Episode 83 – Ulang Lagi Saja Dari Awal
Mengulang sesuatu yang sudah dijalankan sedemikian jauh, dari awal lagi, adalah hal yang bagi sebagian orang memberikan keengganan tersendiri.
Bagaimana tidak, sudah bergerak cukup jauh, sudah cukup nyaman dengan situasi terkini, tiba-tiba harus mengulang yang dijalani dari awal, tentu manusiawi untuk merasa jengah karenanya.
Akan tetapi, ada kalanya hal ini tidak terhindarkan, ia menjadi sesuatu yang harus kita jalani karena siklus kehidupan mengantarkan kita ke titik itu.
Bagaimana menyikapi proses “mengulang dari awal” ini agar ia tidak terasa membebani dan bahkan menjadi momentum untuk memperbaiki hal-hal yang dulu tidak terperhatikan, agar menjadikannya lebih baik kali ini?
Mari simak bahasannya di Audio Podcast ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode kedelapanpuluhtiga Life Restoration Podcast berjudul ‘Ulang Lagi Saja Dari Awal’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Ulang Lagi Saja Dari Awal
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode delapan puluh tiga.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para sahabat sekalian dimana pun Anda berada, kembali berjumpa di Life Restoration Podcast, episode 83 kali ini – seperti biasa – bersama saya, Alguskha Nalendra.
Seperti biasa juga tentunya, mengawali perjumpaan kita di episode kali ini, doa terbaik semoga Anda sekalian selalu dalam keadaan sehat, berkah-berlimpah dan damai-berbahagia, dimana pun Anda berada, bersama mereka yang dikasihi.
Dua minggu sudah sejak episode terakhir kita, mulai dari mana ya he…he…ya seperti biasa sajalah ya, kita mulai dari beberapa kejadian terkini dulu, yang kemudian menjadi ide lahirnya tema dari episode kali ini.
Seperti tema dari episode kali ini, “ulang lagi saja dari awal”, itu yang sedang terjadi di situasi terkini yang saya sedang alami.
Ada berbagai pembaharuan yang saya jalani di berbagai aktivitas di bisnis saya, biar sambil berbagi kisah dan update, saya mulai dengan cerita-cerita ringan dulu saja lah ya.
Pertama, dalam hal aktivitas bisnis yang saya jalani, ada sebuah proses evaluasi dan inovasi besar-besaran yang saya dan tim saya lakukan di bisnis saya, bisnis hipnoterapi dan konseling yang kami operasikan, tepatnya, dimana proses pembenahan ini tidak ubahnya sebuah tindakan “restrukturisasi”.
Ya, istilah itu saya gunakan karena memang itu mewakili yang terjadi, ada restrukturisasi besar-besaran di sistem bisnis yang kami operasikan, dimana restrukturisasi itu benar-benar serupa dengan mengulang lagi bisnis ini dari awal.
Dalam kenyataannya ya tidak begitu juga, tapi karena benar-benar restrukturisasi ini menyeluruh maka kalau diumpamakan ya memang ini seolah-olah benar-benar mengulang lagi dari awal, nah mulai ada hubungannya dengan tema episode ini kan he…he…
Tapi tunggu dulu, tidak hanya itu, masih ada lagi pembenahan lainnya yang serupa dengan proses “mengulang lagi dari awal” ini, yaitu dalam kegiatan bela diri yang saya tekuni.
Beberapa di antara Anda yang sudah lama mengikuti perjalanan podcast saya tentu sudah cukup familiar bahwa saya adalah seorang peminat dan penggiat seni bela diri, bahkan di episode-episode bulan Juni lalu saya menceritakan berbagai penggalan kisah seputar perjalanan saya di dunia bela diri ini, memang masih penggalan sih, tapi ya lumayan lah ada cerita yang cukup menjelaskan bidang yang saya sukai ini he…he…
Nah di bidang bela diri ini cukup serupa, selepas perjalanan pelatihan bela diri saya ke Jogja – yang sempat diulas di episode bulan Juni lalu – saya mulai menata berbagai hal dan aktivitas yang berhubungan dengan kegiatan bela diri ini, salah satunya yaitu persiapan untuk membuka tempat latihan bela diri yang saya tekuni ini di Bandung.
