Episode 51 – Cara Menjaga Motivasi
“Saya sudah mengikuti berbagai sesi motivasi, tapi ya begitulah, bertahan 2 – 3 minggu, setelahnya lesu lagi seperti dulu.”
“Saya sudah mengikutkan tim saya ke berbagai sesi motivasi, cuma bertahan 1 – 2 minggu, setelahnya kembali lesu.”
Familiar dengan kalimat-kalimat itu?
Ya, kinerja yang tidak optimal sebagai hasil dari motivasi yang menurun bukan persoalan baru dalam dunia produktivitas, maka pertanyaan pentingnya adalah: bagaimana cara menjaga motivasi ini agar lebih stabil dan terjaga?
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode kelimapuluhsatu Life Restoration Podcast berjudul ‘Cara Menjaga Motivasi ’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Cara Menjaga Motivasi '
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode lima puluh satu.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, kembali berjumpa bersama saya, Alguskha Nalendra, di Life Restoration Podcast, yang – seperti biasa – menghadirkan berbagai bahasan seputar restorasi kehidupan dan transformasi diri.
Mengawali episode kali ini – seperti biasa – doa terbaik tentunya, semoga Anda sekalian selalu dalam keadaan sehat, berkah-berlimpah dan damai-berbahagia, dimana pun Anda berada.
Memasuki episode ke-51 kali ini, yang juga merupakan episode kedua terakhir, sebelum menutup tahun 2021 ini.
Wow…tidak terasa juga ya, sudah lebih dari 50 episode Life Restoration Podcast ini menemani Anda, saya pribadi merasa terhormat sekali mendapati bagaimana podcast sederhana ini bisa diterima dan diikuti oleh banyak kalangan dari berbagai daerah dan beragam latar belakang.
Setiap kali saya membuka kolom komentar di Youtube Channel saya dan mendapati ada interaksi baru di dalamnya di berbagai episode podcast ini, wah bahagia sekali rasanya, meski pun terpisah jarak dan waktu yang cukup jauh tapi rasanya interaksi itu tetap menjaga ikatan emosional yang terjalin di antara kita.
Jadi sekali lagi, terima kasih para pendengar sekalian, terima kasih untuk telah setia mendengarkan podcast saya dan bahkan juga menyimak berbagai video yang saya unggah juga di Youtube Channel saya.
Sekedar informasi saja, siapa tahu Anda termasuk yang baru singgah di podcast ini dan belum familiar dengan varian bahasan yang ada di dalamnya, podcast saya ini diunggah di dua platform ya, di Spotify dengan nama Life Restoration Podcast dan di Youtube Channel dengan nama akun ‘Alguskha Nalendra’.
Untuk lebih jelasnya, Spotify channel saya hanya mengunggah berbagai kumpulan episode Life Restoration Podcast ini, sementara Youtube Channel saya berisikan kumpulan Life Restoration Podcast – yang sudah dikemas dalam bentuk video audiogram – dan juga berbagai varian lain, seperti 1 Minute Restoration dan Life Restoration Serial Video, nantinya juga akan ada lagi berbagai segmen menarik lainnya di Youtube Channel saya yang menghadirkan berbagai konten inspiratif terbaru dengan kemasan berbeda, jadi pastikan Anda ikuti Youtube Channel saya dan Spotify Channel saya agar kita semakin banyak terhubung nantinya ya.
Baiklah – episode 51 kali ini – sebagaimana judul dari episode ini berbunyi, ‘cara menjaga motivasi’, menjadi sebuah episode yang saya persembahkan untuk para pendengar dan pengikut setia di media sosial saya, yang melalui jalur pribadi meminta saya membahas topik yang satu ini.
Ya, bagi Anda yang belum familiar, akun media sosial saya bisa ditemukan di Instagram @alguskha dan Facebook Page ‘Alguskha Nalendra’, sebagaimana kita ketahui bersama, terdapat fitur pesan di kedua media sosial itu, disanalah ada kalanya para follower saya berinteraksi dan berkirim pesan pada saya.
