Episode 5 – Luka Batin Penyebab Macetnya Rejeki
Salah satu penyebab buruknya kualitas hidup di berbagai aspek, termasuk dalam hal macetnya rejeki, yaitu adanya keberadaan luka batin yang tidak kunjung terselesaikan.
Jika diibaratkan perahu, luka batin menjadi satu ‘lubang kebocoran’ yang membuat perahu berlayar dengan penuh kerumitan, luka yang tersimpan di pikiran bawah sadar ini menyedot energi psikis sedemikian rupa dan menyabotase vibrasi yang kita pancarkan pada kehidupan dengan sedemikian kusutnya, alhasil banyak kualitas hidup berantakan karenanya.
Apa yang dimaksud luka batin? Bagaimana luka batin ini tercipta? Apa saja dampaknya? Bagaimana luka batin masa lalu yang tidak terselesaikan di masa kini bisa sedemikian membocori kualitas hidup dan bahkan menjadikan rejeki macet?
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode kelima Life Restoration Podcast berjudul ‘Luka Batin Penyebab Macetnya Rejeki’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Luka Batin Penyebab Macetnya Rejeki'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode kelima.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, semoga Anda sekalian selalu dalam kondisi sehat, berlimpah dan bahagia.
Kembali berjumpa bersama saya, Alguskha Nalendra, di Life Restoration Podcast, dan kali ini kita memasuki episode kelima.
Di episode keempat sebelumnya saya mengunggah sebuah audio-sugesti di channel podcast ini, yang berjudul ‘Audio-Sugesti Ho’oponopono Modern Untuk Cinta-Kasih Diri’.
Bermacam-macam respon pun bermasukkan ke kotak pesan masuk saya, membagikan pengalamannya mendengarkan audio-sugesti itu.
Dari sekian banyak respon yang bermasukkan, ada beberapa kesamaan yang cukup unik, yang membagikan kesan yang mereka rasakan ketika mendengarkan audio-sugesti itu, yaitu sensasi tidak nyaman ketika di awal mendengarkan, ada yang merasa mual, ada yang merasa pusing dan bahkan muntah! Menurut mereka reaksi itu berlangsung beberapa saat, sebelum kemudian hilang dan baru berganti sensasi kenyamanan yang menyejukkan di akhir-akhir prosesnya.
Ada juga yang sampai beberapa kali mendengarkan masih mengalami ketidaknyamanan itu di awal, baru setelah berkali-kali mendengarkan mereka bisa merasa nyaman sejak awal, ternyata seiring mereka merasa nyaman mendengarkan audio itu di setiap hari, mereka mulai merasakan ada yang berbeda dalam kualitas hidup mereka, entah lebih segar, lebih bugar, mengalami lebih banyak kebetulan positif yang memudahkan urusan mereka, dan lain sebagainya.
Kembali ke beberapa kisah ketidaknyamanan yang dirasakan beberapa orang di awal mendengarkan audio ini, bagi saya hal ini tidak terlalu mengherankan, saya hanya menanyakan pertanyaan yang sama, yaitu: apakah mereka memiliki banyak pengalaman pahit dalam hidupnya, yang membuat mereka memiliki banyak luka batin, merasa tidak nyaman atau bahkan membenci dirinya sendiri?
Saya rasa Anda bisa menebaknya, jawabannya adalah ‘ya’, rata-rata mereka yang merasakan berbagai ketidaknyamanan tadi adalah mereka yang pernah mengalami banyak rangkaian pengalaman pahit, banyak terluka dan baik disadari atau tidak, menyimpan banyak kekesalan dan penyesalan yang mereka tujukan pada dirinya sendiri, pada akhirnya: mereka menujukan ketidaksukaan, ketidaknyamanan atau bahkan kebencian pada dirinya sendiri.
Pertanyaannya: apa hubungannya semua itu dengan audio-sugesti Ho’oponopono yang mereka dengar di episode keempat?
Begini, audio-sugesti Ho’oponopono yang saya buat didesain untuk membangun rasa cinta-kasih dalam diri, yang pada akhirnya ditujukan ke diri sendiri, fungsinya hampir sama dengan sugesti dalam hipnosis-hipnoterapi, yaitu memasukkan hal positif ke dalam diri agar bisa diterima dan dijalankan oleh pikiran bawah sadar sebagai program baru yang positif.