Kalau dari segi durasi berlatih dan menggeluti bela diri, ya memang cukup lama juga saya sudah menggeluti dunia bela diri, di sekitar 17 tahunan, dan dulu juga sekian tahun lamanya saya mengoperasikan tempat kegiatan berlatih bela diri ini, melatih para pelajar dan remaja, jadi rencana terkini untuk membuka tempat latihan bela diri ini ya tidak baru-baru amat juga seharusnya kan?
Tapi tidak begitu juga, lama sih lama saya menggeluti bela diri, tapi kalau mengoperasikan kembali tempat berlatih ya sama saja mengulang dari awal, karena kan sekian tahun lamanya aktivitas itu saya tinggalkan, aktivitas mengajar dan mengoperasikan tempat berlatih ini maksudnya, bukan aktivitas latihannya, kalau aktivitas latihannya, karena sudah menjadi bagian dari darah dan daging ya terus saja dijalankan he…he…cuma kalau melatih dan mengajar bela diri lagi, nah ini sama saja mulai lagi dari awal.
Tuh kan, “mengulang dari awal”, lagi-lagi semakin memperjelas bahasan di tema episode kali ini kan? Bahkan bukan hanya itu, masih ada lagi berbagai aspek lain dalam keseharian saya yang memang berhubungan dengan mengulang dari awal ini, cuma kalau diceritakan satu-satu semua ya nanti malah isi episode ini habis untuk cerita he…he…jadi saya cukupkan dulu ceritanya lah ya, sekarang saya ingin masuk ke inti pesan di episode kali ini.
Begini, apa yang muncul di pikiran Anda ketika mendengar kata “mengulang dari awal”? Biasanya – ya tidak semua juga pastinya – biasanya ada rasa enggan lah ya, sudah menata sesuatu dari awal, sudah familiar, sudah berada di zona yang cukup nyaman, tahu-tahu mengulang lagi sebuah perjalanan dari awal lagi.
Biasanya ada rasa “huufff” harus dari awal lagi nih, betul tidak?
Ya saya tidak tahu dengan Anda, tapi sebagai manusia biasa, jujur saja saya sih merasakan itu, sudah sekian lama menjalankan aktivitas atau pola tertentu, otomatis mulai ada pembiasaan dengan pola dan hal-hal yang menyertai aktivitas itu, eh tidak tahunya harus mengulang lagi dari awal, kan rasanya agak gimanaaa gitu ya he…he…
Manusiawi tidak? Ya manusiawi lah, saya juga toh manusia biasa, tapi ya bukan berarti hal itu tidak seharusnya menjadi pembelajaran kan, justru ada pembelajaran yang menurut saya penting di sini, yang menjadikan saya memutuskan mengemasnya sebagai episode podcast kali ini.
Apa pembelajaran penting itu? Bagi saya pembelajaran penting itu diwakili oleh kalimat sederhana, yaitu “pembaharuan adalah keniscayaan”.
Lebih sederhananya begini, tidak ada yang abadi di dunia ini, dimana ada awal pasti ada akhir, dimana akhir ini sebetulnya bukan “akhir” dalam artian sebenarnya, melainkan awal baru dari permulaan baru.
Yes, sebuah akhir sebenarnya adalah awal baru kan, coba saja pikirkan, di balik setiap apa pun yang berakhir pasti ada awal baru untuk kita masuki, di akhir sebuah musim – musim panas misalnya – ada musim baru yang akan kita alami kan, yaitu musim dingin.
Ya ilustrasinya itu ilustrasi pakai dua musim lah ya, bukan ilustrasi empat musim he…he…tapi mau pakai empat musim juga ya sama, intinya akhir dari sebuah musim menjadi awal dari musim berikutnya untuk masuk.
Kalau kita hubungkan dengan perubahan musim itu, sama dengan mengulang dari awal tidak? Sebenarnya kan sama, bahkan termasuk ekstrim, apa-apa yang dipakai di musim panas banyak yang tidak bisa dipakai di musim dingin, di musim berikutnya ya persiapannya harus dari awal lagi.
