Episode 54 – Mewujudkan Resolusi Kebiasaan Yang Konsisten
“Layu sebelum berkembang”, ungkapan itu agaknya mewakili fenomena yang terjadi dimana beberapa orang menetapkan niat untuk bisa mengadaptasi kebiasaan positif baru hanya untuk mendapati lagi-lagi kebiasaan itu gagal mereka adaptasi, ada yang merasakan kegagalan itu setelah mulai menerapkan kebiasaan itu beberapa waktu, ada juga yang merasakannya bahkan baru di awal-awal.
Bagaimana langkah mewujudkan kebiasaan yang konsisten ini dengan memerhitungkan cara kerja pikiran kita dalam mengadaptasi sebuah kebiasaan? Saya pribadi merangkumnya dalam lima langkah.
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode kelimapuluhempat Life Restoration Podcast berjudul ‘Mewujudkan Resolusi Kebiasaan Yang Konsisten’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Mewujudkan Resolusi Kebiasaan Yang Konsisten'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode lima puluh empat.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, kembali berjumpa di Life Restoration Podcast, bersama saya tentunya, Alguskha Nalendra.
Seperti biasa, mengawali podcast ini, doa terbaik untuk Anda, semoga selalu dalam keadaan sehat, berkah-berlimpah dan damai berbahagia selalu.
Tiba di episode 54 kali ini, di minggu kedua tahun 2022, yang juga menjadi episode yang melanjutkan pembahasan di episode sebelumnya minggu lalu, tentang resolusi kebiasaan.
Oh iya, terima kasih atas feedback dari Anda sekalian, yang mengapresiasi isi dari episode sebelumnya, banyak juga rekan-rekan lain yang memberikan apresiasinya lewat jalur pribadi di media sosial saya, yang bagi saya sangat memberi semangat tersendiri.
Jujur saja, berbagai hal itulah yang menjadi penyemangat agar saya juga terus konsisten berkarya berbagi apa yang saya miliki – yang sederhana dan seadanya ini – pada khalayak ramai.
Terima kasih juga atas antusiasme Anda sekalian di live streaming perdana saya di program The Night Show Streaming & Podcast, yang dilangsungkan di malam hari, Senin 10 Januari 2022 kemarin di Youtube Channel saya.
Seru juga Senin kemarin he…he…setelah sekian lama saya hanya bisa menyapa dari jauh, akhirnya tiba juga kesempatan menyapa lebih dekat, dimana saya bisa berinteraksi secara lebih intim dan interaktif dengan Anda sekalian. yang selama ini setia membersamai perjalanan bertumbuhnya channel Youtube saya.
Yah begitulah sedikit kisah pembukaan dan sambutan di episode kali ini, sekarang kita terus masuk saja ke bahasan kita deh ya, berhubung temanya juga masih segar, selain karena berhubungan dengan bahasan di episode kemarin, juga segar karena memang belum apa-apa tema ini sudah mulai diangkat oleh orang-orang yang saya temui dalam keseharian saya he…he…
Maksudnya bagaimana?
Begini, seperti bahasan kita di episode kemarin, namanya awal tahun maka pastinya ada begitu banyak orang yang menetapkan target pencapaian baru untuk dipenuhi di tahun baru yang akan mereka masuki.
Contohnya ya di awal tahun 2022 ini lah, di awal tahun seperti sekarang ini tentu ada begitu banyak orang yang sudah menetapkan target resolusi pencapaian yang ingin mereka wujudkan di tahun ini.
Untuk bisa mewujudkan target resolusi ini, maka ditetapkanlah berbagai resolusi kebiasaan, yang diharapkan nantinya akan membawa mereka selangkah lebih dekat dari waktu ke waktu, sampai nantinya resolusi itu benar-benar tercapai.
Ada juga sih yang memang sejak awal hanya menetapkan resolusi kebiasaan, seperti saya contohnya. Artinya, pencapaian yang ingin diwujudkan adalah jenis pencapaian berupa kebiasaan baru, perubahan perilaku, perubahan gaya hidup.
Memang nantinya dengan dijalankannya kebiasaan ini secara konsisten juga akan membawa kita pada resolusi pencapaian tertentu, tapi ya itulah, kembali pada pilihan juga pada akhirnya.
Saya pribadi memang dengan secara sadar dan sengaja memilih untuk fokus pada resolusi perubahan kebiasaan, karena rasanya lebih puas saja merasakan diri sendiri bisa menepati kebiasan-kebiasaan rutin yang ditekadkan untuk dipenuhi.
