Episode 65 – Kekuatan Dari Sebuah ‘Niat’
Beberapa hari sebelum memasuki bulan Ramadhan, tergelitik untuk mengulas kekuatan dari sebuah ‘niat’.
Niat adalah sesuatu yang tidak bisa lepas dari aktivitas puasa, dari niat yang kuat dan sepenuh hati, tubuh dan pikiran menyesuaikan cara kerjanya untuk membersamai kita dalam aktivitas yang kita lakukan.
Bukan hanya dalam aktivitas puasa saja, tapi nantinya kekuatan dari niat ini akan mempengaruhi banyak aspek dalam hidup kita, termasuk cara kita menjalani hidup ini dan mewujudkan berbagai kualitas pencapaian yang kita harapkan.
Seperti apa lebih jelasnya?
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Tidak lupa, selamat menunaikan ibadah puasa, semoga segala ibadah yang dijalankan menjadi bekal kebaikan bagi diri-sendiri dan juga bagi mereka yang dikasihi.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode keenampuluhlima Life Restoration Podcast berjudul ‘Kekuatan Dari Sebuah Niat’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Kekuatan Dari Sebuah Niat'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode enam puluh lima.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para sahabat sekalian dimana pun Anda berada, berjumpa kembali di Life Restoration Podcast, seperti biasa bersama saya, Alguskha Nalendra.
Dan…memasuki episode ke-65 kali ini, dimana seperti biasa awal dari episode ini pun sama dengan setiap episode sebelumnya, yaitu doa terbaik, semoga Anda sekalian selalu dalam keadaan sehat, berkah-berlimpah dan damai-berbahagia dimana pun Anda berada, bersama mereka yang Anda kasihi.
Bukan kebetulan juga, episode kali ini hadir hanya beberapa hari sebelum bulan Ramadhan dimulai, jadi bagi semua pendengar podcast ini yang akan menjalankan ibadah puasa, dari dasar hati yang paling dalam saya juga ingin mengucapkan “Selamat menunaikan ibadah puasa, semoga segala amal-ibadah yang dijalankan menjadi bekal kebaikan bagi diri-sendiri dan juga bagi mereka yang dikasihi.”
Mumpung akan memasuki bulan Ramadhan, dimana satu ibadah umum yang akan dilakukan oleh umat Muslim adalah berpuasa dan mengendalikan hawa nafsu, saya tergelitik untuk mengangkat satu tema bahasan yang akan berhubungan dengan satu komponen penting dalam puasa ini, yaitu niat.
Bahasan ini saya angkat karena sebenarnya cakupannya luar biasa sekali, bukan hanya dalam aktivitas berpuasa saja, melainkan di setiap aspek kehidupan yang kita jalani. Hanya saja kebetulan momentum yang saat ini akan berlangsung adalah momentum berpuasa di bulan Ramadhan, jadi untuk saat ini kita gunakan momentum ini sebagai media pembelajaran, terutama dalam menyoal yang kita bahas di episode kali ini ya.
Mengendalikan hawa nafsu – salah satunya dengan berpuasa – ada di hampir setiap ajaran spiritual, dan bahkan budaya, terlepas dari tata caranya yang mungkin akan sedikit berbeda antara satu ajaran dan budaya dengan yang lainnya tidak jadi soal, yang ingin saya soroti adalah esensinya.
Pastinya bukan tanpa alasan aktivitas berpuasa ini ada di hampir setiap ajaran, betul?
Pastinya ada sebuah manfaat yang besar di balik proses ini, yang menjadikannya sebuah aktivitas yang sakral, di ajaran atau budaya mana pun.
Ya, silakan telusuri esensi puasa yang ada di berbagai ajaran dan budaya, Anda akan mendapati bahwa ada satu kesamaan esensi di balik semua itu, yaitu fungsi sakralnya untuk membersihkan diri, memurnikan diri, atau menyucikan diri.
Aktivitas berpuasa ini selalunya berhubungan dengan perkara besar, ada yang nantinya perkara besar ini berupa perayaan besar di akhir periode berpuasa ini, seperti yang dilakukan di hari raya Idul Fitri setelah bulan Ramadhan.
