Episode 9 – ‘Melampaui’ Masalah dan Naik Kelas Kehidupan
Sebagai manusia, wajar jika kita memiliki keinginan untuk menjalani kehidupan yang tenang dan berbahagia, di sisi lain disinilah keberadaan ‘masalah’ menjadi suatu hal yang menimbulkan ketidaknyamanan, yang menjauhkan kita dari ketenangan dan kebahagiaan.
Masalah bukan ada untuk dihindari, melainkan dimaknai sebagai tantangan dan ‘dilampaui’, dengan terus ‘melampaui’ tantangan inilah maka kita terus naik kelas dalam kehidupan.
Apa saja 5 langkah melampaui masalah ini agar kita terus naik kelas dalam kehidupan?
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode kesembilan Life Restoration Podcast berjudul ‘Melampaui Masalah dan Naik Kelas Kehidupan’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Melampaui Masalah dan Naik Kelas Kehidupan'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode sembilan.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, semoga Anda sekalian selalu dalam kondisi sehat, berlimpah dan bahagia. Berjumpa kembali di episode kesembilan kali ini.
Sebagai manusia, kita tentu ingin bisa menjalani kehidupan yang tenang dan membahagiakan, betul?
Fenomenanya, demi bisa hidup tenang dan berbahagia inilah banyak orang rela melakukan berbagai macam cara, dan bahkan menghabiskan uang yang tidak sedikit, semua demi bisa merasakan rasa ‘tenang’ dan ‘bahagia’ ini.
Membicarakan tenang dan berbahagia, hal apa yang kira-kira bisa mengganggu keberadaan dari rasa tenang dan bahagia ini? Anda tentu sudah bisa menebaknya, yaitu: ’masalah’.
Apa yang dimaksudkan ‘masalah’ ini? Saya tidak ingin membahasnya dengan terlalu banyak berteori, saya pribadi lebih suka mengatakannya sebagai ‘segala-sesuatu yang menjauhkan kita dari kondisi ideal yang kita harapkan’.
Jika ‘tenang’ dan ‘bahagia’ adalah kondisi ideal yang kita harapkan, maka segala-sesuatu yang membuat kita tidak tenang dan bahagia adalah hal yang kita nyatakan sebagai masalah. Tergantung dari kadar yang ditimbulkannya, semakin ia membuat kita tidak tenang dan semakin ia membuat kita jauh dari bahagia maka bisa kita nyatakan bahwa semakin besar kadar masalah itu, apalagi kalau ia sampai menimbulkan dampak kerugian, baik kerugian moril atau pun materil.
Ngomong-ngomong, adakah orang yang terbebas dari masalah? Secara pribadi, saya tidak berani mengatakan ada orang yang terbebas dari masalah. Hal ini karena hadirnya masalah dalam hidup seseorang tidak lepas dari fitrah kita sebagai manusia, dimana hadirnya masalah menjadikan kita berpikir dan bertumbuh.
Apa maksudnya? Begini, fitrahnya manusia adalah selalu mencari kenyamanan dalam apa pun aktivitas yang kita jalani, hadirnya masalah sudah tentu membuat kenyamanan ini hilang, maka kita pun akan mencari cara untuk bisa mengatasi masalah ini, agar bisa kembali merasakan kenyamanan.
Dalam upaya mengatasi masalah itu, apa yang kita lakukan? Yes, berpikir dan melakukan sesuatu, semakin familiar kita dengan situasinya maka kita menggunakan cara lama yang sudah kita ketahui bisa menyelesaikannya, tapi semakin asing masalah itu maka semakin kita harus berpikir dengan cara yang baru dan melakukan sesuatu yang baru untuk bisa menyelesaikannya.
Artinya: disadari atau tidak, hadirnya masalah melatih diri kita untuk berpikir dan bertumbuh, semakin banyak masalah yang kita selesaikan maka semakin banyak kita mengadaptasi pemikiran dan tindakan baru, semakin baik kita berpikir dan bertumbuh.
Tapi ingat, hal ini hanya berlaku untuk masalah yang diselesaikan! Artinya, mereka yang terus-menerus menghindari masalah atau menyerah ketika menghadapi masalah tentu tidak akan mendapatkan pertumbuhan yang sama.
