Episode 47 – Makna Kehidupan Bagi Anda
Lain cara seseorang memaknai kehidupan maka lain juga caranya menjalaninya, hal ini yang menjadikan setiap orang memiliki sikap yang berbeda dalam merespon kehidupan, termasuk dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di dalamnya, karena memang lain makna yang mereka lekatkan pada kehidupan dan cara mereka menjalaninya.
Makna…suatu hal yang menjadikan kita merespon suatu stimulus dengan respon spesifik, berdasarkan makna yang kita lekatkan atas stimulus itu.
Episode podcast kali ini dibuat untuk mengakomodir permintaan dari salah seorang subscriber di Youtube Channel yang meminta saya membahas tema tentang ‘makna kehidupan’.
Seperti apa jelasnya?
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode keempatpuluhlima Life Restoration Podcast berjudul ‘Makna Kehidupan bagi Anda’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Makna Kehidupan Bagi Anda'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode empat puluh tujuh.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, kembali berjumpa bersama saya Alguskha Nalendra, di Life Restoration Podcast, episode ke-47 kali ini.
Pertama-tama, seperti biasa tentunya, doa terbaik semoga Anda sekalian selalu dalam keadaan sehat, berkah-berlimpah, damai dan berbahagia selalu.
Episode ke-47 kali ini, tidak terasa hanya berjarak 3 episode dari episode ke-50 yang diperkirakan akan terbit di pertengahan bulan Desember 2021 nanti.
Yah..tidak terasa juga, buah dari konsistensi berbagi di podcast channel ini ternyata sudah hampir mencapai 50 episode, suatu hal yang sangat saya syukuri, terutama kalau mengingat bagaimana di awal bulan Januari tahun 2021 lalu betapa saya memulai segala-sesuatunya dari nol, tidak ada konten apa-apa di media sosial saya, sampai ke sekarang ini dimana sudah ada puluhan episode podcast di podcast channel saya di Spotify, Life Restoration Podcast, dan juga lebih dari seratus video di Youtube Channel saya, Alguskha Nalendra.
Sekedar informasi saja, siapa tahu ada di antara Anda yang baru saja bergabung dan menyimak konten-konten saya di channel dan media sosial saya, konten yang ada di Spotify Channel juga ada di Youtube Channel saya ya, hanya saja karena dasarnya kontennya bersifat audio maka di Youtube Channel saya pun unggahannya pasti bersifat audio, hanya saja agar tidak terlalu monoton saya sertakan audiogram di tampilan layarnya, agar bisa memberikan kesan visual juga.
Tapi di Youtube Channel saya juga masih ada jenis konten lain ya, yaitu berbagai video yang saya unggah di dalamnya dimana saya hadir secara visual di video itu, membagikan berbagai inpspirasi lainnya, yang memang sengaja dihadirkan dengan menitikberatkan isinya pada aspek visual, nah yang satu ini otomatis tidak ada ya di Spotify Channel saya he..he…karena kan sudah lain juga segmen dan peruntukkannya.
Baiklah, waktunya kita masuk ke topik bahasan di episode kali ini, apa yang akan kita angkat kira-kira?
Sekian episode sudah kita gunakan membahas berbagai topik yang muncul dari temuan dan pengalaman sehari-hari saya, agaknya sudah waktunya juga di episode kali ini kita mengakomodir bahasan yang menjadi permintaan folower dan subscriber saya di media sosial.
Yes, di berbagai episode yang saya unggah sebenarnya ada banyak juga bahasan yang saya sengaja tujukan untuk menjawab berbagai permintaan para teman-teman yang berinteraksi dengan saya, baik secara tatap muka, atau pun juga melalui media sosial, ada yang melalui jalur pesan pribadi di instagram, ada juga yang melalui kolom komentar di Youtube Channel saya.
Salah satunya yaitu yang mewarnai topik bahasan di episode kali ini, bersumber dari salah satu komentar dari seorang subscriber di Youtube Channel saya, yang meminta saya mengangkat tema ‘makna kehidupan’.
