Episode 42 – Inner Child, Sosok Anak-Anak Dalam Diri Kita
Terlepas dari seberapa tua atau dewasa pun seseorang, ada jiwa anak-anak dalam dirinya, yang sering disebut sebagai ‘inner child’.
Hal ini yang menjadikan kita semua memiliki sifat khas seperti anak-anak dalam diri kita, bisa merasa girang dan ceria pada hal-hal tertentu layaknya anak kecil dan juga bisa sedemikian sedih sampai terluka pada hal tertentu layaknya anak kecil juga, itulah momen-momen ketika inner child sedang aktif.
Inner child adalah refleksi dari pengalaman tumbuh-kembang kita sewaktu kecil. Inner child yang sehat, yang terbentuk dari pengalaman yang sehat dalam diri seseorang akan membentuk diri di masa dewasa yang sehat dan berperilaku matang. Sebaliknya, inner child yang terluka yang terbentuk dari pengalaman yang penuh luka akan membentuk sosok diri di masa dewasa yang penuh luka juga, dengan perilaku yang kerap kali menebar luka, semata karena ketika inner child ini aktif ia akan aktif dengan membawa dan mengekspresikan berbagai lukanya.
Seperti apa lebih jelasnya mengenai inner child ini?
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode keempatpuluhsatu Life Restoration Podcast berjudul ‘Inner Child, Sosok Anak-Anak Dalam Diri Kita’’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Inner Child, Sosok Anak-Anak Dalam Diri Kita''
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode empat puluh satu.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, kembali berjumpa bersama saya, Alguskha Nalendra, di Life Restoration Podcast.
Pertama-tama, tentunya doa terbaik semoga Anda sekalian selalu dalam keadaan sehat, berlimpah dan bahagia.
Memasuki episode ke-42 kali ini, tentunya dengan topik bahasan yang sudah sengaja dipilih untuk membersamai perjalanan restorasi diri Anda.
Baiklah, jadi apa yang akan kita bahas di episode kali ini?
Seperti biasa, saya lebih suka menyoroti topik yang memang saya temukan dalam keseharian saya membantu para klien dalam sesi coaching, konseling atau terapi, dan juga dari temuan saya dalam mendampingi para peserta pelatihan dalam mempelajari topik-topik yang mereka sedang pelajari.
Beberapa waktu kemarin saya terlibat perbincangan dengan seorang rekan, dimana topik perbincangan kita membicarakan fenomena inner child, atau sederhananya: bagian kepribadian atau jiwa anak-anak dalam diri kita.
Di episode kali ini saya tidak akan membahas inner child dari sudut pandang teoritis dulu lah ya, karena seperti yang pernah saya katakan, podcast ini ditujukan untuk menghadirkan berbagai topik-topik restorasi kehidupan dengan cara yang sederhana.
Kalau Anda menyukai bahasan yang lebih teoritis seputar inner child, Anda bisa menemukannya dengan memasukkan kata-kata kunci tadi, ‘inner child’, di mesin pencari di internet, Anda akan menemukan berbagai sumber yang membahas tentang inner child ini dengan sudut pandangnya masing-masing.
Kenapa tadi saya katakan ‘dengan sudut pandangnya masing-masing’? Karena memang inner child menjadi sebuah konsep dalam dunia pikiran untuk menggambarkan keberadaan dari bagian kepribadian anak-anak dalam diri kita.
Apa-apa yang menjadi bahasan dalam dunia pikiran sering kali menjadi sesuatu yang bersifat simbolis, karena memang kita tidak bisa melihat isi pikiran ini secara nyata, berbeda dengan tubuh fisik yang bisa dilihat dan disentuh secara nyata, sehingga apa-apa yang berlangsung dalam pikiran kita ini kemudian dipetakan menjadi berbagai model dalam dunia psikologi, untuk menggambarkan bagaimana cara pikiran kita bekerja, itulah mengapa dalam dunia psikologi sendiri ada berbagai aliran yang memiliki cara pandangnya masing-masing dalam menggambarkan cara kerja pikiran kita ini.