Bayangkan diri kita sedang melakukan latihan angkat beban di gym, kita memulai latihan di kondisi apa adanya ketika memulainya. Di awal memulai ini kondisi otot kita masihlah apa adanya, kita punya standar kemampuan dan kenyamanan untuk mengangkat beban di berat tertentu dan jumlah tertentu, ketika kita mengangkat beban yang melebihi standar kemampuan dan kenyamanan awal ini, apa yang terjadi? Ya, otot kita yang belum siap akan kaget dan merasa sakit.
Seiring kita terus melatih diri kita mengangkat beban di berat dan jumlah baru yang melebihi standar kemampuan dan kenyamanan awal, otot kita pun menyesuaikan kekuatannya, ia semakin terlatih sampai lama-lama beban yang baru itu bisa diangkat dengan lebih nyaman, apa yang sebelumnya tidak bisa dilakukan dengan nyaman kali ini bisa dilakukan dengan lebih nyaman dan dianggap hal biasa.
Tapi apa yang terjadi kalau kita menyerah di tengah jalan karena tidak kuat menahan sakit atau ketidaknyamanan? Betul sekali, belum juga otot kita menyesuaikan diri dengan tantangan baru, ia sudah berhenti, maka otot kita pun tetap berada di kondisi lamanya apa adanya, tidak mampu menerima tantangan lebih.
Perumpamaan imajiner tadi adalah ilustrasi seperti apa diri manusia bertumbuh ketika ia dihadapkan dengan masalah yang kemudian diselesaikannya, masalah itu bukan lagi menjadi ‘masalah’, tapi ia menjadi ‘ujian’ atau ‘tantangan’ untuk naik kelas kehidupan.
Ada kalanya beberapa masalah sedemikian tidak terhindarkan untuk kita alami, disinilah kita dituntut untuk bisa meningkatkan otot kemampuan kita dalam menyelesaikan masalah itu sampai tuntas. Tapi selalu ada juga orang-orang yang ketika dihadapkan dengan masalah ini memutuskan untuk menyerah dan setelah melaluinya mereka lantas trauma karenanya.
Saya ingin mengutip sebuah kalimat bijak yang berbunyi ‘pelaut yang sudah melewati badai tidak akan pernah menjadi pribadi yang sama’. Sebagai pelaut, apa kondisi ideal yang kita harapkan ketika melaut? Tentu saja laut yang tenang dan nyaman untuk dilalui, maka kondisi ketika laut menjadi tidak tenang dan tidak nyaman dilalui bisa kita nyatakan sebagai masalah.
Faktanya, apakah laut akan selalu tenang dan nyaman untuk dilalui? Anda tentu tahu jawabannya bahwa tidak demikian adanya, akan selalu ada ketidaknyamanan yang seorang pelaut alami ketika melaut, dari mulai ketidaknyamanan cuaca dalam versi kecil sampai ke badai yang besar.
Mereka yang sudah terlanjur berada di tengah laut tidak bisa menghindari masalah ini, apalagi jika itu adalah badai. Badai menjadi sesuatu yang harus dilalui jika mereka ingin bertahan hidup dan selamat melanjutkan hidupnya.
Apakah semua pelaut siap menghadapi badai ini? Yang terjadi adalah bisa saja dua pelaut menghadapi badai yang sama, tapi mereka merespon dengan cara yang berbeda, satu pelaut memantapkan tekadnya bahwa ia harus melalui badai ini dengan selamat dan melanjutkan hidupnya, karena ada banyak hal besar yang ingin ia wujudkan dalam hidupnya, maka sebesar apa pun badai menghantamnya ia selalu mengarahkan fokusnya pada bagaimana caranya agar ia bisa melewati badai itu dengan selamat.
Sementara itu, pelaut yang satu lagi sedemikian takutnya pada badai yang sedang menerjangnya, ia fokus pada ketakutan dan ketidakberdayaan, ia tidak bisa melihat peluang apa pun yang dirasa bisa menyelamatkannya karena dalam benaknya yang ada hanyalah rasa takut dan ia hanya bisa menunggu dua hal: menunggu keajaiban atau menunggu kematian.
Pasrah dan menyerah adalah dua hal yang berbeda, mereka yang pasrah mengarahkan segala daya-upaya untuk bisa mewujudkan kondisi idealnya, namun mereka tidak melekat pada hasil, mereka fokus pada proses terbaik namun menyerahkan hasilnya pada ketentuan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Sementara mereka yang menyerah tidak fokus pada proses, mereka hanya fokus pada ketidakberdayaan, mereka tidak berpikir untuk melakukan tindakan apa pun, mereka hanya berharap-harap keajaiban akan datang menyelamatkan mereka.