Orang yang sedang tinggal di musim panas misalnya, dengan segala persiapan dan kebutuhan yang bisa menghindarkan mereka dari panas berlebih, seperti sirkulasi udara, pasokan air, dan lain sebagainya, ketika masuk ke musim dingin harus bersiap mengganti semua persiapan itu dengan persiapan baru yang tergolong ekstrim, mengantisipasi cuaca dingin mereka justru harus mempersiapkan berbagai hal yang bisa menghindarkan mereka dari kedinginan berlebih, ini persiapannya kan berkebalikan, mereka harus mengerahkan waktu dan tenaga ekstra untuk persiapan baru ini jadinya, apa tidak mengulang dari awal itu? Mengorbankan zona nyaman tidak? Pastinya kan?
Tapi kenapa hal itu bisa dijalankan sebagai sebuah hal yang biasa? Karena kita sudah menerima dan berdamai dengan sebuah kenyataan bahwa perubahan musim memang harus terjadi, ia merupakan ketentuan alam yang tidak bisa dilanggar.
Karena kita sudah menerima dan berdamai dengannya, maka kita paham bahwa hal itu adalah hal biasa, kalau pun ada rasa enggan, kita tahu bahwa alih-alih mengeluh, lebih baik alihkan tenaga ke hal yang lebih produktif, yaitu persiapan tadi.
Nah pembaharuan yang saya katakan mengulang dari awal di berbagai aspek kehidupan ini juga sama, kenapa kita tidak menggunakan cara pandang atau paradigma yang sama, yaitu bahwa itu merupakan hal biasa, merupakan sebuah keniscayaan?
Daripada sibuk mengeluh dan meratap, lebih baik gunakan tenaga yang ada untuk mempersiapkan diri beradaptasi dengan perubahan baru: persiapan.
Kalau cara pandangnya sudah kita sesuaikan seperti itu lebih membantu tidak? Pastinya, minimal satu tahap sudah terlampaui, yaitu tahap “persiapan energi”.
“Persiapan energi”? Ya, setiap perubahan akan mensyaratkan energi, bahkan setiap aktivitas yang kita lakukan mensyaratkan energi, kalau energi kita tidak memadai maka perubahan itu akan kita lalui dengan terseok-seok, nah kembali ke alokasi energi tadi, kalau energi itu sudah kita pakai untuk mengeluh dan meratap, berarti bukankah hanya yang tersisa dari itu yang bisa kita gunakan untuk menghadapi perubahan itu?
Katakanlah dari 100% energi yang kita punya, 70% sudah kita pakai untuk mengeluh dan meratap, berarti bukankah hanya 30% sisanya yang bisa kita pakai untuk menghadapi proses perubahan itu? Repot tidak? Pastinya lah.
Lain kalau sekarang 100% itu kita fokuskan untuk benar-benar menyiapkan diri dalam menghadapi perubahan yang kita tahu memang menjadi sebuah keniscaayan itu, meski tantangannya berat atau pun melelahkan, karena 100% energinya dikerahkan untuk itu maka paling tidak kemampuan menghadapinya pun lebih memadai.
Artinya begini, untuk bisa mengulang lagi dari awal, persiapan paling pertama yang harus kita lakukan adalah perubahan cara pandang, kita adaptasi dulu cara pandang bahwa perubahan adalah keniscayaan, kita terima dan berdamai dengan cara pandang itu.
Persiapan cara pandang ini juga akan berhubungan dengan cara pandang berikutnya, yaitu menyadari bahwa perubahan ini meski terkesan “mengulang dari awal”, dalam kenyataannya ya tidak begitu-begitu amat, tidak sepenuhnya mengulang dari awal kok.
Kenapa bisa begitu? Karena diri kita yang konon sedang “mengulang” itu, kali ini sudah lebih berpengalaman kan? Kita sudah belajar dari yang kita lakukan dulu, tidak kosong-kosong amat maksudnya, jadi kalau pun terkesan seperti mengulang dari awal, dalam kenyataannya kita sudah lebih siap kok, tidak sepenuhnya bingung untuk memulai dari mana, cuma rasa enggan tadi itu saja yang biasanya jadi masalah he…he…makanya persiapan paling awal itu ada pada persiapan pada perubahan cara pandang, yang menerima dan berdamai dengan keniscayaan dari perubahan itu sendiri.
Mereka yang dalam ilustrasi perubahan musim tadi misalnya, meski di setiap pergantian musim itu mereka harus seolah mengulang dari awal – karena sedemikian kontrasnya kebutuhan yang diperlukan di setiap pergantian musim – dalam kenyataannya mereka tidak sepenuhnya mengulang dari awal kan, mereka membawa wawasan dan pengalaman dari pergantian musim sebelumnya, apalagi kalau hal itu sudah sekian kali mereka alami, sudah seperti siklus, pasti lebih efisien jadinya.
