Episode 17 – Mengenal ‘Bagian-Bagian’ Kesadaran Dalam Diri
Pernahkah Anda terbangun di pagi hari dan merasakan nuansa konflik internal, ada satu Bagian dalam diri yang ingin bergegas bangun, namun ada Bagian lain dalam diri yang ingin terus tidur dan beristirahat?
Fenomena ini melambangkan pertentangan antara dua Bagian kesadaran dalam diri, yang disebut juga Ego State.
Diri kita terdiri dari Bagian-Bagian kesadaran yang memiliki fungsi dan peranan spesifiknya masing-masing, jika Bagian-Bagian kesadaran ini sehat dan menjalankan fungsinya dengan baik, terciptalah kinerja ideal, namun jika Bagian-bagian kesadaran ini terluka maka muncullah berbagai jenis permasalahan emosi, fisik dan perilaku, dalam skala yang lebih luas akumulasi dari luka yang dialami Bagian kesadaran ini juga yang kelak membentuk perwujudan ‘shadow‘, Bagian gelap dalam diri yang dibahas di episode sebelumnya.
Episode podcast kali ini adalah tema lanjutan dari episode sebelumnya, yang mengulas tentang shadow, namun dari tinjauan Ego State Therapy, pada akhirnya nanti kita akan sampai ke bahasan tentang cara berdamai dengan shadow, namun secara bertahap, salah satu langkahnya dimulai dengan memahami cara kerja Bagian-Bagian kesadaran dalam diri ini.
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode ketujuhbelas Life Restoration Podcast berjudul ‘Mengenali ‘Bagian-Bagian’ Kesadaran Dalam Diri’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Mengenali 'Bagian-Bagian' Kesadaran Dalam Diri'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode tujuh belas.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, seperti biasa , semoga Anda sekalian selalu dalam kondisi sehat, berlimpah dan bahagia, dimana pun Anda berada.
Berjumpa kembali di episode ketujuhbelas Life Restoration Podcast, untuk meneruskan apa yang sudah saya bahas di episode sebelumnya, yaitu langkah berdamai dengan shadow, atau ‘bagian gelap’ dalam diri, yang menjadi ‘biang kerok’ di balik berbagai jenis masalah perilaku yang seolah ‘menggelapkan’ kehidupan seseorang.
Bagi Anda yang belum mendengarkan episode sebelumnya, saya sedikit bercerita dulu ya.
Di episode sebelumnya, saya mengulas tentang shadow, ‘bagian gelap’ yang berdiam dalam ruang kesadaran manusia, yang menyimpan ‘sifat-sifat kegelapan’, yang bisa membuat seseorang melakukan hal yang tidak pantas, yang berlawanan dengan norma-norma sosial.
Kita mungkin pernah mendengar fenomena dimana sosok pemuka agama atau tokoh publik lain yang selama ini dikenal sebagai sosok yang bersih, suci dan bijak, tiba-tiba terkena masalah yang melibatkan skandal perilaku yang tidak pantas dilakukan oleh sosok dengan citra seperti mereka, ada yang terungkap bermasalah dengan kasus penipuan, keuangan, dan bahkan yang cukup ekstrim adalah yang berhubungan dengan skandal seksual.
Bahasan tentang shadow ini sendiri sudah cukup panjang, dan saya sudah membahasnya secara khusus di podcast episode sebelumnya, jika Anda belum sempat mendengarkannya maka saya sarankan untuk menyempatkan diri mendengarkannya terlebih dahulu ya.
Shadow adalah akumulasi dari berbagai energi-emosi negatif dalam diri yang tidak terekspresikan, yang kemudian seolah mewujud menjadi sebuah ‘sosok gelap’ dalam diri.
Seperti sudah sempat diulas di episode sebelumnya, shadow terbentuk dari akumulasi emosi negatif yang terkunci dalam diri kita, salah satunya yaitu: luka batin.
Luka batin menjadi salah satu hal yang membuat emosi terkunci dalam diri, emotion yang seharusnya menjadi ‘energy in a motion’, atau ‘energi yang bergerak’ menjadi ‘energy not in a motion’, atau ‘energi yang tidak bergerak’, dengan kata lain energi ini terkunci dan tidak mengalir lancar.