Jujur saja, ketika pertama kali membaca permintaan ini saya cukup tersadarkan bahwa justru tema yang satu ini yang malah terlewatkan untuk saya bahas di podcast ini, padahal tema ini penting sekali, namanya restorasi kehidupan tentu kita juga tidak boleh melupakan bahwa kehidupan yang akan direstorasi ini harus jelas dulu definisi atau maknanya, akan direstorasi menjadi jenis kehidupan dari yang bagaimana ke yang bagaimana.
Tapi seperti biasa, kita mulai bahasan kita secara bertahap ya, dimulai dari ‘makna atas makna’ ini sendiri…agak aneh ya mendengarnya, ‘makna atas makna’ he…he…tapi ya memang saya ingin memulainya dengan cara demikian.
Makna…atau arti…menjadi satu hal yang menarik untuk dibahas, dalam dunia konseling, terapi dan coaching, makna ini menjadi satu bahasan yang cukup mendalam, karena dari maknalah ada begitu banyak respon dan perilaku bermula.
Contoh sederhananya begini saja, bayangkan Anda sedang berjalan di sebuah tempat lalu ada yang menyeru Anda dengan sebutan ‘Monyet!’, seruan itu jelas-jelas ditujukan pada Anda, apa yang muncul di pikiran Anda, dan apa respon Anda atas seruan itu?
Meski ada beragam jenis respon yang bisa muncul, besar kemungkinan akan muncul respon merasa ‘tidak senang’ atas seruan itu bukan? Yah, meski tidak pasti juga, bisa saja yang muncul rasa heran, tapi untuk bahasan di episode ini kita bayangkan saja begitu lah ya he…he…
Nah, respon tidak senang ini bisa saja nantinya bermuara menjadi rasa marah, kesal, atau sejenisnya.
Tapi lain cerita kalau Anda seorang pemimpin yang menyukai citra garang, lalu disebut bahwa Anda pemimpin yang seperti singa, kali ini bukankah bisa ada rasa bangga yang muncul sebagai respon atas sebutan itu?
Pertanyaan pentingnya adalah: dari mana rasa jengkel atas sebutan ‘monyet’ tadi berasal dan dari mana rasa bangga atas sebutan ‘singa’ tadi berasal?
Yes, Anda mungkin sudah bisa menebaknya, yaitu dari makna atau arti yang dilekatkan pada kedua sebutan tadi, monyet dan singa.
Secara umum, makna dari ‘monyet’ di masyarakat kita sering kali dikonotasikan sebagai sebutan yang bermakna menghina, ada sebuah makna kolektif yang dilekatkan beramai-ramai pada sebutan ini, yang menjadikan kita menganggap hewan ini sebagai hewan berkonotasi negatif, yang menjadikan kita menganggap sebutan itu sebagai sebuah hinaan, sementara itu makna dari singa secara kolektif sering kali diasosiasikan sebagai raja hutan, atau hewan yang garang dan tangguh, sehingga sebutan itu bisa diartikan sebagai pujian atau ungkapan rasa segan atas citra seseorang.
Pertanyaannya…benarkah demikian?
Yah, tidak juga sih, kalau kita renungkan ulang, monyet adalah hewan yang pintar dan cerdas, jadi bukankah kalau dipanggil monyet bisa saja itu menjadi sebuah pujian bahwa kita pintar dan cerdas?
Sementara singa sendiri adalah hewan yang konon tergolong malas, setelah makan mereka bisa tidur sampai 16 jam, jadi ketika disebutkan seperti singa bukankah itu bisa saja menjadi sebuah makna hinaan bahwa kita malas?
“Hmm…bisa jadi demikian ya…” begitu biasanya ungkapan dari para peserta pelatihan saya ketika saya membahas tema tentang ‘makna’ ini.
Ya memang bisa saja, tapi terlanjur ada sebuah proses berpikir otomatis yang berjalan begitu saja dalam diri kita, yang menjadikan kita meletakkan makna tadi atas kedua hewan yang saya sebutkan tadi.
Hal yang sama ini juga bisa berlaku di banyak aspek lainnya, termasuk kebiasaan bermasyarakat, satu perilaku bisa dimaknai ‘sopan’ oleh satu budaya dan masyarakat tertentu tapi perilaku yang sama ini bisa saja dimaknai ‘tidak sopan’ dan bahkan ‘menghina’ oleh budaya dan masyarakat lainnya.