‘Pelaut yang sudah melewati badai tidak akan menjadi pribadi yang sama’, pertanyaannya adalah pribadi yang bagaimana? Pribadi yang lebih tangguh dan belajar dari pengalamannya melewati badai, sehingga ia bisa melewati badai lain nantinya dan bahkan membantu orang lain melewati badai kehidupan mereka? Atau menjadi pribadi yang trauma, mereka tidak mau lagi melaut, bahkan baru memikirkan melaut saja sudah gemetar ketakutan, dalam skala yang lebih buruk: mereka jadi gila karenanya.
Itu pun dengan catatan: mereka melewati masalahnya. Karena ada juga mereka yang di tengah gejolak masalah yang sedemikian rupa menghampiri hidupnya memilih untuk mengambil jalan pintas mengakhiri hidupnya, mereka memilih solusi permanen untuk masalah yang padahal hanya bersifat sementara.
‘Tidak ada pusaka lahir tanpa ditempa’, itulah nasihat yang saya ingat betul dari guru saya. Para pribadi tangguh bukanlah pribadi yang terlahir tangguh begitu saja, mereka hanya sudah melewati lebih banyak masalah dari orang biasa dan terus menguatkan dirinya untuk melewati semua masalah itu, seperti pedang pusaka yang ditempa, ia tidak membiarkan tempaan itu mematahkan dirinya tapi menjadikannya pusaka yang bernilai tinggi.
Jika masalah adalah salah satu bentuk tantangan untuk naik kelas kehidupan, maka bagaimana cara melampaui masalah ini agar kita bisa terus bertumbuh menjadi lebih kuat, lebih tangguh dan naik kelas kehidupan? Saya menjelaskannya dalam lima langkah.
Sudah siap menyimaknya? Mari kita mulai saja.
Langkah pertama untuk melampaui masalah dan naik kelas kehidupan bermula dari kesadaran, yaitu dengan menyadari dan memandang bahwa masalah adalah tantangan untuk naik kelas kehidupan.
Apa pun masalah yang kita alami, terlepas dari itu disebabkan oleh diri kita atau orang lain, berhenti memandang masalah adalah ‘kutukan’ atau ‘kepahitan’ yang melemahkan kita, berpikirlah seperti mereka yang terlatih angkat beban di gym, mereka yang berlatih angkat beban di gym tidak memandang beban sebagai sesuatu yang melemahkan mereka, tapi justru menguatkan mereka, mereka memantapkan fokusnya untuk bisa terus menguatkan dirinya demi bisa melampaui beban yang menantangnya.
Sadari bahwa kita bertanggungjawab atas apa pun yang kita alami, termasuk menyelesaikannya. Kita tidak bisa datang ke gym dan berharap ada orang yang mengangkat beban untuk kita tapi kita yang bertambah kuat, betul?
Berhenti memandang bahwa diri kita adalah orang yang malang karena adanya semua masalah yang kita alami, justru pandanglah diri kita sebagai pusaka yang sedang ditempa oleh kehidupan, betapa Tuhan Yang Maha Kuasa menghadirkan berbagai tantangan dalam hidup kita karena ia memiliki rencana yang besar untuk kita di masa depan, yaitu untuk menjadikan diri kita pribadi yang kuat dan mampu menguatkan sesama yang membutuhkan nantinya.
Mari lanjutkan ke langkah kedua untuk melampaui masalah dan naik kelas kehidupan, yaitu: selalu pandang jauh ke depan, miliki cita-cita dan alasan besar yang ketika kita ingat akan menyadarkan kita bahwa hidup ini perlu diperjuangkan sebaik mungkin, semata karena ada hal-hal besar yang tingkat kebahagiaannya ketika kita raih melebihi kadar tantangan yang sedang menghambat kita.
Bayangkan kembali pelaut yang terjebak dalam badai, mereka yang memiliki alasan yang kuat untuk selamat karena ada hal-hal yang lebih besar dan lebih berharga untuk mereka jaga dalam hidupnya akan lebih kuat daripada mereka yang tidak memiliki alasan berharga apa pun untuk melanjutkan hidupnya.
