Episode 11 – Bersahabat Dengan Diri Sendiri
Cara kita dalam mengenali dan memperlakukan diri sendiri sangat mempengaruhi kualitas hidup yang kita jalani.
Orang-orang yang tidak mengenal dirinya akan banyak menghabiskan waktunya untuk menjalani kehidupan yang bukan kehidupannya sendiri, mereka menjalani hidup dengan mengikuti apa kata orang lain, tidak punya pendirian dan tidak punya keyakinan diri tentang seperti apa kehidupan yang mereka inginkan.
Sementara mereka yang memusuhi dirinya sendiri ini sering kali menghukum dirinya sendiri dengan kualitas hidup yang buruk dan kesialan panjang yang mereka ciptakan sendiri, mereka menempatkan diri mereka sebagai ‘musuh’ yang tidak pantas untuk dikasihani, sehingga harus terus diperlakukan buruk dan tidak pantas, setiap kali ada peluang untuk naik kelas kehidupan maka peluang itu disabotase agar diri mereka sendiri tidak bisa naik kelas kehidupan, sementara ketika mereka menjalani kualitas hidup yang buruk maka kualitas hidup yang buruk itu terus diperburuk dengan berbagai kondisi lain yang membuat kualitas hidupnya semakin menyedihkan.
Jadi bagaimana cara untuk bisa bersahabat dengan diri sendiri?
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode kesebelas Life Restoration Podcast berjudul ‘Bersahabat Dengan Diri Sendiri’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Bersahabat Dengan Diri Sendiri'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode sebelas.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, semoga Anda sekalian – seperti biasa – selalu dalam kondisi sehat, berlimpah dan bahagia.
Berjumpa kembali di episode kesebelas kali ini.
Memulai episode ini saya ingin pertama-tama mengajak Anda membayangkan satu hal terlebih dahulu.
Begini, bayangkan Anda sedang menghabiskan waktu bersama seorang sahabat baik yang sangat spesial bagi Anda, bayangkan sahabat Anda ini sebagai seseorang yang sangat spesial, ada banyak kisah yang sudah Anda lalui bersamanya, dia selalu membersamai dan membantu Anda dengan segala daya-upayanya, dan kali ini Anda berkesempatan menghabiskan waktu dengannya.
Pertanyaannya adalah: bagaimana Anda akan menghabiskan waktu dengannya? Bagaimana Anda akan memperlakukannya? Seberapa jauh Anda akan melakukan berbagai hal yang bisa membuatnya merasa bahagia sebagai seorang sahabat yang kehadirannya begitu berharga bagi Anda?
Tanpa harus menjawabnya secara terucap, saya yakin Anda memikirkan hal yang sama, yaitu: Anda siap melakukan segala daya-upaya untuk membuatnya merasa nyaman dan bahagia, betul?
Mengapa demikian? Lagi-lagi jawabannya sederhana: karena dia adalah sosok yang penting, berharga dan pantas Anda bahagiakan atas semua daya upayanya membersamai Anda, betul?
Nah, sekarang mari kita menyesuaikan ulang sedikit isi dari imajinasi ini, tapi jangan salah, meski hanya sedikit tapi yang kita sesuaikan adalah yang menjadi inti dari imajinasi ini, yaitu imajinasi Anda tentang sosok sahabat berharga yang tadi Anda bayangkan dalam imajinasi tadi.
Kali ini mari bayangkan sosok sahabat dalam imajinasi Anda tadi adalah diri Anda sendiri.
Pertanyaannya sama, yaitu: bagaimana Anda menghabiskan waktu dengan diri Anda? Bagaimana Anda memperlakukan diri Anda? Seberapa jauh Anda sudah melakukan berbagai hal yang bisa membuat diri Anda merasa bahagia sebagai sebuah sosok yang kehadirannya begitu berharga bagi Anda?
Bukan tanpa alasan saya mengajukan pertanyaan tadi, dalam pengalaman praktik terapi daj konseling profesional yang saya jalani entah berapa kali saya sudah menjumpai orang-orang yang menjalani hidup yang tidak karuan dan bahkan kacau berantakan hanya karena satu hal fatal: tidak mengenal diri mereka sendiri, dan bahkan yang lebih fatal lagi, yaitu sampai membenci dan memusuhi diri mereka sendiri!
Seberapa jauh Anda peduli pada orang yang Anda tidak kenal atau tidak sadari keberadaannya? Bisa jadi sangat minim bukan? Begitu juga seperti apa sikap Anda pada orang yang Anda benci, tentunya tidak menyenangkan bukan?