Nah sedahsyat itulah kekuatan dari sebuah makna, ia menjadi tolak ukur kita dalam merespon stimulus yang kita alami.
Ketika kita mengalami sebuah stimulus, ada sebuah proses berpikir otomatis dalam diri kita yang mencoba memaknai stimulus itu, hasil dari pemaknaan itulah yang menentukan respon perilaku kita.
Contohnya begini, ada dua orang yang melihat seekor anjing di dekat mereka, orang yang satu memaknai anjing sebagai hewan sahabat manusia, maka ia lalu merasa senang dan ingin memanggil anjing itu untuk diajak main.
Sementara itu orang yang satunya memaknai anjing sebagai hewan yang menakutkan, apakah menurut Anda responnya akan sama dengan orang yang menganggap anjing adalah sahabat manusia tadi?
Tentu tidak kan, yang menganggap anjing sebagai hewan yang menakutkan ini pastinya akan menunjukkan respon yang menghindari anjing ini, karena memang baginya makhluk ini adalah sebuah ancaman yang bisa membahayakannya.
Nah lagi-lagi seperti itulah kekuatan dari sebuah pemaknaan, ia menjadi acuan kita untuk kemudian merespon stimulus yang kita alami.
Pertanyaan berikutnya adalah: dari mana makna ini berasal? Apa yang menjadikan satu orang bisa memaknai suatu hal secara spesifik dan orang lainnya bisa memaknai hal yang sama ini secara berbeda?
Nah yang satu ini agak kompleks penjelasannya, tapi bentuk sederhananya adalah dari pengalaman hidup kita.
Manusia adalah makhluk yang secara alami merekam dan memaknai berbagai pengalaman dengan cara spesifik.
Kita mengalami berbagai peristiwa sepanjang hidup kita sejak kita kecil sampai sekarang ini, ketika selesai mengalami situasi tertentu kita secara otomatis akan membuat kesimpulan atas yang baru saja kita alami itu, kesimpulan itu nantinya menjadi acuan untuk merespon peristiwa sejenis di kemudian hari.
Misalnya saja orang yang memaknai anjing sebagai hewan yang menakutan dan berbahaya, tidak mungkin pemaknaan itu ada begitu saja bukan? Pastinya ada sesuatu yang pernah terjadi padanya, yang berhubungan dengan anjing, yang menjadikan ia merasa sedemikian takut atau terancam oleh anjing, sehingga sejak saat itu ia memaknai anjing sebagai hal negatif dan harus dihindari.
Sementara itu orang yang memaknai anjing sebagai hewan sahabat manusia tentunya memiliki pengalaman hidup yang berbeda bersama anjing, yang bisa jadi lebih banyak berisikan kesan positif, yang menbuatnya mengenal seluk-beluk anjing dengan baik sekali, yang kelak menjadikannya lebih memandang anjing sebagai sesuatu yang positif.
Pengalaman yang kemudian membentuk makna ini bisa berupa pengalaman langsung, bisa juga pengalaman tidak langsung.
Maksudnya bagaimana? Begini, pengalaman langsung artinya pengalaman yang kita alami langsung dalam melalui sebuah situasi atau stimulus sampai kita memaknai situasi atau stimulus itu sesuai kesan yang kita alami sebelumnya.
Sementara itu, pengalaman tidak langsung artinya pengalaman itu tidak kita alami langsung, kita hanya mendapatkan informasi dari pengalaman orang lain, termasuk hasil pemaknaan atas pengalaman itu, tapi karena sedemikian kuatnya informasi itu masuk terpatri dalam diri kita maka kita ikut memaknai hal itu mengikuti makna yang orang lain sudah identifikasi sebelumnya, dalam dunia hipnoterapi kita menyebutnya ‘identifikasi lingkungan’.
Nah ilustrasi di awal tadi tentang monyet dan singa mewakili identifikasi lingkungan ini, karena lingkungan sudah meletakkan makna masing-masing atas kedua hewan ini maka kita jadi ikut mengidentifikasi kedua hewan ini dengan makna yang terlanjur dilekatkan oleh lingkungan atas keduanya.