Nah, tapi kan yang satu ini yang sebenarnya sering kali sulit dilakukan oleh banyak orang, betul? Ini yang saya maksudkan tadi sebagai topik yang mulai diangkat oleh orang-orang di sekitar saya di minggu kedua awal tahun ini, mereka mengawali minggu pertama tahun 2022 ini – minggu kemarin maksudnya – dengan semangat yang menyala-nyala, untuk memulai kebiasaan baru, hanya untuk mendapati bahwa masuk ke minggu kedua ini ternyata kebiasaan itu mulai melempem, ada juga yang bahkan di minggu pertama kemarin baru beberapa hari saja sudah menyerah dan bubar jalan he…he…
Ya saya bukan dalam kapasitas untuk memberikan penilaian apa pun lah, karena saya sendiri juga kan dulu berkali-kali mengalami hal itu, jadi paling tidak saya juga tahu apa yang dirasakan oleh orang-orang yang menetapkan sebuah niat perubahan dengan menggebu-gebu, tapi kemudian berakhir dengan rasa pahit, atau bahkan malu karena lagi-lagi melanggar janji pada diri sendiri.
Saya sendiri juga masih kok dalam proses fokus memertahankan resolusi kebiasaan ini, tidak mudah memang, tapi paling tidak karena sudah ada pengalaman dan kesan tersendiri mengawali sampai terbukti bisa menjaganya, semoga saja yang saya bagikan di episode kali ini bisa menjadi sebuah solusi tersendiri bagi Anda yang berkali-kali mencoba untuk mengadaptasi kebiasaan baru tapi lagi-lagi ‘bubar jalan’ he…he…
Saya sendiri di tahun 2022 ini menetapkan resolusi kebiasaan baru lagi, tidak muluk-muluk memang, resolusi kebiasaan ini saya arahkan kali ini pada perubahan gaya hidup, yang berhubungan dengan kesehatan fisik, utamanya di pola makan dan pola olahraga.
Kenapa saya mulai dengan sedikit membagikan bocoran resolusi saya? Karena ini akan ada hubungannya dengan tips dan trik praktis mewujudkan resolusi kebiasaan baru yang efektif – atau yang saya rasa efektif – berdasarkan yang saya alami.
Agar nanti tema bahasannya juga cukup berurutan dan mudah dipahami berdasarkan contoh pribadi saya tadi, saya mulai dengan memaparkan dulu lima langkah yang saya rangkum – untuk membantu mewujudkan resolusi kebiasaan efektif ini – ya.
Yes, ada lima langkah yang saya rangkum berdasarkan pengalaman pribadi yang bisa membantu mewujudkan resolusi kebiasaan efektif ini. Pertama, yaitu tetapkan niat; kedua, persiapkan diri; ketiga, mulai dari hal kecil; keempat, lawan kemalasan; dan kelima, kembangkan kebiasaan.
Kita mulai dari yang pertama dulu ya, yaitu tetapkan niat.
Menetapkan niat menjadi tahapan pertama yang tidak boleh dianggap remeh, karena dari sini semua konsistensi nanti bermula.
Niat yang saya maksudkan ini yang benar-benar diniatkan lho ya, bukan karena sekedar ‘kepingin’, atau apalagi: iseng.
Artinya, resolusi kebiasaan ini menjadi sesuatu yang memang kita benar-benar niatkan dengan sepenuh hati karena ada alasan yang kuat yang melatarinya.
Menetapkan niat ini pastinya akan satu paket dengan satu proses yang disebut ‘perenungan’. Artinya, niat yang kuat pastilah muncul dari perenungan yang kuat.
Dalam menetapkan niat ini, pertanyaan penting yang harus bisa terjawab adalah: memang kenapa kebiasaan ini harus dijaga sebagai sebuah konsistensi? Kalau tidak, memangnya kenapa? Intinya, seberapa besar manfaat yang akan didapat kalau kebiasaan ini dijaga dan seberapa rugi diri kita kalau kebiasaan ini tidak dijaga konsisten?
Kalau jawabannya hanya sekedarnya – jadi tidak besar-besar amat manfaatnya dan tidak besar-besar amat kerugiannya – ya siap-siap saja, ketemu halangan yang mulai menantang sedikit nanti pasti mulai keluar alasan-alasan yang menjadi godaan untuk mulai menghentikan kebiasaan itu, awalnya hanya berhenti sekali-sekali, tapi mulai muncul rasa gemas pada diri sendiri, lalu muncul rasa marah, lalu muncul rasa malu dan seterusnya sampai muncul rasa frustrasi yang membuat akhirnya diri berkata “Berhenti saja deh, kadung kesal sendiri soalnya”, nah akhirnya berhenti sungguhan kan?