Sampai sini bukankah hal itu adalah hal yang baik adanya? Sebagai sugesti positif, hal itu sangat baik adanya, tapi jika dalam diri terlanjur ada banyak program negatif yang selama ini dijalankan maka program positif itu tentu akan ‘bertabrakan’ dulu dengan program negatif yang lebih dulu ada.
Bertabrakannya program positif dan negatif dalam diri itulah yang menimbulkan efek ketidaknyamanan tadi, entah itu mual, pusing, rasa ingin muntah dan lain sebagainya. Diibaratkan obat, obat itu sedang berperang melawan penyakit. Baru kemudian seiring program negatif itu mulai terkikis, program positif mulai bisa masuk menempati diri kita dengan lebih nyaman.
Sampai sini, biasanya muncullah pertanyaan lain: apa saja program negatif yang ada dalam diri ini, yang bisa sedemikian berbenturan dengan program positif baru yang ingin dimasukkan, sampai-sampai bisa muncul efek fisik yang tidak nyaman rasanya?
Satu yang cukup dominan adalah: luka batin.
Nah, istilah yang satu ini tidak terlalu asing kali ini bukan? Istilah luka batin ini cukup sering kita dengar dalam topik pembicaraan sehari-hari, tapi meski sering didengar tetap saja tidak banyak orang yang tahu apa yang dimaksud dengan luka batin ini secara spesifik.
Maka kali ini kita masuk ke pertanyaan yang lebih spesifik: apa itu luka batin? Bagaimana luka batin ini tercipta? Apa saja dampaknya? Bagaimana luka batin bisa membocori banyak kualitas hidup kita dan bahkan sampai bisa membuat rejeki macet?
Nah, mari mulai menjawab semua pertanyaan itu di podcast kali ini, yang akan mengulas bahasan tentang ‘luka batin’ ini.
Mari kita mulai dari bahasan pertama, yaitu ‘apa itu luka batin’.
Untuk mempermudah memahaminya, mari pisahkan antara ‘luka’ dan ‘batin’ ini lebih dulu.
Saya yakin Anda tidak asing dengan yang namanya ‘luka’, terutama secara fisik, dimana hal ini bisa kita alami dari berbagai kejadian.
Dua hal yang perlu kita sadari sehubungan dengan luka ini adalah: pertama, luka membuat kita tidak bisa menjalankan hal yang biasa kita jalankan secara ideal, sebagaimana biasanya. Kedua, luka cenderung meninggalkan jejak atau bekas, meski pun hal ini tergantung pada jenis lukanya tentunya, ada luka yang ketika sembuh tidak meninggalkan jejak sedikit pun, ada juga luka yang ketika sembuh meninggalkan jejak yang tipis, dan ada juga yang ketika sembuh meninggalkan jejak yang jelas sekali keberadaannya.
Jika tadi kita membicarakan tentang tubuh fisik dan luka yang bisa dialaminya, maka kali ini kita akan mengulas tentang batin atau sisi psikologis dalam diri kita.
Seperti halnya tubuh fisik, batin juga bisa terluka, ketika batin ini terluka maka akan ada sisi psikologis kita yang terganggu cara kerjanya. Tergantung pada seberapa dalam luka yang dialami maka kadar dari gangguan psikologis ini pun bisa berbeda-beda tentunya.
Sama halnya juga dengan tubuh fisik, luka yang dialami batin juga meninggalkan jejak yang beragam, ada luka yang bisa dengan cepat hilang, ada yang berbekas tipis dan ada juga yang berbekas dengan sangat dalam dan bahkan tidak kunjung hilang meski sudah bertahun-tahun lamanya.
Ketika batin terluka, maka sisi psikologis seseorang juga terluka, luka psikologis inilah yang nantinya bisa bermutasi menjadi berbagai jenis masalah psikis, seperti ketakutan berlebih, kecemasan berlebih, kemarahan berlebih dan lain sebagainya, luka psikologis ini juga bisa menjadi masalah perilaku, seperti kecanduan dan kebiasaan buruk, luka psikologis ini juga nantinya bisa menjadi masalah psikosomatis, atau sakit fisik yang bermula dari pikiran, jika diperiksa secara medis maka tidak ditemukan masalah fisik apa pun, tapi penderitanya merasakan rasa sakit itu dengan jelas.