Begitu juga dalam keseharian yang kita jalani, mereka yang dengan cepat menyerah pada masalahnya adalah mereka yang memang tidak melihat ada sesuatu yang berharga yang harus mereka perjuangkan di ujung masalahnya.
Lagi-lagi ‘kebahagiaan’ menjadi kunci penting dalam melampaui masalah ini, yaitu dengan menyadari ada nilai kebahagiaan apa yang lebih besar, yang layak kita perjuangkan di masa depan sana, yang ketika kita sadari nilai kebahagiaan ini akan membuat kita memandang masalah yang sedang menghampiri ini terlihat kecil.
Disinilah penting bagi kita untuk selalu memiliki tujuan besar di masa depan sana, sebuah tujuan besar yang berfokus pada nilai kebahagiaan yang besar. Sedemikian besarnya sampai kita bisa mengatakan pada masalah yang menghampiri: “Aku punya tujuan yang lebih besar untuk kuperjuangkan, tidak akan kubiarkan kau kupandang lebih besar daripada tujuan yang berharga ini.”
Mereka yang hanya fokus menjalani kehidupan sekedar untuk melewati hari demi hari adalah mereka yang paling rentan mengalami kejatuhan mental ketika dihadapkan dengan masalah, karena tidak ada hal berharga yang harus mereka perjuangkan di depan sana, hanya ada kepentingan ‘menyambung hidup’ semata, begitu mereka dihadapkan dengan tantangan yang melebihi kemampuan mereka menyambung hidup maka akan tiba saatnya mereka melepaskan kepentingannya itu.
Langkah ketiga untuk melampaui masalah dan naik kelas kehidupan: jaga fokus, hal ini hanya bisa dilakukan jika faktor pertama dan kedua sudah Anda lakukan dengan baik.
Fokus seperti apa yang harus kita jaga untuk bisa melampaui masalah dan naik kelas kehidupan ini? Ada tiga jenis fokus: pertama yaitu fokus pada kesadaran bahwa masalah adalah tantangan untuk naik kelas kehidupan, seperti sudah dibahas di langkah pertama sebelumnya tadi. Kedua, fokus pada tujuan besar yang berharga untuk diperjuangkan di masa depan, seperti yang tadi sudah kita bahas di langkah kedua.
Itulah kenapa saya katakan, menjaga fokus ini hanya bisa dilakukan jika kita sendiri sudah memiliki fokus yang tepat, yaitu fokus pada apa yang kita sudah sadari di langkah pertama dan kedua tadi, fokus pada makna dari masalah sebagai tantangan dan fokus pada tujuan besar yang lebih berharga untuk diperjuangkan.
Tapi masih ada fokus yang ketiga, yaitu fokus pada meningkatkan kapasitas diri kita dalam menghadapi masalah.
Bayangkan diri kita berada di sebuah hutan yang dikelilingi pohon lebat, kita tidak tahu jalan mana yang tepat, yang akan mengantar kita melewati hutan itu dengan baik, jika kita hanya fokus memandang lebatnya hutan maka kita tidak akan mengetahui jalan yang akan mengantarkan kita melewati hutan itu.
Jadi apa yang bisa kita lakukan? Naiklah, panjatlah satu pohon yang tinggi, yang dari ketinggian itu kita jadi bisa melihat dan memahami situasi di bawah sana dengan lebih baik.
Begitu juga dalam menyikapi masalah, tingkatkan kapasitas diri kita, naiklah ke level berpikir yang lebih tinggi dari masalah itu agar kita bisa memahaminya dengan lebih baik.
Bagaimana caranya? Akan kita bahas di langkah keempat sekarang.
Langkah keempat untuk melampaui masalah dan naik kelas kehidupan yaitu berpikirlah taktis, belajarlah dari pengalaman.
Bisa berupa pengalaman pribadi, jika Anda punya pengalaman serupa maka gunakan pengalaman itu untuk menyelesaikannya, segala masalah memiliki pola, ada asap maka tentu ada api, pahami apa ‘api’ yang menyebabkan munculnya masalah yang kita alami, lalu padamkan apinya, artinya: selesaikan masalah tepat di sumbernya agar ia tidak terjadi lagi berulang.