Yes…begitulah, manusia alaminya adalah makhluk yang memerlukan kepastian, hal ini karena kita memerlukan ‘rasa aman’ agar kita lebih bisa menyikapi berbagai hal dengan lebih terprediksi. Adanya rasa ‘kepastian’ memudahkan kita untuk bisa lebih mengatur distribusi energi kehidupan – atau life force – agar kita bisa menjalani kehidupan dengan seefisien mungkin.
Naluri alami itu yang menuntun manusia untuk memahami bagaimana kehidupan ini bekerja, termasuk bagaimana sistem kesadaran diri kita bekerja, yang kemudian menjadikan kita mengamati dan meneliti banyak hal, sampai semua itu lalu dipetakan menjadi sebuah pengetahuan.
Namun pengetahuan ini ada yang bisa dipelajari secara nyata – karena apa-apa yang ada di dalamnya bisa terlihat dan bisa disentuh secara fisik – seperti kesehatan fisik misalnya, dimana kita bisa melihat serta menyentuh tubuh dan organ fisik kita secara nyata.
Ada juga yang perlu dipelajari secara simbolis atau konseptual – karena apa-apa yang ada di dalamnya tidak bisa dilihat secara nyata dan tidak bisa disentuh secara fisik – seperti dunia psikologi dan pikiran, karena memang kita tidak bisa melihat atau menyentuh isi pikiran ini, sehingga pengetahuan ini hanya bisa diilustrasikan menjadi sebuah konsep atau model.
Nah, inner child ini adalah salah satunya, sebagai bahasan tentang bagian kesadaran anak-anak dalam diri kita, inner child ini pun merupakan sebuah konsep yang menjelaskan cara sistem kesadaran pikiran kita bekerja, sehingga wajar saja kalau bisa ada berbagai sudut pandang yang menjelaskan fenomena ini dengan caranya masing-masing.
Di episode kali ini kita bahas gambaranya secara umum dulu lah ya, yang terpenting adalah kita memahami esensinya dan bahkan aplikasinya untuk kemajuan diri kita.
Jadi begini, inner child adalah bagian dari sistem kesadaran kita yang menggambarkan tentang keberadaan energi psikis yang mewakili sifat anak-anak dalam diri kita, utamanya manusia dewasa.
Ya kalau masih kecil bukan inner child lah namanya, sosoknya aja masih anak-anak luar dalam he…he…
Dengan kata lain, inner child mewakili sifat atau kepribadian anak-anak yang berada dalam diri setiap manusia dewasa.
Memang demikian adanya, dalam sistem kesadaran kita tersimpan berbagai jenis-jenis karakter yang secara simbolis menyiratkan sifat-sifat atau kepribadian khas tertentu, dalam dunia psikologi hal ini sering kali disebut archetype, tapi kita tidak membicarakan itu dulu lah ya, kita kembali ke bahasan awal dulu bahwa di dalam sistem kesadaran manusia tersimpan beragai jenis-jenis karakter yang secara simbolis menyiratkan sifat khas tertentu, salah satunya yaitu sifat atau kepribadian anak-anak ini.
Tidak peduli seberapa dewasa pun diri kita, selalu ada inner child dalam diri kita, karena inner child ini memang mewakili sifat atau kepribadian anak-anak dalam diri kita, dengan segala sifat khas dan kesukaannya.
Anda mungkin pernah melihat ada orang-orang tertentu di sekitar Anda yang ada kalanya bertingkah seperti anak-anak di momen-momen tertentu, ketika menemukan makanan atau benda kesukaannya misalnya, atau ketika marah lalu menunjukkan perilaku kekanak-kanakan misalnya, nah itu adalah contoh dari aktifnya inner child dalam diri kita, ada situasi atau objek tertentu di luar diri kita yang terasosiasi dengan pengalaman masa kecil kita, yang kemudian mengaktifkan inner child yang mengenali keberadaan objek atau situasi itu.