Seperti itulah gambaran langsung dari bagaimana pengaruh atas cara pandang diri kita terhadap diri kita sendiri dengan pada akhirnya bagaimana cara kita memperlakukan diri kita sendiri.
Mereka yang tidak kenal dengan dirinya tidak akan tahu apa yang dirinya butuhkan atau inginkan, mereka bisa terbawa nafsu untuk mengejar berbagai hal yang mereka inginkan tapi tidak kunjung menemukan nilai kebahagiaan sejati, mereka bisa bergelut dengan pencarian tidak berkesudahan akan nilai dari sebuah kebahagiaan tapi berulang kali terhempas ke titik kehampaan yang sama – sampai-sampai merasa muak dan jenuh karenanya.
Hal ini juga yang sering kali membuat beberapa orang yang mengalami hal ini kemudian menjalani kehidupan yang ‘hambar’, tidak ada ‘rasa’ di dalamnya, tidak ada gairah, hanya menyambung hidup dari hari ke hari, entah sampai kapan.
Saya menemukan orang-orang yang tidak mengenal dirinya banyak menghabiskan waktunya untuk menjalani kehidupan yang bukan kehidupannya sendiri, mereka terjebak ke dua situasi: pertama, menjalani hidup dengan mengikuti apa kata orang lain, tidak punya pendirian dan tidak punya keyakinan diri tentang seperti apa kehidupan yang mereka inginkan.
Kedua, mereka yang menjalani hidup dengan mengikuti hawa nafsu dan ambisi tidak berkesudahan tapi sebetulnya merasakan kehampaan tidak berujung dalam dirinya, di balik berbagai gemerlap pencapaian dan kehebohan yang ingin mereka wujudkan, ada satu rasa ‘haus’ tidak berkesudahan yang tidak kunjung mereka bisa penuhi, semakin mereka ‘minum’ untuk memenuhi rasa hausnya maka mereka merasakan kepuasan sementara, tapi kemudian kembali larut pada kehausan yang meresahkan, dari waktu ke waktu mereka mendapati rasa haus itu semakin menyiksa mereka.
Bagaimana dengan mereka yang memusuhi dirinya sendiri? Hal ini bahkan lebih parah lagi, saya mendapati mereka yang memusuhi dirinya sendiri ini sering kali menghukum dirinya sendiri dengan kualitas hidup yang buruk dan kesialan panjang yang mereka ciptakan sendiri, mereka menempatkan diri mereka sebagai ‘musuh’ yang tidak pantas untuk dikasihani, sehingga harus terus diperlakukan buruk dan tidak pantas, setiap kali ada peluang untuk naik kelas kehidupan maka peluang itu disabotase agar diri mereka sendiri tidak bisa naik kelas kehidupan, sementara ketika mereka menjalani kualitas hidup yang buruk maka kualitas hidup yang buruk itu terus diperburuk dengan berbagai kondisi lain yang membuat kualitas hidupnya semakin menyedihkan.
Begitu juga sebaliknya, mereka yang mengenali dirinya mampu menjalani kehidupan dengan berpegang teguh pada pendirian dan keyakinannya, mereka mendengarkan perkataan orang lain, tapi tidak terpengaruh secara berlebihan oleh ucapan orang lain, pada akhirnya mereka tetap membuat keputusan dengan berpegang teguh pada nilai-nilai kebahagiaan yang mereka yakini.
Mereka yang mengenali dirinya tahu apa yang membahagiakannya, mereka tahu apa yang mereka ingin wujudkan dalam hidupnya dan tahu kadar yang dirasanya cukup untuk bisa membahagiakannya, ketika mereka menikmati nilai kebahagiaannya mereka tidak ragu untuk bisa berbagi semangat kebahagiaan dengan orang di sekitarnya.
Bagaimana dengan mereka yang bersahabat dengan dirinya? Anda tentu bisa menebaknya. Kita akan memperlakukan sahabat dengan baik bukan? Maka itulah yang dilakukan mereka yang bersahabat dengan dirinya sendiri, mereka memperlakukan dirinya sendiri dengan segala tindakan yang membawa kebaikan bagi dirinya, mereka tidak ragu untuk naik kelas kehidupan karena mereka tahu mereka pantas untuk itu.
Mari kita pahami satu-persatu hal yang menjadikan semua ini terjadi.
Pertama-tama, perlu kita sadari bahwa kita tidaklah bisa bersahabat dengan orang yang kita bahkan tidak kenali, maka begitu juga untuk bisa bersahabat dengan diri kita, pertama-tama kita harus mengenali diri kita terlebih dahulu, mengenali siapa diri sejati kita, mengenali apa yang kita butuhkan, mengenali nilai-nilai kebahagiaan yang kita yakini, lalu dilanjutkan dengan menempatkan diri kita sebagai sosok yang penting untuk diperlakukan dengan baik, dimuliakan sebaik mungkin sebagai seorang sahabat yang berharga.
