Episode 6 – Cara Melepaskan Luka Batin dan Berdamai Dengan Masa Lalu
Melanjutkan episode sebelumnya yang menyoal ‘luka batin’, ada saja interaksi yang kemudian bermasukkan ke kotak pesan masuk, menanyakan dan mendiskusikan soal tema luka batin ini, termasuk mendiskusikan cara melepaskannya.
Teknik melepaskan luka batin bukan teknik sederhana, diperlukan kecakapan khusus untuk melakukannya, terutama jika luka yang tercipta cukup dalam adanya. Namun demikian, terdapat beberapa langkah praktis yang masih bisa dilakukan mandiri, utamanya untuk permasalahan yang bersifat umum.
Sebagaimana dijanjikan di episode sebelumnya, maka episode Audio Podcast kali ini akan sedikit banyak mengulas beberapa langkah praktis melepaskan luka batin yang bisa dilakukan secara mandiri.
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode keenam Life Restoration Podcast berjudul ‘Cara Melepaskan Luka Batin dan Berdamai Dengan Masa Lalu’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Cara Melepaskan Luka Batin dan Berdamai Dengan Masa Lalu'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode keenam.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, kembali berjumpa bersama saya, Alguskha Nalendra, di Life Restoration Podcast, di episode keenam, semoga Anda sekalian selalu dalam kondisi sehat, berlimpah dan bahagia.
Senang sekali bisa kembali membersamai perjalanan Anda melakukan restorasi kehidupan di podcast channel ini.
Ngomong-ngomong, pernah ada yang bertanya, mengapa saya menggunakan kata ‘restorasi’ di dalam ‘life restoration’, sebuah pertanyaan kecil yang sebenarnya menarik sekali, karena jawabannya justru bisa sedemikian filosofis.
Tidak ada salahnya kita membicarakan dulu sebentar soal pemilihan kata ‘restorasi’ ini ya, selain memang menjadi cerita tersendiri, kata ‘restorasi’ ini juga memang akan berhubungan dengan tema pembicaraan kita di podcast kali ini.
Untuk memudahkannya, mari membandingkan istilah ‘restorasi’ ini dengan ‘transformasi’.
Jika ‘transformasi’ identik dengan upaya perubahan ke bentuk yang baru’, ‘restorasi’ justru bisa diartikan sebagai upaya ‘pengembalian atau pemulihan sesuatu ke bentuk semula’.
Pertanyaannya: mengapa justru malah dikembalikan atau dipulihkan ke bentuk semula? Apakah saya tidak setuju dengan istilah ‘transformasi’?
Jawabannya adalah: ‘sebaliknya’, saya justru setuju dengan istilah transformasi, namun penggunaannya yang saya letakkan secara berbeda, jika kata ‘restorasi’ saya gunakan pada ‘kehidupan’, menjadi ‘restorasi kehidupan’, kata ‘transformasi’ saya letakkan pada ‘diri’, menjadi ‘transformasi diri’.
Alasannya sederhana, seperti Anda, saya meyakini Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, maka saya meyakini Tuhan pun menyiapkan skenario kehidupan terbaik untuk kita jalani sebagai ciptaan-Nya sesuai standar kepantasan kita masing-masing.
Namun demikian, kitalah yang entah karena hawa nafsu atau karena ketidaktahuan lantas menjalani kehidupan ini dengan sedemikian rupa, sampai beberapa di antara kita menjalani kehidupan yang terus-menerus dihantui permasalahan dan banyak kebocoran dalam hidup.
Itulah mengapa kata ‘restorasi’ saya gunakan sebagai perlambang untuk kembali kepada kehidupan terbaik yang Tuhan anugerahkan pada kita, agar kita bisa menjalani kehidupan sebagai ciptaan terbaik-Nya.
Namun demikian, kehidupan terbaik ini bukanlah kehidupan yang terbebas dari masalah begitu saja, karena tantangan kehidupan pasti akan tetap ada, itu juga merupakan bentuk kasih-sayang Tuhan untuk kita, agar kita selalu bertumbuh mendewasakan jiwa kita dalam perjalanan kehidupan yang singkat ini.
