Episode 21 – Memulai vs Menjaga, Strategi Menjaga Konsistensi
Pernah merasakan momen dimana Anda ingin mengadaptasi sebuah kebiasaan positif baru? Tentu Pernah.
Seberapa sering Anda mengalami masa bersemangat untuk memulai tapi perlahan kembali ‘kendor’ dan akhirnya kebiasaan baru itu ‘batal’ diteruskan? Yang ini bisa berbeda-beda jawabannya setiap orang.
Terdapat satu kemiripan dalam diri banyak orang: mudah untuk memulai, sulit untuk menjaga konsistensi, padahal sebuah perubahan besar selalunya berawal dari rangkaian kebiasaan kecil yang dilakukan secara konsisten.
Bagaimana 7 langkah melatih diri ini agar bisa konsisten, sampai benar-benar menjadi sebuah kebiasaan baru?
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode keduapuluhsatu Life Restoration Podcast berjudul ‘Memulai vs Menjaga, Strategi Menjaga Konsistensi’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Memulai vs Menjaga, Strategi Menjaga Konsistensi'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode dua puluh satu.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada.
Pertama-tama, tentu seperti biasa: doa terbaik semoga Anda sekalian selalu dalam kondisi sehat, berlimpah dan bahagia, dalam apa pun aktivitas dan bidang kehidupan yang Anda jalani.
Semakin tidak terasa, sudah dua puluh episode lebih Life Restoration Podcast membersamai Anda setiap minggunya.
Sedikit? Atau banyak? Saya tidak berhak menilainya secara sepihak tentunya, bagi mereka yang memang sudah aktif dari dulu dalam meluncurkan berbagai karya digital mungkin angka ini terbilang sedikit, tapi bagi saya – sekali lagi: bagi saya lho ya – bisa mencapai angka episode ini saja sudah terbilang luar biasa!
Kenapa saya katakan demikian? Kita sedikit bercerita dulu lah ya.
Begini, salah satu agenda prioritas saya di tahun 2021 adalah ‘konsistensi’.
Selalu lebih mudah untuk memulai daripada mempertahankan, betul? Setidaknya begitulah temuan saya. Ada begitu banyak kisah yang kita dengar dari orang-orang yang meniatkan berbagai hal untuk dilakukan sebagai sebuah kebiasaan baru, untuk menjadikan kualitas hidup yang lebih baik, dan mereka memang benar-benar melakukannya…atau lebih tepatnya: memulai melakukannya.
Yes, mereka memang benar-benar melakukannya…di awal…entah kenapa beberapa waktu berlalu dan semangat pun mulai berkurang, mulai muncul alasan-alasan untuk membenarkan diri-sendiri kalau mulai muncul rasa malas untuk tidak melakukan kebiasaan baru itu, mulai dari tidak sempat lah, lelah lah, atau macam-macam alasan lainnya.
Di awal-awal juga, biasanya rasa malas itu masih diimbangi oleh perlawanan dari tekad yang semula diniatkan, masih muncul ‘pergolakan’, antara meneruskan si kebiasaan yang sedang dipupuk, atau mulai membenarkan alasan di balik rasa malas itu.
Disinilah sering kali…sekali lagi, saya katakan: sering kali lho ya, bukan berarti selalu…jadi ini bukan bermaksud menghakimi...disinilah sering kali si niat awal itu kalah oleh si rasa malas yang mulai dibenar-benarkan tadi, akhirnya mulai bolong lah kebiasaan baru itu, ketika mulai bolong mulailah muncul rasa malas berikutnya, yang kali ini lebih parah – karena diimbangi rasa gagal dan rasa menyesal – karena bisa-bisanya membiarkan diri menyerah oleh rasa malas tadi.
Kembali ke hubungannya dengan cerita awal saya tadi, itulah yang pernah terjadi di diri saya juga dulu, setidaknya sampai tahun kemarin.
Ada masa dimana saya meniatkan diri untuk bisa konsisten berbagai di media sosial dan memang saya benar-benar melakukannya, tapi seiring waktu berlalu, dengan bermasukkannya kesibukan hal itu pun mulai ‘kendor’ dan berkali-kali terhenti.
