Episode 27 – Ruang Jiwa Ke-1, Ruang Kesadaran Kehendak
Di tengah berbagai ketidakpastian yang terjadi di luar diri kita, ketika ke arah mana pun perhatian tertuju yang kita dapati adalah berbagai hal yang memunculkan rasa gelisah dan tidak tenang, tidakkah ada sebuah pembelajaran penting yang seharusnya kita sadari di sini?
Ya, sebuah pembelajaran penting yang mengajak kita untuk mengarahkan perhatian ke dalam diri, ke dalam ruang yang mungkin selama ini jarang diperhatikan karena begitu pesatnya kemajuan teknologi berkembang di sekitar kita dengan berbagai fasilitas dan hiburannya, yang tanpa disadari membuat kita terus melihat ke dunia luar.
Episode kali ini akan membahas ruang ke-1 dari dua ruang jiwa, yaitu ‘ruang kesadaran kehendak’, semoga apa yang dibahas di dalamnya bisa menambah wawasan kita dalam memilih dan memutuskan respon terbaik yang lebih penuh kendali dalam menyikapi kehidupan.
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode keduapuluhtujuh Life Restoration Podcast berjudul ‘Ruang Jiwa Ke-1, Ruang Kesadaran Kehendak’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Ruang Jiwa Ke-1, Ruang Kesadaran Kehendak'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode dua puluh tujuh.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, seperti biasa tentunya, doa terbaik semoga Anda sekalian selalu dalam kondisi sehat, berlimpah dan bahagia.
Kembali bersama saya, Alguskha Nalendra, di Life Restoration Podcast, di episode ke-27 kali ini.
Mengawali episode kali ini, saya ingin mengajak Anda sekalian untuk sama-sama mendoakan mereka yang sudah lebih dulu meninggalkan kita semua di alam fisik ini dan melanjutkan perjalanannya ke tempat dimana mereka seharusnya melanjutkan perjalanannya.
Ya, bukan tanpa alasan saya mengatakan demikian, berhari-hari sudah dinding media sosial dipenuhi oleh berita-berita yang mengabarkan kepergian orang-orang di lingkar pertemanan kita, ada hawa sedih dan haru yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata terasa mengendap di bumi tempat kita tinggal ini.
Terlepas dari endapan hawa kesedihan dan keharuan ini, bagi Anda yang peka dengan vibrasi dan energi mungkin menyadari bahwa terjadi perubahan medan energi yang tidak main-main di bumi tempat dimana kita tinggal saat ini.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi perubahan medan energi ini dimana perubahan medan energi ini lalu mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional kita, tapi untuk saat ini saya tidak akan membahas mengenai perubahan medan energi ini. Alasannya sederhana, meski topik tentang medan energi bumi adalah termasuk ke topik yang saya sukai, tapi itu tidak berhubungan langsung dengan tema dari podcast channel saya ini, maka saya tidak akan mengulasnya di sini, lagipula sudah banyak pakar dan praktisi di bidang ini yang membahasnya di channel mereka masing-masing, biarlah saya fokus pada apa yang menjadi topik dari channel ini, yaitu restorasi kehidupan dan restorasi diri.
Kembali ke situasi yang sedang berlangsung saat ini, di tengah berbagai ketidakpastian yang terjadi di luar diri kita, ketika ke arah mana pun perhatian tertuju yang kita dapati adalah berbagai hal yang memunculkan rasa gelisah dan tidak tenang, tidakkah ada sebuah pembelajaran penting yang seharusnya kita sadari di sini?
Ya, sebuah pembelajaran penting yang mengajak kita untuk mengarahkan perhatian ke dalam diri, ke dalam dua ruang yang mungkin selama ini jarang diperhatikan karena begitu pesatnya kemajuan teknologi berkembang di sekitar kita dengan berbagai fasilitas dan hiburannya, yang tanpa disadari membuat kita terus melihat ke dunia luar.
Begitulah, teknologi menjadi pisau bermata dua sekarang ini, di satu sisi ia membawa kemudahan bagi kita untuk terhubung satu sama lain, tapi di sisi lain ia menyajikan sebuah dunia baru, dunia yang seolah mengunci perhatian padanya, selalu ada hal baru…informasi baru di dalamnya yang membuat atensi dimanjakan oleh arus informasi yang seolah tanpa batas. Tanpa disadari sebagian besar dari atensi banyak orang sekarang terbuang ke dunia di luar diri mereka, terkunci di dunia maya yang fana, menjadikan mereka mudah sekali terpengaruh oleh apa pun yang disajikan oleh dunia di luar diri mereka, sampai mereka lupa pada dua ruang jiwa dalam diri mereka yang seharusnya mereka fokus perhatikan dan jaga.