Disinilah sering kali terjadi ‘gap’ atau celah, kesadaran bahwa Tuhan telah mendesain skenario kehidupan terbaik sesuai standar kepantasan kita ini sering kali terdistraksi oleh pola-pikir yang tidak sepantasnya, yang menjadikan kita jauh dari skenario kehidupan terbaik ini, belum lagi adanya pola-pikir yang berisikan kemalasan yang menyangka bahwa kehidupan terbaik itu adalah kehidupan yang bebas dari masalah atau tantangan.
Maka disini jugalah saya meletakkan proses transformasi diri, atau tepatnya transformasi pola-pikir agar kita bisa melakukan proses restorasi kehidupan ini sebaik mungkin, untuk kembali pada kualitas hidup terbaik yang Tuhan anugerahkan.
Transformasi diri dalam bentuk apa saja? Saya biasa merangkumya dalam tiga jenis transformasi pola pikir:
Pertama, transformasi pola pikir yang menyadari bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang dengan kasih-sayang-Nya pastilah menyiapkan kehidupan terbaik untuk kita jalani.
Meskipun terdengar sederhana dan cukup biasa, saya mendapati hal yang satu ini sering kali terkontaminasi oleh luka dalam diri, saking banyaknya permasalahan yang seseorang alami dalam hidupnya akhirnya muncullah anggapan buruk tentang Tuhan, atau bahkan sampai membenci Tuhan, yang dianggap tidak adil dan jahat.
Jangan sampai terjerumus ke pola berpikir seperti itu! Yakinilah selalu bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dan telah menyiapkan kehidupan terbaik untuk kita jalani.
Jadi mengapa kualitas hidup beberapa orang tidak karuan? Jawabannya ada di transformasi diri kedua, yaitu transformasi pola pikir yang hendaknya menyadari bahwa segala bentuk permasalahan dalam hidup yang kita alami bermula dari keterbatasan dan ketidaktahuan kita sendiri yang entah kemudian terjebak hawa nafsu, atau tidak tahu cara terbaik dalam merespon kehidupan, yang akhirnya terjerumus ke dalam kualitas hidup yang tidak karuan.
Ya…saya tahu, hal ini tidak terlalu nyaman untuk didengar, bahkan seperti menyalahkan diri-sendiri, bukan begitu?
Saya tidak sedang mengajak Anda menyalahkan diri-sendiri, namun justru bertanggungjawab terhadap diri-sendiri, yaitu dengan menyadari perbedaan antara ‘takdir’ dan ‘nasib’.
Takdir adalah segala-sesuatu yang tidak bisa kita ubah, tidak bisa kita pilih dan di luar kuasa kita. Kita tidak bisa memilih dilahirkan dimana, dari keluarga yang seperti apa dan akan dibesarkan dengan cara yang seperti apa, itu semua menjadi takdir yang ditetapkan Tuhan untuk kita jalani.
Namun seiring kita bertumbuh dewasa, muncullah satu anugerah dan titipan terbesar dari Tuhan, yaitu ‘kehendak bebas’ atau ‘kesadaran untuk berpikir’, disinilah kita mulai bisa menimbang dan memutuskan dengan cara apa kita akan menjalani kehidupan.
Di momen ketika ‘kehendak bebas’ ini lahir jugalah seseorang mulai diberikan kebebasan untuk menata nasibnya, atau menjalani hidupnya.
Mereka yang menjalani masa lalu yang buruk dan penuh kepahitan misalnya, tentu memiliki ketidakpuasan dalam hidupnya, tentu memiliki berbagai keluhan yang membuatnya tidak suka menjalani kehidupan yang seperti itu, namun disinilah ia diberikan kesempatan untuk memilih: apakah ia ingin pasrah dan terus meneruskan kehidupannya seperti yang sudah dijalaninya, ataukah ia ingin bangkit dan mengubah hidupnya.
Disinilah beberapa orang membuat keputusan besar, mereka memutuskan untuk bangkit dan berjuang mengubah hidupnya, alhasil mereka bisa mengubah nasibnya secara signifikan dan kelak menjalani skenario kehidupan terbaik yang Tuhan siapkan untuk mereka.
