata ‘lebih baik’, namun tidak menjelaskan secara detail apa target pencapaian yang mereka ingin wujudkan.
Misalnya saja, mereka yang mengatakan “Saya ingin mendapatkan penghasilan yang lebih baik lagi tahun ini,” meski kalimat ini terdengar memotivasi namun sebenarnya kalimat ini tidak menyiratkan kejelasan seberapa jauh peningkatan penghasilan itu mereka inginkan.
Atau kalimat yang bernada “Saya ingin lebih sehat dan bugar tahun ini,” lagi-lagi meski terdengar bijak kata ‘sehat’ dan ‘bugar’ dalam kalimat itu belumlah menyiratkan kondisi spesifik yang jelas, yang bisa menggambarkan seperti apa spesifikasi dari kondisi sehat dan bugar yang ingin dicapai ini.
Ada juga mereka yang mungkin saja bisa menetapkan tujuan dengan spesifik dan tahu bahwa mereka harus mencapai yang mereka ingin capai tersebut karena sedemikian pentingnya, namun entah kenapa karena satu dan lain hal mereka menjadi ragu, biasanya hal ini terjadi karena seiring waktu berjalan mereka mendapati berbagai temuan tentang target pencapaiannya yang ternyata berpotensi berlawanan dengan harapannya atau berpotensi merugikannya, misalnya seseorang yang ingin mendapatkan promosi kenaikan jabatan karena ia tahu itu penting tapi di sisi lain ragu karena ia tahu ketika dipromosi maka beban kerjanya akan bertambah dan menyita waktunya bersama keluarga.
Tidak spesifiknya penetapan tujuan ini diibaratkan kapten kapal yang ia sendiri tidak tahu tujuan dan arah perjalanan yang akan ditempuhnya, atau bisa saja ia tahu namun ia tidak siap dengan resiko yang harus ditempuhnya ketika melalui rute perjalanannya, sejak awal saja kapal ini sudah berlayar dengan arah yang tidak jelas dan dengan daya dorong yang tidak optimal karena ada keraguan menyertainya.
Ngomong-ngomong, terdapat perbedaan antara tujuan dan arah perjalanan, dalam ilustrasi kapal yang kita gunakan, tujuan adalah akhir dari sebuah perjalanan tempat dimana kita bisa melabuhkan jangkar dan menikmati akhir perjalanannya, sementara arah perjalanan adalah rute yang akan kita pilih untuk bisa mencapai tujuan perjalanan tadi.
Penetapan tujuan yang tepat sekali pun bisa menjadi kesia-siaan jika rute yang dipilih tidaklah tepat, artinya selain dari menetapkan tujuan yang tepat, kita juga harus memiliki kecakapan untuk menterjemahkan proses pencapaian tujuan itu menjadi strategi proses yang tepat, membicarakan strategi proses berarti kita juga harus menyiapkan kapasitas diri sebaik mungkin untuk siap menjalani strategi proses tersebut.
Hal ini mengacu pada prinsip sederhana: selain tujuan yang ditetapkan harus jelas, kita juga harus bisa ‘memecah’ pencapaiannya menjadi strategi proses yang memuat sikap dan perilaku yang memungkinkan kita untuk menjadi pribadi yang layak mewujudkan target tersebut, misalnya saja kita ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar di tahun ini, maka kita tentu harus mengidentifikasi strategi pencapaiannya, misalnya dengan pekerjaan atau bisnis apa kita ingin mencapai peningkatan penghasilan tersebut, lalu sikap, perilaku dan kebiasaan apa yang sepantasnya kita tampilkan yang bisa memantaskan kita mendapat peningkatan penghasilan tadi.
