Episode 78 – Berdamai Dengan Perubahan
Setelah periode “jeda” dari berbagi di podcast beberapa waktu lalu, pagi ini kembali mengunggah episode terbaru Life Restoration Podcast dengan tema yang mewakili kondisi yang sedang saya alami saat ini, yaitu “berdamai dengan perubahan”.
Bagi mereka yang aktif mengikuti unggahan di media sosial saya, terutama Instagram @alguskha tentu menyadari bahwa ada perubahan pola dan format pada konten dan variasi unggahan yang ada di dalamnya, hal ini bukan dilakukan tanpa sebab, melainkan sebagai upaya “berdamai dengan perubahan” dengan menyikapi “petunjuk alam” yang saya pernah bahas di episode podcast sebelumnya.
Berdamai dengan perubahan menjadi inspirasi yang saya dapatkan di periode “jeda” kemarin, melihat betapa banyak makna dan hikmah yang saya dapatkan darinya, tidak ada salahnya jika inspirasi itu saya bagikan di podcast hari ini.
Mari simak bahasannya di Audio Podcast ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode ketujuhpuluhdelapan Life Restoration Podcast berjudul ‘Berdamai Dengan Perubahan’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Berdamai Dengan Perubahan
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode tujuh puluh delapan.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para sahabat sekalian dimana pun Anda berada, kembali bersama saya, Alguskha Nalendra – seperti biasa – di Life Restoration Podcast, yang kali ini kembali hadir membersamai Anda, setelah periode “jeda” beberapa minggu terakhir ini.
Periode jeda? Ya memang begitu kan, kalau dihitung-hitung, jarak dari episode terakhir saja ternyata lumayan lho untuk kemudian sampai ke episode ini he…he…
Nah, kenapa periode jeda ini terjadi, bahkan sampai bisa lumayan jauh jarak dari episode terakhir ke episode ini? Pastinya ada kisahnya tersendiri, bahkan inspirasi dari kisah itu juga mewarnai bahasan dari perjumpaan kita di episode kali ini.
Tapi, pertama-tama, sebelum kita tahu-tahu melanjutkan terlalu jauh, seperti biasa dulu lah ya, kita awali podcast ini dengan doa dan harapan terbaik, semoga Anda sekalian selalu dalam keadaan sehat, berkah-berlimpah dan damai-berbahagia, dimana pun Anda berada, bersama mereka yang Anda kasihi.
Wah…kangen sekali he…he…periode “jeda” yang saya ceritakan tadi itu benar-benar membuat saya rindu untuk kembali berbagi dalam bentuk audio podcast, seperti yang saya lakukan sekarang ini.
Bagi Anda yang sudah terbiasa mendengarkan podcast ini dulu secara rutin, pastinya sudah familiar lah ya, bagaimana podcast ini menjadi sarana saya untuk berbagi kabar secara rutin, meng-update kabar setiap minggunya, berbagi inspirasi terkini yang saya dapati dari perjalanan mendampingi perubahan para klien, sambil juga menyapa Anda sekalian, para pendengar setia podcast ini.
Selama periode “jeda” ini, hal itu jadi tidak bisa saya lakukan, dan ya seperti yang saya katakan tadi, kangen rasanya kehilangan semua itu.
Tapi ya seperti yang saya bilang tadi juga, ada kisahnya kok di balik periode jeda ini, bahkan bukan kisah biasa, melainkan kisah yang bagi saya penting, karena membuat saya sampai-sampai melahirkan sebuah episode khusus yang memuat hikmah pembelajaran di balik periode “jeda” ini, yaitu hikmah “berdamai dengan perubahan”, yang seperti Anda lihat juga, menjadi judul dari episode podcast kali ini.
Baiklah, jadi ada kisah apa saja di balik periode jeda ini dan apa hikmah pembelajaran yang bisa dipetik di balik semua yang terjadi akhir-akhir ini?
Kita mulai kisahnya dari yang saya alami sejak episode terakhir ya.
Jadi begini, ketika episode terakhir diunggah, saya masih menyelesaikan rangkaian kegiatan memfasilitasi pelatihan kepemimpinan para pemimpin di sebuah perusahaan otomotif di daerah Cikarang, Bekasi.