Namun ada juga beberapa orang yang tidak demikian, meski mereka memiliki banyak ketidakpuasan atas hidup yang dijalaninya, mereka tidak menentukan sikap apa pun, mereka fokus pada ketidakberdayaan, keterbatasan dan kekurangan yang dialaminya dan pasrah pada keadaan.
Mari amati berbagai kejadian di sekitar kita, adakah orang-orang yang mengalami kepahitan hidup yang lantas bangkit dan berjuang mengubah nasibnya sampai mereka berhasil? Tentu ada.
Namun ada jugakah orang-orang yang mengalami kepahitan hidup lalu menyerah pada ketidakberdayaan? Ada juga.
Disinilah manusia diberikan kehendak bebas untuk memilih dengan cara apa ia ingin menata nasibnya.
Bagaimana dengan berbagai keterbatasan dan ketidaktahuan yang menghambat tadi? Disinilah sebagai manusia kita dituntut untuk belajar, untuk meninggikan derajat kita dengan menjadi pribadi berilmu, karena dengan ilmu dan pengetahuanlah kita memiliki bekal untuk bisa merespon kehidupan dan menata nasib dengan cara terbaik.
Anda mendengarkan podcats ini sekarang dan bahkan terus sampai sejauh ini dan sampai selesai, Anda mendapatkan pengetahuan baru dari podcast ini, tidakkah Anda pikir bahwa itu semua adalah bagian dari pilihan dan kehendak bebas Anda untuk memperbaiki diri?
Ya, semua itu adalah bagian dari transformasi diri ketiga, yaitu transformasi pola pikir yang siap bertanggungjawab penuh untuk perubahan diri-sendiri.
Inilah pola pikir yang hendaknya kita jaga baik-baik, meyakini bahwa Tuhan menciptakan kehidupan terbaik sebagai hak kita tentu harus disertai kewajiban untuk memantaskan diri dan membuktikan diri sebagai makhluk ciptaan terbaik-Nya, yang siap berjuang, siap belajar dan siap meningkatkan kapasitas diri dari waktu ke waktu.
Sehubungan dengan tanggungjawab ini, kita juga harus menyadari bahwa kehidupan terbaik bukanlah kehidupan yang bebas dari masalah, melainkan kehidupan dimana kita memiliki pengetahuan dan kekuatan untuk menyelesaikan berbagai masalah yang hadir dalam hidup kita, karena masalah apa pun yang dihadirkan dalam hidup, semua itu lagi-lagi rencana Tuhan untuk mendewasakan jiwa kita, untuk melatih diri kita sampai ke potensi terbaiknya dan mampu menjadi saluran berkat dari Tuhan untuk nantinya menebar manfaat bagi sesama, maka jadikan masalah apa pun yang singgah sebagai media untuk mendewasakan jiwa kita, jangan sampai ia malah mengkerdilkan jiwa kita
Mari masuk ke topik melepaskan luka batin dan berdamai dengan masa lalu, apa hubungannya semua bahasan tentang restorasi kehidupan tadi dengan topik kita yang sebenarnya mengulas cara melepaskan luka batin dan berdamai dengan masa lalu ini?
Jawabannya yaitu: karena melepaskan luka batin dan berdamai dengan masa lalu ini adalah bagian dari upaya kita untuk bertanggungjawab atas kehidupan kita sendiri, untuk bisa kembali ke kehidupan terbaik yang kita jalani.
Dengan kasih-sayang-Nya Tuhan menurunkan kita ke dunia dalam kondisi putih-polos untuk menjalani kehidupan terbaik sesuai peran kehidupan yang diamanatkan pada kita. Dalam perjalanannya, karena ketidaktahuan dan keterbatasan kita, maka kepolosan ini mulai terkontaminasi oleh rasa sakit dan luka.