Sebagai manusia kita tentu memiliki berbagai jenis luka dalam diri, disinilah seiring waktu, energi negatif dari luka itu terakumulasi, membentuk kumpulan energi negatif yang lebih besar lagi.
Kumpulan energi negatif ini terbentuk dari berbagai jenis luka batin, dimana di setiap luka batin itu ada ‘Bagian Diri’ kita yang terluka.
Nah, sampailah kita ke bahasan tentang ‘Bagian Diri’ atau ‘Bagian-Bagian’ dalam ruang kesadaran diri kita.
Bahasan tentang Bagian Diri adalah bahasan yang sangat penting di berbagai bidang, baik itu yang berhubungan dengan terapi, untuk membantu proses penanganan shadow, atau pun dalam bidang coaching, untuk membantu proses pencapaian, atau bahkan dalam bidang pengembangan diri sehari-hari, untuk bisa memiliki sikap dan perilaku yang ideal.
Karena kita tadi sempat membicarakan shadow, maka bahasan Bagian Diri ini nanti akan saya hubungkan lagi dengan bahasan kita tentang cara berdamai dengan shadow, tapi bahasan itu baru akan saya bahas di episode mendatang nanti ya, karena di episode sekarang saya ingin fokus dulu membahas tentang Bagian Diri ini secara khusus.
Apa yang dimaksud Bagian Diri ini? Mengapa diri kita terdiri dari Bagian-Bagian Diri ini? Apa bedanya dengan kepribadian ganda? Bagaimana menggunakan pemahaman ini untuk meningkatkan kualitas hidup kita? Itu semua adalah pertanyaan penting untuk kita jawab dulu di awal pembahasan kita kali ini.
Mari kita mulai dengan bahasan pertama, apa yang dimaksud Bagian Diri ini?
Untuk memahaminya dengan mudah, mari kita bayangkan dengan sebuah ilustrasi sederhana, pernahkah Anda terbangun di pagi hari dan merasakan sebuah konflik antara dua Bagian dalam diri, satu Bagian ingin bergegas bangun untuk menjalankan aktivitas rutin, tapi seolah ada satu Bagian lain yang ingin terus tidur karena masih mengantuk dan merasa ingin terus beristirahat?
Saya yakin pasti pernah, nah itulah contoh ilustrasi dari keberadaan Bagian kesadaran dalam diri kita. Dalam contoh tadi, kita mengilustrasikan fenomena adanya satu Bagian kesadaran yang memiliki maksud tersendiri, yang berkonflik dengan Bagian kesadaran lain yang memiliki maksud lain, konflik di antara kedua Bagian itu lalu menimbulkan ketidaknyamanan.
Mengapa kita terdiri dari Bagian-Bagian diri ini? Jawabannya adalah karena memang seperti itulah cara kerja sistem kesadaran dalam diri kita, jika ditinjau dari sudut pandang Ego State Therapy.
Mengapa dikatakan sebagai ‘ditinjau dari sudut pandang Ego State Therapy’? Hal ini tak lain karena dalam keilmuan psikoterapi sendiri terdapat beberapa jenis aliran atau pemahaman dengan sudut pandangnya masing-masing dalam memetakan cara kerja kesadaran manusia, kita tidak sedang membicarakan yang mana yang paling benar, tapi memahami cara kerja dan sudut pandangnya.
Salah satu sudut pandang yang cukup unik adalah sudut pandang dari keilmuan Ego State Terapy, dimana keilmuan ini memandang kesadaran kita sebagai sebuah sistem yang terdiri dari Bagian-Bagian kesadaran yang memiliki peran dan fungsi spesifiknya masing-masing, dimana gabungan dari semua Bagian-Bagian kesadaran itu membentuk diri kita yang lebih utuh dengan segala kebiasaan, perasaan, pemikiran dan keunikannya.