Kalau sekarang sudah selesai, sudah rampung dan tuntas itu program, sudah lega lah rasanya he…he…
Tapi dulu, ketika episode itu dibuat, saya masih terlibat di fase akhir penyelesaian program itu.
Nah, kalau Anda mengikuti perkembangan episode terakhir, pasti tahu lah ya bahwa periode itu bukan periode yang mudah bagi saya, beberapa kali kondisi fisik sempat mengalami penurunan yang tidak main-main, di periode menjelang penutupan kegiatan saja saat itu pas lagi parah-parahnya, saya terkena radang yang menjadikan tubuh benar-benar kepayahan, dari mulai demam, sakit kalau menelan, pusing, batuk dan banyak lagi gejala lainnya, wah semriwing deh rasanya he…he….
Lagi-lagi, kalau Anda sudah terbiasa mendengarkan episode demi episode podcast ini pastinya sudah familiar lah ya bahwa saya paling tidak suka menghamburkan energi untuk menyalahkan, atau meratap, maka daripada saya menyalahkan beratnya aktivitas di periode tersebut, saya akan dengan tegas menyatakan bahwa lagi-lagi ketidaksiapan saya dalam mengelola stamina fisik yang menjadi penyebab utamanya.
Memang dari segi aktivitas fisik sendiri, menantang sekali aktivitas memfasilitasi pelatihan itu, bayangkan saja, kurang lebih 8 minggu berturut-turut saya berbagi memfasilitasi pembelajaran pada kurang lebih sekitar 20 orang dalam setiap kelasnya, selama 3 hari, dari pagi sampai sore, harus berbicara dengan suara lantang, bergerak secara dinamis dan aktif, melakukan semua itu di ruangan ber-AC, sampai kemudian keluar ruangan, ke area yang tergolong panas, di tengah cuaca yang tidak bersahabat, wah lengkap sekali lah ya he…he…lengkap tantangannya maksudnya.
Memang bisa saja saya menyalahkan berbagai tantangan itu, tapi ya buat apa juga, daripada sibuk menyalahkan keadaan yang tidak bisa kita kendalikan, lebih baik introspeksi apa kelemahan kita yang menjadikan itu terjadi kan, maka daripada saya menyalahkan kondisi yang memang menantang itu, saya lebih memilih untuk fokus pada introspeksi, hal apa yang saya lengah persiapkan sampai tantangan itu bisa mempengaruhi sedemikian signifikannya, ya lebih baik saya fokus menyoroti ketidaksiapan saya mengelola stamina fisik, karena memang pasti itu juga punya peranan penting kan.
Tapi ya demikian pada akhirnya, dengan kondisi yang tidak karuan itu, alhasil saya juga harus menerima kenyataan bahwa kondisi tubuh saya juga tidak memungkinkan untuk bisa memproduksi konten yang seperti biasa harusnya saya bagikan, ya mau berbagi konten bagaimana, suara saja nyaris hilang, kalau berbicara sakit rasanya he…he…
Akhirnya, terjadilah yang saya ceritakan di episode terakhir lalu, yaitu “bolongnya” media sosial saya, yang biasanya konsisten rutin mengikuti jadwal unggahan, kali ini suka tidak suka, jadi bolong dan tidak terisi.
Kalau boleh jujur, duh rasanya sakit sekali, betapa tidak, setahun penuh di tahun 2021 konsistensi berbagi di media sosial itu dijaga, kali ini tiba-tiba bolong dan komitmen untuk menjaga konsistensi itu terlanggar, ya rasanya gimanaaa gitu ya he…he…
Tapi ya lagi-lagi, mau fokus apa, mau meratap atau mau fokus mengambil hikmah, saya sih memilih untuk fokus mengambil hikmah, maka saya menggunakan periode itu untuk mencermati tanda-tanda, seperti yang saya bahas di episode sebelumnya, yaitu petunjuk kehidupan, untuk merumuskan apa pembaharuan yang harus saya lakukan.
Mengenai seluk-beluk tanda atau petunjuk kehidupan ini, nanti lengkapnya silakan simak di episode sebelumnya lah ya, kali ini saya ingin fokus dulu ke pembelajaran penting yang saya dapati dari petunjuk itu.