Disinilah tantangan pertama terletak, kita sering kali kesulitan mengenali diri kita sendiri, karena kita bertumbuh dengan mengikuti cara pandang yang lingkungan tanamkan atas diri kita. Dalam masa pertumbuhan ini saja bukan tidak mungkin ada begitu banyak luka yang kita alami, atau orang-orang biasa menyebutnya sebagai ‘luka batin’.
Luka batin bisa begitu memenjarakan potensi diri kita, mereka yang terpenjara oleh luka batin ketakutan misalnya, menjadi tidak bisa mengenali potensi sejatinya akan hal-hal besar yang seharusnya bisa mereka lakukan karena setiap kali memikirkan berbagai hal besar justru ketakutanlah yang muncul memenuhi diri mereka, sehingga mereka mengurungkan niatnya mewujudkan hal-hal besar tersebut dan memilih mengerjakan hal-hal remeh yang mereka rasa sesuai dengan kepantasan dirinya.
Begitu juga luka batin lainnya, seperti perasaan tidak pantas, tidak layak, tidak berdaya, perasaan kecil, atau perasaan tidak berharga, semua itu bersifat memenjarakan dan sering kali membuat kita tidak mengenal diri kita yang sebenarnya.
Tunggu dulu, jadi seperti apa diri kita yang sebenarnya? Adakah cara mengetahuinya? Bagaimana kita tahu kesejatian diri kita? Terus terang saja, yang satu ini agak unik untuk diulas, karena kita membicarakan diri kita berdasarkan dua sudut pandang, yaitu sudut pandang ‘bentukan’ atau nurture dan sudut pandang ‘alami’ atau nature.
Sudut pandang bentukan atau nurture menekankan bahwa diri kita saat ini terbentuk dari bentukan atau asuhan lingkungan, pada akhirnya kita memiliki pilihan untuk menentukan, terlepas dari apa pun bentukan lingkungan atas diri kita, kita memiliki pilihan untuk menentukan seperti apa kita ingin memutuskan menjalani kehidupan yang layak kita jalani.
Selama masa pembentukan dan pengasuhan lingkungan kita belajar untuk mengadaptasi berbagai nilai-nilai yang ditanamkan oleh lingkungan, namun pada akhirnya kita harus merenungkan dan memilih apa nilai-nilai kebahagiaan sejati yang akan kita perjuangkan karena hal itu adalah sesuatu yang kita rasa mewakili kesejatian kehendak bebas diri kita.
Sementara itu sudut pandang alami atau nature menekankan bahwa diri kita terlahir dengan sebuah cetak-biru atau blueprint yang menjelaskan siapa diri kita, atau tepatnya siapa jiwa kita, apa tema kehidupan kita dan apa misi jiwa yang kita bawa di kehidupan ini untuk kita tunaikan.
Dari mana blueprint ini bisa terbentuk? Jawabannya adalah dari hari kelahiran, seperti yang Anda sudah temukan di episode ketiga podcast saya sebelumnya, yang berjudul ‘Hari Kelahiran dan Tema Kehidupan’, jika Anda kebetulan belum mendengarkan episode tersebut maka saya menyarankan Anda untuk mendengarkannya terlebih dahulu, agar bisa memahami konteks dari penjalasan saya tadi.
Saya memilih untuk menggunakan kedua sudut pandang tadi, yaitu mengenal diri dengan mengungkap blueprint energi seseorang yang terbentuk dari hari kelahirannya, lalu merenungkan nilai-nilai kebahagiaan sejati hasil bentukan lingkungannya untuk kemudian diselaraskan dengan tema kehidupan yang dibawa oleh blueprint energinya.
Inti dari mengenali diri-sendiri adalah mengenali siapa diri kita, mengenali apa yang kita ingin wujudkan dalam hidup ini, memahami mengapa itu mewakili nilai kebahagiaan sejati kita dan menyadari apa saja yang kita butuhkan untuk bisa memenuhi nilai kebahagiaan sejati itu.
Hanya dengan mengenali diri kita sendiri inilah baru kita bisa menjalani kehidupan yang otentik, kehidupan yang membuat kita bisa berpuas diri atas diri kita sendiri tanpa harus membanding-bandingkan diri dengan orang lain, karena kita tahu kita adalah diri kita apa adanya, kita tidak harus menjadi seperti orang lain karena kita bukanlah mereka, kita adalah jiwa yang berbeda dengan keunikan temanya masing-masing.