Bayangkan sebuah perusahaan yang terdiri dari departemen-departeman atau divisi-divisi, yang masing-masing departemen atau divisi itu memiliki fungsi dan peran spesifiknya masing-masing, gabungan dari keseluruhan departemen dan divisi itulah yang kemudian membentuk satu kesatuan perusahaan yang utuh.
Jika divisi atau departemen dalam perusahaan itu bekerja dengan baik sesuai fungsi dan perannya masing-masing dan berkomunikasi dengan baik satu sama lain, maka terciptalah keselarasan, Tapi jika divisi atau departemen dalam perusahaan itu tidak bekerja dengan baik dan berkomunikasi dengan cara yang buruk, maka akan tercipta kekacauan, sampai sini masuk akal?
Jika Anda pernah melihat film ‘Inside Out’, film itu sangatlah menggambarkan cara kerja dari Bagian kesadaran diri ini secara praktis.
Nah itu adalah gambaran dari cara kerja Bagian kesadaran dalam diri kita, ada berbagai Bagian kesadaran dalam diri kita dengan fungsi dan perannya masing-masing, jika Bagian kesadaran ini menjalankan fungsi dan perannya dengan baik, lalu berkomunikasi satu sama lain dengan baik juga, maka terciptalah perilaku yang ideal, tapi jika Bagian kesadaran ini tidak menjalankan peran dengan baik atau berkomunikasi dengan cara yang buruk, maka muncullah masalah, baik itu masalah fisik, psikis atau pun perilaku.
Secara psikologis, selalu terdapat Bagian kesadaran spesifik yang aktif di balik setiap perasaan, pemikiran dan respon perilaku kita. Setiap kali kita berada di situasi dan ‘mode kepribadian’ tertentu sambil melakukan aktivitas tertentu, maka saat itu juga Bagian kesadaran tertentu sedang aktif dalam diri kita dalam mode tersebut dan menjalankan tugasnya melakukan aktivitas yang kita lakukan.
Mengapa saya mengatakannya sebagai ‘mode kepribadian’? Contoh sederhananya begini, ketika kita sedang fokus membicarakan suatu hal serius dan kita berada dalam mode ‘Serius’ tentu kita bisa merasakan betapa mode berpikir kita dalam merespon informasi di luar diri kita pun cenderung serius adanya, namun begitu kita dalam mode ‘Santai’ maka cara kita merespon dunia pun cenderung menjadi lebih santai adanya, seolah di dua situasi itu kita sedang menampilkan dua kebiasaan berpikir atau kepribadian yang berbeda.
Mode kepribadian yang aktif inilah yang saya maksudkan melambangkan Bagian kesadaran, dimana ketika kita sedang berada di mode tertentu dan Bagian kesadaran spesifik tertentu aktif maka kita bisa menunjukkan kepribadian yang berbeda dengan ketika kita berada di mode lainnya dengan Bagian kesadaran spesifik lain yang aktif.
Dalam skala ekstrim beberapa orang seolah bisa menjadi ‘pribadi yang berbeda’.
Contohnya saja, seseorang yang dikenal penyabar bisa membuat lingkungannya terkejut sekali ketika suatu waktu ia marah besar dengan sedemikian murkanya dan kemudian meluapkan kemarahannya dengan cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh lingkungan dekatnya karena sedemikian berbeda dan tidak seperti dirinya yang biasanya.
Apakah ia ‘berganti kepribadian’? Saya tidak mengatakan demikian, saya lebih suka menyebutnya berganti ‘mode kepribadian’. Karena suatu hal yang tidak bisa ditolerirnya, mode ‘Penyabar’-nya bisa seolah ‘hilang’ dan berganti dengan mode ‘Murka’ yang selama ini tidak pernah diperlihatkan, ingat: berganti mode maka berganti juga Bagian kesadaran yang aktif dalam diri, maka lain juga respon emosi dan perilaku yang ditampilkan di luar diri.
Sebagai ‘mode psikologis’ atau ‘mode kepribadian’, aktifnya sebuah Bagian kesadaran bisa membuat seseorang menampilkan perilaku dan kepribadian yang berbeda dengan ketika ia sedang berada di mode dimana Bagian kesadaran lainnya aktif.