Jadi sekali lagi, luka batin adalah luka yang terjadi pada sisi psikologis kita, sekarang waktunya kita mengulas bahasan kedua: ‘bagaimana luka batin ini tercipta’.
Saya biasa menjelaskannya secara sederhana: yaitu ketika harapan tidak sejalan dengan kenyataan, itu saja, sesederhana itu.
Maksudnya bagaimana? Begini, sebagai manusia, kita tentu memiliki harapan bukan? Ketika harapan itu tidak terpenuhi, apa yang kita rasakan? Yes…kecewa, dari kecewa itulah bermunculan berbagai macam potensi luka batin lainnya, kecewa itu bisa berubah menjadi kesedihan, kemarahan, dan banyak lagi jenis lainnya.
Harapan ini nantinya kita bagi menjadi dua, yaitu ‘kebutuhan’ dan ‘keinginan’.
‘Kebutuhan’ adalah jenis harapan yang memang secara psikologis menjadi kebutuhan dasar setiap manusia, terutama di masa tumbuh kembang kita sewaktu kecil.
Setiap anak kecil memiliki kebutuhan dasar untuk merasa aman, merasa diterima, merasa dicintai dan dipahami. Ketika seorang anak tidak mendapatkan kebutuhan emosi ini maka sisi polos dirinya yang belum paham apa yang terjadi memunculkan pemikiran bahwa dirinya adalah keberadaan yang tidak diharapkan, atau keberadaan yang tidak pantas ada, dari sini muncullah rasa kecewa yang menjadikan si anak merasa minder dan tidak percaya diri.
Berikutnya yaitu ‘keinginan’, yang satu ini adalah harapan yang secara psikologis lebih kompleks, karena mulai berisikan beberapa ‘persyaratan’, misalnya keinginan bagaimana kita ingin diperlakukan, juga berisikan keinginan untuk mendapatkan hal-hal yang kita impikan, biasanya hal ini muncul seiring seseorang bertumbuh dewasa dan mulai mengenal dunia, ketika keinginan ini tidak terpenuhi maka muncullah rasa kecewa, yang bisa saja menjadikan seseorang merasa sedih, merasa gagal atau merasa marah, bergantung pada jenis kekecewaan yang dialami.
Setiap kekecewaan ini menjadi ‘luka’, ia menyayat batin kita dan meninggalkan bekas. Bergantung pada jenis keparahannya maka berbeda juga dampaknya pada diri kita. Semakin dalam kekecewaan itu terjadi dan semakin lama ia dibiarkan tidak terobati maka semakin luka itu membekas dan semakin ia mempengaruhi diri kita.
Pertanyaan yang tidak jarang saya dapatkan dalam hal ini adalah: apakah setiap kekecewaan pasti menjadi luka? Ketika peristiwanya sedang terjadi, maka ‘ya’ ia sedang melukai kita, namun setelah peristiwanya berlalu belum tentu ia menjadi luka yang berbekas.
Jika setelah mengalami kekecewaan seseorang berkesempatan mengekspresikan kekecewaannya sejujur mungkin apa adanya pada seseorang lain yang bisa memahaminya dan memberikannya perhatian yang dibutuhkan maka saat itu luka yang terbentuk akan memudar dan perlahan menghilang, itulah kenapa penting bagi orang tua untuk mampu mendengarkan curahan kekecewaan anaknya sejak kecil dan memberikan perhatian yang anak butuhkan ketika mereka mencurahkan kekecewaannya, karena hal ini akan mengantisipasi munculnya luka batin.
Bagi orang dewasa, hal ini tentu akan lebih sulit, itulah mengapa bagi orang dewasa saya menyarankan mereka mencari bantuan profesional dari konselor atau terapis yang bisa menampung curahan hati mereka dan memfasilitasi penanganan secara profesional agar luka batin itu tidak terus membayangi kehidupan mereka.
Apa saja dampak dari luka batin yang tidak terselesaikan ini? Ada banyak jenis, seperti yang saya bahas di awal podcast ini, mulai dari gangguan psikis seperti kecemasan berlebih, ketakutan dan kemarahan berlebih, bisa juga dalam bentuk gangguan perilaku seperti kecanduan atau kebiasaan buruk lainnya, bisa juga dalam bentuk permasalahan psikosomatis.
Luka batin berhubungan dengan emosi, dalam Bahasa Inggris emosi disebut juga sebagai ‘emotion’.