Diri kita juga begitu, di setiap permulaan yang terlihat seperti mengulang dari awal, kita tidak sepenuhnya mengulang dari awal kok, saya juga begitu, meski saat ini terlihat seperti mengulang dari awal, dalam kenyataannya kan tidak, karena saya membawa wawasan, pengalaman dan kedalaman kebijaksanaan yang berbeda, justru kali ini lebih banyak perbaikan dan pencegahan yang bisa kita lakukan dalam hal ini.
Makanya kalau ditanya bagaimana respon saya ketika harus mengulang dari awal ini, meski ada sisi manusiawi saya yang rasanya seolah enggan, ada juga sisi yang justru merasa excited, bersemangat, karena ada peluang untuk memperbaharui berbagai hal yang dulu tidak tersentuh dengan baik, seolah ada peluang untuk lebih memperbaiki dan mempersiapkan segala-sesuatunya agar lebih baik sejak awalnya.
Tapi membicarakan sisi yang sempat saya katakan sebagai “enggan” tadi, kalau ditinjau lebih dalam sebetulnya sisi ini bukan mewakili rasa enggan, melainkan lebih kepada sisi kesadaran akan kurangnya persiapan, atau energi yang belum sepenuhnya terbangun dan tersiapkan dengan baik, sementara perubahan sudah harus dijalani, jadi ada sisi yang seolah “gemas”, rasa “gemas” ini bisa jadi terasanya seperti “enggan”.
Nah kalau kita sudah paham hal ini kan juga lebih bijak jadinya, kita tidak serta-merta meyakini bahwa perubahan membuat kita jadi enggan, melainkan kita sadar bahwa itu adalah rasa gemas karena persiapan kita belum sepenuhnya terbangun, kita juga bisa menyadari bahwa seandainya kita lebih siap maka rasa gemas itu pasti tidak muncul mengganggu, karena memang tingkat energinya memadai.
Maka hal itu juga menjadi jawaban, apa langkah selanjutnya setelah kita mempersiapkan cara pandang yang siap berdamai dengan perubahan? Yaitu persiapan fokus dan persiapan strategi.
Persiapan fokus maksudnya menyadari bahwa perubahan harus berlangsung, dan memang sudah dalam prosesnya berlangsung, maka fokus kita benar-benar kita tujukan untuk menyiapkan energi untuk menjalani perubahan itu.
Sama dengan kita akan pergi keluar kota untuk liburan atau melakukan aktivitas apa pun, kalau sebelum pergi kita sudah tahu akan melakukan apa dan akan kemana, bukankah alokasi energi yang ada dalam diri kita pun akan lebih memadai untuk mengimbangi aktivitas kita di luar kota itu, dibandingkan kalau kita belum punya rencana dan persiapan apa-apa lalu tiba-tiba banyak aktivitas mendadak yang harus kita lakukan, sistem energi kita yang tidak memadai jadi merasa “kepayahan” dan akhirnya collapsed, ini yang membuat akhirnya jatuh sakit atau dropped kondisinya.
Kalau fokus ini sudah tertuju untuk mempersiapkan diri menjalani perubahan, maka persiapan strategi menjadi langkah berikutnya.
Persiapan strategi ini agak teknis, ia berhubungan dengan wawasan dan pengalaman kita akan perubahan yang kita jalani.
Seperti tadi sudah kita bahas, meski pun terkesan baru dan terkesan “mengulang dari awal”, sebetulnya kita hanya mengulang sesuatu yang pernah kita lakukan kan, kalau pun katakanlah perubahan itu benar-benar sepenuhnya baru, tetap saja kita tidak kosong-kosong amat kok, ada wawasan dan pengalaman kita di berbagai proses kehidupan lain yang kita jalani yang bisa kita gunakan untuk melalui perubahan itu.