Perlu kita sadari bahwa hal ini bukan menandakan kita memiliki kepribadian ganda, melainkan sebatas kita sedang berada di ‘mode’ kepribadian yang berbeda, hal ini karena dalam diri kita sudah terbentuk berbagai jenis Bagian kesadaran melalui riwayat pembentukan spesifiknya masing-masing, dimana para Bagian kesadaran itu kelak aktif bergantian sesuai kebutuhan situasi yang kita sedang lalui.
Bagaimana Bagian kesadaran ini terbentuk? Begini, dalam masa tumbuh kembang kita sejak kecil, kita belajar untuk merespon stimulus di luar diri dengan mekanisme tertentu, dimana proses belajar ini kemudian membentuk ‘mode’, yang kemudian membentuk pola atau kebiasaan otomatis.
Dalam kelanjutan proses tumbuh kembang ini ada banyak hal yang kita pelajari untuk bisa kita lakukan dan kuasai sampai terbentuk menjadi berbagai keahlian, kebiasaan atau respon otomatis ini, tak ubahnya kumpulan dari ‘mode merespon’.
Secara fisiologis, proses penguasaan keahlian dan pembentukan respon otomatis ini menciptakan jalinan syaraf yang terbentuk dari akson dan dendrit serta tembakan sinaps yang berlangsung dalam otak, yang terbentuk berulang sampai menjadi sebuah pola spesifik di dalam otak dalam merespon, atau saya menyebutnya ‘mode merespon’.
Bersamaan dengan terbentuknya mode merespon ini maka secara psikologis terbentuk juga keberadaan Bagian kesadaran yang mewakili fungsi atau mode merespon ini.
Ketika kita perlu melakukan suatu hal secara spesifik yang sudah kita kuasai atau biasa lakukan maka kita otomatis mengakses mode yang sudah ada tersebut dan berada di mode tersebut sesuai tuntutan situasi itu selama diperlukan, sehingga Bagian kesadaran itu pun aktif secara otomatis sebagai sebuah mode merespon atau mode kepribadian kita.
Ketika kita perlu melakukan suatu hal baru yang belum kita kuasai secara luwes maka kita mempelajari hal tersebut sebagai respon baru, dimana pembelajaran ini menciptakan jalinan syaraf baru dalam otak, sampai penguasaan atas hal baru ini pun menciptakan pola respon baru, disinilah pola baru dalam merespon atau melakukan hal baru ini lambat laun menjadi sebuah mode kepribadian baru atau membentuk Bagian kesadaran baru di pikiran bawah sadar, demikian seterusnya sampai dalam diri kita terbentuk berbagai jenis Bagian kesadaran dengan mode, peran dan fungsi spesifiknya masing-masing.
Pengulangan adalah kunci dari pembentukan Bagian kesadaran, ketika kita melakukan suatu aktivitas dan aktivitas itu dirasakan membawa manfaat, maka kita cenderung untuk mengulangi aktivitas itu agar kita tetap bisa mendapatkan manfaat itu lagi, pengulangan inilah yang kelak membentuk keberadaan mode merespon atau Bagian kesadaran ini.
Contohnya, seorang anak kecil membantu orangtuanya dan ia pun mendapatkan pujian karena membantu mereka, anak kecil ini merasa senang dari pujian yang diberikan orangtuanya, rasa senang dirasa sebagai ‘manfaat’ atau emosi positif yang membawa kesenangan atau pleasure baginya,, ia pun lalu mengulanginya lagi di waktu berbeda dan ternyata terus mendapatkan manfaat yang sama.
Bagian kesadaran terbentuk sebagai mekanisme yang juga memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan emosi dasar kita dan mengendalikan situasi, atau disebut coping mechanism, ketika di kemudian hari anak ini ingin atau butuh merasakan lagi perasaan senang karena dipuji maka coping mechanism lama ini pun kembali teraktivasi, Bagian kesadaran ini pun kembali aktif menjalankan tugasnya: membantu.
