Episode 75 – Bangun Juga Kuat dan Sehat Ragamu
Sambil menikmati suasana kota Jogjakarta, episode Life Restoration Podcast kali ini diunggah.
Ya, posisi saya saat ini sedang berada di Jogjakarta untuk mengikuti program Diklat Pelatih Hapkido, sebuah seni bela diri yang saya tekuni dan menjadi salah satu media membangun karakter bagi para pembelajarnya.
Bukan kebetulan, di bawah balutan suasana “olah fisik” yang sedang berlangsung saat ini, episode kali ini pun diangkat dengan menyoroti pentingnya aktivitas membangun kekuatan dan kesehatan fisik atau raga.
Apa saja manfaat dari membangun kekuatan dan kesehatan raga ini? Apa hubungannya dengan vibrasi dan Law of Attraction?
Bagaimana proses membangun kekuatan dan kesehatan raga ini hendaknya menjadi atensi tersendiri dalam proses coaching para klien?
Mari simak bahasannya di Audio Podcast ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode ketujuhpuluhlima Life Restoration Podcast berjudul ‘Bangun Juga Kuat dan Sehat Ragamu’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Bangun Juga Kuat dan Sehat Ragamu
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode tujuh puluh lima.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para sahabat sekalian dimana pun Anda berada, semoga dalam keadaan sehat, berkah-berlimpah dan damai-berbahagia selalu, dimana pun Anda berada, bersama mereka yang Anda kasihi.
Kembali berjumpa bersama saya, Alguskha Nalendra, di Life Restoration Podcast, di episode ke-75 kali ini, episode yang di satu sisi menjadi pengingat atas satu hal yang tidak terlalu banyak saya bahas, sambil di sisi lain juga membahas fenomena terkini yang sedang saya alami dan saya anggap sesuai untuk diangkat sebagai topik dari episode kali ini.
Saat ini saya sedang berada di Jogjakarta, kota yang dikenal dengan sebutan “Kota Pelajar”, dan memang saya pun sedang berada di sini untuk belajar he…he…
Belajar apa? Nanti saya ceritakan ya, yang pasti di satu sisi ada hubungannya dengan judul dari episode kali ini….ya pastinya lah ya, sebagaimana Anda sudah familiar, episode demi episode podcast ini memang ditujukan untuk mengangkat berbagai fenomena terkini yang saya alami secara “segar”.
Maksudnya “segar” itu bahasannya lebih kekinian lah ya, kalau Anda juga familiar dengan Youtube Channel saya pastinya sudah cukup hapal juga bahwa ada berbagai jenis konten yang ada di channel itu, beragam video dengan beragam isi dan ciri khasnya.
Nah, semua konten lain yang ada di channel itu, sifatnya dibuat dengan “ready stock” he…he…maksudnya saya menyiapkan dulu stok episode demi episode yang ada di channel itu, baru kemudian tim desain saya melakukan finishing pada setiap episodenya, dan kemudian semua stok episode itu mulai dijadwalkan untuk diunggah ke Youtube Channel itu.
Tapi berbeda dengan Life Restoration Podcast ini, khusus untuk yang satu ini dibuatnya segar setiap minggunya, karena memang saya ingin memastikan isinya update dengan aktivitas terkini yang saya jalani, sehingga podcast ini juga bisa menjadi semacam “rekam jejak” atau napak tilas bagi saya pribadi, untuk saya mengingat kembali sedang ada momen spesial apa saja di minggu-minggu yang saya sudah jalani itu.
Nah begitu juga di aktivitas minggu ini, saya sedang berada di Jogjakarta saat ini, sedang kembali melakukan update dan upgrade diri, sedang belajar lagi.
Tapi agak lain dari biasanya, aktivitas pembelajaran saya kali ini sedang tidak berhubungan langsung dengan dunia coaching, konseling dan terapi, ya maksudnya tidak berhubungan langsung artinya secara tidak langsung tetap saja berhubungan, cuma tadi itu, tidak langsung, kalau nantinya dihubung-hubungkan ya pasti tetap saja ada keterhubungannya, kalau tidak masa iya saya angkat sebagai episode podcast ini he…he….