Banyak orang-orang yang mengikuti seminar motivasi dan merumuskan target pencapaian yang betul-betul mereka ingin wujudkan, mereka bersemangat sekali untuk mencapai targetnya, namun banyak di antara mereka yang tidak ‘memecah’ target tersebut menjadi strategi proses yang taktis, alhasil lagi-lagi energi motivasi yang bergelora itu memudar dengan sendirinya karena strategi yang dilakukan ‘mentah’ dan tidak mendekatkan mereka dengan target itu dari waktu ke waktu, pada akhirnya mereka menyerah dengan sendirinya karena merasa yang dilakukannya sia-sia.
Bagaimana dengan resolusi Anda sendiri? Sudahkah Anda tahu pasti apa yang ingin Anda capai? Yakinkah Anda bahwa itu adalah pencapaian yang Anda sangat ingin wujudkan dan akan membuat Anda puas selepas mencapainya, bukan sebatas ikut-ikutan? Sudahkah Anda menyiapkan langkah-langkahnya dan mempersiapkan diri untuk menjalani langkah tersebut.
Jika sudah, waktunya kita mengulas faktor berikut yang haruslah kita pastikan agar pencapaian target dan strategi proses yang sudah kita rancang berjalan efektif, yaitu selarasnya kejelasan target yang kita ingin capai dengan agenda yang ada di pikiran bawah sadar.
Dalam ilustrasi kapal layar yang kita gunakan, pikiran bawah sadar adalah para awak kapal yang bekerja di ruang mesin dan yang mengoperasikan arah layar. Perlu kita sadari bahwa meski pun kapten adalah pangkat tertinggi di kapal layar tersebut, tetap saja bukan ia yang mengoperasikan langsung mesin yang menggerakkan kapal dan mengarahkan layar, melainkan ada awak kapal yang harus menjalankan instruksinya.
Kapten kapal menetapkan arah tujuan di suatu titik perjalanan dan menyampaikan instruksi arah tujuan tersebut pada awak kapalnya, instruksi itu lalu diterima dan dijalankan, maka kapal yang sedemikian besar itu pun mulai bergerak ke arah yang diarahkan si kapten kapal dengan semua daya geraknya, inilah perlambang dari proses pencapaian target yang ideal, kita menetapkan sebuah target pencapaian untuk dituju dan pikiran bawah sadar bekerja selaras mengantarkan kita untuk mencapai target tersebut.
Sekali lagi, pikiran bawah sadar memegang kendali atas 90% respon emosi dan perilaku kita, dibandingkan pikiran sadar yang hanya memegang kendali 10%. Pertanyaannya adalah: apa yang tersimpan di pikiran bawah sadar yang seharusnya mendukung penetapan target di pikiran sadar? Jawabannya yaitu: sistem keyakinan.
Sistem keyakinan atau dalam Bahasa Inggris disebut ‘belief system’ adalah seperangkat program yang mengoperasikan respon diri kita, dengan porsi kekuatan sebesar 90% bisa kita bayangkan pengaruh dari sistem keyakinan ini pada cara kita bergerak mewujudkan target pencapaian yang kita inginkan.
Sehubungan dengan pencapaian target, sistem keyakinan di pikiran bawah sadar ini kiranya hanya kita bagi menjadi dua: apa yang diyakininya atas target yang ingin kita capai, dan seberapa mungkin dirasanya kita mampu mewujudkan target tersebut.
Contohnya begini, kita ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar tahun ini, hal ini menjadi target yang ditetapkan oleh pikiran sadar, meski hal ini positif adanya tapi belum tentu pikiran bawah sadar setuju dengan target ini, bisa saja sistem keyakinan yang ada di pikiran bawah sadar justru tidak menginginkan penghasilan yang besar tersebut, yang terjadi adalah instruksi dari kapten kapal tidak dijalankan oleh awak kapal, maka kapal pun tidak bergerak ke arah yang sesuai tujuan.