Bergantung pada detail pengalaman lanjutan dan pengulangan yang dialami, bisa saja cara kerja Bagian kesadaran ni berubah. Bisa saja pada suatu waktu anak ini membantu dan merasa senang melihat ekspresi kebahagiaan orang yang dibantunya, alhasil cara kerja Bagian kesadaran ini berubah, ia tidak lagi membantu untuk menerima pujian melainkan karena ia merasa senang bisa membuat sesama bahagia.
Di sisi lain, bisa saja pengalaman berbeda terjadi pada anak yang coba membantu orangtuanya namun malah dimarahi karena dianggap merepotkan, rasa sedih karena dimarahi itu lalu membentuk Bagian kesadaran yang menyimpulkan bahwa ‘membantu itu sakit rasanya’, dimana hal ini kemudian ia putuskan untuk ‘hindari’ agar tidak perlu merasakan rasa sakit yang tidak disukainya.
Jika hal ini terjadi berulang bisa saja si anak ini malah menjadi anak yang egois dan menghindari membantu sesama, semata karena ada Bagian kesadaran dalam dirinya yang belajar bahwa ‘membantu itu sakit’, seiring anak ini bertumbuh dewasa ia sudah lupa dengan kejadian itu karena Bagian kesadaran yang membawa memori itu sudah berpindah posisinya ke pikiran bawah sadar, namun setiap kali ia dihadapkan dengan situasi yang memintanya untuk membantu sesama maka Bagian kesadaran yang sadar akan ‘potensi bahaya’ dari rasa sakit itu aktif kembali ke pikiran sadar dan menjalankan coping mechanism untuk menghindarkannya dari rasa sakit, ia pun lalu menghindari dan bahkan membenci aktivitas membantu sesama.
Artinya, keberadaan Bagian kesadaran dalam diri setiap orang bersifat unik dan pribadi, tidak ada orang yang memiliki struktur, cara kerja dan fungsi Bagian kesadaran yang sama, bahkan yang kembar dan tumbuh di lingkungan yang sama sekali pun, hal ini semata karena mekanisme yang dilakukan setiap orang dalam mengalami rangkaian pengalaman, memproses informasi dan mengulang coping mechanism spesifik yang kemudian membentuk keberadaan Bagian kesadaran pasti selalu berbeda adanya.
Sebagai mode merespon dan mekanisme memenuhi tuntutan situasi atau coping mechanism, setiap Bagian kesadaran idealnya aktif sesuai tugas spesifik dan fungsinya di situasi yang mensyaratkannya untuk tampil, saat ini terjadi maka seseorang akan berada dalam mode yang tepat dan mampu menampilkan respon emosi dan perilaku ideal sesuai dengan tuntutan situasi yang harus dipenuhinya.
Namun demikian, dalam perkembangannya selalu ada kemungkinan Bagian kesadaran tertentu yang sedang aktif di suatu waktu dan tempat terluka akibat peristiwa tertentu yang tidak diduganya dan tidak bisa dihindarinya, sampai Bagian kesadaran ini merasa trauma karenanya, atau luka batin.
Ketika sedang mengalami kejadian yang bersifat traumatis Bagian kesadaran ini merasa tidak berdaya, selepas kejadian itu berlalu ia merasa trauma dan ‘membawa luka’ akibat kejadian itu bersama kepribadiannya.
Sudah saya bahas di episode-episode awal podcast ini, fungsi dari pikiran sadar adalah menyimpan memori jangka pendek dan pikiran bawah sadar adalah menyimpan memori jangka panjang – dan bahkan permanen. Seiring kejadian traumatis itu berlalu maka Bagian kesadaran yang membawa memori luka tadi mulai berpindah keberadaannya, beserta memori yang melekat dengannya, ke pikiran bawah sadar dan kejadian itu pun perlahan kita lupakan secara sadar.
Namun demikian, meski kejadian itu kita lupakan secara sadar, memori atas kejadian traumatis itu tidaklah hilang di pikiran bawah sadar, ia tetap ‘melekat’ pada Bagian kesadaran yang menyimpan trauma tersebut dan tersimpan di pikiran bawah sadar.
Akumulasi dari Bagian kesadaran yang membawa luka dan mewujud menjadi satu bentuk energi psikis gelap inilah yang di episode sebelumnya kita kenal sebagai shadow.