Baiklah, saya mulai saja ceritanya, saya saat ini sedang mengikuti pendidikan dan pelatihan, atau “Diklat”, di bidang kepelatihan seni bela diri Hapkido.
Bagi yang belum familiar, Hapkido adalah seni bela diri campuran asal negara Korea, dimana saya termasuk yang menggemari seni bela diri ini, dan saat ini sedang menjalani Diklat kepelatihan di bidang ini.
Atau jangan-jangan ada yang bahkan lebih tidak familiar lagi, bagaimana saya bisa kecemplung di bidang seni bela diri ini he…he…
Ya seandainya ada, karena memang masih awal-awal, atau baru-baru mengikuti media sosial saya, ada baiknya kita perjelas dulu lah ya.
Karena kalau di status-status saya terdahulu, saya kadang masih mengunggah kabar yang berhubungan dengan aktivitas ini, sehingga lingkar pertemanan yang menggeluti dunia ini pun masih cukup banyak berinteraksi di media sosial saya, kalau sekarang-sekarang, karena saya sendiri juga tidak banyak menyoroti hal ini, maka tidak banyak yang familiar dengan aktivitas saya dalam hal yang satu ini, apalagi yang tergolong “baru” mengikuti perkembangan media sosial saya.
Jadi begini, olahraga bela diri bukan hal baru bagi saya, sebenarnya kalau berkaca dari pengalaman masa lalu, kehidupan saya boleh dikatakan tidak pernah lepas dari aktivitas ini, meski intensitasnya bervariasi.
Dari kecil, saya terbiasa melihat ayah saya berlatih dan melatih bela diri Taekwondo pada para muridnya di sebuah gelanggang latihan di dekat rumah, ada kalanya juga beliau membawa saya ke tempat ujian, atau tempat-tempat lain yang berhubungan dengan aktivitas bela diri ini, sehingga dari kecil saya sudah familiar dan menggemari olahraga bela diri, terutama Takwondo.
Kisah berlanjut, seiring saya bertumbuh lebih besar, saya mulai menekuni atau mempelajari seni bela diri ini secara lebih serius, karena memang dasarnya saya sudah suka ya memperdalam seni bela diri ini pun saya lakukan memang secara enjoy saja.
Tidak terasa, sekian waktu berlalu, sewaktu saya menginjak usia SMP saya sudah mulai sering melatih, karena waktu itu saya sudah mulai menjadi asisten pelatih.
Kalau ada yang heran “Kok bisa usia sekecil itu jadi asisten pelatih?” ya kan karena latihannya juga dari kecil, ya wajar saja kalau jadi asisten pelatihnya juga di usia yang relatif masih kecil saat itu.
Sampai kemudian di usia SMA, saya sudah menjadi pelatih secara resmi, saya sudah mengelola dua tempat belatih dengan sekian banyak murid di dalamnya, satu di sekolah saya, di SMA saya, satu lagi di gelanggang latihan tempat ayah saya melatih dulu.
Jadi kalau pagi sampai siang saya sekolah, saya belajar, sorenya itu saya mengajar he…he…
Kalau boleh jujur, sebenarnya hal-hal itu yang membentuk berbagai hal positif dalam diri saya, saya jadi suka mengajar karena itu, karena saya merasakan betul bagaimana melalui seni bela diri ini saya bisa menyentuh kehidupan berbagai murid yang saya latih.
Kalau di jaman SMA dulu bahkan saya mengajar para murid-murid adik kelas yang konon dikatakan “bengal”, sampai mereka dipandang lebih “terkendali” oleh pihak sekolah, sampai-sampai guru BK “menitipkan” mereka pada saya untuk dididik, agar lebih terkendali katanya he…he…
Saat itu sih saya belum berpikir yang tidak-tidak, namanya juga masih usia sekolah, yang penting seru saja, berlatih bersama, seru bersama, menjalin suasana persaudaraan dengan banyak orang, bahkan jadi bisa menghasilkan uang sendiri dari melatih itu tadi he…he…
Tanpa disadari, pengalaman itu juga yang membentuk saya untuk mulai menyukai dunia Psikologi, karena ketika melatih dan mendidik itu kan saya berhadapan dengan beragam jenis karakter, maka di fase itu juga saya jadi lebih terlatih untuk berhadapan dengan beragam jenis individu, dengan beragam jenis karakter yang beragam, mengamati hal-hal yang membentuk dan mengubah mereka.