Inner child mewakili gambaran tentang kondisi mental kita sendiri di dalam berbagai pengalaman yang kita lalui ketika kecil.
Pengalaman membahagiakan akan membentuk keberadaan inner child yang berbahagia, pengalaman menyedihkan akan membentuk keberadaan inner child yang bersedih, dan seterusnya, apa pun jenis pengalaman yang kita alami akan membentuk keberadaan inner child sesuai dengan kenangan emosional yang dirasakannya.
Tapi bukankah dalam pengalaman yang kita lalui ada banyak jenis kenangan emosional yang kita rasakan…tidak hanya bahagia, juga ada kenangan sedih, marah dan sebagainya? Lalu bagaimana inner child ini terbentuk? Apakah berarti ada banyak inner child dalam diri kita dengan masing-masing kenangan emosionalnya ini?
Wow…wow…tunggu dulu, sabar dulu, tidak secepat dan sejauh itu dong membahasnya, santai dulu, ini kan ditujukan sebagai bahasan praktis.
Dalam dunia psikoterapi memang ada bahasan khusus yang menyoal pembentukan inner child ini sampai sejauh itu, tapi kita tidak masuk ke sana dulu kali ini.
Untuk memudahkan memahaminya, bayangkan begini saja…bayangkan diri Anda di waktu kecil dengan segala pengalaman dan kenangannya…ya itu, bayangkannya itu saja: satu sosok diri Anda di waktu kecil, berusia sekitar 7 tahunan.
Dari kecil sampai usia 7 tahunan itu apa saja pengalaman dan kenangan emosional yang Anda alami?
Nah…sederhananya begitu, bayangkan saja bahwa itulah inner child dalam diri Anda, jadi si anak 7 tahun dengan akumulasi pengalaman dan kenangannya itu mewakili inner child dalam diri Anda, si anak kecil ini pastinya punya pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan kan? Ya sudah, untuk sederhananya akumulasi pengalaman itulah yang melekat pada anak kecil itu, pada inner child itu, membentuk sifat khas dan kesukaannya.
Apakah berarti inner child itu disimbolkan dengan keberadaan anak-anak usia 7 tahun? Tidak juga, itu hanya contoh saja lah, saya menggunakan contoh usia 7 tahun karena memang di usia 7 tahunlah pikiran sadar mulai banyak terbentuk, sementara di tahun-tahun sebelumnya kita lebih banyak menjalani kehidupan dengan pikiran bawah sadar.
Dalam kenyataannya, tidak ada simbol baku dari inner child ini, ada yang inner child-nya disimbolkan dengan sosok dirinya di usia 7, 8, 9 atau bahkan 5, 6 tahun, ada juga yang lebih besar lagi, tidak masalah mengenai sosok simbolis yang muncul ini usia berapa, yang terpenting adalah bahwa sosok itu merupakan simbol dari inner child dalam diri kita.
Nah, sampai sejauh ini kita simpulkan dulu ya, jadi intinya inner child adalah refleksi diri kita di masa kecil dengan segala pengalaman dan kenangannya, mengenai wujud simbolis dari inner child ini tidak perlu kita persoalkan, karena bisa lain-lain setiap orang, bahkan dalam diri satu orang pun aktifnya inner child ini bisa beragam usianya.
Misalnya saja seseorang yang ketika menemukan mainan kesukaan masa kecilnya merasa bahagia sekali, ada jiwa anak-anak berusia 6 tahun yang langsung ‘terbangunkan’ ketika melihat mainan kesukaannya itu karena memang di usia 6 tahun itu ia punya kenangan menyenangkan dengan mainan yang disukainya itu.