Saya sendiri yang saya lakukan dulu ya begitu, Anda mungkin sudah familiar bahwa target resolusi saya tahun kemarin sederhana sekali, yaitu menjaga konsistensi berkarya dan berbagi karya di media sosial, meski pun sederhana tapi pelaksanaannya ya tidak sederhana, namanya tantangan pasti muncul dari mana-mana, dan memang resolusi itu adalah sesuatu yang saya niatkan sejak bertahun-tahun lalu, tapi ya begitu, tiap tahun ada saja halangannya yang menjadikan resolusi itu berantakan lagi, kalau dipikir-pikir memang dulu-dulu niat saya juga tidak yang terlalu kuat sih, istilahnya masih ada pemikiran “Kalau bisa ya syukur, kalau tidak ya tidak apa-apa”, wajar saja kan jadinya kalau ujung-ujungnya berantakan sendiri he…he…
Sampai kemudian saya mulai merenung secara mendalam, saya sadar betul bahwa saya harus menemukan alasan yang kuat untuk bisa berkarya secara konsisten ini, akhirnya dari hasil perenungan itulah saya bisa menyadari betul seberapa besar manfaat yang akan saya dapatkan dengan menjaga kebiasaan itu dan seberapa besar kerugian yang akan saya dapatkan kalau sampai kebiasaan itu berantakan.
Bukan sekedar menyadari secara logis, tapi juga secara emosional lho ya, yes…saya melakukan perenungan ini dengan melibatkan segenap aspek emosional dalam diri saya, sampai saya benar-benar merasakan sensasi nyamannya jika kebiasaan ini bisa terjaga dengan baik dan seberapa pahit sensasinya ketika kebiasaan ini berantakan, tersentuh dan tereksplorasinya aspek emosional itu yang benar-benar membangunkan sumber energi yang menjadi modal penting untuk nantinya konsisten.
Berikutnya, yaitu yang kedua: persiapkan diri.
Jangan salah, dengan niat yang kuat memang kita sudah punya sumber energi yang besar untuk nantinya menjaga konsistensi, tapi ya itu saja tidak cukup, kita juga harus mempersiapkan diri dengan baik, istilah saya: memanaskan mesin, kalau niat diibaratkan kita baru menyalakan mesin, persiapan diri ini diibaratkan memanaskan mesin.
Maksudnya bagaimana? Begini, saya jujur-jujuran dan buka-bukaan deh ya, kalau Anda melihat jejak konsistensi saya berbagi karya di media sosial Instagram saya, @alguskha, Anda akan mendapati bahwa saya memulai perjalanan saya berbagi karya ini sejak tanggal 1 Januari 2021, atau awal tahun lalu.
Tapi yang tidak banyak orang ketahui – karena saya juga jarang cerita sih he…he…– yaitu meski saya memulainya di awal Januari 2021, saya sudah mempersiapkan diri sejak bulan November 2020, perenungan yang membuahkan niat di langkah pertama sendiri saya lakukan bahkan sejak pertengahan tahun 2020, selama berminggu-minggu saya benar-benar merenungkan berbagai hal yang tadi saya bahas di langkah pertama, menetapkan niat itu tadi, sampai benar-benar menjadi sebuah niat dan tekad yang bulat.
Berminggu-minggu energi perenungan itu benar-benar saya bawa dalam diri sampai menjadi sebuah kebulatan tekad yang besar, barulah di bulan November 2020 saya mulai mempersiapkan diri secara nyata, dari mulai mengumpulkan ide, mempersiapkan jadwal, mencari platform yang tepat, dan banyak lagi, intinya, saya mulai mensimulasikan diri seolah sudah memulai kebiasaan baru itu secara nyata di tahun depannya, dengan simulasi mental itu saya jadi lebih tahu hal apa saja yang bisa menjadi hambatan yang perlu diantisipasi dengan lebih baik.
Persiapan mental ini juga yang secara spiritual dilakukan di banyak keyakinan, dimana ketika seseorang akan memasuki periode spiritual di usia-usia tertentu dalam hidupnya, ia sudah mulai mempersiapkan diri sejak bahkan bertahun-tahun sebelumnya, kita sering menyebutnya sebagai ‘menyucikan diri’, ketika tiba waktunya ia memasuki usia dimana periode spiritualnya akan dimulai maka ia memasuki usia itu dengan mantap dan perjalanan spiritualnya pun dimulai dengan sama mantapnya.