Ada juga yang justru aktivitas berpuasa ini dilakukan sebagai tanda bahwa seseorang akan mendedikasikan atensinya pada sebuah perkara yang dirasanya besar, dimana ia perlu mencurahkan fokusnya sebaik mungkin pada perkara itu dengan lebih baik.
Kalau di jaman dulu, bisa kita amati bahwa sebelum seseorang menunaikan perkara besar, misalnya membangun rumah, atau menikah, atau membuka usaha baru, atau sebelum membuat keputusan besar, atau apa pun itu, yang intinya adalah hal itu menjadi sebuah perkara besar baginya, maka ia akan melakukan ritual puasa terlebih dahulu.
Artinya, puasa ini tentu bukan perkara sederhana, maka itulah fungsi dan perannya dalam kehidupan spiritual dan budaya besar sekali.
Dan memang seperti itu fenomenanya, secara medis atau fisik saja sudah banyak penelitian yang menyoroti manfaat dari puasa ini. Bahkan karena sudah sangat banyak, saya jadi tidak perlu membahasnya lah ya…he…he…
Tapi memang begitu adanya, silakan telusuri internet dan masukkan kata kunci manfaat puasa atau kalau dalam Bahasa Inggrisnya, benefit of fasting, Anda akan mendapati banyak sekali literatur dan informasi yang tersebar di berbagai sumber, yang menyoroti manfaat fisik dan medis dari puasa ini, bukan hanya dalam Bahasa Indonesia, melainkan dalam Bahasa Inggris juga, dari sumber-sumber di luar negeri, yang menandakan bahwa aktivitas ini merupakan sebuah hal yang diakui manfaatnya secara global.
Nah, saya pribadi tidak akan menyoroti manfaat fisik dan medis itu di episode kali ini, karena ya tadi itu, sudah ada banyak sekali sumber yang membahas itu.
Yang ingin saya khususkan bahas di episode kali ini adalah sebuah proses yang menyertai aktivitas berpuasa ini, yaitu niat.
Begini, terlepas dari aktivitas puasa ini dilakukan di ajaran atau budaya mana pun, terdapat satu hal yang sama di setiap ajaran dan budaya itu, yaitu menetapkan niat.
Bukan sembarang menetapkan niat, tapi ada jeda waktu dari niat itu ditetapkan sampai prose puasa itu dilakukan.
Bagi yang menunaikan puasa di bulan Ramadhan misalnya, niat untuk berpuasa itu ditetapkan di malam hari sebelum puasa dilakukan keesokan harinya kan?
Artinya, ia tidak dilakukan mendadak, istilahnya terpikir spontan dalam hati “Puasa ah…” lalu tiba-tiba menjalankan puasa itu.
Ya bisa saja sih begitu juga, tapi ada satu hal yang pasti berbeda, yaitu kesiapan dan persiapannya.
Ketika seseorang berencana untuk berpuasa, dengan alasan yang kuat, lalu menetapkan niatnya dengan sepenuh hati untuk berpuasa di waktu yang sudah ditetapkannya itu, maka yang terjadi adalah sistem tubuhnya melakukan penyesuaian.
Ya, niat yang kuat dan jelas menjadikan sistem tubuh mempersiapkan diri menjelang proses berpuasa itu dilakukan.
Dengan kecerdasannya, tubuh kita menyesuaikan segala-sesuatunya dengan begitu baik, dari mulai mengatur metabolisme, mengkondisikan pengaturan kadar air dalam tubuh, mengkondisikan bagaimana tubuh harus mengatur regulasi berbagai molekul dalam diri, semua itu berjalan tanpa kita sadari, tahu-tahu kita mendapati diri kita siap menjalankan proses berpuasa itu sesuai yang diniatkan.
Coba amati deh, mereka yang katanya sering mengalami masalah asam lambung, atau masalah pencernaan lainnya, yang disebabkan oleh makan tidak teratur, bisa seolah-olah lupa bahwa dirinya punya masalah itu ketika berpuasa, kalau biasanya makan tidak teratur ini langsung menyebabkan masalah, lha kali ini dengan tidak makan sama sekali malah tidak ada masalah, artinya puasa ini bukan sekedar melibatkan aktivitas fisik semata kan, tapi aktivitas psikis atau mental, yang kemudian mempengaruhi tubuh fisik.