Memang interaksi di media sosial saya pun tidak langsung ditujukan bersama saya, karena ada admin khusus yang ditugaskan untuk merespon pesan-pesan di media sosial saya itu, tapi paling tidak admin saya pun akan menginformasikan pada saya perihal isi dari pesan-pesan yang bermasukkan itu.
Nah, salah satu tema dari pesan-pesan yang saat ini cukup banyak bermasukkan ya seputar tema motivasi ini, atau lebih tepatnya bagaimana cara menjaga motivasi.
Topik pertanyaan ini sebetulnya cukup beralasan, banyak terlibat di berbagai program pengembangan SDM di beragam jenis organisasi dan perusahaan, saya mendapati betul tema motivasi ini menjadi tema yang tidak berkesudahan.
Ada begitu banyak organisasi dan perusahaan yang terus meminta tema ini dari tahun ke tahun, biasanya prosesnya dimulai dari keluhan dulu, seperti “Tim saya sulit disiplin”, atau “Tim saya semangatnya naik turun’, atau komentar sejenis lainnya, yang intinya menyatakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan kinerja timnya, dimana permasalahan kinerja ini dicurigai bersumber dari motivasi yang naik-turun tadi, lebih banyak turunnya malahan….
Yang lebih seru lagi adalah kalau sudah ada yang berkomentar “Tim saya sudah diikutkan seminar motivasi, tapi ya begitu, paling 2 – 3 minggu semangat, setelahnya turun lagi, biasa lagi saja sudah lesu seperti dulu.”
Nah, yang satu yang terakhir ini yang sebenarnya bagi saya paling menarik dan unik, karena keluhan ini sebenarnya sudah menggambarkan suatu fenomena yang lebih kompleks, lebih kompleks dari kelihatannya – atau kedengarannya he…he…
Begini, isu kinerja yang tidak ideal karena motivasi yang naik-turun, atau ‘lebih sering turunnya’ tadi, sebenarnya bukan suatu perkara yang asing dalam dunia kinerja.
Saya sering mengilustrasikan motivasi ini tidak ubahnya sebuah mesin kendaraan, kalau mesin kendaraan ini bermasalah, maka pasti bermasalah juga kinerja kendaraannya, betul?
Sekarang kita kembali ke fenomena tadi, bagaimana dengan tim yang sudah diikutkan pelatihan motivasi, lalu bersemangat untuk beberapa waktu, tapi lalu kembali turun? Ya sederhana saja, kali ini mari kita coba pahami hal ini dari sudut pandang ilustrasi mesin tadi.
Saya mengumpamakannya begini, sebuah mesin bisa bekerja ideal kalau ada dua hal: satu, ada bahan bakar yang menghidupkannya, dan dua, ia bebas dari kerusakan.
Kita mulai dari yang pertama dulu ya, kalau mesin tidak ada bahan bakarnya kira-kira apakah ia bisa menyala? Ya tentu tidak kan, nah bahan bakar ini apa kira-kira? Yaitu: penyemangat.
Bentuk dari penyemangat ini bisa berupa yang tadi, yaitu pelatihan motivasi, atau pengingat moitivasi.
Bedanya apa? Begini, kalau pelatihan formatnya ‘formal’, diadakan dalam bentuk program yang bersifat agak formal, ada yang memberikan instruksi atau materi, lalu pesertanya sendiri mengikuti instruksi itu, yang memang dirancang untuk membangkitkan motivasi dalam diri mereka, selepas mengikutinya maka motivasi mereka meningkat.
Sementara itu, pengingat sifatnya ‘non-formal’, ia diadakan dalam bentuk briefing, dialog harian, apresiasi, pesan penyemangat melalui teks, dan bentuk-bentuk lain yang biasanya dilakukan harian.