Dalam dunia terapi dan pengembangan diri, ‘emotion’ ini sering diartikan sebagai ‘energy in a motion’, atau ‘energi yang bergerak’.
Ya, proses berpikir dan munculnya emosi dalam diri sebetulnya berhubungan dengan sistem sirkulasi atau peredaran energi dalam diri kita.
Energi adalah kunci penting yang menentukan kualitas kesehatan seseorang, ketika energi mengalir lancar dalam diri seseorang maka sehat jugalah kondisi fisik dan psikis orang tersebut, ketika sirkulasi energi ini macet maka bermasalah juga kesehatan fisik dan psikis seseorang.
Luka batin menjadi salah satu hal yang membuat emosi ini terkunci dalam diri, emotion yang seharusnya menjadi ‘energy in a motion’, atau ‘energi yang bergerak’ menjadi ‘energy not in a motion’, atau ‘energi yang tidak bergerak’, dengan kata lain energi ini terkunci dan tidak mengalir lancar.
Ketika energi tidak mengalir lancar, apa yang terjadi dalam diri kita? Anda bisa bayangkan sendiri, secara psikis kondisi kita tidaklah fit secara optimal, dimana hal ini menjadikan kita tidak memiliki energi psikis yang mumpuni untuk merespon kehidupan di luar diri kita, hal ini juga yang muncul dalam bentuk kecemasan berlebih, ketakutan berlebih, atau kemarahan berlebih, atau berbagai jenis emosi lain yang sulit dikendalikan, karena memang energi psikis yang kita miliki untuk mengendalikan berbagai luapan emosi itu tidak memadai, karena sebagian dari energi psikis kita terkunci di masa lalu, di berbagai peristiwa yang memunculkan luka batin dalam diri kita.
Karena energi psikis tidak memadai untuk mengendalikan regulasi emosi, maka sebagian orang mengalami kesulitan mengendalikan diri dalam mengelola gejolak emosi yang ada dalam dirinya, hal ini kelak menimbulkan ketidaknyamanan yang sulit untuk diceritakan, karena gejolak ini sulit dipahami dan diceritakan maka orang-orang yang memiliki kendali diri yang rendah ini membutuhkan pelarian yang dirasanya bisa menenangkan dan mengalihkannya dari gejolak emosi yang dirasanya tidak nyaman ini, pelarian inilah yang nantinya menjadi masalah perilaku, seperti kecanduan atau kebiasaan buruk, meski hal ini disadari buruk tapi tetap saja hal ini memberikan kenyamanan karena meredakan gejolak emosi yang sulit dikendalikan ini, maka kebiasaan buruk ini pun berlanjut dan sulit dihentikan.
Secara fisik, karena sirkulasi energi ini macet maka tubuh fisik juga ikut menerima dampaknya, sirkulasi energi yang dibutuhkan untuk kesehatan fisik pun terganggu, maka mulailah seseorang mengalami sakit-sakitan, karena sakitnya ini bermula dari energi yang terkunci di luka batin maka ketika diperiksa secara medis tidak ditemukan masalah apa pun, hal inilah yang kelak disebut psikosomatis: ‘masalah fisik yang bermula dari pikiran’.
Cukup kompleks bukan? Itulah mengapa penting sekali bagi kita untuk membebaskan dan menyembuhkan diri dari berbagai luka batin yang memerangkap diri kita.
Nah, sampailah kita di bahasan terakhir yang paling penting, yaitu bagaimana luka batin ini bisa membocori sedemikian banyak kualitas hidup kita dan bahkan sampai bisa membuat rejeki macet?
Saya tidak akan terlalu banyak mengulas bocornya kualitas hidup akibat luka batin ini, karena hal ini rasanya sudah cukup jelas, ketika seseorang mengalami masalah psikis, perilaku atau psikosomatis, sudah tentu ia tidak akan bisa menjalani kehidupan dengan berkualitas bukan?
Tentu saja, bagaimana mungkin bisa menjalani hidup dengan nyaman dan ideal jika seseorang terganggu oleh rasa cemas, rasa takut, atau emosi negatif lainnya? Bagaimana seseorang bisa menjalani kehidupan dengan produktif jika ia sulit mengendalikan kebiasaan buruk yang ia tahu tidak seharusnya dilakukan dan mengganggu produktivitasnya? Bagaimana mungkin seseorang bisa menikmati hidup dengan tenang jika ia terganggu oleh sakit psikosomatis yang mengganggu aktivitasnya?