Bisa jadi, bagi masyarakat tertentu kata ‘monyet’ dianggap sebagai pujian, jadi panggilan monyet dimaknai sebagai panggilan pujian, maka kalau seseorang dipanggil dengan sebutan itu dia jadi merasa senang karenanya, nah jadi berbeda kan responnya?
Begitu juga dengan kehidupan, pastinya ada makna yang kita lekatkan atas kehidupan ini, yang dengan makna itulah kita jadi merespon kehidupan sesuai dengan makna yang kita lekatkan atas kehidupan tadi.
Begini saja, selesaikan kalimat ini, “Kehidupan adalah…” nah, apa yang kira-kira muncul di benak Anda untuk menyelesaikan kalimat itu? Itulah yang mewakili cara pandang Anda atas kehidupan, cara Anda memandang kehidupan ini akan mewakili cara Anda merespon kehidupan ini sendiri.
Tidak ada satu makna pun yang paling benar bagi setiap orang, cara saya dan Anda memaknai kehidupan bisa berbeda, maka bisa berbeda juga cara kita merespon dan menjalani kehidupan yang kita jalani ini.
Ada orang-orang yang mengatakan “Kehidupan adalah petualangan”, ada juga yang mengatakan “Kehidupan adalah perjalanan”, ada juga yang mengatakan “Kehidupan adalah permainan”, bahkan ada juga yang mengatakan “Kehidupan adalah peperangan”, atau “Kehidupan adalah pertempuran”, dan lain lagi makna lainnya.
Yang mana yang paling benar? Ya tidak ada, karena makna bersifat pribadi, cara setiap orang memaknai suatu hal bisa berbeda dengan orang lainnya dan bukan berarti itu salah atau benar, itulah cara kita memandang suatu persoalan.
Bukan soal salah atau benar ketika membicarakan pemaknaan ini, tapi kita membicarakan konsekwensinya, dan kesiapan kita untuk menjalani konsekwensi itu.
Setiap makna akan mempengaruhi respon kita, dan setiap respon akan menghasilkan konsekwensi, tinggal seberapa siap kita untuk menjalani konsekwensinya, selama kita siap dan kita merasa itu sesuai dengan kualitas hidup yang kita inginkan maka sah-sah saja.
Mereka yang memaknai hidup sebagai sebuah petualangan misalnya, bisa saja merespon kehidupan dan segala problematika yang ada di dalamnya sebagai sebuah petualangan untuk mereka lalui, berbagai masalah yang ada dalam hidup dianggap sebagai petualangan, yang kelak memberikan keseruan tersendiri, mereka menyiapkan dirinya untuk menjalani petualangan demi petualangan dalam hidupnya, karena memang itulah cara mereka memaknai kehidupan.
Lain dengan mereka yang memaknai hidup sebagai sebuah permainan, otomatis mereka menyiapkan dirinya untuk menjalani setiap permainan itu, dengan segenap sikap mental-emosionalnya dalam menikmati permainan, bisa jadi mereka tidak terlalu memandang berbagai hal secara serius, karena toh juga hanya sekedar permainan, tapi lagi-lagi bukan soal salah atau benar, melainkan soal seberapa siap kita menjalankan kehidupan dengan makna itu, beserta seberapa siap kita menanggung konsekwensinya.
Bisa lain lagi dengan mereka yang memandang dan memaknai hidup sebagai sebuah pertempuran, mereka menyiapkan dirinya untuk melalui pertempuran demi pertempuran, tidak heran sikap mental-emosional mereka pun pasti akan berbeda dalam merespon setiap situasi yang mereka alami.
Ada juga orang-orang yang memandang kehidupan sebagai sebuah tragedi, ini yang agak-agak riskan sih, apa-apa dianggap tragedi, jadinya menjalani kehidupan seperti sebuah kemalangan akhirnya, karena apa pun yang terjadi hanya menjadi sebuah tragedi bagi mereka yang membuat mereka merasa malang karenanya.