Singkat cerita, petunjuk kehidupan yang saya tangkap atau sadari membuahkan kesimpulan bahwa saya harus melakukan perubahan pada pola unggahan dan karya di media sosial saya.
Yes, kalau Anda termasuk yang aktif memantau perkembangan media sosial saya sejak dulu, pasti bisa mengamati dan mengira-ngira, bahwa ada jadwal unggahan yang cukup “baku” di media sosial saya, betul?
Coba saja lihat di media sosial saya, utamanya di Instagram, Anda akan menemukan bahwa di setiap harinya ada jadwal rutin yang lumayan baku untuk setiap unggahan, seperti misalnya di hari Senin ada unggahan video 1 Minute Restoration, Selasa ada artikel dan Tuesday Restoration, Rabu ada tips and trick, Kamis ada audio podcast, Jumat ada Motivational Restoration dan Sabtu ada Life Restoration Serial Video, nah lumayan baku kan he…he…
Terlepas dari apa komentar orang tentang ritme atau jadwal yang baku ini, itu memang menjadi cara saya untuk mendisiplinkan diri, dan terbukti, dengan pola yang teratur itu kedisiplinan itu membantu saya untuk menjaga ritme dan konsistensi berkarya.
Nah, kalau begitu bagus dong? Kan bisa dibiarkan saja kalau sudah bagus?
Tunggu dulu, tolak ukur bagus ini apa, kalau untuk sekedar konsistensi memang bagus, tapi dari segi kealamian tampilan media sosial jadi tidak terlalu bagus, karena kan kesannya isinya jadi agak mekanik, atau robotik, karena “baku” sekali dan hampir tidak ada gambaran-gambaran dokumentasi kegiatan yang bersifat pribadi di dalamnya.
Tapi bukan berarti hal itu salah juga, kalau untuk awal saya memang dengan sengaja menetapkan target ingin mengutamakan konsistensi, makanya variasi kontennya masih sangat baku sekali, belum mengutamakan variasi yang lebih kaya.
Satu setengah tahun sudah berjalan dengan menggunakan pola lama di media sosial, saya sudah mulai berpikiran bahwa pola yang lama itu perlu dirubah, memasuki ritme keteraturan baru, tapi lebih bervariasi dan nampak alami, nah di sini juga tantangannya tidak mudah, kalau Anda melihat tampilan media sosial saya, terutama di Instagram, dimana gambar ditampilkan dalam bentuk “grid” atau “kotak-kotak” di bagian profil, Anda akan mendapati bahwa tampilan media sosial saya itu dikemas dalam bentuk chess board atau papan catur, atau gelap dan terang, kalau kali ini warna dominan dari unggahan saya gelap maka unggahan berikutnya jadi terang, dan seterusnya gelap lagi, lalu terang lagi, dan terus begitu, sehingga membentuk pola seperti papan catur.
Nah, kalau pola ini tiba-tiba dirubah, kan tidak mudah, karena saya memang menyukai pola ini, maka itu yang menjadikan niat mengubah pola unggahan itu tidak kunjung saya laksanakan, karena ide untuk mengkonsepkan format barunya juga tidak sebentar pastinya, sekarang kalau tiba-tiba masuk unggahan foto, atau sejenisnya, yang lebih bernuansa alami ke dalam grid itu, maka jadwal unggahan lain jadi tumpang tindih, jadi berubah tidak lagi mengikuti format chess board itu.
Maka itulah, sekian lama ide itu hanya saya wacanakan, tapi belum saya lakukan, sampai kemudian…yes, Anda bisa menebaknya lah ya, periode “jeda” kemarinlah yang membuat saya merenung, dengan kemudian unggahan media sosial saya sempat bolong, maka saya jadi mengambil hikmahnya bahwa inilah waktu untuk menata ulang tampilan media sosial saya itu, maka saya langsung memfokuskan atensi untuk menyiapkan tampilan baru media sosial itu, dimulai dengan menyiapkan apa saja jenis konten yang akan diunggah, sampai ke jadwal hari dan waktunya, sampai kemudian tiba di format sekarang ini.
