Episode 28 – Ruang Jiwa Ke-2, Ruang Hening Kedamaian Jiwa
Bayangkan Anda adalah seseorang yang tinggal di kota yang besar, yang kesibukkannya sangatlah melelahkan fisik, mental dan emosional. Suatu hari Anda menemukan sebuah tempat berlibur yang sangat indah, dimana tempat berlibur itu terletak cukup jauh di pinggir kota.
Lelah dengan kesibukan dan kepenatan kota, Anda lalu berkendara menuju tempat berlibur yang indah itu, Anda rela meluangkan waktu, tenaga dan biaya untuk menuju tempat itu, meski harus melalui jalan yang panjang dan melelahkan.
Waktu berlalu, setelah sekian jauh dan sekian lama berjalan Anda lalu sampai di tempat berlibur itu, dan memang tempat itu sangatlah indah, ketika Anda tiba di tempat itu Anda merasakan kedamaian dan ketenangan yang amat sangat, membuat Anda tidak lagi memikirkan apa pun yang ada di luar tempat ini, hanya fokus menikmati kedamaian dan ketenangan di dalamnya.
Seiring Anda beristirahat energi Anda pun terpulihkan, ketika Anda keluar dari tempat ini untuk kembali pada kesibukan sehari-hari Anda merasa begitu segar dan penuh energi, penuh rasa optimis karena Anda tahu bahwa ketika penat dan lelah lagi nantinya Anda hanya perlu kembali ke tempat kedamaian ini lagi untuk memulihkan diri dan merasakan kembali kedamaian yang menenangkan tadi.
Bagaimana membayangkan suasana itu? Nyaman sekali bukan? Bagaimana rasanya jika tempat kedamaian itu benar ada dan ia bisa kita gunakan untuk memulihkan diri dari lelahnya dunia, nyaman sekali bukan?
Oke, waktunya kita mengulas beberapa berita baik kali ini.
Berita baik pertama: tempat kedamaian itu benar-benar ada!
Berita baik kedua: tempat itu begitu dekat dan bisa kita kunjungi kapan pun, bahkan dengan gratis, tanpa harus mengeluarkan biaya fisik apa pun.
Pertanyaannya: dimana tempat itu berada? Bagaimana mengunjunginya?
Jawabannya: tempat itu berada dalam diri kita dan cara mengunjunginya adalah dengan masuk ke dalam diri kita sendiri, atau tepatnya: memasuki ruang kedamaian dalam jiwa.
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode keduapuluhdelapan Life Restoration Podcast berjudul ‘Ruang Jiwa Ke-2, Ruang Hening Kedamaian Jiwa’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Ruang Jiwa Ke-2, Ruang Hening Kedamaian Jiwa'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode dua puluh delapan.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, semoga Anda sekalian selalu dalam kondisi sehat, berlimpah dan bahagia, seperti biasa tentunya, terutama di tengah suasana PPKM ini, yang tentunya memberikan tantangan tersendiri.
Dan kembali bersama saya, Alguskha Nalendra, di Life Restoration Podcast, di episode ke-28 kali ini.
Bukan sebuah kebetulan, berbagai peristiwa yang terjadi akhir-akhir ini melambangkan apa yang akan kita bahas di episode kali ini, atau tepatnya melambangkan apa yang akan disarankan di episode kali ini.
Ya, episode kali ini akan meneruskan bahasan episode sebelumnya, yang berhubungan dengan ‘ruang jiwa’.
Di episode sebelumnya kita sudah membahas keberadaan tentang ruang jiwa dalam diri kita, tepatnya dua ruang jiwa, yaitu ‘ruang hening kedamaian jiwa’ dan ‘ruang kesadaran kehendak’.
Masih di episode sebelumnya juga, kita sudah membahas secara cukup mendetail tentang ‘ruang kesadaran kehendak’, sebuah ruang yang ketika kita akses akan memberikan kita lebih banyak kekuatan untuk memegang kendali atas respon tindakan kita dalam menyikapi peristiwa di luar diri kita, menghindarkan kita dari menjadi seorang korban kehidupan tidak berdaya yang hanya bisa merespon secara reaktif pada berbagai peristiwa di luar diri kita.