Mengenali diri adalah awal dari sebuah perjalanan panjang membahagiakan diri, karena dari sinilah kita mulai bisa bersahabat dengan diri-sendiri. Kita sudah mengenal diri kita sedemikian baiknya sampai kita tahu apa yang kita butuhkan dan apa yang membuat kita bahagia, sehingga mudah bagi kita untuk bisa memenuhinya, inilah yang dimaksud bersahabat dengan diri sendiri.
Bersahabat dengan diri sendiri berarti memperlakukan diri dengan cara yang spesial, dengan cara yang istimewa sebagaimana kita memperlakukan seorang sahabat. Kita rela melakukan segala daya-upaya untuk bisa membuatnya merasa nyaman dan membantunya karena kita tahu ia sosok yang penting bagi kita.
Diri kita adalah sosok yang tidak pernah meninggalkan kita, setiap orang lain di luar diri kita selalu memiliki keterbatasan untuk bisa membersamai kita, selalu ada masa dimana mereka tidak bisa membersamai kita, namun lain dengan diri kita, diri kita selalu ada untuk kita dan tidak akan pernah meninggalkan kita, karena kita adalah satu kesatuan dengannya.
Maka, bersahabatlah dengan diri sendiri, jangan kecewakan ia, jangan mengeluh padanya, jangan sampai memperlakukannya dengan buruk, cara kita memperlakukan diri kita adalah cerminan kualitas hidup yang kita jalani, karena bagaimana cara kita memperlakukan diri kita maka itulah cara kehidupan memperlakukan kita.
Selagi kita masih menganggap buruk diri kita, menganggapnya kecil, tidak berharga dan tidak layak, maka seperti itulah cara kehidupan memperlakukan kita, akan selalu ada saja sabotase tidak kasat mata yang datang silih berganti karena kita sendirilah yang menyabotase kualitas hidup yang kita jalani dengan cara pandang yang buruk atas diri kita sendiri.
Hal yang paling sulit membuat kita mengenali diri sendiri adalah kebingungan dan ketidaktegasan, kita tidak membuat keputusan tegas untuk mengenali nilai kebahagiaan sejati diri kita dan lebih memilih menjalani kehidupan sebagaimana lingkungan membentuk kita selama ini.
Diperlukan keputusan tegas dan keteguhan untuk bisa melakukan hal ini, karena selama kita masih tidak mengambil kendali kehendak bebas ini maka kita hanya akan menjadi sosok yang kehidupannya ditentukan oleh lingkungan dimana kita tinggal, sementara itu keputusan tegas dan keteguhan ini tentu akan menyita konsekwensi yang tidak sedikit, akan ada pihak-pihak yang tidak senang jika kita bisa menjadi diri kita sendiri, karena mereka kehilangan pengaruh untuk mengendalikan diri kita sesuai keinginan mereka.
Bagaimana dengan hal yang menyulitkan kita untuk bersahabat dengan diri sendiri? Jawabannya yaitu karena ada penyesalan di dalam diri, karena kita memandang kesalahan dan ketidaktahuan masa lalu sebagai sebuah aib, sehingga ketika kita memandang diri sendiri di masa lalu dari sudut pandang di masa kini bukan pemahaman bahwa diri kita harusnya menjadi lebih baik di masa kinilah yang muncul, tapi penyesalan mengapa diri kita di masa lalu tidak melakukan hal lain yang lebih baik lagi.
Penyesalan adalah hal yang paling mudah membuat kita memusuhi diri kita sendiri, kita mengutuki diri atas berbagai hal yang kita lakukan – atau bahkan yang tidak kita lakukan – dan melupakan berbagai hal lain yang seharusnya lebih kita syukuri.
Jadi, bagaimana cara bersahabat dengan diri-sendiri ini? Saya merangkumnya ke dalam empat langkah.
Langkah pertama, renungkan dan putuskan.
Renungkan dan putuskan dengan kesiapan penuh bahwa Anda siap mengenal dan bersahabat dengan diri Anda sendiri, buat satu kebulatan tekad bahwa Anda siap menjalani kehidupan terbaik yang memang layak Anda jalani sebagai kehidupan Anda sendiri, bukan kehidupan orang lain.
Langkah pertama ini sangat berhubungan dengan kehendak bebas, Anda harus mengandalkan akal untuk merenung dan memutuskan sepenuh hati, menyadari bagaimana selama ini lingkungan membentuk dan menanamkan nilai-nilai yang Anda yakini tanpa Anda sendiri dulu pernah menyadarinya, lalu membuat keputusan tegas untuk meyakini nilai-nilai yang memang Anda sukai karena Anda tahu nilai-nilai itu mendatangkan kebahagiaan sejati pada hidup Anda.
