Episode 33 – Mengenali Trauma Spiritual
Semula ingin melanjutkan ke tema bahasan lain tapi entah kenapa interaksi terbaru bersama para klien dan rekan setelah mengunggah episode podcast terakhir justru lagi-lagi mengangkat tema tentang jiwa dan spiritual.
Dari interaksi bersama mereka akhirnya tertuangkanlah satu topik yang menjadi bahasan podcast episode hari ini, yaitu tentang ‘trauma spiritual’.
Tenang saja, meski judulnya terdengar bernuansa berat dan mendalam, bahasan sebenarnya tidak seberat itu, apalagi kalau Anda sudah mendengarkan episode 31 dan 32 sebelumnya, yang sangat melengkapi dan menjadi fondasi dari episode 33 kali ini.
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode ketigapuluhtiga Life Restoration Podcast berjudul ‘Mengenali Trauma Spiritual’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Mengenali Trauma Spiritual'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode tiga puluh tiga.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, semoga seperti biasa, selalu dalam kondisi sehat, berlimpah dan bahagia.
Kembali bersama saya, Alguskha Nalendra, di Life Restoration Podcast, yang memasuki episode ke-33 kali ini, episode dengan angka yang ‘sakral’ he…he…
Apa masudnya? Ya bukan sakral bagaimana, lebih kepada sakral dari sudut pandang yang memandangnya sakral he…he…
Tapi…ya memang begitu, beberapa dari Anda mungkin sudah cukup tahu bahwa selain sebagai seorang coach dan hipnoterapis, saya juga adalah seorang ‘numerologis’…seseorang yang mempelajari numerologi, keilmuan dan tradisi kuno yang mempelajari karakter energi di balik angka.
Di dalam numerologi, setiap angka dan kombinasi angka punya karakter energi khas dengan frekwensi energinya masing-masing, dimana 33 adalah angka yang tergolong ‘sakral’, angka yang melambangkan ‘pencerahan tingkat tinggi’…waw…dahsyat bukan?
Yah, semoga saja memang demikian juga karakter dari episode kali ini, mencerahkan di skala yang tinggi dan membawa manfaat yang setinggi-tingginya, tapi jangan hanya episode ini lah ya, harapannya setiap episode di podcast ini juga begitu, membawa pencerahan dan manfaat yang setinggi-tingginya bagi Anda, para pendengar dan pengikut setia dari podcast channel ini.
Baiklah…kalau begitu apa topik bahasan kita di episode kali ini? Hmm…agaknya boleh juga kalau kita mengangkat satu tema berbasiskan spiritual yang agaknya akan cocok kalau kita hubungkan dengan topik numerologi yang sudah sempat saya bahas tadi.
Seperti biasa, saya lebih senang mengangkat tema yang mudah untuk diangkat dan ditemukan di sekitar kita, lalu memberinya satu judul yang agak ‘khas’, khas sesuai gaya saya maksudnya.
Maka di episode kali ini tema yang saya angkat adalah ‘trauma spiritual’.
Dari judulnya terdengarnya seperti bahasan yang berat dan mendalam ya he..hee, tapi tenang saja, cara membawakannya akan tetap ringan seperti biasa kok.
Baiklah mari kita mulai saja.
Dari segi namanya saja sudah jelas bahwa tema ‘trauma spiritual’ ini akan pertama-tama mensyaratkan kita untuk mengulas kedua kata itu secara terpisah, sebelum kemudian menggabungkannya dan memahami arti dari keduanya ketiga digabungkan, jadi mari kita mulai dengan proses itu dulu.
Agaknya saya akan mulai dari kata ‘trauma’ dulu, sebagai frasa awal yang membuka judul ini, agar nanti mudah merangkainya.
Secara umum, ‘trauma’ adalah sesuatu yang identik dengan istilah medis dan psikologi, bahkan tema trauma sendiri menjadi satu bahasan studi yang cukup menyita perhatian tersendiri dalam dunia medis dan psikologi, yang melahirkan beragam teori dengan landasan pemikirannya masing-masing.
Nah, karena kita sedang berada di podcast yang ditujukan untuk membahas dunia kesadaran dan pengembangan diri, tentunya kita tidak akan membahas trauma ini secara teoritis, tapi secara praktis, tentunya tanpa mengurangi esensinya.
Kalau Anda sudah mendengar bahasan di podcast saya terdahulu, tema trauma ini sebenarnya sudah pernah saya bahas, dimana di episode terdahulu saya mendefinisikan trauma sebagai ‘momen ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan’.