Seperti biasa, kalau Anda belum mendengarkan episode sebelumnya, silakan menyempatkan diri untuk mendengarkannya terlebih dahulu, agar Anda lebih mudah memahami yang akan kita bahas di episode kali ini.
Tidak lupa, saya juga menyarankan Anda untuk mendengarkan berbagai episode lainnya di podcast saya ini, agar semakin mudah memahami berbagai bahasan restorasi kehidupan yang saya unggah di dalamnya, termasuk juga menyimak video serial Life Restoration yang mulai saya unggah di Youtube Channel saya.
Oh iya, bagi yang belum familiar, sekalian agar jadi familiar lah ya, saya juga mulai mengunggah video-video yang lebih menampakkan kehadiran saya dalam bentuk visual, yaitu melalui video serial Life Restoration, yang diunggah di hari Sabtu pagi, silakan menyempatkan diri juga untuk mendengarkannya ya.
Kembali ke bahasan di episode kali ini, yang juga meneruskan bahasan episode sebelumnya, bukan sebuah kebetulan situasi yang kita alami di luar diri kita kali ini masih terus saja menunjukkan ketidakpastian, maka penting adanya pembelajaran penting dari episode sebelumnya kita ingat-ingat kembali, yaitu pembelajaran penting yang mengajak kita untuk mengarahkan perhatian ke dalam diri, tepatnya ke dalam dua ruang yang mungkin selama ini jarang diperhatikan, karena begitu pesatnya kemajuan teknologi berkembang di sekitar kita dengan berbagai fasilitas dan hiburannya, yang tanpa disadari membuat kita terus melihat ke dunia luar.
Seperti di episode kemarin saya ungkapkan, teknologi menjadi pisau bermata dua sekarang ini, di satu sisi ia membawa kemudahan bagi kita untuk terhubung satu sama lain, tapi di sisi lain ia menyajikan sebuah dunia baru, dunia yang seolah mengunci perhatian padanya, selalu ada hal baru…informasi baru di dalamnya yang membuat atensi dimanjakan oleh arus informasi yang seolah tanpa batas.
Tanpa disadari, begitu banyak atensi orang-orang sekarang terbuang ke dunia di luar diri mereka, terkunci di dunia maya yang fana, menjadikan mereka mudah sekali terpengaruh oleh apa pun yang disajikan oleh dunia di luar diri mereka, sampai-sampai ketika sesuatu yang tidak mengenakkan terjadi di luar diri, atau bahkan sebatas informasi tidak mengenakkan yang beredar di sekitar kita, maka hal itu langsung mempengaruhi kedamaian jiwa, ketahanan jiwa ini menjadi ringkih karena ia menjadi begitu bergantung pada kondisi di luar diri.
Itulah kenapa di episode sebelumnya saya mengulas soal ‘ruang kesadaran kehendak’, sebuah ruang yang idealnya kita sadari agar kita bisa menjadi pribadi yang tidak bergantung pada dunia luar, melainkan pribadi yang mandiri, artinya: apapun yang terjadi di dunia luar, biarlah terjadi, tapi kita hendaknya menjadi pribadi yang bisa memilih respon terbaik kita dalam menyikapi yang terjadi di dunia luar diri kita itu.
Di episode kali ini saya ingin membahas satu ruang lagi yang waktunya juga kita sadari, karena ia merupakan sebuah ruang dimana kita bisa mengistirahatkan diri dengan tenang di dalamnya, melepaskan diri sejenak dari hiruk-pikuknya dunia luar.
Agak lain dengan banyak episode lainnya, saya tidak akan memberikan langkah-langkah spesifik di episode kali ini.
Ya, bagi Anda yang sudah berkali-kali mendengarkan banyak episode lain dari saya mungkin sudah cukup familiar mendapati bahwa di setiap episode saya sering kali membagikan langkah-langkah praktis yang mewakili solusi atau saran dari topik yang sedang dibawakan di episode itu, ada yang berisikan empat langkah, lima langkah dan bahkan tujuh langkah, lain episode maka lain topik bahasan dan lain juga langkah-langkah yang dibahas di dalamnya.