Ironis memang, tapi itulah yang banyak terjadi sekarang ini, ada begitu banyak atensi yang terkunci dan tergantung pada dunia luar – atau lebih parahnya lagi – pada dunia maya, dimana informasi di dalamnya bisa jadi bahkan bukan informasi yang benar, tapi ironisnya karena atensi tertuju pada dunia di luar diri itu maka apa yang terjadi di luar diri itulah yang akhirnya menjadi acuan kedamaian jiwa, ketika sesuatu yang tidak mengenakkan terjadi di luar diri, atau bahkan sebatas informasi tidak mengenakkan yang beredar di dunia maya, maka hal itu langsung mempengaruhi kedamaian jiwa, ketahanan jiwa ini menjadi ringkih karena ia menjadi begitu bergantung pada kondisi di luar diri.
Saya dari tadi menyebutkan keberadaan dua ruang jiwa dalam diri, apa saja dua ruang batin ini? Saya menyebutnya dengan nama ‘ruang hening kedamaian jiwa’ dan ‘ruang kesadaran kehendak’.
Di episode kali ini saya akan memfokuskan bahasan pada ‘ruang kesadaran kehendak’ dalam diri terlebih dahulu, bahasan tentang ‘ruang hening kedamaian jiwa’ akan saya bahas d episode berikutnya minggu depan.
Victor Frankl, seorang survival holocaust, yang juga seorang pakar kejiwaan, menyatakan “Di antara stimulus dan respon terdapat ruang, di dalam ruang itulah tersimpan kebebasan untuk memilih respon, bersama respon pilihan kita itulah tersimpan pertumbuhan dan kebebasan”.
Dunia di luar diri kita adalah stimulus, dan reaksi jiwa kita pada apa yang terjadi di luar diri kita adalah respon, tanpa disadari sedemikian lamanya atensi terarah pada dunia di luar diri maka jiwa ini menjadi reaktif, sedikit saja stimulus tidak mengenakkan terjadi di luar diri maka saat itu langsung muncul respon tidak nyaman, seolah ada remote yang menentukan respon jiwa ini dan remote itu dipegang oleh dunia di luar diri, setiap kali remote itu ditekan maka saat itu jiwa merespon sesuai tombol yang ditekan, jika yang ditekan adalah tombol yang menyenangkan maka muncullah reaksi nyaman, jika yang ditekan adalah tombol yang tidak menyenangkan maka muncullah reaksk ketidaknyamanan, hei…ternyata hidup menjadi sedemikian dikendalikan oleh dunia diluar diri! Kita seolah lupa, ada satu ruang hening dalam diri kita, dimana di dalam ruang hening itulah kita bisa memilih untuk mengendalikan respon kita, bahwa apa pun yang terjadi di luar diri kita, respon kita adalah seharusnya tetap berasal dari pilihan kita, yang kita pilih dan jalani secara sadar, bukan respon reaktif yang tidak kita sadari dan hanya ditentukan oleh dunia di luar diri kita
Maka itulah di episode kali ini saya ingin mengajak Anda sekalian untuk menyadari keberadaan ruang itu, ruang dalam pikiran tempat dimana kita bisa lebih memegang kendali atas respon kita dengan lebih penuh kesadaran, menjadi manusia berkesadaran yang memilih respon perilakunya dengan sadar dan sengaja, menyadari konsekwensi dari pilihannya dan siap menanggungnya, bukan semata menjadi korban dari situasi di luar diri yang terus berubah.
Bukan berarti kita jadi mengabaikan atau meninggalkan dunia luar lho ya, saya juga tidak mengajak Anda berhenti dari dunia internet begitu saja, karena tidak bisa dipungkiri dunia digital ini juga sudah menjadi salah satu dunia tersendiri yang hidup berdampingan dengan dunia fisik kita saat ini, bahkan podcast ini juga adanya di dunia digital kan, yang saya ajak melalui episode ini adalah untuk menyertai aktivitas kita dalam berinteraksi dengan dunia di luar diri dengan adanya ruang kesadaran kehendak yang kita gunakan untuk menyikapi dunia di luar diri dengan lebih berkesadaran.