Bertahun-tahun lamanya saya menekuni bela diri Taekwondo, sampai kemudian saya harus vakum, karena mulai memasuki dunia pekerjaan. Tapi atensi terhadap bela diri tidak pernah hilang dari benak saya, pikiran tetap tertuju pada perkembangan dunia bela diri ini.
Sampai kemudian bertahun-tahun lamanya waktu berlalu, saya merasa “gatal” ingin kembali aktif di seni bela diri, bukan kebetulan Hapkido-lah yang saya pilih kali ini.
Pastinya ada pertimbangan tersendiri kenapa saya memilih seni bela diri ini, tapi untuk yang satu itu nanti lah ya kapan-kapan kita bahas di kesempatan lain.
Oh iya, sebagai catatan, saya menekuni seni bela diri dari luar negeri ini bukan karena saya tidak suka dan tidak bangga dengan seni bela diri Indonesia ya, bukan begitu, saya tetap cinta dan bangga dengan seni bela diri Indonesia, hanya saja dalam perkembangan pergaulan saya dulu, saya dipertemukannya dengan bela diri ini, akses belajarnya saat itu lebih banyak dan mudah ke seni bela diri ini, dan bukan kebetulan itulah yang kemudian saya tekuni sampai sekarang ke jenjang pelatih, karena sudah terlanjur ditekuni dan membawa manfaat untuk orang banyak ya tidak ada salahnya untuk diteruskan kan?
Saya juga bukan seseorang yang suka berkelahi lho ya, saya belajar bela diri bukan untuk berkelahi, maka itulah saya katakan sebagai “Seni bela diri”, karena memang ia merupakan bagian dari seni, ada keindahan dan olah rasa di dalamnya.
Saya pribadi suka belajar dan mendalami bela diri karena hal ini mengajak saya untuk mengenali diri saya lebih dalam, untuk mengenali batasan-batasan dalam diri yang mempengaruhi berbagai hal dalam hidup saya, termasuk bagaimana untuk bisa menembus batasan lama itu dan menciptakan pencapaian baru kemudian.
Iya dong, namanya belajar bela diri, pasti ada momen sakit, lelah, dan bahkan terlukanya kan, namanya juga belajar olahraga yang melibatkan pertarungan, ya pasti hal-hal itu jadi bagian dari proses juga, disitulah kadang godaan muncul, kadang muncul rasa lelah, rasa malas atau rasa-rasa lain yang seolah “mengajak berhenti”, justru di momen pergulatan “antara terus atau berhenti” itulah saya menyadari betul esensi dari pembelajaran bela diri untuk membentuk sikap mental seorang pejuang.
Nah, lalu apa hubungannya dengan episode kali ini? Begini, terlepas dari keberadaannya sebagai sebuah seni bertarung, bela diri ini merupakan bagian dari olahraga kan?
Olah-raga….raga yang diolah, apa kesimpulan pentingnya? Yes, olahraga adalah cara kita membangun kesehatan dan kekuatan raga.
Saya mendapati bahwa membangun kekuatan dan kesehatan raga adalah hal yang tidak boleh kita lupakan dalam proses restorasi diri yang kita jalani.
Sebagai seorang Hipnoterapis dan Life Coach, klien datang pada saya untuk dibantu dalam proses perubahannya, tepatnya perubahan menjadi versi terbaik dirinya.
Dengan posisi sebagai seorang Life Coach dan hipnoterapis, sudah pasti perubahan yang klien kesankan ketika berurusan dengan saya adalah perubahan yang berdasarkan pada perubahan cara berpikir atau dunia pikiran, dan memang itu betul adanya.
Namun demikian, satu hal yang saya juga selalu tekankan pada para klien adalah bahwa manusia adalah makhluk holistik, atau makhluk yang bersifat “utuh”, keberadaan kita terbentuk atas tubuh, pikiran, energi dan jiwa, maka setiap perubahan pun akan terhubung satu sama lain di keempat aspek itu.