Hal yang sama berlaku dalam menata kebiasaan, saya mendapati bahwa bukan hanya diri saya, tapi orang-orang yang terbukti mampu menetapkan dan menjaga kebiasaan sebagai suatu hal yang konsisten pastilah orang-orang yang memang meniatkan dan mempersiapkan dirinya sejak awal dengan matang, ‘mesin’ mereka sudah menyala dan sudah panas untuk mulai menjaga kebiasaan itu sebagai sebuah konsistensi nantinya.
Kita lanjut ke hal ketiga sekarang, yaitu mulai dari hal kecil.
Bentuk riil dari persiapan di langkah kedua tadi sebenarnya melibatkan langkah ketiga ini, yaitu mempersiapkan diri untuk memulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu.
Saran saya, jangan ingin langsung merombak kebiasaan secara radikal dan secara sekaligus di banyak aspek, apalagi tanpa niat dan persiapan yang matang sebelumnya, karena hal itu hanya akan lebih banyak menimbulkan rasa frustrasi yang nantinya membuat kebiasaan itu lagi-lagi gagal berantakan.
Lebih baik memulai dari satu hal dulu, yang mungkin saja terlihat kecil, tapi sebenarnya membawa dampak dan ketika dilakukan konsisten akan menjadi pijakan dari nantinya ketika kebiasaan itu mulai dikembangkan ke tahap yang lebih tinggi.
Saya sendiri di awal tahun kemarin ya melakukan ini, saya juga sadar diri lah bahwa saya tidak akan bisa langsung menata kebiasaan berkarya yang terlalu ekstrim dari yang semula tergolong minim, maka saya sendiri memulainya hanya dari mengunggah satu video perminggu, itu pun video yang lebih banyak berisikan audio saya ini, yaitu Life Restoration Podcast, karena hal ini yang memang bisa saya mulai sebagai kebiasaan kecil pertama.
Baru nantinya kebiasaan ini kita kembangkan, itu pun kalau ia sudah terjaga sebagai kebiasaan yang benar-benar konsisten.
Apakah mudah? Tentu tidak, inilah titik dimana langkah keempat mulai harus kita bahas, yaitu ‘lawan kemalasan’.
Begini, jangankan langsung lompat pada kebiasaan besar, memulai dari kebiasaan kecil ini saja sebenarnya godaannya sudah banyak lho he…he…
Benar deh, ada saja hal-hal yang mulai seolah menjadi alasan logis atau godaan, yang kalau diikuti pastinya membuat konsistensi itu berantakan.
Disini juga tahapan persiapan di awal tadi benar-benar membantu, paling tidak, karena sudah ada persiapan yang lebih dini di awal sehingga fase pergolakan dalam diri ketika mulai muncul tantangan ini tidak terlalu berlarut-larut.
Istilahnya, ketika rasa malas itu datang saya bisa langsung teringat kembali pada niat yang saya pancangkan di tahap pertama tadi, yang dilanjutkan dengan mengingat kembali semua persiapan yang sudah saya lakukan, secara emosional saya bisa merasakan bahwa sangat disayangkan sekali kalau semua yang sudah ditata itu berantakan dan secara logis saya bisa terhubung kembali dengan sikap mental yang saya persiapkan sejak awal untuk mengantisipasi kalau-kalau muncul hambatan dan godaan ini, itu yang benar-benar menjadi modal penting sampai kemalasan yang menghambat ini teratasi.
Tapi kemalasan bukan hanya dalam bentuk itu saja wujudnya, masih ada lagi kemalasan lain yang tidak kalah membayangi.
Begini, dalam melaksanakan kebiasaan itu saya akui saja, ada kalanya ada saja hal-hal di luar kendali yang ternyata tidak terantisipasi yang karena hal itu jadinya saya juga harus dengan legowo mengakui bahwa yang saya niatkan dan persiapkan ternyata tidak bisa terpenuhi dengan baik, nah situasi ini ada kalanya membuat malas juga, seolah ada rasa “Duh, sudah rapi dan bagus kok tiba-tiba bolong”, ini juga sering kali menjadi lubang kecil yang kemudian membesar dalam diri banyak orang, satu kegagalan kecil yang kemudian dibawa berlarut-larut dan membuat diri jadi malas melanjutkan, karena seolah ada ‘catatan hitam’ di rekam jejak konsistensi yang ingin dijaga ini.
Nah, disinilah saya juga belajar berdamai dengan kemalasan pasca ‘ketidakmampuan menepati yang diniatkan ini’, belajar menerima bahwa kesempurnaan itu bukan lahir dari ‘ketanpa-cacatan’, melainkan dari sebuah proses berdamai dengan ketidaksempurnaan itu sendiri, menjadikannya sebuah pembelajaran yang menyeimbangkan diri kita.