Jelas bukan? Maka bahasan bagaimana luka batin ini bisa membocori banyak kualitas hidup tidak akan saya ulang lebih jauh, saya akan langsung saja membahas bagaimana luka batin ini bisa membuat rejeki macet.
Ada berbagai macam bentuk rejeki, kesehatan dan ketenangan termasuk ke dalamnya, namun untuk mengerucutkan bahasan kita di podcast kali ini, rejeki ini akan kita maknai secara spesifik sebagai uang di podcast kita kali ini, oke?
Nah, apa hubungannya antara luka batin dengan macetnya uang? Lagi-lagi semua ini kembali kepada fenomena energi.
Di podcast episode dua sebelumnya saya sudah membahas fenomena energi ini secara cukup mendetail, betapa segala-sesuatu di alam semesta ini jika diurai strukturnya sampai ke struktur terkecil pada akhirnya terdiri dari energi.
Ngomong-ngomong, bahasan ini akan banyak sekali menyoal kembali fenomena hukum semesta yang sudah saya bahas di podcast episode kedua sebelumnya, jika Anda belum mendengarkan podcast tersebut maka saya menyarankan Anda untuk nanti mendengarkan podcast itu juga agar lebih memahami bahasan kita kali ini.
Begitu juga uang, meskipun secara fisik kita bisa melihat wujudnya, tetap saja kita perlu memahami bahwa esensi dari uang di strukturnya yang terkecil adalah energi.
Membicarakan energi ini, di episode kedua saya sudah membahas bahwa sebagai manusia kita memiliki yang disebut vibrasi atau pancaran energi, dimana vibrasi ini bagi manusia sangatlah berpusat pada pikiran kita, bahasan ini di episode kedua sebelumnya saya sebut sebagai hukum vibrasi.
Berikutnya, masih di episode kedua, saya juga membahas bagaimana terdapat satu hukum semesta yang menjadikan vibrasi atau pancaran energi ini beresonansi dengan vibrasi atau energi sejenis lainnya dan saling tarik-menarik satu sama lain, dimana fenomena ini lebih umum dikenal sebagai ‘law of attraction’.
Sebagai manusia yang hidup di jaman modern ini, mau tidak mau dan suka tidak suka kita perlu menyadari bahwa ada banyak sekali fungsi kehidupan kita yang saat ini diwakili oleh uang, dengan kata lain: uang adalah media pertukaran yang menjembatani kita dengan hal yang kita ingin capai.
Maka, sangat lumrah adanya sebagai manusia kita memerlukan uang, saya tidak sedang membicarakan ‘gila uang’ atau ‘mata duitan’, saya sedang membicarakan kebutuhan dasar manusia modern di jaman sekarang yang mau tidak mau mensyaratkan uang sebagai media pertukaran utamanya, terlepas dari adanya fenomena dimana sebagian orang larut dan menjadikan uang sebagai alat pemenuhan hawa nafsunya itu lain soal, pada esensinya tetap saja uang hanyalah alat atau media, bukan uangnya yang kita nikmati melainkan apa yang bisa kita dapatkan dengan uang itulah yang pada akhirnya kita nikmati.
Artinya, kesadaran akan pentingnya uang dan apa yang bisa dihasilkannya ini sudah ada dalam diri manusia modern, dalam diri kita. Hal ini menjadi suatu vibrasi yang kita pancarkan ke kehidupan ini, sebagai vibrasi yang kita pancarkan maka sebagaimana sudah kita bahas di episode kedua bukankah vibrasi ini seharusnya beresonansi dengan vibrasi yang sejenis? Bukankah karena kita sadar uang itu penting dalam hidup kita dan kita sendiri sudah secara sadar memancarkan keinginan untuk mendapatkan uang itu, maka bukankah seharusnya vibrasi itu beresonansi dengan uang dan mendatangkannya dalam hidup kita?
Belum tentu.
Dalam hal ini, sabotase bisa terjadi dalam dua bentuk: pertama, seperti yang sudah saya bahas di episode kedua, vibrasi yang kita pancarkan secara sadar ini bisa saja disabotase oleh pikiran bawah sadar yang meyakini hal negatif yang berkebalikan, karena porsi kekuatan pikiran bawah sadar adalah 90% dibandingkan pikiran sadar yang hanya sebesar 10%, maka wajar jika vibrasi negatif dari pikiran bawah sadar inilah yang menang dan itulah yang dipancarkan, maka lebih banyak hal negatiflah yang justru kita tarik dalam kehidupan karena memang itulah yang kita pancarkan.