Itulah kenapa di penghujung tahun 2020 kemarin saya meniatkan penuh bahwa di tahun 2021 ini – apa pun konsekwensinya – aktivitas berbagi di media sosial ini harus dilakukan dengan konsisten setiap harinya!
Apakah mudah? Boro-boro, godaannya justru banyak sekali, mulai dari kendala perangkat, padatnya jadwal yang justru semakin penuh dengan tidak terduga di momen dimana saya mulai menetapkan diri untuk bisa konsisten ini!
Kalau boleh jujur, pergolakan kembali muncul dalam diri saya, bedanya kali ini bukan pergolakan yang didasari rasa malas, tapi pergolakan yang didasari rasa ‘gemas’, bayangkan saja: di satu sisi padatnya jadwal aktivitas ini membuat saya bersemangat karena saya memang melakukan yang saya cintai, tapi di sisi lain niat untuk bisa konsisten ini juga yang lagi-lagi kena imbasnya.
Bedanya adalah: kali ini saya memang benar-benar tidak mau setengah-setengah dalam memantapkan niat, maka meski berat saya justru lebih bisa berpikir jernih dalam fokus pada solusi dan menetapkan ‘skala pengorbanan’, termasuk menyiapkan diri dalam menjalani prosesnya.
Tidak ada yang gratis tentunya, semua ada proses dan ada pengorbanannya, begitu juga yang saya alami, untuk bisa menengahi pergolakan internal yang berlangsung antara niat untuk menjaga konsistensi dengan tuntutan padatnya aktivitas ini maka tentu ada yang harus saya korbankan, dari segi waktu, tenaga dan biaya, yang satu ini agak panjang lagi lah ceritanya karena berisikan strategi dan studi, tapi intinya ya seperti itu, ada pengorbanan yang harus saya lakukan untuk bisa menjaga niat konsistensi ini.
Maka puji syukur, 5 bulan sudah Life Restoration Podcast ini berjalan dan Anda masih bisa terus menikmati kehadirannya di setiap minggunya, secara konsisten. Bukan hal mudah lho untuk merekam, menyunting dan menyiapkan unggahan podcast ini, ada kerja keras yang tidak sebentar di setiap prosesnya yang harus betul-betul diperhatikan!
Itulah kenapa bagi saya bisa menjaga konsistensi ini di setiap minggunya sudah merupakan prestasi luar biasa bagi saya pribadi yang sangat saya syukuri.
Bukan hanya itu, silakan kunjungi media sosial saya, khususnya akun Instagram saya: @alguskha, Anda bisa melihat bahwa tahun ini unggahan inspirasi yang saya bagikan sudah lebih terjaga konsistensinya – dan bahkan variasinya.
Anda akan bisa melihat bahwa ada variasi unggahan yang saya jadwalkan kali ini, mulai dari berbagai kalimat inspirasi, tulisan artikel dan video inspirasi 1 menit, semua itu dilakukan dengan dijaga konsistensinya sambil memenuhi tuntutan aktivitas yang sangatlah padat, dari mulai memfasilitasi sesi coaching, konseling dan terapi pada klien individual, juga memfasilitasi sesi pelatihan SDM di berbagai perusahaan!
Ngomong-ngomong, ini belum selesai sampai di sini ya, saya sedang menyiapkan juga variasi unggahan dan inspirasi lain yang harapannya akan semakin memperkaya isi, inspirasi dan kedalaman materi yang saya bagikan di media sosial saya, seperti video inspirasi, video edukasi dan lain sebagainya.
Nah, untuk itu mohon doanya ya pada pendengar sekalian, semoga terus dikuatkan untuk bisa semakin banyak berbagi manfaat pada Anda sekalian secara konsisten.
Oke, kita masuk ke inti dari episode kali ini ya, Anda mungkin sudah bisa menebak kenapa saya memulai dari cerita pembuka tentang pengalaman pribadi saya tadi. Tentunya hal ini karena semua itu akan berhubungan dengan tema yang menjadi bahasan kita di episode kali ini, yaitu tentang ‘strategi disiplin menjaga konsistensi’.