Dalam skala sederhana, Bagian kesadaran yang terluka ini menjadi penyebab munculnya masalah emosional yang berhubungan dengan perasaan tidak berdaya.
Salah satu fungsi dasar pikiran bawah sadar adalah fungsi perlindungan, yaitu menjauhkan kita dari hal-hal yang dianggap ‘membahayakan’. Maka meski secara sadar seseorang sudah tidak bisa lagi mengingat kejadian yang membuatnya trauma dulu, ketika di masa kini ia mengalami kembali kejadian yang bernuansa sejenis dengan kejadian yang membuatnya trauma dulu maka Bagian kesadaran yang menyimpan memori traumatis itu pun aktif kembali di masa kini, dengan membawa trauma yang dulu pernah dialaminya, memunculkan respon tidak berdaya yang sama dengan yang pernah dialaminya dulu, meski pikiran sadar tidak memahami mengapa respon itu muncul, inilah cikal-bakal konflik internal: aktifnya satu Bagian kesadaran yang membawa luka di pikiran bawah sadar dan ingin menghindari sebuah situasi, yang berkonflik dengan Bagian kesadaran lain di pikiran sadar yang tidak tahu-menahu apa yang terjadi dan tidak memahami apa yang terjadi, tapi ia tahu bahwa tidak seharusnya ia merespon dengan cara demikian.
Hal ini yang melatari berbagai masalah emosi, seperti kecemasan, ketakutan, fobia dan sejenisnya. Ada Bagian kesadaran dalam diri yang menyimpan trauma di pikiran bawah sadar atas situasi atau stimulus tertentu di masa lalu, ketika di masa kini stimulus atau situasi sejenis dialami maka Bagian kesadaran yang membawa trauma itu kemudian aktif dan mengambil alih respon diri, berkonflik dengan Bagian kesadaran lain yang ingin bisa menampilkan respon normal.
Mari kita pahami dalam bentuk contoh, sebut saja seorang anak sedang bermain dengan ceria, ia sedang asyik bermain di halaman rumahnya dan Bagian kesadaran yang sedang aktif bermain pun menikmati suasana, tiba-tiba seekor anjing masuk dan dengan liar menggonggong serta mengganggunya, sampai-sampai si anak merasa takut sekali karenanya, di tengah situasi yang dianggapnya mencekam itu ia sungguh merasa tidak berdaya, tepatnya: Bagian kesadaran yang sedang aktif merasa tidak berdaya.
Kejadian itu pun berlalu, sang anak berangsur-angsur kembali tenang, di awal-awal ia masih sangat trauma dengan peristiwa itu namun ia kemudian bisa kembali tenang dan bahkan melupakannya. Yang tidak boleh kita lupakan adalah bahwa meski secara sadar ia bisa melupakan kejadiannya, Bagian kesadaran yang membawa trauma atas kejadian itu tidaklah hilang, ia berpindah ke pikiran bawah sadar dengan membawa memori traumatis itu sebagaimana ia dulu mengalaminya.
Alkisah, anak ini beranjak dewasa, ia sedang berjalan di luar rumah, tiba-tiba ia mendengar suara gonggongan anjing, Bagian kesadaran yang dulu pernah aktif di situasi traumatisnya pun langsung aktif, ia langsung merasakan ketakutan yang teramat sangat karena bayangan kejadian traumatis yang pernah dialaminya dulu di masa lalu kembali aktif di masa kini, dimana aktifnya Bagian kesadaran yang membawa trauma ini tidak bisa dipahaminya secara sadar, di satu sisi ia tahu bahwa ia tidak seharusnya merasa tidak berdaya seperti itu karena itu tidak rasional, tapi ia tidak bisa mengendalikan diri, semata karena Bagian kesadaran yang menyimpan luka itulah yang sedang aktif dan mengambil alih respon diri, dengan kata lain: konflik internal.