Ketika seseorang datang untuk sesi hipnoterapi saya mungkin tidak terlalu menekankan aspek ini, karena pada umumnya mereka datang untuk sesi spesifik, sesi yang dijalani hanya untuk penanganan masalah spesifik.
Tapi lain ceritanya dengan program coaching, dalam program ini saya memberikan pendampingan pada para klien untuk bisa menjadi versi terbaik dirinya dalam apa pun bidang kehidupan yang dijalaninya, sifatnya pun lebih bersifat jangka panjang.
Karena ia bersifat jangka panjang, maka ada banyak aspek yang harus lebih dibangun di dalamnya, karena coaching bukan hanya soal memperbaiki, tapi sampai ke tahapan menguatkan dan meningkatkan.
Dalam proses “menguatkan dan meningkatkan” inilah pengolahan raga atau kesehatan fisik menjadi hal yang tidak boleh kita lupakan, olahraga atau olah fisik menjadi aktivitas yang selalu saya tekankan pada para klien saya, agar mereka memiliki agenda tersendiri untuk meningkatkan aspek yang satu ini.
Kenapa demikian? Yang pertama, sudah pasti karena alasan kesehatan dan kebugaran, ini harusnya sudah cukup jelas lah ya, karena dengan kesehatan dan kebugaran inilah seseorang bisa menghasilkan kinerja dan produktivitas optimal, tanpa kedua hal ini maka tubuh akan lemah, letih, lesu, atau dalam skala yang lebih buruk: sakit-sakitan.
Kalau kondisinya seperti itu, kira-kira kualitas hidupnya bagaimana? Ya jangankan membicarakan menjadi versi terbaik diri melalui kinerja prima, menjalani kehidupan saja sudah repot sekali adanya kan.
Maka, itulah alasan pertama kenapa membangun kesehatan dan kekuatan raga itu penting adanya, karena kita tidak bisa membeli kesehatan, yang bisa kita beli adalah proses menuju sehat itu sendiri, dan membelinya pun tidak selalu dengan uang, melainkan dengan upaya nyata menjaga dan meningkatkan kualitas dari kesehatan kita.
Kalau kesehatan ini saja sudah tidak optimal, maka aspek lain pun tidak akan bisa dibangun dengan optimal, sesederhana itu.
Berikutnya, yang tidak kalah pentingnya adalah, karena raga yang sehat dan kuat adalah raga yang memiliki medan energi dan sirkulasi energi yang baik.
Kalau Anda sudah familiar dengan bahasan tentang vibrasi yang pernah saya bahas di episode-episode tahun lalu, Anda tentu juga familiar dengan konsep Law of Attraction, atau “hukum ketertarikan”, dimana dalam konsep ini kita membicarakan betapa vibrasi atau medan energi diri akan saling beresonansi satu sama lain dengan vibrasi yang frekwensinya sejenis dan menciptakan reaksi ketertarikan tersendiri.
Jika vibrasi kita bagus kualitasnya maka reaksi ketertarikan yang tercipta pun akan bagus jadinya, tapi jika vibrasi ini buruk atau rendah kualitasnya, maka jenis-jenis reaksi dengan frekwensi rendah ini juga yang akan lebih banyak kita alami nantinya.
Vibrasi bagus, reaksi bagus, vibrasi buruk, reaksi buruk, ingat…vibrasi adalah perlambang dari medan energi dan sirkulasi energi dalam diri kita.
Maka, jika ingin vibrasi ini bagus, medan energi dan sirkluasi energi dalam diri kita pun harus bagus kualitasnya, pertanyanannya: apa saja faktor yang membentuk kualitas medan energi ini? Yes, kondisi fisik tadi, atau tepatnya kesehatan dan kebugaran fisik, itu salah satunya.
Dari mana keterhubungan antara kondisi fisik dengan energi atau vibrasi ini?
Sederhana sekali, ingat: manusia adalah makhluk energi, di balik tubuh fisik kita yang memiliki struktur yang padat ini, kalau tubuh fisik ini kita urai, dari mulai bagian tubuh, organ, jaringan, jaringan sel dan bahkan sampai ke sel, kalau nantinya sel ini kita urai lebih kecil lagi sampai ke struktur yang tidak terlihat yaitu energi, akan kita sadari bahwa diri kita terdiri dari energi, di strukturnya yang terkecil kita semua adalah makhluk energi.