Rasa sakit dan luka ini pun sebetulnya tidak lepas dari rencana Tuhan untuk menguatkan kita, menyiapkan kita untuk berbagai hal besar untuk kita emban nantinya, namun tidak bisa dipungkiri sebagai manusia kita juga punya keterbatasan dan ketidaktahuan, kedua hal inilah yang kemudian menjadikan rasa sakit dan luka yang seharusnya menyiapkan dan menumbuhkan kita malah jadi menyakiti dan mengkerdilkan jiwa kita.
Kita memang tidak bisa memilih seperti apa kita akan dilahirkan dan menjalani masa lalu, namun kita bisa memilih dan menentukan sikap seperti apa kita ingin menata masa kini dan masa depan.
Menata masa kini dan masa depan ini haruslah berlandaskan pengetahuan dan kesadaran, di podcast episode 2 sebelumnya bulan Januari 2021 lalu saya sudah membicarakan tentang tiga hukum semesta, dimana ketiga hukum itulah yang membentuk kualitas hidup yang kita jalani.
Dua hukum semesta pertama adalah hukum yang sangat berpusat pada diri kita, atau tepatnya pada apa yang kita pikirkan.
Hukum pertama, yaitu ‘hukum vibrasi’, mengacu kepada bahwa segala-sesuatu di alam raya ini terdiri dari energi, segala-sesuatu di alam ini jika diurai akan berakhir di struktur terkecilnya yang berupa energi, begitu juga diri kita terdiri dari energi, dimana pusat dari pergerakan energi diri kita berpusat dari pikiran kita, apa yang kita pikirkan dalam diri kita memancar keluar diri kita dan beresonansi dengan berbagai struktur energi lain di luar diri kita.
Disinilah terjadi hukum kedua, yaitu ‘hukum atraksi’ atau ketertarikan, jenis vibrasi yang kita pancarkan beresonansi dengan struktur energi lain yang sejenis dan menariknya dalam hidup kita: apa yang kita pikirkan maka itulah yang kita hadirkan.
Hal inilah yang kelak diajarkan di berbagai pelatihan dan seminar pengembangan diri, yang mengajarkan pesertanya untuk berpikir positif, memfokuskan atensinya pada hal yang mereka ingin capai secara spesifik, agar keinginan itu terpancar keluar dan beresonansi dengan hal yang dituju dan menariknya dalam hidup.
Sampai sejauh itu masuk akal bukan? Yang kita tidak boleh lupakan adalah yang saya bahas di podcast kelima, episode sebelumnya, yaitu bahwa sering kali vibrasi itu tidaklah terpancar keluar karena sistem energi dalam diri kita macet, terkunci oleh keberadaan luka batin yang terbentuk akibat peristiwa masa lalu yang belum terselesaikan sampai ke masa kini, daya vibrasi pun menjadi lemah karenanya.
Jika Anda belum terlalu familiar dengan bahasan luka batin ini, saya menyarankan Anda untuk mendengarkan dulu bahasan di episode 5 sebelumnya, di episode itu saya sudah mengulas secara mendasar berbagai bahasan tentang luka batin, yang bermula dari kekecewaan, yang kelak bermuara menjadi banyak masalah dalam kehidupan, dari mulai masalah fisik, emosi, bahkan sampai ke keuangan, silakan pastikan Anda sudah mendengarkan dan memahami isi dari episode kelima sampai tuntas.
Di podcast kali ini mari kita langsung saja fokus membahas cara melepaskan luka batin dan berdamai dengan masa lalu, sekali lagi: karena hal ini adalah bentuk tanggungjawab kita dalam menata ulang kualitas hidup kita sebaik mungkin, untuk menjalani skenario kehidupan terbaik yang Tuhan siapkan untuk kita jalani, sebagai bentuk nyata dari proses transformasi diri dan restorasi kehidupan.
Di episode kelima sebelumnya, saya sudah membahas tiga tahap melepaskan luka batin dan berdamai dengan masa lalu ini, yaitu: menyadari, menerima dan melepaskan, dimana kunci keberhasilan dari semua tahapan ini bermula dari 2 hal, yaitu kejujuran dan cinta-kasih.
Mari mulai dari ‘menyadari’ terlebih dahulu.