Mengapa saya menyebutnya ruang kesadaran kehendak, karena memang di dalam ruang ini terdapat dua hal yang saya sebutkan tadi, yaitu kesadaran dan kehendak, hanya saja keduanya sering kali tidak digunakan dengan baik karena ruang ini saja tidak disadari keberadaannya.
Ruang ini bukan ruang secara fisik ya, bukan ruang yang kita ‘korek-korek’ dalam diri kita secara fisik, tapi lebih kepada sebuah perilaku berkesadaran.
Contohnya begini, Anda menemukan informasi di media masa atau di dunia maya, informasi itu memberitakan tentang kejadian tidak mengenakkan – atau bahkan menyeramkan – yang sedemikian menakutkan, sebut saja seperti di masa sekarang ini, yaitu meningkatnya jumlah penyebaran virus dan bahkan kabar tidak terduga mengenai orang-orang dekat di sekitar kita yang berpulang karena pandemi ini.
Apa respon alami Anda menyikapi berita ini? Saya tidak tahu respon alami Anda, tapi saya mendapati ada begitu banyak respon yang bernadakan ketakutan dari banyak orang ketika mendapati kabar ini, berbagai skenario buruk bermunculan dalam diri mereka dan alhasil mereka pun menjalani hari dengan dihantui rasa takut, berbagai keputusan mereka dipengaruhi dan bahkan dikendalikan oleh rasa takut ini, ironisnya tidak jarang berbagai hal yang mereka takutkan terjadi itu malah menjadi kenyataan dalam hidup mereka.
Apakah berarti ketakutan itu salah? Sama sekali tidak, di episode terdahulu,tepatnya di episode kedelapan, dimana saya mengulas tema ‘Berdamai Dengan Rasa Takut’ saya sudah mengulas lika-liku pemahaman tentang rasa takut, bagaimana rasa takut adalah respon alami yang muncul dalam sistem kesadaran kita untuk menjauhkan kita dari bahaya, maka tidak ada yang salah dengan rasa takut.
Kalau Anda belum mendengarkan episode tersebut saya sarankan Anda menyempatkan diri untuk mendengarkannya ya, bahkan saya menyarankan Anda untuk menyempatkan diri mendengarkan episode-episode lain di podcast saya ini, agar semakin lengkap pemahaman yang Anda miliki tentang berbagai tema restorasi kehidupan dan transformasi diri ini.
Sekali lagi, tidak ada yang salah dengan takut, yang menjadi masalah adalah kalau rasa takut itu mengendalikan diri kita dan mempengaruhi berbagai keputusan yang kita buat, menjadikannya irasional.
Bukan hanya rasa takut, tapi semua jenis emosi dan perasaan lain juga sama adanya. Emosi atau perasaan akan melahirkan perilaku, perilaku inilah yang nantinya akan mempengaruhi berbagai hal dalam hidup kita.
Semua emosi punya fungsi dalam diri kita, bahkan emosi kemarahan pun punya fungsi menegaskan bahwa ada sesuatu hal yang berjalan tidak sesuai dengan prinsip yang kita yakini. Jadi tidak ada yang namanya emosi negatif, emosi dikatakan sebagai emosi negatif karena ia keluar di waktu dan tempat yang salah dan menjadikan kita disfungsional, bahasan ini juga sudah sempat saya bahas dengan lebih lengkap di episode podcast saya terdahulu.
Jadi, bukan perasaannya yang salah, tapi rendahnya kesadaran kita dalam mengenali dan mengendalikan dampak dari perasaan itu yang menjadikannya bermasalah.Disinilah kemampuan kita untuk memisahkan antara kejadian dan pilihan respon menjadi penting.
Kembali ke contoh tadi ya, katakanlah Anda menemukan informasi di media masa atau di dunia maya, informasi itu memberitakan tentang kejadian tidak mengenakkan – atau bahkan menyeramkan – yang sedemikian menakutkan, seperti di masa sekarang ini, meningkatnya jumlah penyebaran virus atau kabar tidak terduga mengenai orang-orang dekat di sekitar kita yang berpulang karena pandemi ini.
Mari kita mulai sadari dan pisahkan antara kejadian dan pilihan respon. Kejadiannya tidak mengenakkan, itu betul, tapi apakah satu-satunya respon yang harus kita tampilkan atas kejadian itu adalah rasa takut, itulah pertanyaannya?