Atau bisa juga dalam contoh lain kita ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar dan kita sudah menggambarkannya dengan sangat jelas, secara logis kita tahu bahwa angka itu adalah angka yang sangat mungkin untuk diwjudkan, namun katakanlah pikiran bawah sadar memiliki sistem keyakinannya sendiri yang merasa bahwa hal itu tidak mungkin diwujudkan, ia merasa kita tidak memiliki kemampuan atau terlalu kecil untuk bisa mewujudkan hal tersebut, maka lagi-lagi daya kinerja kita pun tidak bergerak selaras untuk mewujudkan target tersebut.
Mengapa bisa demikian? Mari pahami terlebih dahulu proses pembentukan sistem keyakinan di pikiran bawah sadar.
Bayangkan sebuah kapal yang di awal perjalanannya mengadakan koordinasi atau briefing di antara kapten dan seluruh awak kapal tentang arah tujuan yang akan ditujunya. Di briefing awal itu disampaikanlah informasi tentang arah tujuan yang akan dituju, yang dipahami dan disepakati bersama.
Setelah briefing, kapten dan semua awak kapal kembali ke posisinya dan menjalankan tugasnya, di awal-awal perjalanan kapal pun berjalan sesuai dengan arah yang dikoordinasikan sejak semula, seiring perjalanan berlanjut kapten kapal mulai menyadari bahwa kapal harus diarahkan ke arah atau tujuan baru, ia pun menginstruksikan pada awak kapal yang menggerakkan mesin dan arah layar untuk mengubah arah tujuan, namun instruksi itu tidak sampai pada para awak kapal, mereka hanya fokus menjalankan instruksi awal yang diterimanya lebih dulu, muncullah kendala: kapten yang menyadari bahwa arah perjalanan lama tidak lagi relevan dan harus mengubah arah baru berkonflik dengan para awak kapal yang menjalankan instruksi lama yang diyakininya benar.
Proses briefing awal dalam ilustrasi di atas adalah fase pembentukan program yang ada di pikiran bawah sadar di masa lalu. Setiap orang memiliki pengalaman tumbuh-kembang yang berbeda, fase ini juga menjadi fase yang membentuk sistem keyakinan dalam diri, yang kemudian dijalankan oleh pikiran bawah sadar sampai seterusnya.
Kembali ke contoh mendapatkan penghasilan yang lebih besar di tahun ini sebelumnya, katakanlah mendapatkan penghasilan yang lebih besar menjadi sebuah target untuk diwujudkan tahun ini oleh pikiran sadar, namun demikian program yang beroperasi di pikiran bawah sadar meyakini bahwa uang bukanlah hal penting, bahkan hal negatif, hal ini bisa saja terjadi karena ada pengalaman negatif masa lalu yang membuat seseorang meyakini bahwa uang adalah hal negatif, misalnya saja bahwa ‘uang adalah sumber dari segala kejahatan’, atau malah menganggap ‘uang itu tidak penting’, bisa kita bayangkan bahwa 10% daya kehendak yang ada di pikiran sadar yang menganggap peningkatan penghasilan itu penting berhadapan dengan 90% program keyakinan yang meyakini bahwa uang adalah perkara negatif, yang mana yang menang? Di sini saja sudah bisa kita pahami mengapa target peningkatan penghasilan itu kembali gagal, karena ia disabotase oleh program yang berlawanan cara kerjanya.
Bisa juga terjadi fenomena lainnya, keyakinan yang ada di pikiran bawah sadar setuju bahwa yang kita inginkan secara sadar adalah hal penting, namun ia meyakini bahwa kita tidak punya cukup kemampuan untuk mewujudkan pencapaian tersebut, dirasanya kita terlalu kecil dan tidak pantas untuk mewujudkan yang kita ingin capai itu.