Langkah kedua, bebaskan diri Anda, tembus berbagai lapisan luka dalam diri Anda yang selama ini membatasi potensi Anda, membuat Anda tidak mengenal diri Anda sendiri.
Kesadaran Anda tidak bisa mengenali diri sejati Anda karena terhalang oleh luka yang selama ini membentuknya, pun demikian diri sejati Anda tidak bisa melangkah maju menjemput peluang di luar sana karena selama ini menghabiskan hidupnya di balik luka yang menghambat potensinya untuk bergerak maju, ia bahkan tidak tahu ada dunia luas terbentang di luar sana karena terlalu lama menghabiskan waktu di balik tembok luka yang selama ini memenjarakannya.
Hancurkan berbagai penyesalan yang selama ini Anda bebankan terhadap diri Anda sendiri, sadari bahwa diri Anda di masa lalu masihlah dipenuhi keterbatasan dan ketidaktahuan, sehingga kesalahan apa pun yang dilakukan saat itu semata karena Anda belum siap mengantisipasinya, hal itu menjadi menyakitkan karena kita meninjaunya ulang di masa kini dari sudut pandang yang fokus pada penyesalan dan bukan pembelajaran.
Maka, fokuslah pada pembelajaran, sekali lagi, bulatkan tekad, tembus berbagai lapisan luka dalam diri Anda, pelajari berbagai cara menyembuhkan diri sendiri, minta bantuan profesional jika perlu, intinya berjuanglah perjuangkan diri Anda, bebaskan ia dari penjara jiwanya.
Saya sudah membuat beberapa episode podcast yang berhubungan dengan cara melepaskan luka batin dan berdamai dengan rasa takut, silakan temukan episode tersebut untuk Anda dengarkan dan praktikkan nantinya.
Langkah ketiga, kenalilah desain blueprint energi Anda, kenali seluk-beluk tema kehidupan dan misa jiwa yang terkandung di balik hari kelahiran Anda.
Setiap orang memiliki peran di kehidupan ini, kalau semua menjadi tukang dagang, lalu siapa yang akan beli? Kalau semua menjadi pembeli, lalu mereka akan membeli dari siapa karena tidak ada tukang dagang di antara mereka?
Kalau semua menjadi pemimpin lalu siapa yang akan jadi rakyat? Kalau semua jadi rakyat maka siapa yang akan memimpin?
Begitu juga berbagai pertanyaan lain yang berhubungan dengan peran kehidupan ini, kita semua memiliki peran untuk ditunaikan, baik untuk lingkungan dimana kita tinggal, atau pun untuk kehidupan dimana kita berada, ketika kita menyadari peran kehidupan ini maka lebih mudah bagi kita untuk menjalani kehidupan otentik sesuai misi jiwa kita.
Langkah keempat dan terakhir, berikan diri Anda nilai kebahagiaan yang dibutuhkan sesuai dengan hasil perenungan Anda di langkah kedua dan berikan diri Anda segala kebutuhan yang diperlukan oleh blueprint energi Anda.
Sekali lagi, Anda tidak harus menjadi orang lain, Anda cukup menjadi diri Anda sendiri apa adanya, justru cara terbaik bersahabat dengan diri Anda sendiri adalah dengan cara menjadi diri Anda sendiri apa adanya, namun bukan diri sendiri yang larut dengan nafsu dan ego, melainkan diri sendiri yang menyadari nilai kebahagiaan sejatinya dan kemudian berbagi semangat kebahagiaan pada orang di sekitarnya.
Kita tidak bisa memberikan yang tidak kita miliki, bagaimana mungkin kita bisa memberikan cinta kasih pada mereka yang kita sayangi jika kita sendiri tidak memiliki cinta kasih itu dalam diri kita, begitu juga kebermanfaatan dan persahabatan, bagaimana mungkin kita bisa berbagi keduanya jika kita sendiri tidak memiliki keduanya dalam diri kita.
Mulailah dulu bersahabat dengan diri Anda sendiri, Anda akan mendapati semangat persahabatan itu menular keluar dan menjadikan orang-orang merasa nyaman bersahabat dengan Anda, dengan semangat persahabatan itu juga Anda bisa lebih mudah membangun semangat persahabatan di antara orang-orang di sekitar Anda, untuk menyadari nilai-nilai kebahagiaan sejatinya, itulah yang dimaksud kebermanfaatan.
Sampai jumpa di episode berikutnya.
.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.