Yes, sekali lagi, kejadiannya tidak mengenakkan itu betul dan kita tidak memungkiri itu, kita juga tidak ingin kalau sampai itu terjadi, amit-amit lah ya, tapi mari kita sadari sejenak, apakah membiarkan rasa takut menguasai diri adalah satu-satunya pilihan yang harus kita ambil dan kita tidak berhak menentukan pilihan lain atas respon lain yang lebih membawa manfaat atas diri kita.
Para sahabat sekalian, kita menyadari mengapa manusia dikatakan sebagai makhluk paling sempurna, yaitu karena kita diberikan ‘akal’ atau ‘kehendak bebas’, dengan akal inilah kita bisa memutuskan untuk menentukan pilihan dengan cara apa kita akan merespon stimulus di luar dira kita.
Binatang tidak sepenuhnya memiliki kehendak bebas ini, mereka digerakkan oleh insting alaminya untuk merespon dunia di luar dirinya, tapi berbeda dengan manusia, kita punya kebebasan untuk memilih dengan cara apa kita akan merespon kejadian di luar diri kita.
Kembali ke contoh tadi, katakanlah kita mendapatkan kabar tidak menyenangkan itu, rasa takut pun muncul dalam diri kita, tapi disini sebuah kesadaran muncul dalam diri kita, sebuah kesadaran yang menyadari keberadaan rasa takut ini, kesadaran ini lalu merenungkan dampak dari rasa takut ini, kesadaran ini juga memikirkan berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi, berbagai pemikiran logis ikut bermain di sini, pada akhirnya kesadaran ini menentukan sebuah sikap: agar terhindar dari kejadian tidak mengenakkan itu maka kita harus berupaya sebaik mungkin memaksimalkan upaya menjaga kesehatan, dan bahkan menyadari bahwa rasa takut berlebih menurunkan daya tahan tubuh, maka kesadaran ini dengan kehendaknya memilih untuk tidak membiarkan rasa takut mengendalikan diri, rasa takut itu tetap ada dengan proporsinya menjadikan kita waspada, tapi tidak sampai mengendalikan diri kita dan mengendalikan berbagai keputusan kita.
Nah itulah yang saya maksud ruang kesadaran kehendak, ketika sebuah kejadian terjadi di luar diri kita, kita tidak serta-merta membiarkan respon otomatis, apalagi yang negatif, mengambil alih kesadaran kita dan menentukan keputusan atau perilaku kita. Kita menggunakan waktu yang ada sebaik mungkin untuk hening, fokus ke dalam diri, menyadari ada dinamika respon perasaan atau pemikiran apa saja yang muncul dalam diri sebagai respon otomatis atas kejadian di dunia di luar diri kita, lalu menimbang-nimbang apakah benar respon itu adalah respon yang tepat, yang sewajarnya kita tunjukkan, menyadari apa dampak dari respon itu, dan menimbang-nimbang opsi adakah respon lain yang lebih sehat dan membawa manfaat, inilah yang dimaksud ‘kesadaran’, hasil dari semua itu lalu membawa kita pada sebuah keputusan, keputusan untuk memilih respon yang terbaik yang kita memang sadari dampaknya dan siap kita jalani, inilah yang dimaksud ‘kehendak’.
Jadi, ruang kesadaran kehendak ini adalah sebuah ruang yang kita akses dengan sebuah perilaku, yaitu perilaku yang fokus ke dalam diri kita, perilaku yang menyadari dorongan perasaan dan pemikiran apa saja yang muncul dalam diri, lalu dengan sepenuh hati dan kehendak memutuskan apa respon terbaik yang akan kita tampilkan.
Mari bersama-sama melatih ‘ruang kesadaran kehendak’ ini, agar kita tidak menjadi korban dari situasi, agar kita tidak serta-merta menjadi individu yang tidak punya kendali kehidupan, setiap kali apa-apa terjadi di luar diri kita maka kita lantas terpengaruh dan tidak berdaya mengendalikan diri, melainkan menjadi manusia yang berkesadaran dan berkehendak, yang mampu dengan sepenuh kesadaran memilih respon terbaik yang selayaknya ditampilkan karena kita sadar dan siap dengan konsekwensinya.