Seperti penyakit fisik, sulit untuk kita menyembuhkan apa-apa yang kita tidak sadari keberadaannya, begitu juga dengan luka batin, sulit untuk menyembuhkannya jika kita tidak tahu keberadaannya.
Karena luka batin terbentuk akibat peristiwa tertentu di masa lalu, pada dasarnya ada dua jenis luka batin, yaitu luka batin yang disadari dan luka batin yang tidak disadari.
Luka batin yang disadari adalah segala-sesuatu yang kita bisa ingat peristiwanya, kita secara sadar masih mengingatnya dan ketika mengingat detail kejadiannya rasa sakit itu muncul lagi, entah berupa rasa marah, sedih, kecewa, sakit hati dan banyak lagi jenisnya.
Sementara itu, luka batin yang tidak disadari adalah luka batin yang kita sudah tidak ingat dan tidak sadari peristiwanya di masa lalu, luka batin ini muncul dalam bentuk sensasi ketidaknyamanan di masa kini yang sulit kita pahami dan sering kali tidak rasional, seperti konflik internal.
Misalnya saja mereka yang mudah marah ketika mendengar suara keras, atau mudah sedih ketika melihat peristiwa kecil yang tidak seharusnya membuat sedih, atau bisa juga dalam bentuk merasa kecil, tidak layak, tidak berharga, tidak percaya diri dalam menampilkan diri di depan orang lain.
Sering kali berbagai emosi dan perasaan ketidaknyamanan ini tidak disadari alasannya, mereka yang mengalaminya terganggu oleh emosi ini tapi mereka tidak tahu kenapa emosi ini muncul dirasakannya, hal ini karena peristiwa penyebab luka batin itu sudah terjadi lama sekali dan sudah tidak diingat lagi oleh pikiran sadar, namun rekaman memorinya masih tersimpan di pikiran bawah sadar, ketika dihadapkan dengan situasi yang mirip dengan peristiwa yang membentuk luka batin itu maka pikiran bawah sadar memunculkan kembali perasaan tidak nyaman yang terbentuk dari peristiwa itu.
Proses pembersihan luka batin adalah sebuah perjalanan, dalam hidup kita ini entah ada berapa banyak luka batin yang pernah kita alami, semua itu memiliki porsinya masing-masing dalam mengunci sirkulasi energi dalam diri kita, menjadikan pancaran vibrasi kita di masa kini tidak optimal, maka itu tahap pertama kita lakukan dengan menyadari ada luka batin apa saja yang selama ini kita alami dalam hidup kita.
Untuk melakukannya, Anda bisa menyiapkan sebuah buku khusus, yang Anda jadikan semacam jurnal, dimana di dalamnya Anda bisa menuliskan berbagai luka batin yang Anda alami bernomor-nomor banyaknya, nantinya setiap kali satu luka batin tersembuhkan Anda bisa mencoret tulisan yang menggambarkan luka batin tersebut, semakin banyak Anda melakukannya Anda akan terkejut mendapati bahwa semakin banyak luka batin yang sudah terselesaikan maka semakin banyak energi mengalir dalam hidup Anda dan semakin banyak keajaiban terjadi karenanya.
Bagaimana cara mengetahui satu luka batin sudah terselesaikan atau belum, caranya yaitu dengan jujur pada diri sendiri, hadirkan dan ingat kembali detail peristiwanya, lalu sadari seperti apa respon emosi dan sensasi yang muncul ketika mengingat peristiwa itu lagi.
Ciri-ciri dari luka batin adalah ia terasa secara emosi dan secara sensasi ketika kita mengingat peristiwanya, secara emosi kita merasakan ketidaknyamanan emosional, secara sensasi kita merasakan sesuatu di tubuh fisik kita ketika mengingatnya, bisa berupa tekanan, sesak, denyutan, atau apapun, di dada, di perut, di leher, atau dimana pun.