Nah, sederhana bukan? Tapi ingat, itu cara saya mendefinisikan trauma secara sederhana lho ya, bukan berarti itu definisi dari trauma yang sebenarnya dari sudut pandang medis dan psikologi.
Ngomong-ngomong, seperti di banyak episode lainnya saya lakukan, saya juga tidak bosan-bosannya mengingatkan Anda untuk menyimak berbagai episode lain yang saya unggah di podcast saya ini, kalau perlu semuanya, mumpung belum banyak, baru sekitar 33 episode, sehingga Anda bisa mendapatkan gambaran yang lebih utuh dan menyeluruh tentang tema restorasi kehidupan yang saya sering kali suarakan, nantinya kalau ada episode baru yang saya unggah dan membahas episode lama Anda akan dengan lebih cepat mengingat dan menangkap keterhubungannya.
Oke, kembali ke bahasan tadi, saya mendefinisikan trauma sebagai kejadian ketika harapan tidak sejalan dengan kenyataan, atau tepatnya: yang terjadi tidak sesuai dengan yang kita harapkan, dimana dampak dari tidak terpenuhinya harapan itu berbekas dan menjadikan kita merasakan ketidaknyamanan ketika mengingatnya di kemudian waktu.
Mengenai kenapa bisa demikian dan apa contoh nyatanya nanti Anda dengarkan di episode saya yang terdahulu lah ya, sekarang saya ingin lanjut dulu ke uraian kedua yang merupakan lanjutan dari kata ‘trauma’ ini, yaitu ‘spiritual’, agar kita mengetahui bagaimana trauma, atau harapan yang tidak sejalan dengan kenyataan ini, berhubungan dengan aspek spiritual dalam diri dan kehidupan kita.
Apa yang muncul di pikiran Anda ketika mendengar kata spiritual? Kesan paling umum yang paling sering saya dapati ketika mendengar kata spiritual biasanya selalu berhubungan dengan hal religius atau agama, apakah itu benar?
Saya lebih suka mengatakan, “Ya itu benar…tapi tidak sepenuhnya juga,” hal ini karena memang benar agama atau religi adalah bagian dari spiritual, tapi spiritual tidak hanya melulu soal agama.
Kata spiritual sendiri adalah kata serapan dari Bahasa Inggris, dimana dalam Bahasa Inggris kata ‘spirit’ yang ada dalam kata ‘spirit-ual’ sendiri sering kali diidentikkan dengan ‘jiwa’, atau dalam definisi yang lebih umumnya spiritual ini sering kali diidentikkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kesadaran diri untuk bisa memandang dan memaknai segala-sesuatu di level dan esensi yang lebih tinggi, menaungi nilai-nilai kehidupan, dan sering kali juga berhubungan dengan ‘jiwa’ atau pemenuhan misi jiwa.
Lagi-lagi ada beragam definisi atau cara untuk menggambarkan spiritual ini, di podcast ini saya lebih suka mendefinisikan spiritual sebagai ‘segala-sesuatu yang berhubungan dengan pemenuhan jiwa kita’, apa-apa yang membuat kita merasa hidup, berarti, dan penuh daya juang ketika melakukan atau bahkan memperjuangkannya.
Maka itulah agama termasuk ke dalam spiritual, karena ia membuat pemeluknya merasa hidup, berarti, dan penuh daya juang ketika menekuni dan memperjuangkannya.
Tapi lagi-lagi, bukan hanya agama yang menjadikan seseorang merasakan semua itu, ketika seseorang menemukan sesuatu yang diyakininya sepenuh hati, entah itu dalam pekerjaan, seni, idealisme atau apa pun, maka saat itu ia juga merasa hidup, berarti dan penuh daya juang, ketika itu terjadi maka apa pun yang ditekuni maka itulah yang saat itu menjadi sebuah muatan spiritual bagi yang menjalankannya.
Nah, saya ingin fokus dulu menyoal lagi bahasan spiritual sebagai sarana pemenuhan jiwa ini, bukan kebetulan juga tema tentang ‘jiwa’ ini baru saya angkat di dua episode sebelumnya, yaitu episode 31 dan 32, yang mengulas tentang peran dan misi jiwa.
Dalam bahasan di podcast saya, saya mengulas jiwa sebagai ‘sumber energi dalam diri kita’, seperti yang sudah sering sekali saya ulas di berbagai episode podcast saya sebelumnya: manusia adalah makhluk energi, di balik tubuh fisik kita yang nyata ini, yang bisa disentuh dan dikenali secara fisik, jika tubuh fisik ini diurai maka kita akan sampai ke struktur terkecil yang lebih kecil dari atom, yang kita kenal sebagai energi.