Bagaimana melatih ‘ruang kesadaran kehendak’ ini? Saya merangkumnya dalam 4 tahap.
Pertama, sadari respon otomatis diri yang muncul dalam merespon stimulus.
Contohnya ketika mendengar kabar tidak menyenangkan tadi, sadari ada respon otomatis apa yang muncul dalam diri kita, apakah rasa takut, cemas, atau sedih atau apa pun, inilah tahap awal mengakses ‘ruang kesadaran kehendak’, yaitu menyadari keotomatisan diri dalam merespon situasi.
Kedua, hargai respon otomatis diri, apa pun respon otomatis yang muncul dalam diri, meskipun terasa atau dikatakan oleh orang banyak sebagai respon negatif, hargai semua respon itu, ingat tidak ada respon otomatis yang negatif begitu saja, ketidaktahuan kita dalam membiarkan respon itu tidak terkendalilah yang menjadikannya membawa dampak negatif.
Ketiga, renungkan dampaknya, sadari intensitas dari respon yang muncul dan sadari apakah respon ini adalah respon yang tepat untuk kita tampilkan, apa dampak dari membiarkan respon ini menguasai diri kita. Karena kita juga tahu bahwa respon ini memiliki maksud positif maka renungkan di level berapa kita akan membiarkan respon ini ada sebagai pengingat agar kita mawas diri.
Nanti kita coba rangkai semua langkah ini jadi satu ya, sekarang saya lanjut dulu ke langkah keempat.
Keempat, renungkan opsi lain yang lebih baik, dengan membawa intensitas respon otomatis tadi secukupnya maka respon lain apa yang lebih sehat yang sebaiknya kita lakukan agar kita punya lebih banyak kendali dan dampak dari respon yang kita ambil lebih membawa manfaat bagi hidup kita.
Mari kita rangkai dalam bentuk nyata, misalnya saja kita mendapati kabar tidak menyenangkan yang muncul di dunia sekitar kita tentang yang terjadi, kita lalu melakukan langkah pertama: menyadari respon otomatis yang muncul, katakanlah dalam hal ini kita menyadari ada rasa takut muncul sebagai reaksi otomatis atas kabar tadi.
Kedua, hargai respon otomatis takut ini, karena artinya ia adalah insting alami kita untuk melindungi diri, yang tidak ingin kita terluka, jangan mengutuki diri karena merasa dipenuhi rasa takut.
Ketiga, renungkan dampak dari takut ini, sadari intensitas takut ini, sadari apa dampak dari membiarkan takut ini menguasai diri kita, sadari apa saja hal-hal irasional yang bisa kita lakukan kalau membiarkan rasa takut ini menguasai diri kita, relakah kita kalau sampai itu terjadi? Setelah menyadari dampaknya, karena kita tahu bahwa rasa takut ini memiliki maksud positif maka kita tidak mengutukinya, kita membiarkannya tetap ada agar kita waspada dan mawas diri tapi kita tahu dan sadar bahwa kita tidak membiarkannya mengendalikan diri kita.
Keempat, renungkan ada opsi lain apa yang dengan sikap waspada dan mawas diri ini bisa lebih bijak untuk kita ambil dan lebih membawa manfaat, misalnya saja dengan memutuskan bahwa kita jadi harus lebih menambah wawasan tentang berbagai hal yang berhubungan dengan pandemi ini, dari sumber yang terpercaya, lalu memastikan kita melakukan upaya terbaik menjaga protokol kesehatan, dan lain sebagainya, intinya temukan opsi apa yang lebih sehat yang bisa kita ambil yang memang opsi inilah yang nantinya kita akan lakukan dengan penuh kesadaran dan dengan kekuatan dari kehendak yang kuat, sampai menjadi tekad, atau Bahasa Inggrisnya: Will Power.
Lakukan 4 langkah itu dalam berbagai kesempatan dimana respon otomatis negatif kita biasa muncul akibat stimulus dunia luar yang di luar dugaan, Anda akan mendapati diri Anda lebih memegang kendali atas segala keputusan dan tindakan Anda, bukan karena itu hal ajaib, tapi karena memang Anda melatihnya sebagai sebuah kebiasaan.
Nah itulah bahasan tentang ‘ruang kesadaran kehendak’, ruang jiwa satu lagi, yaitu ‘ruang kedamaian batin’ akan kita bahas di episode berikutnya minggu depan, oke?
Sampai jumpa di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.