Sekarang begini, sebuah kendaraan diisi bahan bakar, ia tentu bisa menyala dan bergerak maju, pertanyaannya adalah: apakah kendaraan ini cukup sekali saja diisi bahan bakar? Memangnya ada kendaraan yang sekali diisi maka ia akan menyala dan bergerak terus seumur hidup? Kalau ada, saya jamin dunia akan berbondong-bondong membeli kendaraan jenis ini, lalu industri bahan bakar akan merugi, apakah masuk akal?
Maksud dari ilustrasi itu sederhana, jangan lagi ada pernyataan “Tim saya sudah diikutkan pelatihan motivasi, cuma ya turun lagi setelahnya”, justru yang perlu dimunculkan adalah pertanyaan “Upaya apa yang sudah dilakukan untuk menjaga motivasi tim ini?”
Masa iya hanya diikutkan sekali pelatihan lalu harapannya motivasinya terjaga seumur hidup, realistis lah sedikit. Kalau muncul pemikiran seperti ini, jangan-jangan yang bermasalah bukan motivasi dari timnya, tapi kesiapan dan komitmen leader-nya untuk ikut terlibat dalam menyemangati timnya, jangan-jangan yang bermasalah adalah mental dari atasan atau leader yang inginnya tahu beres dan enak sendiri, inginnya tidak perlu menyemangati tim atau membangun semangat apa pun tahu-tahu timnya bersemangat sendiri dan menciptakan kinerja puncak sendiri, jadi leader-nya tinggal terima hasilnya saja, ya mimpi sih mimpi tapi jangan keterlaluan jugalah.
Artinya begini, kalau merasa sudah mengikuti program motivasi atau mengikutkan tim pada program motivasi, maka waktunya menyadari bahwa bahan bakar sedang terisi, maka gunakan bahan bakar itu untuk melaju sebaik mungkin, tapi ya sadari juga bahwa bahan bakar ini harus terus diisi…lewat apa? Ya lewat para pengingat motivasi tadi.
Artinya, lakukan berbagai cara setiap harinya untuk mengingatkan dengan konsisten hal-hal yang bisa membangkitkan dan menjaga motivasi ini, yang satu ini pasti mensyaratkan komitmen dan kesiapan, maka itu hal pertama yang harus dimiliki yaitu kesadaran tadi itu, kesadaran bahwa motivasi adalah sesuatu yang harus dibangun dan dijaga, bukan dimunculkan lalu akan ada seumur hidup begitu saja.
Tapi mari kembali ke ilustrasi mesin tadi, katakanlah mesin itu sudah rutin diisi bahan bakar, ia memang menyala, tapi ada keanehan karena ia tidak bisa bergerak maju atau ternyata bahan bakarnya cepat sekali habis, seperti rembes.
Nah ini lain cerita, berarti bukan bahan bakar yang bermasalah, tapi memang mesinnya yang bermasalah. Ini adalah ilustrasi sebuah tim yang bisa saja diberikan pelatihan atau pengingat motivasi rutin tapi terus saja mengalami permasalahan kinerja, ternyata bukan soal pembangkit motivasi yang kurang, tapi ada faktor-faktor lain yang berperan, yang menjadi permasalahan pada mesin, sehingga meski pun bahan bakarnya rutin diisikan tetap saja kendaraan tidak bisa melaju optimal, bisa karena bahan bakarnya rembes keluar, yaitu motivasinya bocor lagi setelahnya.
Bisa juga karena memang mesinnya rusak, meski bahan bakarnya penuh tetap saja ia tidak bisa bergerak maju karena memang masalahnya pada mesinnya, disiikan bahan bakar baru sebanyak apa pun, atau dimotivasi sesering apa pun tidak ada pengaruh apa pun, semua itu hanya tumpah sia-sia keluar, karena memang dasarnya mesinnya yang bermasalah, bukan bahan bakarnya.
Apa saja masalah pada mesin ini? Atau masalah pada hal-hal yang membuat meski ada bahan bakar tapi kendaraan tidak kunjung melaju? Saya membaginya menjadi lima komponen, yaitu: arah tujuan, fokus, kebanggaan, harapan, dan keahlian.