Akan beda lho yang terjadi, ketika seseorang meniatkan sepenuh hati untuk berpuasa di keesokan hari, dengan seseorang yang tidak meniatkan untuk berpuasa di keesokan hari tapi lalu ketika bangun dengan spontan meniatkan “Hari ini puasa ah…” pasti beda, coba saja sendiri!
Kenapa bisa begitu? Karena bagi yang meniatkan puasa sepenuh hati sejak sehari sebelumnya, tubuh memiliki waktu yang cukup untuk mengkondisikan dan menyesuaikan cara kerjanya, apa lagi kalau dari momen niat ini ditetapkan sampai ke puasa dimulai ada jeda untuk kita tidur dulu, yang terjadi adalah tubuh menggunakan semua kesempatan ini untuk melakukan pengaturan pada sistem kerjanya untuk mendukung kita menunaikan yang kita niatkan itu dengan baik.
Sementara bagi yang tiba-tiba meniatkan, tubuh tidak memiliki cukup waktu untuk mempersiapkan dirinya, sehingga persiapannya tidak semaksimal yang meniatkan lebih awal, maka wajar saja kalau pengaturan energi tubuh juga berbeda jadinya.
Kenapa tadi saya katakan meniatkan sepenuh hati? Karena niat ini kan sesuatu yang tidak terlihat dan sulit untuk diukur, maka niat sepenuh hati ini maksudnya meniatkan dengan lahir-batin untuk memenuhi esensi dari puasa ini.
Lain lho mereka yang meniatkan berpuasa karena keharusan, harus karena memang bulannya sedang bulan puasa, jadi tidak ada pilihan selain ikut berpuasa; dengan mereka yang meniatkan puasa karena kerelaan, memang ada sebuah niatan yang suci dalam diri mereka untuk menunaikan puasa itu sebagai bentuk ibadah atau pengabdian pada Sang Maha Pencipta, niat dan kesadaran yang murni untuk mendedikasikan puasa itu bukan hanya untuk menahan lapar, melainkan untuk mengendalikan hawa nafsu, pasti beda!
Nah, mereka yang meniatkan puasa dengan sepenuh hati ini pastilah menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam diri mereka ketika puasa itu dijalankan, akan ada sebuah kesadaran lain yang seolah lebih tinggi dalam diri mereka, akan ada sebuah proses perenungan yang khas dalam diri mereka, yang menjadikan mereka lebih hati-hati dalam berpikir dan berperilaku.
Kalau biasanya banyak respon emosi atau respon pemikiran spontan yang muncul begitu saja – dengan mengedepankan hawa nafsu – dalam periode-periode biasa ketika tidak sedang berpuasa, dalam kondisi berpuasa sepenuh hati bisa berbeda adanya, sebelum respon-respon spontan itu muncul biasanya ada sebuah mode kesadaran yang lebih berhati-hati dan mengawal respon itu, agar tidak kelepasan, semata karena tahu esensi dari puasa adalah mengendalikan hawa nafsu.
Artinya, dahsyat sekali kekuatan dari niat ini kan? Dengan menetapkan niat sepenuh hati, ia bisa mempengaruhi seluruh respon diri kita, baik secara fisik atau psikis, menjadikan kita memiliki mode tersendiri yang lebih mawas diri atas yang kita pikirkan atau lakukan, menjadikan tubuh kita lebih bersahabat, lebih baik dalam mengawal atau membersamai kita, menjaga kita agar tetap stabil sepanjang proses berpuasa itu dilakukan.
Maka pesan pentingnya adalah, jangan remehkan kekuatan dari sebuah niat.
Sebuah niat yang kita tetapkan dalam hati, baik itu kita sadari atau tidak, sudah akan mempengaruhi sistem energi diri kita, baik secara fisik atau pun psikis, apalagi kalau niat itu ditetapkan sepenuh hati, dan untuk jangka waktu yang lama.