Saya kira saya tidak perlu lagi berpanjang lebar menjelaskan apa itu konsistensi dan mengapa itu penting ya, saya bahkan sudah sempat mengulasnya tadi di awal, bahwa yang lebih sering terjadi justru perkara menjaga konsistensi ini menjadi sesuatu yang sulit bagi kebanyakan orang, kalau hal ini mudah agaknya yang namanya seminar-seminar motivasi untuk meningkatkan produktivitas tidak akan laku ya he…he…he.
Maka baiknya saya langsung saja masuk ke tips dan bahasan tentang strategi menjaga konsistensi, bagaimana kita bisa menjaga dan memelihara agar apa yang kita niatkan lakukan sebagai kebiasaan baru ini bisa terjaga konsistensinya.
Siapa yang sering kali menyabotase adaptasi kebiasaan baru ini? Jawabannya adalah diri kita sendiri, atau hambatan internal dari dalam diri kita yang lagi-lagi mengalihkan atau menghentikan kita dari proses adaptasi kebiasaan baru itu, maka di episode kali ini saya merangkumnya ke dalam ‘7 langkah strategi menjaga kualitas konsistensi dari dalam diri’, yang saya uraikan sebagai: renungkan, putuskan, persiapkan, komunikasikan, mantapkan dan terima.
Nah, ada 7 langkah dalam strategi ini, langsung saja kita masuk ke langkah pertama ya, yaitu ‘niatkan’.
Sederhananya begini, segala-sesuatu bermula dari niat, yang saya maksudkan di bahasan tentang niat ini yaitu: niatkan apa kebiasaan baru yang ingin kita mulai dan jaga konsistensinya ini.
Fokus pada prioritas, saya tidak menyarankan Anda untuk langsung memulai gaya hidup baru secara total dari pagi sampai malam, akan sangat sulit untuk beradaptasi dengan ritme kehidupan yang berubah terlalu drastis, yang terjadi adalah otak Anda malah akan kebingungan, tidak sanggup mengikuti perubahan yang terlalu drastis ini, kewalahan dan justru malah menyerah karenanya, lagi-lagi berakhir dengan rasa frustrasi!
Manusia adalah makhluk kebiasaan, segala yang kita lakukan sekarang ini dalam kehidupan sehari-hari didominasi oleh kebiasaan kita yang terbentuk dari pengulangan dan bahkan rutinitas.
Dari mulai kita membuka mata saja di pagi hari, cara kita bangun, cara kita memulai aktivitas, semua itu dilakukan mengikuti kebiasaan yang terbentuk selama ini, dengan kata lain: rangkaian aktivitas kita dari pagi sampai malam sangat besar didominasi oleh ‘rangkaian kebiasaan’.
Mungkin saja ada hal-hal baru tertentu di luar kebiasaan yang harus kita sikapi secara spontan, dimana kita harus berpikir dan bersikap agak ‘di luar kebiasaan’, tapi lagi-lagi kalau hal itu tidak harus kita lakukan rutin maka setelah selesai melakukannya kita akan melupakannya dan kembali pada rangkaian kebiasaan yang biasa kita operasikan.
Mengapa bisa begitu? Hal itu karena ‘kebiasaan’ ini diperlukan agar ‘mekanisme pengelolaan energi’ dalam diri kita berjalan efisien.
Sistem kesadaran kita secara alami akan mengatur penggunaan energi fisik dan psikis kita seefisien mungkin, di kadar yang dirasa ‘pasti’ agar kita bisa beraktivitas dengan energi yang cukup, tidak kekurangan dan tidak berlebihan.
Jika energi yang akan digunakan untuk beraktivitas ini kurang, maka jelas kita akan kepayahan, tapi jika energi yang akan digunakan untuk beraktivitas ini berlebih maka muncullah gejala sulit mengendalikan diri,seperti ‘hiperaktif’ atau ‘aktif berlebih’.
Disinilah sistem kesadaran kita akan merekam data dari penggunaan energi yang kita butuhkan untuk menjalankan aktivitas tertentu, jika aktivitas itu akan kita lakukan rutin maka sistem kesadaran kita harus mengalokasikan energinya secara bijak, apalagi kalau ada aktivitas lain yang sama berat atau bobotnya juga yang harus kita lakukan, disini akan muncul proses ‘pengaturan ulang energi’, yang tentunya kalau belum terbiasa akan membuat kita lelah atau tidak nyaman, fase tidak nyaman ini juga yang sering membuat orang menyerah ketika memulai kebiasaan baru, sistem alokasi energi baru belum terbentuk tapi sudah terlanjur menyerah pada rasa lelah.