Di episode kali ini saya ingin fokus saja berkisah dan menggugah rasa dalam diri Anda, mengenai langkah untuk menindaklanjuti rasa itu, saya serahkan pada diri Anda untuk bereksperimen sendiri nantinya dengan apa pun inspirasi yang muncul di pikiran Anda.
Baiklah, kita mulai saja, untuk memulainya begini saja, bayangkan Anda adalah seseorang yang tinggal di kota yang besar, yang kesibukkannya sangatlah melelahkan fisik, mental dan emosional.
Suatu hari Anda menemukan sebuah tempat berlibur yang sangat indah, dimana tempat berlibur itu terletak cukup jauh di pinggir kota.
Lelah dengan kesibukan dan kepenatan kota, Anda lalu berkendara menuju tempat berlibur yang indah itu, Anda rela meluangkan waktu, tenaga dan biaya untuk menuju tempat itu, meski harus melalui jalan yang panjang dan melelahkan.
Waktu berlalu, setelah sekian jauh dan sekian lama berjalan Anda lalu sampai di tempat berlibur itu, dan memang tempat itu sangatlah indah, ketika Anda tiba di tempat itu Anda merasakan kedamaian dan ketenangan yang amat sangat, membuat Anda tidak lagi memikirkan apa pun yang ada di luar tempat ini, hanya fokus menikmati kedamaian dan ketenangan di dalamnya.
Seiring Anda beristirahat energi Anda pun terpulihkan, ketika Anda keluar dari tempat ini untuk kembali pada kesibukan sehari-hari Anda merasa begitu segar dan penuh energi, penuh rasa optimis karena Anda tahu bahwa ketika penat dan lelah lagi nantinya Anda hanya perlu kembali ke tempat kedamaian ini lagi untuk memulihkan diri dan merasakan kembali kedamaian yang menenangkan tadi.
Bagaimana membayangkan suasana itu? Nyaman sekali bukan? Bagaimana rasanya jika tempat kedamaian itu benar ada dan ia bisa kita gunakan untuk memulihkan diri dari lelahnya dunia, nyaman sekali bukan?
Oke, waktunya kita mengulas beberapa berita baik kali ini.
Berita baik pertama: tempat kedamaian itu benar-benar ada!
Berita baik kedua: tempat itu begitu dekat dan bisa kita kunjungi kapan pun, bahkan dengan gratis, tanpa harus mengeluarkan biaya fisik apa pun.
Pertanyaannya: dimana tempat itu berada? Bagaimana mengunjunginya?
Jawabannya: tempat itu berada dalam diri kita dan cara mengunjunginya adalah dengan masuk ke dalam diri kita sendiri, atau tepatnya: memasuki ruang kedamaian dalam jiwa.
Ya, itulah yang saya maksudkan tadi sebagai ‘ruang hening kedamaian jiwa’, ruang yang ada dalam diri setiap orang, ruang yang ketika dimasuki akan mengajak kita merasakan kedamaian yang luar biasa dan memulihkan jiwa kita.
Benarkah ruang itu ada dalam diri setiap orang? Ya, kita semua memiliki ruang itu dalam diri kita. Tapi demikianlah, tanpa disadari sedemikian lamanya atensi kita hanya terarah pada dunia di luar diri maka kita melupakan dan bahkan tidak menyadari keberadaan ruang yang satu ini.
Kita semua pernah berada di ruang ini, dan kita bisa melihat satu sosok yang bisa mengingatkan kita akan keberadaan ruang ini dalam diri kita, yaitu bayi.
Ya, mari amati bayi yang masih kecil, mereka bisa menghabiskan waktu dalam tidurnya dengan tenang, mereka belum mendengar, belum melihat, belum memiliki pemikiran apa pun yang tertuju pada dunia di luar diri mereka, mereka berada dalam satu ruang kesadaran yang ketika mereka berada di dalamnya mereka bisa menikmati kedamaian yang begitu syahdu.