Terdapat beberapa ajaran dan budaya yang mensyaratkan puasa jangka panjang di usia tertentu bagi mereka yang menjalankan peran spiritual tertentu, dimana puasa jangka panjang ini bukan maksudnya sekedar puasa tidak makan dan tidak minum, melainkan berpuasa yang sungguh-sungguh menyepi dan menghindari kehidupan duniawi, dari mulai mengubah pola makan, pola aktivitas, pola interaksi, dan banyak lagi, mereka mungkin masih makan dan minum tapi yang dimakannya bukanlah makanan yang menggugah selera, lebih banyak tawar dan tidak menjadikan seseorang bernafsu ketika memakannya.
Saya mendapati, mereka yang akan menjalankan laku puasa jangka panjang – dan bahkan permanen di sepanjang sisa hidupnya itu tidaklah asal meniatkan bahwa “Besok saya akan mulai melakukan laku puasa ini,” tidak, mereka justru sudah mempersiapkan dirinya sejak bertahun-tahun sebelumnya, sistem energi mereka melakukan penyesuaian sedemikian rupa untuk nantinya siap menjalankan laku puasa jangka panjang itu, disini juga orang-orang ini secara bertahap biasanya mulai menunjukkan perubahan perilaku, perubahan pola hidup, dan banyak lagi, sedemikian bertahap perubahan itu terjadi, baik disadari atau tidak disadari, yang menjadikan ketika waktunya tiba laku puasa itu dilakukan, maka mereka seolah sudah menjadi pribadi yang berbeda, momen ini juga yang biasanya diperingati oleh upacara tertentu di beberapa ajaran dan budaya.
Sekarang mari kita kembangkan bahasan kita, bukan hanya membahas niat dan hubungannya dengan puasa, tapi niat dan hubungannya dengan cara kita menjalani kehidupan, mari sadari niat-niat apa saja yang kita sering kali tetapkan dalam hati, baik disadari atau pun tidak, dalam menjalani kehidupan ini.
Yes, niat-niat yang kita tetapkan.
Mari mulai dengan yang pertama, bagaimana kita meniatkan diri untuk memandang kehidupan ini? Apakah kita meniatkan untuk memandang kehidupan ini sebagai sebuah kemalangan yang perlu ditangisi, atau meniatkan diri untuk memandang kehidupan ini sebagai sebuah petualangan yang perlu disyukuri?
Yang mana pun niatan Anda, ingatlah bahwa tubuh dan pikiran Anda akan menjalankan mode beroperasinya sesuai dengan niat yang Anda tetapkan, jadi hati-hati dalam menetapkan niat ini lho ya.
Berikutnya lagi, apa niat yang kita tetapkan untuk menjalani kehidupan ini? Apakah kita menetapkan niat untuk menjalani kehidupan ini sebaik mungkin, sebagai individu yang mejalaninya dalam versi terbaiknya dan menjadi manfaat bagi sebanyak mungkin orang? Atau kita menetapkan niat untuk menjalani kehidupan ini dengan mental yang terlanjur menyerah, mental seorang korban kehidupan yang memandang apa pun yang terjadi biarlah terjadi, biarlah kehidupan ini dijalani dengan ketidakpastian.
Ingat, kita tidak sedang berbicara benar atau salah, kita berbicara apa dampak dari ditetapkannya niat itu, baik disadari atau tidak disadari, yang mana pun yang kita tetapkan maka itulah yang tubuh dan pikiran kita jalankan, karena itulah instruksi yang kita berikan pada tubuh dan pikiran kita!
Manusia dikatakan sebagai makhluk paling sempurna bukan tanpa alasan, karena Tuhan memberikan kita akal, sebuah ruang untuk memilih dan menetapkan niat.
Hewan dan tumbuhan merespon kehidupan dengan mengikuti naluri alaminya, mereka tidak memiliki banyak pilihan, apalagi sampai menetapkan niat, mereka mengikuti bentukan lingkungan dengan mengandalkan naluri alaminya, demikian seterusnya sampai itu menjadi jalan hidup mereka.
Berbeda dengan manusia, kita diberikan kuasa untuk memilih dan menetapkan niat, dahsyatnya lagi sekali niat ini ditetapkan sepenuh hati maka niat ini menggerakkan berbagai sel dan organ dalam tubuh kita untuk menyesuaikan cara kerjanya sesuai dengan niat yang kita tetapkan, termasuk menggerakkan cara kita berpikir, menyesuaikan cara kita berpikir dengan niat yang kita tetapkan.