Maka cara mengetahui apakah luka batin sudah terselesaikan atau belum adalah dengan membandingkan keduanya, di awal mengingat peristiwanya seperti apa emosi dan sensasi tidak nyaman yang muncul, lalu setelah luka batin itu ditangani seperti apa perbedaannya, jika tidak ada lagi emosi dan sensasi tidak nyaman yang muncul maka energi yang terkunci di luka batin itu sudah bersih dan luka batinnya sudah tersembuhkan, dalam melakukan ini sangat penting untuk kita jujur pada diri kita atas sensasi dan emosi yang kita rasakan, ada ketidakjujuran sedikit saja yang merasa ego atau enggan mengakui yang sebenarnya, maka kita tidak akan bisa merasakan yang sebenarnya.
Kembali ke cara menyadari keberadaan luka batin dalam diri, di buku tulis yang sudah Anda siapkan silakan tuliskan jenis luka batin yang Anda alami, format kalimat dari penulisan Anda adalah “Saya merasa…pada…ketika…karena…”
Misalnya, “Saya merasa sedih, kecewa, dan marah pada mantan mitra bisnis saya ketika ia menipu saya dan membawa lari uang perusahaan, karena saya yang harus menanggung kerugian dan kehilangan nama baik saya.”
Anda boleh menuliskan lebih dari satu perasaan, yang ditujukan pada lebih dari satu orang, dan menuliskan sebanyak mungkin alasan luka batin itu Anda rasakan, namun setiap kalimat hendaknya ditujukan fokus pada satu peristiwa saja dulu. Di satu peristiwa saja bisa ada begitu banyak perasaan yang bisa kita rasakan, yang kita rasa terjadi akibat lebih dari satu orang bukan? Itu maksudnya.
Perlu diingat, sebelum Anda menuliskan semua itu, Anda perlu menyiapkan diri dulu sebaik mungkin, membulatkan tekad sebaik mungkin bahwa Anda siap melepaskan luka batin dalam diri Anda, jangan melakukan hal ini kalau Anda masih setengah-setengah, belum siap untuk melepaskan luka batin itu, atau Anda merasa diri Anda terlalu lemah untuk melepaskan luka batin ini.
Tanggungjawab mensyaratkan kekuatan, kalau Anda merasa niat Anda masih terlalu lemah dan tekad Anda belum terlalu kuat untuk melepaskan luka batin itu, maka jangan lakukan hal ini, oke! Itu peringatan saya.
Satu hal lagi, jangan melakukan hal ini kalau Anda memiliki gangguan fisik yang bisa terpicu oleh emosi, misalnya gangguan jantung, tekanan darah dan lain sebagainya. Jika Anda merasa memiliki berbagai kondisi ini, jangan melakukan proses ini, nanti di episode lainnya saya akan berikan cara melakukannya bagi Anda yang terbatasi oleh kondis fisik ini.
Apa saja yang harus Anda tuliskan dalam buku itu? Tuliskan saja semua luka batin yang Anda sadari keberadaannya, dari jaman Anda kecil sampai usia saat ini, semua yang bisa Anda sadari, berikan nomor-nomor pada setiap yang Anda tuliskan, agar Anda tahu berapa banyak yang Anda masukkan ke dalamnya.
Mulai saja dari yang Anda bisa sadari, yang tidak Anda sadari memang akan cukup sulit untuk diingat, butuh waktu agar pikiran bawah sadar memunculkan informasi itu untuk diingatkan pada Anda. Namun seiring Anda menuliskan semua yang bisa Anda sadari dan ingat, biasanya lambat-laun pikiran bawah sadar akan mulai membuka informasinya, biasanya lambat laun Anda akan mulai lebih banyak mengingat peristiwa-peristiwa lain yang menyakiti Anda di masa lalu, yang sebelumnya tidak disadari.
Sudah paham caranya? Jadi tahap pertama ini hanya fokus pada satu hal: membuat kita sadar apa saja luka batin yang ada dalam diri kita, jika ada kejadian-kejadian kecil di masa kini yang membuat Anda tidak nyaman juga maka Anda juga boleh menuliskannya, namun utamakan menuliskan kejadian besar di masa lalu karena di sanalah energi paling banyak terkunci.
Tahap berikutnya, yaitu ‘menerima’.