Jika aktivitas itu tidak akan kita lakukan rutin, maka sistem kesadaran kita juga tahu bahwa aktivitas itu hanyalah aktivitas ‘sesekali’, maka ia akan mengerahkan energinya sejauh yang dirasanya cukup untuk menyelesaikan aktivitas itu saja, selepasnya ia akan kembali ke sistem operasi lama yang dirasanya efisien untuk dijalankan, kalau aktivitas ini menyita energi yang tidak terduga dan tidak biasa dialokasikan maka muncullah rasa lelah.
Jadi sekali lagi, untuk memulai kebiasaan baru dan menjaga konsistensinya, jangan ingin ‘borongan’, pilih saja satu atau dua kebiasaan baru yang ingin kita prioritaskan mulai dan fokuskan atensi kita pada ‘pembiasaan’ kebiasaan baru itu.
Kalau yang kita fokuskan hanya satu kebiasaan, maka proses pengelolaan ulang energi dalam diri kita tidak akan terlalu kompleks, tergantung dari kerumitan kebiasaan baru yang kita lakukan dan tergantung dari bobot energi yang diperlukan kebiasaan baru itu maka lain juga durasi sampai kita mulai terbiasa mengoperasikan sistem energi yang lebih stabil untuk menjaga kebiasaan itu secara konsisten, tapi sekali sistem energi ini ‘terpolakan’ maka alokasi energinya pun mulai stabil, ini yang menjadikan kebiasaan baru ini mulai terasa ringan dilakukan.
Ketika kebiasaan baru ini sudah mulai terpolakan dan terasa ringan, yaitu kita tidak merasa terbebani berlebih dengan kebiasaan baru ini, bahkan mulai merasa ‘kurang’ jika kebiasaan ini tidak kita lakukan, maka waktunya kita mengadaptasi kebiasaan baru berikutnya, terus begitu seperti itu sampai lebih banyak kebiasaan baru terpolakan otomatis dalam hidup kita.
Langkah kedua, yaitu ‘renungkan’, yang satu ini mengajak kita untuk fokus kembali pada niat yang kita tadi sudah prioritaskan, bedanya di tahap ini kita mulai mengarahkan fokus kita ke dalam diri kita, yaitu mempertanyakan ke diri kita sendiri: seberapa penting kebiasaan baru ini kita adaptasi dalam hidup kita? Apa yang akan terjadi kalau kita tidak mulai membiasakan kebiasaan baru ini secara konsisten? Apa hal yang akan hilang dalam hidup kita kalau kita tidak melakukan kebiasaan baru ini?
Intinya sederhana: adaptasi kebiasaan baru adalah pengaturan ulang pola energi dalam diri kita, hal ini tidaklah mudah dilakukan begitu saja kalau tidak ada alasan yang jelas.
Mengikuti prinsip efisiensi, sistem kesadaran kita tidak akan mengijinkan pengaturan ulang pola energi yang dirasa tidak perlu, jika dengan sistem yang lama segala-sesuatunya masih dirasa baik-baik saja, atau masih dirasa ‘lebih pasti’ maka lebih baik mengoperasikan sistem yang lama, sesederhana itu.
Maka kitalah yang harus pro-aktif menyadarkan sistem kesadaran kita ini dengan ‘menyajikan’ berbagai alasan penting yang membuatnya bisa mengijinkan – atau paling tidak, ‘mempertimbangkan’ – pengelolaan ulang sistem energi ini dan memudahkan prosesnya nanti.
Proses perenungan ini bukan sesuatu yang harus kita lakukan dengan cepat dalam satu kali kesempatan, ada kalanya kita harus melakukannya di banyak kesempatan, di waktu senggang kita, melakukan dialog diri, meyakinkan diri kita sendiri bahwa memang sudah saatnya kebiasaan baru ini dilakukan, menyadari dampak positifnya bagi hidup kita ketika kebiasaan baru ini sudah menjadi bagian dari hidup kita dan menyadari dampak negatifnya jika kebiasaan baru ini tidak kita jalankan atau ‘berhenti di tengah jalan’.