Tapi sosok yang sama ini bisa saja di kemudian waktu menemukan sebuah situasi yang membuat inner child-nya ketakutan, misalnya saja ketika ia berada di ruangan yang gelap sendirian, dimana ada jiwa anak-anak berusia 4 tahun dalam dirinya yang langsung panik ketika berada di ruangan gelap itu karena ketika ia berusia 4 tahun ia pernah mengalami kejadian traumatis terbangun sendirian di tengah gelapnya malam dan panik karena ia pikir ia sendirian dan takut sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Bukan berarti ada dua inner child lho ya, inner child-nya tetap satu saja, tapi ia mengalami 2 kejadian yang berbeda yang meninggalkan kenangan emosional yang berbeda.
Nah, dalam diri kita ini ada banyak sekali kan kenangan emosional yang pernah kita alami sewaktu kecil? Jadi jangan heran inner child dalam diri kita juga punya banyak kenangan emosional di usia yang berbeda. Ketika sewaktu-waktu diri kita di masa dewasa mengalami peristiwa yang memuat detail-detail yang sama dengan yang pernah kita alami di kenangan emosional itu, maka inner child yang mengalami kenangan emosional itu aktif kembali, menunjukkan respon emosional yang sama dengan ketika kita mengalami peristiwa itu di masa kecil dulu, respon anak kecil tapi di tubuh manusia dewasa!
Inner child ini berdiam di level kesadaran yang kita sebut pikiran bawah sadar, maka wajar saja kalau kita juga tidak menyadari kenangan emosional apa saja yang melekat bersama inner child itu. Namanya juga ‘bawah sadar’, cara kerjanya ya ‘di bawah level kesadaran yang biasa kita sadari’.
Yang terjadi adalah meski kita tidak menyadari keberadaan inner child ini, tapi inner child ini justru menyadari apa yang kita alami di luar diri kita. Ketika ada hal-hal di luar diri kita yang berhubungan dengan kenangan emosional yang mereka pernah alami, baik itu kenangan emosional positif atau pun negatif, maka inner child itu aktif dan kita kembali merasakan sensasi emosional yang mereka rasakan sehubungan dengan kenangan emosional itu.
Aktifnya inner child sering kali tidak kita sadari secara logis, kita hanya merasakan sebuah sensasi emosi tertentu yang sulit kita jelaskan, emosi dari sosok anak-anak yang tersimpan di sistem pikiran bawah sadar ini tidak bisa kita pahami secara sadar!
Fobia termasuk salah satu hal yang mewakili kemunculan inner child yang pernah mengalami kejadian traumatis masa lalu. Ada sebuah inner child yang pernah mengalami kenangan emosional negatif yang berhubungan dengan objek atau situasi tertentu di usia tertentu, ketika orang ini di masa dewasa bertemu dengan objek atau situasi yang memiliki kenangan emosional negatif dengan inner child ini maka ia pun aktif dengan segala yang dirasakannya ketika dulu ia mengalami kenangan emosional negatif itu, ini yang sering kali membuat respon orang-orang yang mengalami fobia tidak rasional!
Misalnya saja, seseorang yang memiliki ketakutan berlebih atau fobia terhadap kucing, ketika orang dewasa ini melihat kucing yang lucu sekali pun ia bisa langsung panik dan megap-megap ketakutan, ia pun bingung karenanya, karena logika dewasanya tahu bahwa kucing yang lucu itu seharusnya tidak akan membahayakannya.
Tapi lain dengan inner child dalam diri orang ini, katakanlah orang ini di usia 5 tahun pernah dicakar kucing sampai ia panik, menangis dan kalut, yang membentuk kenangan emosional negatif dalam dirinya, kenangan emosional negatif ini membentuk keberadaan inner child berusia 5 tahun yang mengalami semua ketakutan dan kepanikan itu.
Ketika orang ini di masa dewasa berhadapan dengan kucing maka inner child berusia 5 tahun yang ketakutan dan panik ini aktif kembali dengan semua reaksi emosional yang dirasakannya ketika ia sedang mengalami peristiwa traumatis dengan kucing di pengalaman itu, reaksi anak berusia 5 tahun dalam tubuh manusia dewasa, Anda bisa membayangkan seperti apa keanehannya kan? Maka itulah reaksi mereka yang fobia sering kali tidak rasional.