Yang repot adalah justru ketika ditanya apa makna kehidupan, kita justru kebingungan dan bertanya-tanya, seolah ada suara yang berkata dalam hati: “Iya ya, kalau begitu apa makna kehidupan bagi saya?”
Nah ini agak repot memang…tidak repot bagaimana, kehidupan ini saja tidak ada maknanya, jadi apa-apa yang kita alami ya tidak ada maknanya, tidak ada acuan untuk memaknai kehidupan ini, tidak ada acuan untuk memaknai peristiwa yang terjadi dengan bingkai makna tertentu, bisa apa saja jadinya, bahkan berpindah-pindah makna mengikuti apa kata orang, ketika bergaul dengan mereka yang menganggap hidup adalah permainan maka mereka ikut menganggap hidup sebagai permainan, ketika bergaul dengan mereka yang menganggap hidup adalah perjalanan maka mereka ikut bersiap seperti itu.
Masalahnya adalah…makna kehidupan bukan sesuatu yang kita bicarakan, ia tercermin dalam cara kita merespon kehidupan atau situasi di luar diri kita, ketika kita bergaul dengan orang yang memaknai hidup sebagai permainan, belum tentu ia akan menyatakan bahwa ia menganggap hidup sebagai permainan, karena bisa jadi ia sendiri tidak menyadarinya, tapi perilakunya mencerminkan makna itu, ketika bergaul bersama mereka maka orang-orang yang tidak memiliki kejelasan atas makna kehidupan menjadi terbawa seperti mereka tapi tidak tahu mengapa melakukannya.
Makna kehidupan bukanlah sesuatu yang sekedar kita katakan dalam satu kata, tapi kemudian kita definisikan mejadi sebuah narasi dengan segala kriterianya di dalamnya.
Misalnya begini, seseorang memaknai bahwa kehidupan adalah permainan, bisa jadi ada orang lan yang memaknai hal yang sama, apakah cara mereka merespon kehidupan pasti selalu sama? Tidak juga, beberapa respon mungkin terlihat sama, tapi pasti ada banyak lagi perbedaannya.
Kenapa demikian? Karena di sini kita tiba di lapisan makna berikutnya, yaitu “Seperti apa Anda bisa menjelaskan makna dari ‘permainan’ ini bagi Anda? Seperti apa kriteria dari sebuah permainan? Apa peran Anda di dalamnya? Seperti apa aturan dari permainan ini bagi Anda?” Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan lainnnya.
Jawaban lebih mendalam atas definisi dari makna permainan ini akan membawa lagi lapisan makna baru yang menjadikan makna permainan ini menjadi berbeda dari satu orang ke orang lainnya.
Semakin dalam kita menggali makna kehidupan, semakin jauh kita akan mengenali seperti apa kita memandang kehidupan, semakin jauh kita akan mengenali dan menyadari mengapa kita merespon kehidupan dengan cara-cara tertentu, karena memang itulah cara-cara yang mewakili makna atas kehidupan sesuai cara pandang kita.
Menyadari makna kehidupan ini bukan perkara singkat, kita perlu melakukan perenungan pribadi untuk menyadari makna-makna ini dalam diri kita.
Saya lebih suka mengatakan ‘menyadari’ dan bukan ‘menemukan’, mengapa demikian? Karena tanpa disadari perilaku kita saat ini sudah mencerminkan makna tersebut, hanya saja tidak kita sadari, maka itulah menyadari makna kehidupan bagi kita, yang membentuk respon perilaku kita menjadi lebih penting bagi saya, dibanding menemukannya.
Jika kita sudah menyadari makna kehidupan bagi kita, waktunya masuk ke kesadaran berikutnya: apakah makna ini membawa lebih banyak kebaikan atau lebih banyak masalah bagi cara kita merespon kehidupan.
Berbekal kesadaran inilah kita bisa membuat keputusan, apakah kita ingin terus menggunakan sudut pandang ini dalam menyikapi kehidupan, ataukah kita ingin mengganti sudut pandang dan makna yang kita lekatkan atas kehidupan ini dengan makna lain yang lebih produktif dan lebih sehat bagi kualitas hidup kita.
Jadi, apa makna kehidupan bagi Anda?
.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.