Dengan kata lain, proses menuju pembiasaan baru ini hendaknya bukan sesuatu yang instan kita putuskan lalu langsung kita jalankan, kalau seperti itu maka sistem pengaturan energi yang akan kita distribusikan tidak akan siap optimal, akan muncul banyak perlawanan dari dalam diri yang tidak setuju atau tidak siap dengan pembiasaan baru itu.
Bukan berarti tidak bisa, sebenarnya bisa saja, hanya sekarang Anda ingin prosesnya efektif atau ingin ‘acak-acakan’? Yang saya bahas adalah cara agar prosesnya meningkat progresif dari waktu ke waktu, sistem pengelolaan energi yang akan digunakan tersiapkan dengan baik karena sistem kesadaran Anda mendukung tujuan Anda.
Langkah ketiga, yaitu ‘putuskan’, langkah ini satu paket dengan langkah kedua, ‘renungkan’ tadi ya. Sambil Anda menggunakan waktu senggang di sela-sela aktivitas Anda untuk merenungkan niat Anda mengadaptasi kebiasaan baru tadi, selalu ‘cetuskan’ keputusan dalam diri untuk benar-benar melaksanakan kebiasaan baru itu.
Artinya, sambil merenung dan ‘memadatkan’ atensi energi yang Anda niatkan untuk pusatkan, untuk menjalankan kebiasaan baru itu, buat keputusan dalam hati Anda untuk benar-benar melaksanakan kebiasaan itu nantinya.
Sama seperti sebelumnya, proses ini juga bukan satu hal yang instan, Anda bukan membuat sebuah keputusan besar yang struktur energinya kecil dan hilang dalam semalam, melainkan akumulasi keputusan kecil yang ‘memborbardir’ diri Anda dan membentuk sebuah struktur energi yang ‘solid’ sebagai bahan bakar menjalankan pengaturan ulang sistem energi dalam menjalankan kebiasaan baru tadi.
Terus lakukan proses merenungkan dan memutuskan ini di setiap waktu senggang Anda, pastikan setiap kali melakukannya Anda benar-benar merasakan sebuah perasaan muncul dalam diri Anda, sebuah perasaan serius dan tergugah untuk benar-benar melaksanakan kebiasaan baru ini, perasaan ini juga yang nantinya akan menjadi energi penguat untuk memantapkan pesan ke sistem kesadaran kita akan pentingnya menjalankan kebiasaan baru ini tanpa kecuali, dan tanpa alasan penundaan apa pun.
Proses merenungkan dan memutuskan ini bisa Anda tingkatkan energinya dengan cara menghadirkan sebanyak mungkin informasi tentang ‘asyiknya’ atau manfaatnya melakukan kebiasaan baru itu secara konsisten, cari informasi tentang orang-orang yang melakukan kebiasaan baru itu secara konsisten dan sudah merasakan manfaatnya secara nyata, bayangkan dan rasakan kita bisa melakukan kebiasaan itu seperti mereka dan merasakan manfaat keseruan yang nyata seperti mereka.
Ketika energi dari merenungkan dan memutuskan ini sudah terakumulasi maksimal, biasanya Anda akan merasakan ‘pencerahan’, seolah-olah segala sesuatu di sekitar mulai mendukung untuk melaksanakan kebiasaan baru itu, tiba-tiba hal-hal yang berhubungan dengan kebiasaan baru itu mulai bermunculan.
Bagi Anda yang sedang meniatkan untuk memulai olahraga tertentu misalmya, bisa saja Anda semakin banyak mendapatkan informasi tentang tempat olahraga yang cocok untuk menjalankan kebiasaan baru Anda, alat yang cocok misalnya, atau komunitas yang melakukan aktivitas itu, dan banyak lagi jenis informasi lain yang membuat Anda semakin ‘bergairah’ untuk menjalankan aktivitas itu sebagai kebiasaan.