Komponen pertama, yaitu arah tujuan. Sederhana saja, mau motivasi selangit pun kalau tidak ada arah tujuan maka mau digerakkan kemana kendaraan itu? Mau diberikan bahan bakar sepenuh apa pun kalau kendaraan itu tidak punya tujuan mau dibawa kemana kendaraan itu?
Yang satu ini bukan sembarang arah tujuan, tapi arah tujuan yang jelas, yang benar-benar membuat kita sedemikian bergelora dan merasa ada sebuah kepentingan dan kemendesakan yang tidak terbantahkan bahwa arah tujuan itu benar-benar harus dicapai.
Komponen kedua, yaitu fokus. Fokus ini sebenarnya lebih mengacu pada apa yang saya sebut stamina psikis atau stamina emosi, yaitu kemampuan seseorang untuk mengerahkan atensinya pada arah tujuan yang ia ingin capai.
Permasalahan pada fokus ini bisa terjadi karea dua sebab, pertama karena tidak adanya komponen pertama, yaitu tidak adanya arah tujuan yang jelas, dan kedua, yaitu karena fokus ini memang terpecah atensinya oleh berbagai permasalahan di luar diri, atau dengan kata lain: kelelahan oleh begitu banyaknya permasalahan di luar diri yang tidak berkesudahan.
Bisa jadi seseorang tidak menunjukkan kinerja ideal bukan karena ia tidak termotivasi, bisa jadi ia memiliki motivasi yang sedemikian tinggi, tapi apa daya ia sedemikian kerepotan menjalani kehidupan, energinya habis untuk menyelesaikan berbagai kemendesakan lain yang berupa permasalahan atau pergolakan kehidupan lainnya.
Komponen ketiga, yaitu kebanggaan.
Maksudnya kebanggan begini, di dalam apa pun yang kita kerjakan, tingkat kebanggaan dalam menjalankan yang kita kerjakan akan mempengaruhi tingkat motivasi kita dalam mengerjakan hal tersebut.
Sebut saja seseorang yang sejak awal sudah merasa yang dikerjakannya adalah hal yang hina, aib atau merupakan hal yang dengan terpaksa ia lakukan meski padahal ia malu menjalankan hal itu, kalau sudah seperti ini apakah motivasi membantu? Tentu tidak kan, seberapa banyak pun motivasi diberikan, orang ini sudah terlanjur malu dengan yang dilakukannya.
Hal ini yang membuat banyak organisasi besar benar-benar sedemikian rela mengerahkan atensinya untuk membangun kebanggaan dan militansi para anggotanya, bisa melalui kampanye, doktrin, atau slogan, karena hal itu yang akan membangun motivasi mereka dalam menjadi bagian dari organisasi yang layak mereka banggakan, motivasi itu yang nantinya menggerakkan mereka untuk bisa mempersembahkan kinerja terbaik bagi organisasi yang mereka banggakan.
Komponen keempat, yaitu harapan.
Begini, sebagai manusia kita selalu memerlukan harapan di dalam apa pun yang kita perjuangkan. Ketika kita mendapati bahwa harapan itu sirna, maka dijamin motivasi atau semangat juang kita pun akan ikut berkurang.
Contohnya saja, para prajurit yang sudah merasa tidak ada harapan untuk menang atau bertahan hidup, saat itu juga semangatnya sudah sirna untuk terus mempertahankan perjuangannya, maka saat itu motivasi berjuangnya pun sudah pasti berkurang, menurunnya motivasi itu akan mempengaruhi kinerja mereka dalam bertempur.
Komponen kelima dan terakhir, adalah yang sebenarnya juga merupakan turunan dari komponen keempat, yaitu keahlian.
Apa yang mempengaruhi harapan seseorang? Salah satunya yaitu tingkat kepercayaan dirinya, dimana kepercayaan diri ini dipengaruhi oleh keyakinannya atas keahlian yang dimilikinya.
Jika seseorang merasa bahwa ia adalah pribadi yang tidak kompeten, tidak mampu, atau tidak memiliki keahlian yang memadai, maka disini saja harapan sudah semakin memudar atau sirna, maka siap-siap saja, tingkat motivasi akan menurun, disusul dengan menurunnya kinerjanya.