Nah sekarang agar efisien, waktunya kita nanti mengalokasikan atensi untuk mengamati dan menganalisa pola-pola perubahan, di perubahan baru yang akan kita masuki – atau bahkan di permulaan baru yang akan kita jajaki – yang seolah mengajak kita untuk “mengulang dari awal” tadi, yaitu mengamati apa persamaan yang ada di antara situasi lama dan situasi baru, ada apa yang kita sudah ketahui yang bisa kita pakai sebagai bekal memulai perubahan atau awal baru ini, pasti ada kok persamaannya, meski kemasan kejadiannya berbeda, tetap saja akan ada persamaan yang melandasi perubahan ini.
Setelah kita sadari persamaannya, baru kita sadari perbedaannya, ada apa yang berbeda, ada apa yang kita belum ketahui di situasi perubahan baru ini, ini yang kemudian kita nantinya antisipasi, lebih bersiap diri lagi agar kita juga belajar, membuka diri untuk beradaptasi dan menyiapkan diri dengan berbagai wawasan dan keahlian yang akan lebih membantu kita dalam menjalani perubahan ini.
Contohnya begini, dalam bidang bisnis yang sedang saya akan mulai pembaharuannya ini, yang nampak seperti mengulang dari awal ini, dalam kenyataannya kan saya tidak mengulang dari nol, di pembaharuan ini ada berbagai hal yang masih akan saya lakukan dengan cara yang sama kok, karena memang hal itu masih diperlukan di pembaharuan atau awal baru ini.
Maka saya hanya perlu mengulang hal itu lagi, karena hal itu memang sudah sering saya lakukan dari dulu, maka saya tahu bahwa alokasi energi saya untuk melakukan hal itu tidak perlu terlalu besar, alokasi energi yang lebih besar sebaiknya saya pakai untuk mempersiapkan diri mempelajari hal baru atau berbagai hal yang memang saya belum biasa lakukan sebelumnya, masuk akal kan?
Melatih bela diri juga sama, meski terkesan mengulang dari awal, dalam kenyataannya ya tidak begitu, saya membawa pengalaman saya sebelumnya kok, pengalaman ini saja sudah menjadi aset, meski sekarang terkesan memulai dari awal saya sudah punya bekal banyak yang membantu saya untuk mempersiapkan diri, kalau dulu persiapan ini bisa memakan waktu berbulan-bulan, kali ini cukup hitungan minggu atau hari sudah terbereskan persiapan itu, karena tadi itu, ada wawasan dan pengalaman yang memberikan percepatan kali ini.
Tapi kan jaman sudah berubah, trennya juga berubah? Ya memang, tapi kan hal-hal yang esensial yang mendasar tetap tidak berubah di bidang-bidang yang kita tekuni, maka meski berubah ke bentuk pembaharuan apa pun, pasti ada hal-hal mendasar yang hanya perlu kita ulang.
Perubahan tren dan lain sebagainya yang memang menciptakan perbedaan signifikan, ya itu kita amati dan kita pelajari, kita juga kan tetap perlu beradaptasi pada akhirnya, lain ruang dan waktu maka akan ada perbedaan yang perlu kita antisipasi juga, ini yang dimaksud persiapan strategi, yaitu mengalokasikan tenaga untuk memberdayakan pengalaman lama yang pernah kita miliki untuk menghadapi hal-hal yang sama di permulaan baru, lalu mengalokasikan waktu dan tenaga untuk belajar dan mempersiapkan diri menghadapi hal-hal baru yang memang sebelumnya tidak kita lakukan, atau kita rasa belum familiar dengannya, agar transisi perubahan atau permulaan baru ini berjalan dengan lebih lancar.
Ketika hal ini terjadi berulang-ulang dan seterusnya, maka kemampuan beradaptasi kita meningkat, wawasan dan pengalaman kita semakin berkembang dalam bersiap menghadapi perubahan, termasuk dalam belajar dan mengantisipasi hal-hal baru yang belum kita kuasai sebelumnya.
Anggap saja pembaharuan ini menjadi sebuah fine tuning, atau peluang untuk memperbaiki hal-hal lama yang dulu kita tidak sempat fokuskan.
Maka itulah saya setuju dengan kalimat bijak yang kurang lebih menjelaskan bahwa ketika kita harus mengulang sesuatu yang kita lakukan dari awal lagi, kita sebetulnya tidak mengulangnya dari awal, karena sudah ada bekal wawasan dan persiapan dari pengalaman sebelumnya yang akan lebih mempercepat pembaharuan kali ini.
Masuk akal kan?
Sampai jumpa di episode berikutnya….
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.