Sabotase kedua, yaitu karena vibrasi yang kita pancarkan ‘terkontaminasi’ oleh luka batin yang belum terselesaikan. Vibrasi adalah energi, maka jelas kadar vibrasi yang kita pancarkan bergantung pada level energi yang kita miliki.
Ingat bahwa luka batin akan mengunci sebagian dari energi di sistem sirkulasi energi dalam diri kita, selain itu luka batin ini juga tersimpan di pikiran bawah sadar, semua ini jelas akan menyabotase vibrasi yang kita pancarkan, jangan heran jika semakin banyak luka batin masa lalu yang tidak terselesaikan dalam hidup kita sampai di masa kini, maka semakin sulit kita menarik hal yang kita inginkan dan semakin banyak permasalahan muncul dari berbagai arah karenanya.
Hal inilah yang menjadikan seseorang tidak bisa hidup sepenuhnya di masa kini, energi yang digunakannya untuk menjalani kehidupan di masa kini tidak penuh atau optimal sepenuhnya karena ada terlalu banyak energi yang terkunci di masa lalu oleh luka batin.
Bukan berarti uang ini sepenuhnya terputus dari hidup kita, sebagian dari insting alami kita yang menyadari pentingnya fungsi uang untuk bertahan hidup masih akan tetap menjalankan tugasnya menarik uang sejauh yang diperlukan untuk bertahan hidup, namun ada begitu banyak potensi yang lebih besar yang tersia-siakan karena sirkulasi energi dalam diri ini sedemikian terkunci dan terkontaminasi oleh luka batin ini, ketika sulit mendapatkan yang kita inginkan maka ada banyak kekecewaan baru muncul karenanya, akhirnya terciptalah lingkaran setan, luka batin lama yang tidak terselesaikan bertumpuk dengan kekecewaan baru yang muncul dari kepahitan di masa kini karena kegagalan beruntun mendapatkan yang kita inginkan.
Jadi, bagaimana solusi melancarkan kembali rejeki yang macet ini? Yang pertama tentu tetap pada hakikatnya, yaitu berdoa memohon ijin Tuhan Yang Maha Kuasa sambil berusaha maksimal di bidang yang kita tekuni, namun yang berikutnya kita juga perlu prioritaskan yaitu menata ulang vibrasi yang kita pancarkan dengan cara membereskan luka batin yang selama ini belum terselesaikan agar tidak mengkontaminasi vibrasi yang kita pancarkan dan yang kita tarik dalam hidup kita.
Apa saja cara-cara menyelesaikan luka batin yang tidak terselesaikan ini? Secara sederhana, penyelesaian luka batin ini terdiri dari tiga tahapan: menyadari, menerima dan melepaskan, kesemua tahapan ini dilandasi oleh dua hal, yaitu: kejujuran dan cinta-kasih.
Menyadari adalah tahapan dimana kita secara jujur menyadari keberadaan luka batin atau kekecewaan dalam diri kita, menerima adalah tahapan dimana kita secara jujur mengakui apa yang kita rasakan di dalam luka batin itu, tanpa penyangkalan apa pun, dan melepaskan adalah tahapan dimana akhirnya kita berdamai dengan peristiwa dan luka itu, membuka kembali energi yang selama ini terkunci dan mengalirkannya, mengembalikannya dalam hidup kita.
Meski terdengar sederhana, dalam kenyataannya semua proses di atas tidaklah mudah, diperlukan kejujuran dan cinta-kasih yang sangat tulus dalam menjalankannya, dalam skala yang cukup berat kita bahkan mungkin memerlukan bantuan dari orang lain, terutama mereka yang profesional dan kompeten, dalam memfasilitasi semua proses tadi.
Bagaimana, sudah mulai bisa memahami keterhubungan dari luka batin dan kualitas hidup, yang di dalamnya termasuk pada ‘rejeki’? Bagaimana kalau di episode berikutnya kita mengulas tentang mekanisme berdamai dengan masa lalu dan melepaskan luka batin ini secara lebih dalam?
Agaknya boleh juga, kalau begitu nantikan episode berikutnya oke.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.