Dengan kata lain, ini juga menjadi sebuah bahan evaluasi, kalau sebuah organisasi atau perusahaan sudah terlalu banyak memberikan sesi motivasi, waktunya mereka juga memikirkan apakah tingkat kompetensi yang mereka bekali pada anggotanya sudah memadai untuk menindaklanjuti motivasi itu menjadi aksi yang nyata?
Jika tidak, maka mereka hanya akan menciptakan para SDM yang penuh motivasi tapi tidak berkemampuan, ketika mereka ini menemui kegagalan berulang maka hanya soal waktu sebelum motivasi mereka kemudian ‘rontok’ dengan sendirinya sebagai buah dari rasa muak karena terus-menerus gagal.
Nah, artinya sampai disini perlu kita sadari bahwa terdapat dua faktor dan lima komponen di dalam salah satu faktornya yang membentuk tingkat sebuah motivasi, ketika seorang leader merasa heran mengapa anggota timnya mengalami penurunan motivasi, maka saat itu ia harus mengevalusi apakah anggota timnya mendapatkan pengingat motivasi yang memadai untuk menjaga tingkat motivasi itu secara stabil.
Jika belum, maka pikirkan bagaimana caranya mengingatkan mereka agar kadar motivasi itu tetap terjaga.
Begitu juga untuk diri sendiri, kalau kita merasa motivasi kita tidak terjaga, waktunya kita mengevaluasi bahwa jangan-jangan bahan bakar motivasi kita kurang, kita tidak cukup memberikan pengingat motivasi untuk diri kita sendiri, sehingga wajar saja kalau kadar motivasi – yang cuma ada seadanya – dalam diri kita lama-lama rontok oleh kelelahan ketika menjalani aktivitas sehari-hari.
Berikutnya yang tidak kalah penting, kalau sampai ada kalimat “Padahal saya sudah sering mengadaptasi pengingat motivasi, tapi ya begitu, tiap disemangati hanya berjalan beberapa minggu, setelahnya kembali seperti dulu”, nah ada kata ‘seperti dulu’ di situ kan?
Pertanyaannya ada apa di situasi yang kita maksudkan ‘seperti dulu’ itu? Kalimat itu saja sudah menandakan bahwa jangan-jangan ada kebocoran motivasi dalam diri, artinya salah satu di antara lima komponen motivasi itu terganggu, bisa karena tidak ada arah tujuan yang jelas, kurangnya kemampuan fokus, yang bisa jadi disebabkan karena tidak adanya tujuan yang jelas tadi, atau kelelahan karena terlalu banyak permasalahan yang harus diselesaikan dalam hidup.
Jangan-jangan kebanggaan dalam mengerjakan yang dikerjakan sudah hilang, sehingga motivasi itu juga sudah ikut sirna karenanya, digantikan rasa malu.
Jangan-jangan harapan itu juga sudah hilang, merasa tidak ada harapan dalam apa yang diperjuangkan, atau jangan-jangan karena mentok menemui kegagalan berulang akibat tidak adanya keahlian yang memadai, yang lama-lama menjadikan muak dan malas.
Beranjak dari bahasan itu, maka bagaimana cara menjaga motivasi ini? Ya pastikan dua faktor dan lima komponen ini terjaga.
Faktor pertama, terus isi bahan bakar motivasi ini dengan pengingat motivasi yang jelas atas apa yang kita perjuangkan.
Faktor kedua, jaga kualitas mesin motivasi ini, miliki arah tujuan yang jelas, jaga fokus yang ideal, miliki kebanggaan atas yang diperjuangkan, perbesar rasa optimis atas harapan di balik yang diperjuangkan, lalu latih kemampuan kita dalam mengerjakan yang diperjuangkan itu, niscaya semua itu membantu kita menjaga tingkat motivasi kita dalam berjuang.
Sampai jumpa di episode berikutnya…
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.