Dengan berdamai dan menerima itu, maka tidak banyak energi psikis saya yang tersabotase, sehingga saya tetap memiliki energi psikis yang memadai untuk kembali meneruskan kebiasaan itu tanpa harus merasa gagal karenanya.
Nah, dengan menjaga semua empat langkah tadi itulah saya bisa perlahan masuk ke langkah kelima, yaitu mulai mengembangkan kebiasaan.
Sederhananya begini, satu kebiasaan kecil yang ingin dijaga secara konsisten sudah mulai terjaga, kita juga sudah mulai bisa berdamai dengan ketidaksempurnaan yang membayangi prosesnya, maka disini ritme baru sudah mulai tercipta, disinilah waktunya kita memasukkan satu kebiasaan baru yang lebih tinggi lagi, hal ini untuk semakin melatih otot kita untuk makin melengkapi kebiasaan dengan lebih berkualitas lagi dari sebelumnya.
Inilah yang terjadi kemudian, Anda sendiri mungkin mendapati bahwa dari yang semula hanya mengunggah satu video perminggu, kebiasaan itu mulai bisa saya jaga dan pertahankan secara disiplin, sampai kemudian saya mulai bisa mengunggah dua dan kemudian tiga video perminggunya, sampai ke sekarang ini bahkan sudah mencapai empat video perminggu dan ditambah satu video dokumentasi live streaming, menjadikannya lima video perminggu.
Apakah mudah? Coba saja sendiri deh he…he…yang jelas, tanpa semua langkah yang saya bagikan tadi agaknya akan berat juga untuk bisa melangkah ke kebiasaan yang lebih menantang ini.
Hal yang sama saya lakukan di tahun ini, tahun ini resolusi saya adalah fokus meningkatkan kualitas kesehatan fisik, yang bermula dari pola makan dan pola olahraga, niat dan persiapan untuk memenuhi resolusi ini – seperti saya jelaskan tadi – sudah saya mulai sejak pertengahan tahun kemarin dan bahkan memasuki akhir tahun kemarin persiapan itu semakin saya mantapkan dengan lebih sering melakukan dialog batin yang bisa semakin menguatkan saya untuk semakin memantapkan energi dalam diri untuk nantinya memulai dan menjaga kebiasaan itu, langkah nyatanya sendiri belum saya lakukan di tahun kemarin karena memang niat saya adalah benar-benar memulainya di tahun ini dan tahun kemarin menjadi ajang menyalakan dan memanaskan mesinnya dulu.
Dan puji syukur itulah yang terjadi, memasuki bulan Januari ini, terhitung sejak awal Januari saya langsung memulai resolusi ini, saya langsung menghentikan mengkonsumsi beberapa jenis makanan yang dulunya saya rutin makan – yang kalau tidak dimakan rasanya seperti ada yang kurang – untuk kemudian dihentikan mengkonsumsinya, uniknya, dengan niat dan persiapan mental yang kuat, godaan yang muncul memang tidak terlalu dominan, saya masih ingat bahwa di awal menjalaninya saya sendiri merasa heran karena memang keinginan untuk makan makanan itu seolah biasa saja, tidak yang merasa kehilangan banget lah maksudnya, ya biasa saja, seolah ada sebuah suara yang mengatakan “Ya memang niat tidak mau makan itu kok”, bahkan ketika melihat orang lain makan makanan itu – yang kalau dulu bisa tergoda – sekarang ya biasa saja.
Beberapa orang dekat saya bahkan heran karena menurut mereka kedisiplinan ini tergolong cepat ditata, ‘tidak banyak tergoda’ istilahnya, saya sendiri kalau mendengar itu hanya tersenyum, ya yang mereka lihat cepat kan sekarang, mereka tidak melihat berbulan-bulan persiapanya sejak tahun kemarin.
Nah, kebiasaan ini sendiri masih saya batasi di beberapa hal kecil dulu, dari mulai pola makan yang lebih sehat yang sederhana dulu, pola olahraganya pun demikian, saya tidak muluk-muluk lah, cukup mulai dari hal-hal sederhana ini saja dulu di beberapa minggu atau bulan awal ini, yang penting terjaga dengan baik, nantinya baru mulai dikembangkan lagi ke tahap yang lebih tinggi, sampai nantinya terjadi ‘evolusi kebiasaan’, perubahan yang – tidak harus cepat, tapi – bertahap dan pasti.
Bagaimana dengan Anda, siap mewujudkan resolusi kebiasaan baru kali ini kan?
Sampai jumpa di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.