Fobia adalah salah satu hal yang banyak berhubungan dengan inner child, ada inner child dalam diri kita yang menyimpan kenangan emosional negatif dengan objek atau situasi tertentu, tapi karena inner child ini beserta kenangan emosional yang dialaminya tersimpan di pikiran bawah sadar maka kita tidak menyadari keberadaannya, yang kita rasakan hanyalah reaksi emosionalnya, yang tidak kita sadari, sering kali logika sadar dan logika dewasa kita mencoba mengendalikan, tapi tidak bisa karena reaksi emosional inner child yang ada di pikiran bawah sadar lebih besar dari yang bisa kita kendalikan.
Yes…inner child berdiam di pikiran bawah sadar dan karenanya ia memiliki energi yang besar, jangan salah, di balik sosok simbolisnya yang terlihat seperti anak kecil sebenarnya tersimpan energi psikis yang besar sekali.
Artinya, kalau inner child dalam diri seseorang banyak menyimpan kenangan emosional positif yang membuatnya sehat dan berbahagia maka bagus juga kualitas kesehatan dan kebahagiaan orang ini, tapi kalau inner child dalam diri seseorang banyak menyimpan kenangan emosional negatif yang penuh luka maka jangan heran kalau kualitas kesehatan dan kebahagiaan orang ini pun bermasalah karenanya.
Inner child yang terluka sering kali juga menjadi sumber masalah dari konflik rumah tangga atau pun masalah dalam pengasuhan anak. Inner child yang terluka ini aktif dalam kehidupan pernikahan atau pengasuhan anak, yang menjadikan orang dewasa yang menjalani pernikahan atau mengasuh anak ini tidak menunjukkan perilaku yang dewasa, lebih seperti anak-anak, bukan sembarang anak-anak, tapi anak-anak yang terluka, yang menjadikan mereka juga banyak mengekspresikan luka pada orang di sekitarnya.
Bersahabat dengan inner child menjadi salah satu kunci untuk mencapai keselarasan diri yang matang, diri kita yang dewasa yang banyak menjalani kehidupan di pikiran sadar, yang memiliki banyak perencanaan, bersahabat dengan diri kita yang kecil, yang memegang banyak kendali energi di sistem pikiran bawah sadar, jika sistem energi yang ada di pikiran bawah sadar ini mendukung perencanaan yang kita buat di pikiran sadar maka terciptalah akselerasi.
Menyadari keberadaan inner child yang terluka dan menyembuhkan luka-luka yang mereka alami adalah awal dari bersahabat dengan inner child.
Melalui sebuah proses spesifik, kita menyadari keberadaan inner child dalam diri kita, menyadari luka-luka yang pernah dialami oleh inner child ini, menyadari kenangan emosional yang menyertai inner child ini, termasuk peristiwa yang menyebabkannya, dan menyembuhkan lukanya dengan teknik spesifik, mengembalikannya menjadi inner child yang sehat ceria, ketika semua itu sudah dilakukan…wow…Anda akan bisa merasakan sensasi yang dahsyat dalam diri karena ada begitu banyak pemulihan energi psikis di pikiran bawah sadar yang terjadi karenanya!
Apalagi kalau nantinya kita semakin sering berkomunikasi dengan inner child ini, membuatnya semakin berbahagia dalam diri kita, wah lebih dahsyat lagi limpahan energi psikis yang memenuhi diri kita, lebih dahsyat lagi berbagai dukungan yang diberikan pikiran bawah sadar untuk mendukung keinginan yang kita tetapkan di pikiran sadar, lebih banyak lagi potensi pencapaian yang bisa kita wujudkan darinya.
Nah…pertanyaannya, bagaimana cara menyembuhkan inner child ini? Bagaimana cara menyadari keberadaan inner child ini? Bagaimana kemudian berkomunikasi dengan inner child ini dan bersahabat dengannya, sampai membahagiakannya?
Nantikan bahasannya di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.