Memang betul bayi akan bereaksi pada dunia luar, termasuk juga menangis ketika mendengar suara ancaman dari luar atau merasakan keberadaan hal-hal yang bisa mengancamnya, bayi tentu juga menangis ketika lapar, haus atau kesakitan, tapi itu semata karena naluri alami mereka yang terhubung dengan fungsi dasar manusia untuk bertahan hidup, bukan karena atensi yang ditujukan ke dunia luar dengan sengaja seperti orang dewasa.
Seiring penginderaan bayi mulai aktif, atensinya mulai terarah pada dunia luar, ia mulai memerhatikan dunia di luar dirinya, mulai mengikuti aturan yang berkembang di masyarakat, mulai memiliki ego dan keinginan. Semakin bertumbuh dewasa, semakin kompleks juga lika-liku ego ini, sampai lama-lama ego ini begitu terkunci pada dunia luar dan melupakan keberadaan ‘ruang hening kedamaian jiwa’ tadi.
Para sahabat sekalian, melalui episode ini saya ingi mengajak Anda kembali menyadari ‘ruang hening kedamaian jiwa’ dalam diri kita ini.
Apa pun yang terjadi, kita telah bertumbuh sejauh ini sampai sedewasa ini, yang perlu kita sadari adalah bahwa ‘ruang hening kedamaian jiwa’ ini tetap ada dan akan terus ada dalam diri kita.
Ruang ini bukanlah maksudnya ‘ruang’ yang bisa kita pegang atau sentuh secara fisik, melainkan ruang yang hanya bisa kita ‘rasakan’. Tapi meski hanya kita rasakan, jika kita benar-benar merasakannya sungguh dampak dari kedamaian yang diberikannya akan terasa bahkan sampai ke tubuh fisik.
Sebetulnya selama ini kita sudah sering terhubung dengan ‘ruang kedamaian jiwa’ ini, hanya saja ketika kita akan memasukinya kita malah memasuki ruang yang salah, yaitu ‘ruang mimpi sang ego’, kapankah itu? Yaitu ketika kita menutup mata, salah satunya ketika kita bersiap tidur.
Ya, ketika kita menutup mata, saat itulah perhatian kita berpindah dari luar, menjadi tertuju ke dalam diri, saat itulah kita mulai terhubung dengan ‘ruang hening kedamaian jiwa’ tadi, sayangnya karena kita tidak menyadarinya kita malah memasuki kondisi mata tertutup dengan membawa atensi dari luar, yang membawa ego, akhirnya akumulasi dari ego itu pun termanifestasi menjadi mimpi.
Itulah kenapa dalam psikoterapi klasik terdapat proses interpretasi atau analisa mimpi, karena memang di dalam mimpi tersimpan banyak sekali muatan-muatan simbolis yang berhubungan dengan kesadaran ego kita, ada begitu banyak muatan dan gejolak ego yang mewujud menjadi simbol-simbol tertentu dalam mimpi.
Sekarang bagaimana kita bisa mengakses keberadaan ruang hening kedamaian jiwa ini? Satu cara yang menjadi landasan utamanya sudah pasti adalah niat dan kesadaran, kita menyadari penuh bahwa ruang ini ada dalam diri kita dan kita pernah menghabiskan masa kecil kita di dalamnya, kita lalu meniatkan sepenuh hati untuk bisa memasuki kembali ‘ruang hening kedamaian jiwa’ ini, kekuatan dari niat inilah yang nantinya akan memandu kita untuk memasuki kembali ruang itu.
Tapi perlu kita sadari, diri kita yang sekarang beda dengan diri kita yang masih kecil dulu, diri kita yang sekarang terlanjur membawa ego, terlanjur membawa pengetahuan tentang dunia luar yang pernah kita alami, sudah memiliki makna sendiri tentang kedamaian dan keindahan, maka untuk bisa berada di ‘ruang hening kedamaian jiwa’ ini sepenuhnya kita harus memulainya dengan memahami seperti apa bentuk dari ruang kedamaian jiwa ini sekarang.
‘Ruang hening kedamaian jiwa’ sejati tidak berisikan apa pun, ia hanya berisikan ‘kekosongan’, atau orang-orang bisa menyebutnya sebagai ‘kehampaan’, atau void dalam Bahasa Inggris dan suwung dalam istilah di tanah Jawa, ruang inilah yang dimasuki setiap bayi dulu.