Tahapan ini boleh Anda lakukan dalam satu waktu dengan menuliskan berbagai luka batin itu, dilakukan setelahnya, bisa juga Anda lakukan di lain waktu, secara terpisah.
Hal ini karena untuk melakukan hal ini Anda akan memerlukan waktu khusus dimana Anda bisa melakukannya dengan tenang, fokus, tidak terganggu oleh hal apa pun.
Ingat, tahapan ini juga hanya boleh Anda lakukan jika Anda benar-benar sudah siap untuk melepaskan luka batin yang Anda miliki, jika Anda belum siap dan belum cukup bulat tekadnya, maka jangan lakukan, begitu juga jangan melakukan tahap ini kalau Anda memiliki permasalahan fisik yang bisa terpicu oleh emosi.
Mari kita mulai mempelajari caranya.
Untuk melakukan hal ini, Anda memerlukan berhelai-helai kertas putih polos dan alat tulis, seperti pena.
Yang perlu Anda lakukan adalah pilih satu luka batin yang Anda ingin lepaskan, ingat: fokus pada melepaskan satu luka saja dalam setiap satu kali prosesnya.
Untuk memulainya, posisikan dulu diri rileks, lalu hadirkan dulu ingatan atas peristiwanya sejelas mungkin dalam benak Anda, sejelas mungkin seolah Anda sedang mengalaminya kembali, sampai muncul rasa tidak nyaman yang terhubung dengan peristiwa ini.
Ketika emosi dan sensasi tidak nyaman itu muncul, terima apa pun yang Anda rasakan, hayati seperti apa sensasi dan emosi ketidaknyamanan yang muncul seiring dengan peristiwa itu Anda hayati dalam pikiran, jika muncul dorongan ingin menangis atau terisak tidak apa-apa, terima saja, jangan dilawan atau dibantah, itulah kenapa Anda perlu meluangkan waktu dan tempat khusus untuk ini, agar tidak terganggu dan fokus.
Satu yang penting adalah: ketika emosi dan sensasi itu muncul sampai Anda merasa terisak, menangis dan lain sebagainya, selalu tetap pegang kendali atas diri Anda, jangan biarkan rasa sakit itu mengalahkan Anda, justru jadikan rasa sakit itu menguatkan Anda, buktikan bahwa Anda memang sudah siap sepenuhnya melepaskan luka batin itu dan bertanggungjawab secara penuh di masa kini untuk menata hidup sebaik mungkin, jika emosi dan sensasi itu muncul sedemikian kuatnya, fokus pada irama pernapasan, tarik dan hembuskan napas panjang dan dalam sambil tetap menghayati prosesnya.
Hayati emosi dan sensasi itu beberapa saat, lalu biarkan reda. Setelah itu siapkan diri, mulailah menulis di kertas yang sudah Anda siapkan, tuliskan segala perasaan yang Anda rasakan sehubungan dengan peristiwa yang membuat Anda terluka, sejujur mungkin, apa pun yang muncul dalam pikiran yang mewakili yang Anda rasakan tuliskan saja, sejujur mungkin.
Hal ini harus dilakukan dengan tulisan tangan, hayati proses menulisnya, pastikan Anda menulis semua yang Anda rasakan sejujur mungkin, kendalikan luapan perasaan yang bergejolak muncul, pastikan Anda kuat dan bertekad melepaskan semua luka itu sekarang juga.
Tiga hal penting yang Anda perlu tuliskan adalah: apa yang Anda rasakan atas peristiwa itu, apa yang Anda rasakan pada mereka yang terlibat di peristiwa itu, dan apa yang Anda rasakan atas diri Anda sendiri di peristiwa itu, entah Anda merasa marah, merasa sedih, merasa konyol, merasa bodoh, menyesal dan lain sebagainya, tuliskan saja itu semua seekspresif mungkin.
Terus tuliskan sampai Anda rasa tidak ada lagi yang muncul di pikiran Anda tentang peristiwa itu.
Jika sudah maka waktunya masuk ke tahap ketiga, yaitu melepaskan.