Silakan pahami ilustrasi trauma pada anjing tadi, lalu ganti objek anjing pada situasi tadi dengan objek lainnya, baik itu hewan lain, situasi tertentu, suara tertentu, atau apa pun, Anda akan bisa dengan mudah memahami bagaimana sebuah permasalahan emosional tercipta dalam diri seseorang di masa kini akibat trauma yang dialami oleh Bagian kesadaran tertentu di masa lalu.
Dalam skala yang lebih ekstrim, bergantung pada jenis luka atau trauma yang dialami dan dibawa Bagian kesadaran di pikiran bawah sadar, ada kalanya luka ini berkembang menjadi penyakit fisik yang benar-benar dirasakan secara fisik, namun ketika diperiksa tidak ada gejala permasalahan fisik yang ditemukan, kita mengenal ini sebagai fenomena ‘psikosomatis’ atau ‘somatisasi’.
Sekali lagi, para Bagian kesadaran yang terluka dan tidak tersembuhkan ini berdiam di pikiran bawah sadar, dengan sifatnya yang sebenarnya membawa energi yang tidak terekspresikan maka mereka akan berkumpul dengan energi lain yang sejenis, yaitu yang sama-sama membawa luka, maka terciptalah perwujudan energi negatif yang berisikan kumpulan luka, yang sama-sama membawa hawa kegelapan, inilah yang kelak mewujud menjadi shadow.
Ada lagi jenis permasalahan lain, yaitu permasalahan yang terjadi ketika Bagian kesadaran yang aktif di situasi yang kita alami bukanlah Bagian kesadaran yang tepat untuk aktif. Misalnya saja, waktunya untuk berpikir dan bekerja, maka seharusnya Bagian kesadaran yang bertugas untuk aktif adalah Bagian yang berperan untuk berpikir dan bekerja, tapi bisa jadi yang aktif adalah Bagian yang malah berperan untuk bermain dan bersantai, alhasil kita tidak bisa berpikir dan bekerja dengan baik karena Bagian yang tidak tepatlah yang malah aktif di waktu yang bukan seharusnya.
Disinilah ada kalanya kita memerlukan proses pengelolaan Bagian kesadaran, yaitu berkomunikasi dan mengelola cara kerjanya, agar Bagian kesadaran yang tepatlah yang aktif di waktu yang memang sesuai dengan peruntukkannya.
Kompleks bukan? Sekarang waktunya kita memahami bagaimana cara memberdayakan pemahaman ini untuk kemajuan hidup kita.
Hal mendasar untuk kita pahami sehubungan dengan pemberdayaan Bagian kesadaran ini yaitu bahwa Bagian-Bagian kesadaran ada dalam diri kita, maka tanggungjawab kitalah untuk mengelola cara kerjanya.
Mengelola Bagian-Bagian kesadaran dalam diri akan membawa kita pada dua jenis pemberdayaan: pertama, pemberdayaan jangka panjang, yaitu untuk berdamai dengan shadow, yang diawali dengan menyembuhkan Bagian-Bagian kesadaran yang terluka yang membentuk keberadaan shadow itu, ketika hal itu dilakukan maka struktur energi dari shadow akan melemah dan ia tidak lagi menjadi energi destruktif dalam hidup kita.
Kedua, pemberdayaan jangka pendek, yaitu memastikan Bagian kesadaran yang aktif dalam diri kita untuk bersikap dan berperilaku di setiap situasi adalah Bagian kesadaran yang memang tepat untuk menjalankan perannya sesuai kebutuhan situasi, yang satu ini ada kalanya memerlukan proses penyembuhan luka pada Bagian kesadaran yang terluka atau bisa juga murni hanya dilakukan dengan berkomunikasi dan mengelola ulang waktu kemunculan antar Bagian kesadaran dalam diri.
Baik untuk menyembuhkan Bagian kesadaran yang terluka, atau pun mengelola ulang waktu kemunculannya, semua itu diawali dengan proses komunikasi dengan Bagian kesadaran dalam diri kita, maka keahlian penting yang harus kita kuasai adalah keahlian untuk bisa berkomunikasi dengan Bagian-Bagian kesadaran dalam diri ini.
Bagaimana cara berkomunikasi dengan Bagian-Bagian kesadaran dalam diri ini? Nantikan bahasannya di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.