Tapi untuk bisa kembali dan berakrab ria dengan kondisi suwung atau hening ini tidaklah mudah, diri kita yang sekarang sudah menyimpan begitu banyak gambaran dan makna kebahagiaan dan kedamaian yang lebih kompleks dari diri kita di masa kecil dulu, maka perlu kita sadari bahwa kunci memasuki ‘ruang hening kedamaian jiwa’ ini pun berbeda sekarang bagi diri kita di masa dewasa.
Memasuki ‘ruang kedamaian jiwa’ di masa dewasa memerlukan kita untuk masuk melalui jalur ‘cipta’ dalam diri terlebih dahulu, yaitu dengan menciptakan dunia dalam diri yang menurut pengetahuan dewasa kita berisikan segala-sesuatu yang membahagiakan, menenangkan dan mendamaikan.
Sederhananya begini, tutup mata, maka Anda sudah berpindah ke dalam dunia dalam diri Anda. Pertanyaannya: apa yang Anda lihat di dalam diri Anda? Kebanyakan akan berkata: “tidak ada” atau “gelap”, betul?
Wajar saja, karena memang selama ini kita tidak menciptakan apa-apa dalam diri kita!
Di dalam diri kita ada sebuah ruang tanpa batas yang sebenarnya bisa kita isi dengan apa pun di dalamnya sesuai dengan kehendak kita – apa pun itu – yang bisa membahagiakan dan membuat kita merasa damai, isi ruang itu hanya untuk kita dan hanya kita yang bisa menikmatinya, orang lain tidak bisa memasukinya, tapi kita tidak pernah menciptakan atau mengisi ruang itu, ironis bukan?
Ada lagi yang lebih parah, ketika mereka menutup mata yang muncul bukan hanya gelap atau kosong, tapi malah peristiwa yang menyakitkan: bayang-bayang trauma masa lalu, kisah-kisah kesedihan, yang ketika dialami ulang rasanya jelas-jelas menyakitkan, tapi karena kendali diri yang rendah malah itulah yang mengisi ruang dunia dalam diri kita.
Ayolah, dunia dalam diri Anda adalah anugerah terbesar dari Tuhan Yang Maha Kuasa, selain Tuhan Yang Maha Kuasa tidak ada yang bisa menyentuhnya kecuali Anda, tidak ada yang bisa memasukinya kecuali Anda, maka Andalah yang seharusnya mengisinya dengan hal-hal yang membahagiakan.
Memang dulu karena satu dan lain hal, karena keterbatasan dalam mengendalikan daya cipta akhirnya terjadilah ‘kebocoran’, hal-hal yang menyakitkan, yang tidak seharusnya dipikirkan malah ‘tersangkut’ dan bertebaran di dalam ruang itu, tapi itu bukan alasan untuk tidak menatanya ulang, ingat itu adalah ruang milik Anda, dunia dalam diri Anda!
Maka sekali lagi, kesadaran menjadi kuncinya, sadari bahwa ruang itu ada dalam diri Anda dan ruang itu adalah anugerah terbesar dari Tuhan untuk Anda, sadari bahwa hanya Anda yang bisa memasuki dan mengisi ruang itu, bukan orang lain.
Kalau pun dulu Anda pernah – karena keterbatasan di masa lalu – ‘kelolosan’ dan akhirnya ada hal-hal yang tidak menyenangkan bersarang di dalamnya, maka dengan niat yang kuat niatkan bahwa kali ini Anda akan memanfaatkan anugerah terbesar dari Tuhan itu sebaik mungkin, meniatkan untuk hanya mengisinya dengan hal-hal yang membahagiakan dan mendamaikan.
Mulailah berlatih menciptakan dan mengisi ruang dalam diri itu, menjadikannya ‘ruang kedamaian jiwa’, tutup mata Anda dan dengan kekuatan niat isi ruang itu dengan segala-sesuatu yang membahagiakan dan mendamaikan, apa pun itu, ciptakan dunia dalam diri Anda, taman yang indah, yang isinya membuat Anda betah dan terpulihkan.