Dari sudut pandang ‘vibrasi’, seperti yang sudah saya bahas di episode-episode terdahulu, hal ini memang membantu kita untuk lebih banyak ‘menarik’ datangnya informasi itu dalam hidup kita, tapi dari sudut pandang psikologi sederhana pun yang sebenarnya terjadi adalah sistem kesadaran Anda mulai turut ‘tergerak’ untuk mengadaptasi kebiasaan baru itu, maka informasi yang bertebaran di luar diri mulai secara otomatis dan tanpa disadari kita ‘filter’, sehingga hanya informasi yang berhubungan dengan kebiasaan baru itulah yang lebih banyak dan sering kita dapatkan dalam hidup kita.
Nah, kalau sudah semantap itu, maka waktunya masuk ke langkah keempat, yaitu ‘persiapkan’.
Langkah keempat ini sudah mulai menuju pelaksanaan ya, artinya kita sudah memiliki akumulasi bahan bakar energi psikis yang secara mental sudah siap dan bergairah untuk memulainya dan memang sudah merasakan kesiapan seperti “Yes, waktunya mulai!”
Persiapan ini tentunya berhubungan dengan banyak hal, dari mulai persiapkan alokasi waktunya, persiapkan kelengkapannya, juga persiapkan pengaturan aktivitas lainnya.
Ingat, mengadaptasi kebiasaan baru akan mempengaruhi rangkaian kebiasaan lain, ada distribusi energi yang harus kita polakan ulang, maka ketika menjalankan kebiasaan baru ini sadari bagaimana pengaruhnya ke aktivitas lain yang kita jalankan, adakah hal yang harus kita persiapkan.
Anda yang ingin mengadaptasi kebiasaan olahraga lebih misalnya, otomatis Anda harus siap untuk membawa lebih banyak air putih untuk mengganti cairan tubuh yang hilang dari olahraga. Anda yang ingin mengadaptasi kebiasaan lain pun sama, apa pun itu, di balik aktivitas kebiasaan baru yang Anda jalankan akan ada konsekwensi dampaknya pada pengaturan energi yang Anda alokasikan di kebiasaan lain, semua itu tentu harus dipersiapkan.
Masih di tahapan persiapan ini, waktunya berkreasi dengan imajinasi Anda, dalam ruang daya-cipta imajinasi Anda mulailah bayangkan dan rasakan seperti apa Anda menjalani aktivitas Anda dengan adanya kebiasaan baru itu, rasakan keseruan dan kenikmatannya.
Yes, mungkin terdengar aneh: ‘kenikmatan’, tapi itu benar adanya. Di kebiasaan baru yang Anda niatkan untuk lakukan, pastikan Anda menemukan poin kenikmatannya, poin keseruannya – apa pun itu – senyeleneh apa pun itu.Hal ini karena kita butuh energi yang memadai untuk bisa mengadaptasi kebiasaan itu, meski kebiasaan baru itu melelahkan, kalau kita menikmatinya maka hal itu akan terasa lebih ringan untuk diadaptasi, kalau belum-belum saja sudah terasa tidak menyenangkan maka belum mulai saja sabotase akan sudah berdatangan dari mana-mana, biasanya proses perenungan dan keputusannya harus lebih lama lagi jadinya.
Jika Anda sudah bisa menghadirkan keseruan sensasinya dalam pikiran Anda, maka meski Anda belum benar-benar melakukannya, tapi saat membayangkannya saja pikiran dan tubuh Anda akan mulai memformulasikan sensasinya dan sudah mulai melakukan ‘simulasi’ pengaturan energinya, semakin sering Anda lakukan proses imajinasi ini maka semakin tubuh Anda ‘siap’ dengan sistem energi barunya untuk menjalankan kebiasaan baru itu.
Yang Anda bayangkan dalam ruang imajinasi Anda bukan hanya ketika Anda menjalankan kebiasaan baru itu ya, tapi bayangkan bagaimana Anda menjalani hari dari awal sampai menutup hari dengan adanya kebiasaan baru itu di dalamnya, dengan segala persiapan dan pengaruhnya pada rangkaian aktivitas lain yang kita lakukan, hal ini akan semakin memperjelas sistem pengaturan energi yang diperlukan oleh sistem kesadaran kita.
Berikutnya yang kelima: ‘komunikasikan’.