Sepanjang pengalaman saya dalam berpraktik hipnoterapi membantu klien untuk bisa melepaskan diri dari belengu masalah lamanya, saya mendapati betul bahwa mereka yang pada akhirnya benar-benar bisa melepaskan diri dari belengu masalah lamanya adalah mereka yang benar-benar menetapkan niat yang kuat untuk bisa lepas dari semua belengu masalah itu, bahkan bukan hanya niat, tapi niat itu sudah membulat menjadi tekad.
Yes, semua itu terjadi pastinya karena ketetapan Tuhan, tapi mari sadari bahwa Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dengan adanya niat dan tekad yang kuat ini saja, bukankah sudah menjadi sebuah doa maha dahsyat yang sangat mungkin lebih memudahkan kita untuk mendapatkan ijin dan ketetapan Tuhan untuk benar-benar lepas dari belengu masalah itu, karena memang besarnya energi dari kesungguhan itulah yang didengar oleh Tuhan dan menjadikan-Nya merestui perubahan itu.
Dalam contoh penanganan fobia saja, saya mendapati bahwa mereka yang dihadapkan dengan objek yang membuatnya fobia tanpa ada niat atau persiapan apa pun, bisa sedemikian merasakan rasa tidak berdaya yang membuatnya semakin fobia dan semakin reaktif ketika dihadapkan dengan objek yang membuatnya takut itu.
Tapi lain cerita ketika seseorang yang mengalami fobia ini muak dengan masalahnya dan benar-benar meniatkan sepenuh hati untuk menghadapi ketakutannya, ia lalu menghampiri objek yang membuatnya fobia itu dengan sebuah niat dan tekad yang kuat untuk menghadapinya, ia memang masih akan sedikit banyak dihantui oleh rasa takut yang biasa dirasakannya, tapi akan ada perbedaan dari kesiapannya, dalam membiarkan rasa takut itu menguasai dirinya, akan ada nuansa perlawanan, yang menjadikannya lebih siap, di akhir periode ketakutan itu saya mendapati akan terjadi perubahan pada diri mereka dalam menghadapi objek yang semula ditakutinya itu, mereka jadi lebih memiliki kendali, semua itu bermula dari satu hal kecil yang berdampak besar, yaitu niat.
Begitu juga dalam kasus yang dialami oleh mereka yang sudah berusia lanjut, saya mendapati mereka yang sudah berusia lanjut tapi bisa menjalaninya dengan penuh semangat dan bahkan dengan tetap segar dan sehat, ternyata memang mereka meniatkan untuk menjalani periode lanjut usianya itu dengan segar dan sehat, baik ditetapkan dengan disadari atau tidak, niat itu yang menjadikan tubuh dan pikiran mereka menyesuaikan cara kerjanya untuk mengakomodir niatnya itu.
Disini juga saya mendapati bahwa mereka yang menjalani usia lanjutnya dengan ketidakberdayaan, sering kali tanpa disadari, memang menetapkan niat dalam batinnya untuk menyerah pada keadaan, untuk menjalaninya dengan ketidakberdayaan karena dianggapnya itulah yang memang seharusnya terjadi dan dijalaninya, maka itulah yang tubuh dan pikirannya akomodir, mereka menyesuaikan cara kerjanya untuk memenuhi apa yang diniatkannya itu.
Begitulah, sedemikian dahsyatnya kekuatan dari niat, ia menggerakkan banyak hal dalam diri kita, ia menggerakkan kita dalam merespon dan melihat dunia di luar diri kita, maka itulah sebelum memulai upaya perubahan, sebelum menetapkan niat untuk mewujudkan pencapaian yang kita ingin wujudkan, tetapkan dulu niat yang kuat sebagai tanda keseriusan diri untuk mewujudkan itu semua.
Jadi, apa niat yang Anda tetapkan dalam menjalani kehidupan ini? Ingat, berhati-hati dalam menetapkan niat, karena itulah yang tubuh dan pikiran Anda jalankan.
Sampai jumpa di episode berikutnya…
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.