Untuk melakukan tahap ini, Anda harus memastikan tahap kedua sudah dilalui sampai proses yang baru saja saya jelaskan tadi sebelumnya.
Untuk melepaskan luka yang terbentuk dari peristiwa itu, Anda perlu merilekskan diri sebentar, Anda boleh minum dulu segelas air jika dirasa perlu. Jika sudah siap maka waktunya Anda merenungkan, ada pembelajaran apa yang bisa Anda ambil dari peristiwa itu, yang dengan pembelajaran itu Anda bisa menghindarkan diri kalau-kalau ada peristiwa dengan situasi sejenis terjadi di masa depan?
Renungkan apa pembelajaran yang Anda bisa petik dari peristiwa itu, lalu di kertas baru yang Anda siapkan, tuliskan saja “Saya memutuskan dan mengijinkan diri saya melepaskan dan membebaskan diri saya dari semua perasaan negatif yang selama ini membelengu diri saya, saya telah belajar dari peristiwa itu untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, yaitu…” nah disini tuliskan kalimat pembelajaran Anda, misalnya “…saya belajar untuk lebih waspada dalam bekerja sama dengan orang lain.”
Setelah itu duduk rileks dan hening, nyatakan pada diri sendiri “Diriku…maafkan aku yang selama ini memendam semua luka ini, diriku…terima kasih atas segala kekuatanmu yang kau bagi padaku, diriku…terima kasih…dengan ini aku membebaskanmu dari segala luka yang pernah dialami…aku menyayangimu.”
Nyatakan kalimat itu berulang-ulang sambil mengatur nafas, menarik nafas panjang dan dalam, lalu mengulangi kalimat itu berulang, sampai Anda merasa diri lebih lega dari sebelumnya.
Jika sudah, tenangkan diri sejenak lalu ingat lagi peristiwa penyebab luka batinnya, seperti apa yang Anda rasakan kali ini ketika mengingatnya? Jika sudah netral dan biasa, maka selamat luka Anda sudah sembuh pada peristiwa itu, Anda bisa melakukan hal yang sama di waktu yang berbeda untuk nanti membereskan luka lainnya.
Akhiri prosesnya dengan memeluk diri Anda dan memberikan perasaan cinta kasih yang tulus ke diri Anda sendiri, sebarkan perasaan sayang itu ke seluruh tubuh.
Jika terasa masih ada sisa atau ganjalan sedikit, tidak apa-apa, tenangkan diri sejenak, jika Anda masih memiliki waktu, kembali lakukan proses nomor 2 tadi, yaitu menerima, tuliskan apa sisa perasaan yang diwakili oleh ganjalan ini dan meneruskan sampai selesai seperti penjelasan saya tadi.
Luangkan waktu khusus untuk melakukan proses demi proses ini, cukup satu luka yang Anda sembuhkan dalam satu harinya, namun lakukan secara rutin, setiap kali satu luka selesai coret luka itu dari buku Anda, setiap kali Anda teringat luka lain yang baru disadari tuliskan lagi dalam buku itu, demikian seterusnya sehingga buku itu menjadi bukti dari perjalanan penyembuhan diri Anda sendiri.
Setiap kali melakukan prosesnya, pastikan Anda memiliki waktu yang cukup dan setiap kali mengakhiri prosesnya, minumlah air putih yang cukup. Anda bisa juga membantu mengefektifkan prosesnya dengan rutin mendengarkan audio-sugesti Ho’oponopono yang saya unggah di episode keempat.
Nah demikian kiranya sedikit panduan langkah melepaskan luka batin dan berdamai dengan masa lalu.
Jika Anda merasa ada perkara tertentu yang sedemikian sulit untuk Anda lepaskan sendiri, maka saya menyarankan Anda untuk meminta bantuan profesional yang Anda percaya, yang Anda tahu kompeten untuk membantu Anda melakukannya, paling tidak Anda sudah tahu dengan lebih jelas apa luka yang Anda rasakan dan apa yang menyulitkan Anda untuk melepaskannya, sehingga praktisi yang membantu Anda pun akan dengan lebih mudah membantu Anda.
Sampai jumpa di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.