Kembali ke contoh target mendapatkan penghasilan yang lebih besar tadi, secara sadar kita sudah menetapkan bahwa hal ini penting dan harus diwujudkan tahun ini, namun apa daya pikiran bawah sadar merasa hal itu sulit dilakukan, dirasanya kita tidak punya cukup kemampuan untuk mewujudkan hal tersebut, lagi-lagi hal ini terjadi karena adanya proses pembentukan keyakinan yang membuat kita meyakini hal tersebut, misalnya saja sedari kecil seseorang sering dicaci-maki, sering dikata-katai tidak becus atau tidak layak, apa-apa yang dilakukan pasti gagal, dan lain sebagainya, program itu lalu ‘tercetak’ di pikiran bawah sadarnya, maka jangan heran itulah yang dioperasikannya, ketika ada target besar untuk dicapai, 90% program di pikiran bawah sadar justru meyakini bahwa target itu tidak mungkin untuk diwujudkan, sejak awal saja ia sudah ‘macet’ dan tidak bekerja bersama kita untuk mewujudkan target tersebut.
Dalam dunia pengembangan diri, fenomena keyakinan yang berlawanan dengan kehendak dari pikiran sadar ini sering dikenal sebagai ‘hambatan mental’ atau ‘mental block’, keberadaan mental block inilah yang sering kali menjadi ‘sabotase tidak kasat mata’ yang menjauhkan kita dari pencapaian target yang kita harapkan, maka itu penting bagi kita untuk selepas menetapkan tujuan secara sadar lalu memeriksa program yang ada di pikiran bawah sadar kita, mengidentifikasi keselarasan antara program yang ada dalam diri kita dengan kehendak yang kita tetapkan secara sadar, jika ada mental block di dalamnya maka segeralah kita benahi agar pikiran bawah sadar mengerahkan 90% potensi terbaiknya untuk membantu kita mewujudkan target yang kita ingin capai.
Nah, itu adalah gambaran dari cara kerja atau mekanisme program pikiran kita dalam mewujudkan pencapaian tujuan, kita hampir sampai di akhir podcast ini, sekarang mari kita bahas saja langkah-langkah bagaimana kali ini kita bisa mendesain resolusi pencapaian tujuan yang lebih efektif, yang sesuai dengan cara pikiran kita bekerja, untuk meminimalisir kemacetan atau kegagalan dalam pencapaiannya.
Semua ini saya rangkum dalam empat langkah sederhana, sudah siap menyimaknya? Mari kita mulai saja.
Untuk mencapai target yang kita inginkan dengan lebih efektif kita memulai dari langkah pertama, yaitu merenungkan apa hal yang kita ingin wujudkan secara spesifik dengan mengikuti kaidah SMART.
Istilah SMART sebenarnya sudah cukup umum dikenal dalam dunia motivasi, namun tidak ada salahnya kita menterjemahkannya ulang kali ini.
SMART terdiri dari lima hal, yaitu specific, measurable, achievable, relevant dan time based.
Specific mengacu kepada kondisi dimana kita mendefinisikan yang kita inginkan dengan jelas dalam bentuk kalimat positif, jika kita ingin lebih sehat misalnya, maka yang kita definisikan adalah kondisi ‘menjadi lebih sehat’, dan bukannya kalimat negatif ‘tidak lagi sakit-sakitan’, artinya: definisikan yang kita inginkan, bukan yang kita tidak inginkan.
Pikiran bawah sadar sulit menerima instruksi negatif atau tidak jelas, ketika kita mengatakan ‘tidak lagi sakit-sakitan’, maka pikiran bawah sadar kesulitan menterjemahkan kondisi ideal yang harus diwujudkannya.
Ilustrasi yang menggambarkan hal ini sama dengan ketika kita datang ke stasiun untuk membeli tiket, jika saya mengatakan bahwa saya ingin membeli tiket ke Jakarta maka petugas ticketing akan dengan mudah memberikan tiket yang saya butuhkan, namun lain cerita jika saya mengatakan ‘pokoknya jangan ke Jakarta’, saya menyatakan yang tidak saya inginkan tapi tidak menyatakan yang saya inginkan, bukankah petugas sendiri akan bingung memberikan yang kita butuhkan? Ilustrasi yang sama berlaku pada cara pikiran bawah sadar dalam mengerahkan energinya dalam mencapai target yang kita tetapkan.