Yes, amati saja tampilan media sosial saya, bisa dilihat lah ya bahwa sekarang tampilannya sudah mulai kembali berubah ke format baru, lebih jelasnya bagaimana ya silakan dikunjungi lah ya profil Instagram saya, karena susah juga kalau sekedar diceritakan, tetap saja harus dilihat langsung he…he…
Salah satu dampak dari perubahan ini adalah adanya perubahan pada jadwal unggahan podcast, dari yang semula satu minggu sekali, kali ini menjadi dua minggu sekali, yang sekarang ini bahkan terpisah hampir tiga minggu, karena memang di format penjadwalan baru yang dibuat si episode ini terpisah lagi dua minggu dari jadwal ketika format baru itu dibuat, alhasil malah jadi tiga minggu baru diunggah lagi.
Artikel juga sama, kali ini menjadi dua minggu sekali, sebagai gantinya, kali ini ada microblog yang masuk di hari Kamis dan Mini Podcast, yang masuk di hari Minggu, selebihnya nanti silakan Anda simpulkan sendiri lah ya, ada variasi baru apa saja kali ini he…he…
Kenapa kok malah jadi dibuatnya dua minggu sekali kali ini? Ya inilah salah satu wujud nyata saya berdamai dengan perubahan, perubahan ini bukan perubahan yang terlalu jauh, melainkan perubahan yang harus saya lakukan untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan kompleksitas operasional saya.
Saat ini ada banyak hal yang saya harus selesaikan, seperti menyelesaikan buku yang tertunda beberapa bulan ini, juga menyelesaikan platform LMS yang saya gunakan untuk meletakkan isi materi pembelajaran yang saya miliki secara online, belum lagi masih juga harus mendampingi para klien di berbagai sesi coaching, konseling dan terapi yang dijadwalkan, nah intinya aktivitasnya banyak sekali, di satu sisi aktivitas ini harus terlaksanakan, di sisi lain ada unggahan inspirasi di media sosial yang juga perlu dijaga, jadi harus ada win-win solution-nya kan, maka salah satu caranya yang saya tempuh adalah dengan menyesuaikan jadwal unggahan di media sosial, agar tidak terlalu membebani jadwal saya, dan memberikan warna baru pada media sosial itu sendiri.
Apakah mudah? Wah justru berat sekali, bagaimana tidak, ini kan perubahan pola besar-besaran, saya juga harus berdamai dengan idealisme, yang inginnya idealismenya itu kalau berbagi inspirasi podcast dan artikel harus satu kali seminggu, kali ini kan tidak bisa begitu, karena kalau dipaksakan seperti itu maka malah jadi semua tidak terurus, karena energinya malah jadi habis tidak karuan.
Nah, salah satu proses berdamai dengan perubahan ini yang saya amati dan kali ini saya bagikan sebagai sebuah hikmah pembelajaran di episode kali ini, yaitu berdamai dengan standar kenyamanan lama.
Sebagai manusia, wajar kalau kita punya standar kenyamanan tersendiri, dimana standar kenyamanan ini nanti akan berhubungan dengan idealisme atau hal yang kita perjuangkan, atau hal yang kita yakini baik dan benar adanya.
Ketika perubahan terjadi, maka standar kenyamanan ini diuji, kita diajak untuk mengevaluasi dan merenungkan, mana yang lebih penting, apakah standar kenyamanan lama, atau peluang yang menanti bersama perubahan baru yang ada.
Di sini kita tidak bicara benar atau salah, karena tolak-ukur benar dan salah setiap individu bisa berbeda, di sini kita bicara sepadan atau tidak, dan ekologis atau tidak.
Maksudnya sepadan adalah apakah bertahan atau berubah itu sepadan dengan konsekwensi yang menantinya.
Bertahan di standar lama akan mensyaratkan konsekwensi, menciptakan perubahan baru juga ada konsekwensinya, nah di sinilah kita merenungkan apakah konsekwensi itu sepadan dengan hasil yang kita sanggup terima.