Diri kita ini – baik secara fisik dan psikis – hidup karena ada spirit atau jiwa yang menghidupinya, dimana jiwa ini adalah sumber energi yang juga merupakan satu kesatuan atau manunggal dengan alam semesta.
Bagaimana bisa? Mari menyadari bahwa segala-sesuatu yang ada di alam semesta ini pastilah tersusun dari energi, segala-sesuatu yang ada di alam semesta ini jika dipecah sampai ke strukturnya yang terkecil pastilah tiba di bentuk terhalusnya sebagai energi.
Begitu juga sistem tata surya kita dengan segala benda langit yang ada mengelliingi matahari – termasuk bumi tempat kita tinggal ini – terbentuk dari energi.
Nah, kali ini bahasan kita sudah mulai akan masuk ke bahasan tentang numerologi dan astrologi ya, karena bersama keberadaan benda-benda langit ini kita akan mulai membicarakan bagaimana setiap jiwa membawa karakter energi yang berbeda, yang ditentukan dari waktu kelahirannya, dimana numerologi dan astrologi adalah keilmuan yang menganalisa karakter jiwa, atau tepanya karakter energi yang membentuk sebuah jiwa, yang terbentuk dari waktu kelahirannya.
Begini, meskipun segala-sesuatu di alam ini adalah energi, selalu ada sifat-sifat alami yang menyertai energi ini – boleh kita sebut sebagai karakter lah – yang menjadikan meski sama-sama tersusun dari energi tapi sifat atau karakter yang terbentuk darinya beda.
Terlepas dari sedemikian uniknya medan energi yang membentuk semua objek ini, selalu ada hukum dasar yang mengatur cara kerja dan mekanismenya, yang menjadikan pergerakan semua objek di tata surya ini tersusun atas sebuah siklus energi yang bergerak dan menghasilkan resonansi energi yang unik dan kompleks.
Intinya, alam terus bergerak, karena energi juga terus bergerak. Bersama ‘pergerakan alam’ ini, atau tepatnya ‘pergerakan benda-benda langit di tata surya’ ini, maka lain juga karakter medan energi yang kelak terbentuk darinya.
Hakikatnya: manusia adalah makhluk energi…yang tersusun dari energi…yang hidup dikelilingi medan energi, dimana medan energi ini terus berubah dari waktu ke waktu, sesuai dengan pergerakan benda langit di sisitem tata surya kita.
Di momen ketika seseorang terlahir maka saat itu ia menghirup tarikan napas pertamanya dengan memasukkan medan energi yang sedang berlangsung di semesta ini ke dalam dirinya, sejak saat itulah karakter dari medan energi yang sedang berlangsung itu menjadi profil dasar dari dari energinya.
Ngomong-ngomong, bahasan lebih lengkap tentang fenomena ini juga sudah pernah menghiasi podcast saya ya, tepatnya di episode ke-3 di bulan Januari 2021 lalu, kalau Anda tertarik dengan tema itu maka saya menyarankan Anda untuk mendengarkan bahasan khususnya di episode ketiga itu.
Yang ingin saya tekankan adalah bahwa jiwa kita unik, di dalam tubuh fisik diri kita ini kita membawa karakter energi yang unik, energi spiritual titipan semesta.
Itulah kenapa kalimat bijak dalam dunia spiritual mengatakan, “Kita bukanlah manusia yang mengalami pengalaman spiritual, kita adalah makhluk spiritual yang sedang menjalani pengalaman sebagai manusia.”
Masih menyambung bahasan di episode 31 dan 32 kemarin tentang peran dan misi jiwa, bersama karakter energi yang membentuk keberadaan sebuah jiwa selalu ada peran dan misi yang diamanatkan untuk kita emban, dimana peran dan misi jiwa ini kelak membentuk rangkaian tema kehidupan yang sedemikian khas.
Bukan tanpa alasan tema kehidupan itu ‘dianugerahkan’ pada kita, karena memang ‘algoritma’ dari tema itu adalah algoritma yang menyertai karakter energi yang membentuk jiwa kita.