Berikutnya measurable, yaitu terukur, artinya ada ukuran atau kondisi yang kita definisikan yang menggambarkan tujuan spesifik tadi, kata ‘lebih sehat’ belumlah menjelaskan keterukuran dari sebuah kondisi, maka kita perlu menggambarkannya dengan lebih jelas, misalnya: ‘menjadi lebih sehat yang ditandai dengan bisa bangun lebih pagi pukul setengah lima dengan merasa segar setiap harinya, mampu berkonsentrasi secara stabil selama minimal 30 menit setiap kali menjalankan pekerjaan tanpa merasa kelelahan dan malas karenanya’.
Nah, bagaimana bedanya? Terasa bukan perbedaan kedalaman arahnya?
Mari kita lanjutkan ke poin achievable, yaitu ‘mungkin untuk dicapai’, atau realistis. Meski kita tahu bahwa bermimpi besar itu penting, tetap saja yang kita tetapkan haruslah realistis, sesuai dengan ketersediaan sumber daya atau waktu yang kita miliki. Jika dari awal saja kita sudah merasa hal itu terlalu besar secara logis, maka sejak awal saja akan sudah muncul penolakan dari dalam diri kita, belum dilaksanakan pun sabotase sudah terjadi dengan sendirinya.
Berikutnya, relevant, yaitu sejalan dengan kebutuhan atau memang itu menjadi sebuah prioritas bagi kita, kita memiliki sebuah alasan penting ‘mengapa’ target itu penting untuk kita wujudkan. Jika dari awal saja target itu hanya menjadi sebuah target ‘iseng’, maka tidak perlu heran jika kesadaran kita pun tidak menganggap itu hal penting untuk dicapai, disinilah kita perlu merenungkan ada alasan apa saja yang perlu kita sadari, yang menjadikan target itu sebuah ‘keharusan’ untuk dicapai.
Terakhir yaitu time based, atau berbasis waktu, ketika kita menetapkan sebuah target untuk dicapai maka hendaknya kita juga menetapkan tenggat waktu kapan kita ingin mewujudkan target tersebut, hal ini penting agar kesadaran kita mengatur sumber daya dan cara kerjanya untuk membantu kita mewujudkan target tersebut sesuai waktu yang kita tetapkan, penetapan tenggat waktu ini juga menjadi pertimbangan apakah penetapan target itu realistis ataukah harus kita evaluasi kembali.
Langkah kedua dalam mencapai target yang kita inginkan dengan lebih efektif dilakukan dengan menghilangkan keraguan, disini kita perlu merenungkan adakah hal negatif atau kemungkinan negatif yang kita tidak sukai dalam pencapaian target tersebut.
Misalnya saja kita menginginkan kenaikan posisi karir, namun ada ‘ketidaksukaan tersembunyi’ bahwa jika posisi karir naik maka beban kerja pun bertambah, hal ini akan menjadi ‘sabotase tersembunyi’ yang lagi-lagi menggembosi upaya kita mewujudkan target yang kita inginkan.
Atau dalam contoh lainnya, kita ingin mengadaptasi kebiasaan yang lebih sehat tahun ini, namun belum dilakukan saja kita sudah membayangkan bahwa hal itu sangatlah tidak nyaman untuk dilakukan dan menyakitkan, lagi-lagi sabotase akan terjadi.
Jika dari awal kita sudah bisa membaca ada potensi keraguan di dalam pencapaiannya, maka kita perlu sekali lagi merenungkan apakah betul target itu sedemikian pentingnya untuk kita capai, dengan kata lain: jika ada 100 alasan yang membuat kita ragu untuk mewujudkan target tersebut, kita harus menemukan 200 alasan yang bisa membuat kita yakin bahwa target itu penting dan layak diwujudkan.