Misalnya saja, kita memutuskan untuk bertahan di kondisi lama, maka sudah tentu kita harus siap merelakan berbagai peluang yang ada, yang hanya bisa diperoleh dengan adanya pembaharuan, apakah itu salah? Ya kembali pada diri kita, apakah kehilangan peluang baru sepadan, apakah bertahan di zona lama sepadan, apakah ketertinggalan ini sepadan, karena bisa jadi orang lain sedang berbenah dan berubah, kita yang tidak berubah ini kemudian tertinggal jadinya.
Lalu maksudnya ekologis adalah juga memerhitungkan apakah perubahan ini mensyaratkan konsekwensi yang terlalu berat, atau bahkan konyol, disinilah kita menakar apakah konsekwensi itu sepadan dengan hasil akhir atau peluang pembaharuan yang menanti di ujung perubahan itu, meski itu berat atau bahkan konyol sekali pun, kalau ternyata sepadan maka bisa lain ceritanya sekarang, makna berat atau konyol itu bisa berubah sekarang menjadi menantang, tapi kalau tidak sepadan, karena lebih banyak potensi kerugian yang tidak sepadan, ya mau apa juga dipaksakan perubahan itu?
Maka lagi-lagi di sini proses berdamai dengan perubahan akan bermuara pada dua akhir, yaitu berubah atau bertahan, yang mana pun itu pastinya akan ada konsekwensi yang harus kita terima, kesiapan kita dalam menerima konsekwensi itulah yang akan menentukan kualitas akhirnya.
Saya mendapati banyak klien saya mengalami krisis dalam pertumbuhan pribadi dan bisnisnya karena salah satunya yaitu ketidakmampuan mereka berdamai dengan perubahan ini, perubahan adalah sebuah keniscayaan dalam dunia ini, namun pilihan tetap terletak pada diri kita, apakah kita akan mengikuti perubahan itu atau bertahan dan membiarkan perubahan itu terjadi di luar diri kita dan kita tidak terpengaruh olehnya.
Setiap pilihan yang kita buat akan mensyaratkan konsekwensi, menyadari konsekwensi dan menyiapkan diri untuk konsekwensi inilah yang turut menentukan apakah kita berdamai dengan perubahan atau tidak.
Tidak berubah atau memutuskan untuk bertahan di kondisi lama pun termasuk ke dalam proses berdamai dengan perubahan, karena sudah ada keputusan tegas di sana, yang penting kita siap dengan konsekwensinya.
Yang jadi masalah adalah kalau kita tidak membuat keputusan itu, tidak memutuskan dengan tegas akan ikut berubah, atau memutuskan bertahan dan membiarkan perubahan itu terjadi tanpa mempengaruhi kita, tanpa adanya keputusan maka kebingunganlah yang akan terjadi dalam diri kita, kita larut pada rasa frustrasi karena kita ragu dengan posisi dan keberadaan diri kita sendiri.
Begitu juga kalau kita memutuskan untuk berubah, dan siap menempuh konsekwensi dari perubahan itu, itu pun termasuk ke dalam berdamai dengan perubahan, karena ada keputusan tegas atas posisi diri kita terhadap perubahan itu.
Nah begitu juga diri Anda bukan? Saat ini, pastinya ada banyak hal yang terjadi di sekitar Anda, betul? Bisa jadi, saat ini juga ada banyak perubahan yang sedang berlangsung di sekitar Anda, dan bahkan bisa jadi hawa-hawa perubahan itu mulai membayangi diri Anda, meminta Anda untuk membuat keputusan tegas, bertahan atau berubah.
Berdamailah dengan perubahan, buat keputusan tegas, akan bertahan di kondisi lama, atau berubah mengikuti perkembangan di luar diri, yang mana pun keputusan yang Anda buat, pasti akan ada konsekwensinya, persiapkan diri menjalani konsekwensi itu, maka Anda pun sudah berdamai dengan perubahan dan dampaknya.
Jangan sampai membuang waktu dan tenaga untuk larut pada kebingungan, sampai-sampai diri Anda tersiksa, merasa salah untuk bertahan, tidak berubah, tapi juga merasa tersiksa kalau harus berubah.
Buat keputusan tegas sekarang, berdamailah dengan perubahan.
Sampai jumpa di episode berikutnya…
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.