Jika ada hal-hal yang tidak Anda sukai ada di dalamnya, entah itu bayang-bayang masa lalu, atau apa pun itu, maka dengan niat yang sama, dengan niat yang kuat niatkan untuk menghilangkan atau membuang hal-hal tidak menyenangkan itu dari dalamnya.
Dunia khayalan? Ada yang menyebutnya begitu, ya terserah saja, saya tidak keberatan jika dunia itu disebut dunia khayalan, selama itu tidak merugikan diri kita atau merugikan siapa pun memangnya kenapa? Ingat untuk menjaga kesadaran bahwa dunia itu adalah dunia dalam diri kita, untuk kita nikmati dan menjadikan hidup kita lebih membahagiakan.
Penuhi dunia dalam diri itu dengan hal-hal yang menenangkan, menyenangkan, membahagiakan dan menyehatkan, ciptakan dunia dalam diri yang ketika Anda menutup mata dan Anda merasakan diri Anda berada di dalamnya Anda bisa menjadikan dunia itu sedemikian menyenangkan, mendamaikan dan membuat diri Anda terpulihkan dengan hanya berada di dalamnya.
Ciptakan dunia itu dengan jelas sampai-sampai ketika Anda baru menutup mata dan meniatkan diri Anda berada di dalamnya maka kedamaian itu langsung terasa memenuhi jiwa Anda, itulah kenapa saya menyebutnya ‘ruang hening kedamaian jiwa’.
Dunia di luar diri boleh berubah dengan tidak karuan, boleh saja membuat kita cemas, takut, atau tidak tenang, tapi pastikan bahwa apa pun yang terjadi di dunia di luar diri kita, kita selalu memiliki dunia di dalam diri yang menenangkan dan membahagiakan.
Bayangkan saja, dunia di luar penuh kekacauan dan ketidaktenangan, lalu dunia di dalam diri juga sama, kacau sekali bukan kalau sampai begitu? Maka paling tidak ciptakanlah dunia yang damai dalam diri kita, yang lebih memberi manfaat bagi kedamaian jiwa kita.
Bagaimana dengan kondisi suwung tadi? Tenang saja, kita tidak melupakannya, kita hanya menciptakan satu ‘jembatan’ untuk memasuki suwung itu dengan lebih nyaman dan menyenangkan, ingat diri kita yang dewasa berbeda dengan diri kita waktu kecil yang masih polos dan belum punya banyak keinginan, maka suwung itu mudah sekali kita masuki sewaktu kecil.
Karena kita sudah dewasa maka ciptakanlah dunia yang memenuhi standar kedamaian kita di masa dewasa ini, hanya untuk memunculkan rasa kedamaian yang lebih mudah kita rasakan secara nyata.
Seiring Anda terbiasa memasuki ruang kedamaian jiwa itu dan merasakan damai itu datang memenuhi diri Anda, cukup niatkan saja untuk ‘menggelapkan’ ruang itu sambil terus mempertahankan rasa damai itu, maka kali ini Anda memasuki mode suwung, namun sambil membawa rasa damai, menyenangkan bukan?
Ingat: niat dan kesadaran adalah kuncinya, selebihnya upaya berkelanjutan melatih dirilah yang akan membantu Anda memiliki ruang kedamaian jiwa yang sepenuhnya damai tadi.
Seiring Anda sudah memantapkan ruang kedamaian jiwa dalam diri, sering-seringlah memasukinya ketika Anda perlu, untuk mendamaikan diri dan mengisi diri dengan kekuatan, untuk kemudian kembali menyikapi tantangan dunia luar dengan sebaik mungkin.
Jangan gunakan ruang itu untuk pelarian, sebatas menghibur diri tanpa daya, karena itu hanya menjadikan kita manusia lemah yang lagi-lagi menjadi korban kehidupan, pakai ruang itu untuk menjadikan diri kita lebih kuat dalam merespon kehidupan.
Nah, itulah ruang kedamaian jiwa, siap menciptakan ruang kedamaian jiwa Anda sendiri?
Sampai jumpa di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.