Berikutnya, langkah ketiga dalam mencapai target yang kita ingin capai, yaitu dengan memecah target pencapaian itu menjadi sebuah ‘strategi proses’, artinya di awal kita memang menentukan kondisi ideal yang kita ingin capai, namun dalam prosesnya kita harus mengidentifikasi bentuk perilaku, kebiasaan dan sikap apa saja yang jika kita jaga dengan konsisten maka pada akhirnya semua itu akan mengantarkan kita pada pencapaian target tersebut.
Bagi mereka yang ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar atau kenaikan posisi karir misalnya, mulailah mengidentifikasi perubahan perilaku, sikap, kebiasaan atau peningkatan keahlian apa saja yang harus diadaptasi dan dilakukan secara konsisten yang pada akhirnya akan membantu kita mewujudkan pencapaian target tersebut, pada akhirnya nanti fokus saja untuk menjaga pemenuhan perilaku dan sikap tersebut secara konsisten, dengan sendirinya target akan tetap tercapai.
Langkah terakhir untuk mencapai target yang kita inginkan dengan lebih efektif yaitu dengan sering-seringlah berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar, tanamkan tujuan itu di dalam pikiran bawah sadar dengan sangat kuat sehingga ia menjadi agenda prioritas yang turut dijalankan oleh pikiran bawah sadar, sehingga 90% energinya dikerahkan untuk membantu kita mencapai target yang kita inginkan.
Terdapat beberapa cara untuk menanamkan tujuan dan berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar ini, namun bahasan ini akan saya bahas di podcast lainnya, karena bahasan ini akan mensyaratkan waktu tersendiri, pastikan Anda sudah subscribe channel ini agar terus mendapatkan informasi terkini tentang perkembangan informasi yang dimuat di dalamnya.
Intinya adalah kembali kepada ilustrasi kapten dan awal kapal, tujuan yang sudah ditetapkan oleh kapten harus dikomunikasikan pada awak kapal untuk mereka terima, mereka pahami dan mereka jalankan. Jika semua mekanisme ini berjalan dengan selaras maka terciptalah program yang membantu kita mewujudkan target pencapaian dengan lebih efektif.
Sederhana bukan? Ingatlah, sederhana bukan berarti mudah, yang saya katakan sederhana adalah prosesnya, namun bukan berarti semua ini bisa begitu saja dijalankan dengan mudah, tentu diperlukan pembiasaan bertahap dalam menjalankan prosesnya, pikiran kita tidak ubahnya seperti otot, ia memerlukan latihan dan pembiasaan sampai ia mengadaptasi sebuah program baru, maka mari kita latih pikiran kita dengan kebiasaan efektif ini, agar memudahkan kita mewujudkan lebih banyak resolusi pencapaian tujuan di tahun ini dan seterusnya.
Di kesempatan berikutnya agaknya akan cukup seru kalau kita luangkan waktu untuk mengulas cara-cara berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar agar ia bekerja selaras mendukung kita mewujudkan target pencapaian yang kita inginkan, bagaimana menurut Anda? Kita lihat nanti oke.
Nah…demikian kiranya podcast kita kali ini, sudah siap menata dan mewujudkan resolusi pencapaian di tahun ini dengan lebih efektif tentunya kan?
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Coach Alkha benar-benar murah hati dengan ilmu… Hal sama disampaikan dalam 3 format: Video Youtube, audio dan skrip komplet. Sangat memudahkan alumni pelatihan INNER EVOLUTION dan pembelajar lainnya untuk mendapatkan pelajaran sesuai dengan learning mode masing-masing.
Terima kasih sangat Coach Alkha… Coach terbaik!
Terima kasih apresiasinya Pak Jen, senang sekali mendapati karya kecil ini bisa menjadi manfaat bagi sesama.