Karena struktur terdekat dari energi ini – dalam wujudnya yang lebih memadat secara fisik – ada pada “sel” dalam tubuh kita, maka kualitas dari sel ini menjadi perlambang dari kualitas energi yang membentuk keberadaan kita.
Lalu apa yang membentuk kualitas dari sel? Satu yang paling berhubungan dengan bahasan di episode podcast ini adalah “gaya hidup” tentunya kan? Atau kebiasaan menjaga kesehatan dan kekuatan fisik tadi, artinya: gaya hidup yang sehat, atau kebiasaan menjaga kesehatan dan kekuatan fisik yang sehat, akan mempengaruhi kesehatan sel dalam diri kita, dan kesehatan sel ini akan mempengaruhi kesehatan dan kekuatan energi dalam diri kita, yang membentuk kualitas vibrasi kita.
Nah, jadi mulai bisa lebih menangkap kemana arah dari penekanan akan poin penting dari episode kali ini kan? Raga yang terbangun kuat dan sehat akan lebih memancarkan vibrasi yang berkualitas, maka harapannya kualitas hidup pun lebih baik karenanya.
“Ada tuh orang yang sering berolahraga, tapi kualitas hidupnya tetap saja berantakan,” demikian biasanya argumen dari beberapa orang.
Hei…kan sudah ditekankan bahwa hal ini baru salah satu faktor saja, karena ia merupakan “salah satu faktor”, pastinya masih ada faktor lain kan, nah faktor lainnya ini masih ada beberapa yang lain lagi, seperti kualitas mental-emosional, dan kualitas perbuatan yang kemudian mengisi rekening energi dan nantinya mempengaruhi algoritma vibrasi.
Lebih lengkapnya tentang bahasan yang satu ini nanti Anda temukan di berbagai episode lain yang pernah saya buat sebelumnya lah ya, karena bahasan tentang algoritma vibrasi ini pernah juga saya singgung di berbagai episode lain yang sudah dimuat di channel ini.
Kembali ke bahasan tadi, karena ia tetap merupakan salah satu faktor, maka tetap saja ia menjadi satu hal yang penting untuk dijaga kan?
Kalau ada yang berargumen bahwa ada orang yang rajin berolahraga dan menjaga kekuatan serta kesehatan raganya, tapi kualitas hidupnya masih bermasalah, yang melambangkan vibrasi yang bermasalah, bisa dibayangkan kan kalau sudah di kondisi itu orangnya justru malah mengabaikan kesehatan dan kekuatan raganya bagaimana, lebih ancur-ancuran lagi kan?
Kalau pun ternyata di aspek yang lain vibrasi seseorang berantakan, karena mental-emosionalnya bermasalah misalnya, paling tidak di aspek fisik atau raga ini tetap dijaga lah, agar tidak hancur total kualitas vibrasinya, paling tidak masih ada yang dijaga, sehingga tidak “turun” semua kualitasnya, kalau pun nantinya proses meningkatkan vibrasi ini akan mulai dilakukan maka satu aspek sudah cukup aman, tinggal menyasar aspek lainnya saja.
Olahraga atau aktivitas melatih raga juga punya peran melepaskan stres, dimana stres ini menjadi faktor yang menurunkan kualitas vibrasi.
Dalam aktivitas mengolah raga, seiring dengan gerakan yang kita lakukan, napas yang kita tarik dan hembuskan, terdapat berbagai rangkaian proses yang membantu kita melepaskan stres dan oleh karenanya membantu kita untuk lebih bisa menjaga kualitas dari vibrasi kita.
Nah, ada banyak sekali manfaat dari membangun kesehatan dan kekuatan raga ini kan?
Jadi, mari menjaga kesehatan dan kekuatan raga ini sebaik mungkin. Dalam konteks spiritual, karena kesehatan dan kekuatan raga ini juga merupakan anugerah dan amanat dari Tuhan Yang Maha Kuasa untuk kita jaga, maka mari memastikan kita menunjukkan rasa syukur kita pada-Nya dengan menjaga dan mengoptimalkannya sebaik mungkin.
Sampai jumpa di episode berikutnya…
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.