Sebagai bagian dari semesta, jiwa kita tahu apa yang menjadi tugasnya, apa yang menjadi karakter alaminya, kesukaannya dan apa jati diri sejatinya, semua itu menjadi sebuah harap-harap bagi jiwa yang ketika terpenuhi dengan baik maka jiwa merasa hidup, memiliki arti, berenergi atau berdaya juang, merasa ‘terlengkapi’ dan merasakan kebahagiaan, itulah sisi spiritual dari jiwa.
Tapi mari kembali ke tema tentang trauma yang sempat kita bahas tadi, sekali lagi trauma adalah momen ketika kenyataan tidak sejalan dengan harapan, nah sampai sini sudah bisa menebak kemana arahnya?
Yes, trauma spiritual adalah ketika jiwa kita tidak mendapatkan apa yang menjadi harapannya, ia tidak menjalani kehidupan yang sesuai dengan fitrahnya, sehingga merasakan kekecewaan dan kepahitan karenanya.
Begitulah, jiwa kita memiliki karakter energi yang unik, yang membawa profil kebutuhan dan harapan spesifik untuk dipenuhi, karena itulah yang menjadi karma dan dharma-nya, yang ketika dipenuhi membuka jalan untuknya naik ke tingkat evolusi jiwa yang lebih tinggi.
Pertanyaannya: apakah kita tahu yang jiwa kita butuhkan? Sudahkah kita mengenal jiwa kita? Sudahkan kita mengenali tema kehidupan yang dianugerahkan pada kita untuk kita jalani agar peran dan misi jiwa kita terpenuhi?
Tanpa bermaksud menggeneralisir, kebanyakan jawaban yang saya temui adalah “tidak”, kebanyakan orang tidak tahu hal ini karena memang bahasan ini juga bukan sebuah bahasan yang umum dibahas di luar sana, sehingga mereka menjalani kehidupan yang semu hanya untuk memuaskan egonya, bukan untuk memenuhi kebutuhan jiwanya.
Tidak heran jiwa merasa hampa, menjalani kehidupan yang bukan kehidupannya, ia merasa sakit, pahit dan kecewa karena tema kehidupan yang dijalaninya bukanlah tema kehidupan yang seharusnya, ia tahu semua ini akan berdampak pada apa yang saya sebut sebagai ‘kemerosotan jiwa’, frekwensi energi dari jiwa yang menurun levelnya.
Harapan jiwa yang tidak sesuai dengan kenyataan, harapan spiritual yang tidak sesuai dengan kenyatan, apa lagi kalau bukan trauma? Trauma jiwa…trauma spiritual.
Indikator dari hal ini bisanya bisa kita lihat dalam dua bentuk. Pertama, mereka yang mengalami kehidupan yang tidak karuan, dan kedua, mereka yang mengalami rasa hampa dan semu, tidak tahu yang namanya kebahagiaan.
Mereka yang mengalami rasa hampa dan semu, kehilangan gairah hidup tanpa alasan yang jelas, adalah contoh dari trauma jiwa yang membuat jiwa kehilangan semangat, saking merasa muak menjalani kehidupan yang bukan kehidupannya, level energinya turun, yang membuat energi kehidupan atau life force mereka juga ikut turun.
Sementara mereka yang mengalami kehidupan yang tidak karuan, seperti ada kegelisahan spiritual berkepanjangan, yang berbuntut pada banyaknya sabotase kehidupan, adalah contoh dari trauma jiwa yang membuat energi jiwa berkonflik dengan kehidupan di sekitarnya, menyebabkan kekacauan di level energi, yang kelak menjadi kekacauan di level fisik.
Sampai sejauh ini, bisakah kita simpulkan bahwa penting sekali mengenali kebutuhan spiritual jiwa kita? Saya tidak tahu dengan Anda, dan saya tidak mengharuskan Anda untuk menyetujuinya, tapi bagi saya hal ini sangatlah penting, betapa setiap orang memiliki kebutuhan spiritual jiwa yang unik dan otentik, mengenali dan mengetahui hal ini tentu akan memudahkan kita untuk menjalani kehidupan yang lebih sejalan dengan tema, peran dan misi jiwa kita, memenuhi tujuan spiritualnya dan menghindarkannya dari trauma.
Dalam hal inilah numerologi, astrologi, weton, wariga, atau apa pun nama dari keilmuan yang menganalisa waktu kelahiran, menjadi kunci penting untuk membantu kita mengetahui apa jenis hakikat spiritual yang jiwa kita bawa sebagai bagian kecil dari alam, agar kita bisa menunaikan peran kita berkontribusi bagi semesta sesuai porsi yang kita emban.
Sampai jumpa di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.