Jika permasalahan ini adalah hal baru dan kita tidak memiliki pengalaman untuk menyelesaikannya, maka kita bisa belajar dari pengalaman orang lain. Artinya, belajarlah! Bertanyalah pada orang lain yang pernah melewati masalah yang kurang lebih sejenis, tidak perlu yang sama persis, tapi memiliki kesamaan, ambil hikmah pembelajaran dari pengalaman mereka dan terapkan pada situasi yang kita alami.
Karena pengalaman adalah guru terbaik, tidak ada salahnya jika kita sendiri mencoba melakukan hal baru dan mendapatkan pengalaman baru bukan? Ya, artinya, selain dari bertanya pada orang lain, tidak ada salahnya kita juga menciptakan pengalaman baru hasil dari upaya kita sendiri, coba saja lakukan hal yang belum pernah kita lakukan dan belajarlah dari hasilnya, bisa jadi Anda menemukan strategi pemecahan masalah baru sebagai hasilnya.
Langkah kelima dan terakhir, yaitu mengerahkan daya-upaya pada apa yang bisa kita lakukan untuk menyelesaikan masalah, bukan pada ‘ketidakberdayaan’ atau apa yang tidak bisa kita lakukan.
Ingat kembali ilustrasi asap dan api tadi?
Apa sumber api yang menyebabkan munculnya masalah ini? Disini penting bagi kita untuk menyadari bahwa kita tidak boleh menyalahkan orang lain atas keberadaan masalah kita, di balik masalah yang kita alami pasti ada peran-serta keterlibatan kita yang melatari munculnya masalah itu, bisa jadi karena kita kurang berpengatahuan, kurang tegas, kurang cermat, kurang teliti dan lain sebagainya.
Hal ini bukan berarti kita menyalahkan diri-sendiri, tapi justru bertanggungjawab atas kehidupan diri-sendiri. Jika sumber masalah kita kita anggap berasal dari luar maka akan sulit untuk memperbaikinya, karena kita punya keterbatasan untuk menjangkau persoalan di luar diri kita.
Seperti dikatakan oleh Jim Rohn, seorang pembicara kenamaan asal Amerika: “Kita tidak bisa mengubah arah angin, tapi kita selalu bisa mengendalikan arah layar.”
Di dalam persoalan yang kita hadapi, akan selalu ada situasi yang tidak bisa kita kendalikan atau nampak seperti disebabkan oleh orang lain atau situasi di luar diri kita, ketika kita sadar bahwa hal itu berada di luar kendali kita, ingat untuk mengerahkan daya dan upaya pada hal yang bisa kita lakukan, yang ketika kita lakukan bisa membawa pengaruh positif dan mengubah hal yang semula tidak bisa kita kendalikan itu.
Kita tidak bisa mengubah sikap orang lain, tapi kita bisa mengubah sikap kita dalam menghadapi mereka, siapa yang tahu bahwa ketika kita berubah sikap maka sikap mereka turut berubah terhadap kita, siapa yang tahu bahwa sebenarnya mereka bersikap seperti itu pada kita adalah karena sikap kita sendiri dan ketika kita berubah sikap maka sikap mereka turut berubah?
Kita tidak bisa berhadap badai tidak akan terjadi, tapi kita bisa belajar menyiapkan diri agar kapal kita memiliki ketahanan dan kemampuan untuk bisa melewati badai dengan baik, inilah yang dimaksud fokus pada solusi, bukan fokus pada ketidakberdayaan.
Baru setelah kita melakukan semua lima langkah tadilah kita bisa dengan tegas fokus pada sikap pasrah, ingat: pasrah, bukan menyerah, semata karena kita sudah melakukan semua daya-upaya sebaik mungkin dan memasrahkan hasilnya pada Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang, manusia punya porsinya dan begitu juga Tuhan punya rencana sendiri atas hidup kita, tugas kita adalah memantaskan diri agar kita bisa menjadi sosok yang kuat untuk menyandang amanat-Nya bagi kita, sebuah amanat yang besar yang harus kita emban untuk bisa menjadi saluran berkah bagi lebih banyak orang untuk bisa sama-sama melalui masalahnya.
Nah, itulah sedikit bahasan kita tentang ‘melampaui masalah untuk naik kelas kehidupan’, sudah siap untuk naik kelas kehidupan? Lampaui setiap masalah dan tantangan Anda sampai Anda sedemikian terlatihnya menjalani kehidupan sebagai pribadi yang tangguh.
Sampai jumpa di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.