Maksudnya bagaimana? Begini, dalam proses menjalankan kebiasaan baru ini bisa jadi akan ada waktu yang tersita, dimana waktu yang tersita itu berhubungan dengan kepentingan orang lain di sekitar kita, maka dalam hal ini penting bagi kita untuk mengkomunikasikan dengan orang di sekitar kita tentang keputusan kita menjalankan kebiasaan baru itu.
Bukan hanya mengkomunikasikan dalam bentuk menceritakan, tapi jelaskan kepentingan Anda menjaga kebiasaan baru itu, bagikan semangat dan gairah Anda tadi untuk menjalankan kebiasaan baru itu, bahkan minta dukungan mereka, jika mereka adalah orang yang peduli dengan Anda mereka pasti mendukung Anda untuk itu.
Hal ini akan mempermudah Anda untuk nantinya meminimalisir konflik karena merasa diri Anda tidak dipahami oleh orang di sekitar, kalau Anda meniatkan diri untuk mulai mengadaptasi pola makan yang sehat misalnya, paling tidak kalau orang di sekitar Anda tahu bahwa Anda sedang minta didukung untuk melakukan hal itu maka mereka akan meminimalisir makan makanan tidak sehat di dekat Anda.
Begitu juga kalau ada aktivitas Anda yang mensyaratkan waktu Anda untuk meninggalkan orang dekat Anda, seperti berolahraga di luar rumah misalnya, kalau mereka sudah tahu dan mendukung – karena tahu kepentingan dan manfaatnya untuk Anda – maka mereka akan memaklumi dan bahkan mendukung Anda untuk konsisten melakukannya.
Ada kalanya kita kelelahan menjalankan kebiasaan baru itu, apalagi di momen adaptasi, kalau orang terdekat kita memahami dan mendukung kita, maka mereka akan menjadi penyemangat yang luar biasa untuk kita kembali fokus meneruskan kebiasaan baru itu.
Komunikasikan niat, hasil perenungan, keputusan dan persiapan Anda, semua keempat langkah sebelumnya tadi, bagikan itu pada orang di sekitar Anda sehingga Anda menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendukung Anda mengadaptasi kebiasaan baru itu secara konsisten.
Bagaimana kalau lingkungan tidak mendukung? Yang ini agak lain ceritanya, kalau ini yang Anda alami Anda perlu memantapkan keputusan secara lebih ekstrim dalam diri Anda, menyiapkan stok energi psikis lebih untuk bersiap menghadapi ‘halauan’ dari luar diri Anda, lagi-lagi persiapan adalah kuncinya, bedanya adalah persiapannya ekstra, antisipasinya juga ekstra, yang didasari perenungan dan keputusan yang energinya juga harus ekstra.
Masuk ke langkah keenam, yaitu ‘mantapkan’, atau tepatnya: ‘mantapkan batin’.
Nah, langkah ini menandakan kita sudah memulai aktivitasnya ya, kita sudah – paling tidak – memulai aktivitas itu secara nyata.
Meski persiapan sudah maksimal, tetap saja dalam kenyataannya kendala akan muncul, semua mekanisme pengelolaan energi yang sudah kita siapkan akan berhadapan dengan kenyataan, nah disini pastinya muncul ‘gap’, atau ‘celah’.
Celah ini bisa bersifat internal, yaitu muncul dari ketidaksiapan diri dalam mengadaptasi kebiasaan baru itu secara nyata, kita kaget dan muncul rasa ‘enggan’ karena ternyata yang kita alami di luar yang kita sangka, dan mulai ragu sanggup meneruskan apa tidak.
Bisa juga celah ini bersifat eksternal, yaitu godaan atau halauan dari luar, intinya segala-sesuatu yang menghambat kita dari luar untuk meneruskan kebiasaan itu secara konsisten.
Disinilah fase dimana kita harus memantapkan batin kita, yaitu meyakinkan dan memantapkan hati, dengan melakukan ‘dialog diri’, setiap kali kita merasa lelah atau ragu atau terkendala oleh apa pun, alihkan atensi ke dalam diri kita, pergunakan waktu untuk merenungkan dan meyakinkan diri kita bahwa apa yang sudah kita mulai sejauh ini sangatlah ironis jika harus dikorbankan begitu saja, segala perenungan, keputusan dan persiapan yang kita buat selama ini, tidaklah layak kalau harus dikorbankan begitu saja hanya karena lelah sesaat, masuk akal?
Manusiawi kalau kita lelah, kalau lelah maka beristirahatlah, tapi beristirahat lho ya, bukan berhenti! Seperti kutipan kalimat mutiara yang berbunyi: “Ketika kau berpikir untuk berhenti, ingatlah lagi alasanmu dulu ketika memulainya.”
Saat kita dilanda kelelahan atau apa pun kendala yang membuat kita tidak bisa berpikir jernih, tenangkan diri sebentar, pindahkan atensi dari hal yang membuat kita terganggu tadi, fokus saja pada hal lain yang lebih bersifat menenangkan dan meredakan ketegangan itu untuk sesaat.
Kita tidak bisa berpikir jernih ketika beban emosi menguasai diri, maka ringankan dulu beban emosi itu, sampai kita merasa diri kita lebih stabil barulah kembali yakinkan diri kita, mantapkan hati kita, lakukan dialog diri yang membangun semangat dalam diri kita bahwa yang sudah kita perjuangkan ini haruslah kita jaga dan teruskan.
Proses memantapkan hati ini meski bisa dibantu oleh orang lain, kunci penentunya ada pada diri kita, pada ketulusan dan kesiapan kita untuk bersahabat dan mendukung diri kita sendiri, inilah proses dimana kita seolah ‘menepi’ sejenap dari dunia luar dan hanya fokus ke dalam diri kita sendiri, menguatkan diri kita, memberikan energi positif ke dalam diri kita sendiri:dari diri kita, oleh diri kita dan untuk diri kita sendiri.
Nah, sampailah kita ke langkah ketujuh dan terakhir, yaitu ‘terima’.
Terima apa yang dimaksud ini? Ada dua hal: pertama, terima hasilnya. Seiring dengan kita konsisten, maka akan tiba waktunya kita mendapatkan yang kita pantas dapatkan, yaitu manfaat positif yang sejalan dengan kerja keras yang kita curahkan, jika ini tercapai maka syukurilah, lakukan perayaan kecil untuk menghargai diri kita sendiri, berikan diri kita apresiasi yang membuat diri kita semakin termotivasi dan bersemangat untuk melakukan yang lebih baik lagi nantinya.
Penting untuk memberikan diri kita penghargaan yang layak, karena hal itu menjadi pijakan energi untuk kita siap mewujudkan lebih banyak perilaku positif lainnya.
Terima yang kedua, terima situasinya kalau di satu waktu tertentu kita benar-benar terkendala dan tidak bisa menjalankan kebiasaan itu, karena sakit atau terkena musibah dan faktor eksternal yang tidak terhindarkan misalnya.
Kalau itu sampai terjadi maka jangan terlalu keras dan menghukum diri Anda sendiri, atau bahkan larut pada rasa gagal dan frustrasi, terima kenyataan bahwa sesuatu terjadi yang sempat menghentikan Anda dari menjaga kebiasaan konsisten itu.
Berikutnya, fokuskan lagi saja diri untuk kembali memupuk kebiasaan itu secara konsisten. Tenang, Anda kali ini tidak memulainya dari nol, sudah ada rekam-jejak yang akan membantu Anda menapaki ulang prosesnya dengan lebih efektif.
Jika dirasa perlu, ‘tebus’ jatah kebiasaan baru yang hilang karena terhenti itu, ketika menapaki ulang kebiasaan baru itu berikan saja porsi yang lebih intens, lebih disiplin, lebih terkendali atau lebih menyita energi di beberapa kali kesempatan awal agar jatah yang hilang dulu ‘tergantikan’ oleh tebusan kebiasaan ini, meski hal ini tidak sepenuhnya diperlukan tapi hal ini cukup membantu Anda untuk merasa lebih baik karena ada proses ‘penebusan’ atas sesuatu yang sebelumnya hilang.
Oke, itulah strategi menjaga konsistensi di episode kali ini.
Cukup jelas? Siap memupuk kebiasaan baru dan menjadikanya konsisten? Sampai jumpa di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.