Hipnoterapi Untuk Law of Attraction?
Daftar Isi
Hipnoterapi dan Law of Attraction (LOA)? Apa hubungan dari keduanya?
Demikian beberapa orang mungkin berpikir ketika membaca judul dari artikel ini.
Hubungan langsung dari keduanya mungkin memang tidak umum dibahas – setidaknya kalau kita hanya berpijak pada bahasan klasik seputar LOA.
Tapi jika kita dalami lebih seksama, sebenarnya tersimpan hubungan yang sebenarnya sangat erat antara hipnoterapi dengan LOA.
Alasan mendasarnya adalah karena salah satu hal yang menghambat terjadinya reaksi LOA adalah karena adanya mental block di pikiran bawah sadar, dimana seluk-beluk eksplorasi pikiran bawah sadar inilah yang menjadi fokus utama hipnoterapi.
Tidak kalah menariknya lagi, sangat mungkin mereka yang kerap mempelajari berbagai tuntunan praktis melatih LOA akan mendapati bahwa visualisasi, sensualisasi dan afirmasi (sugesti) menjadi bagian tidak terpisahkan darinya, dimana lagi-lagi semua proses itu akan berhubungan dengan cara kerja pikiran bawah sadar.
Jadi, bagaimana mengurai keterhubungan dari hipnoterapi dan LOA dan memetik manfaat darinya? Mari menyimaknya di artikel kali ini.
SELAYANG PANDANG LAW OF ATTRACTION (LOA)
Meski sebenarnya bukan sebuah bahasan baru, tinjauan atas LOA bisa dikatakan lebih mencuat sejak Rhonda Byrne (1951 – sekarang) menyoroti hal ini dalam bukunya (dan filmnya) yang berjudul The Secret (2006).
Beranjak dari meledaknya popularitas buku itulah bahasan LOA menjadi tema yang boleh dikatakan tidak bisa lepas dari dunia pengembangan diri modern dewasa ini, terlebih yang berhubungan dengan kesuksesan dan pencapaian.
Prinsip mendasar yang disuarakan dalam LOA adalah bahwa diri kita – atau tepatnya pikiran kita – tidak ubahnya sebuah “magnit” yang selalu beresonansi dan menarik (attract) hal-hal yang frekwensinya sejenis di luar diri kita, dimana “frekwensi” yang dimaksud dalam LOA ini mengacu pada “getar energi (vibrasi)” yang bersumber dari gelombang otak yang tercipta dari pemikiran yang kita fokuskan.
Dengan kata lain, prinsip LOA menegaskan pentingnya mengarahkan fokus pikiran pada hal yang kita inginkan, agar frekwensi yang kita pancarkan beresonansi dengan hal-hal sejenis yang ada di luar diri kita, dan kemudian “menariknya” dalam hidup kita.
Proses mengarahkan fokus pikiran inilah yang kemudian diterjemahkan menjadi berbagai tuntunan “olah pikir”, yang ditujukan agar vibrasi dan frekwensi yang kita pancarkan berkualitas dan menciptakan reaksi ketertarikan yang berkualitas juga adanya.
Berbagai jenis olah pikir inilah yang kelak bisa kita temukan dalam bentuk: (1) visualisasi, (2) sensualisasi dan (3) afirmasi.
VISUALISASI, SENSUALISASI DAN AFIRMASI
Visualisasi, sebagaimana frasa yang membentuknya, yang menyoroti aspek “visual” menjadi bentuk olah pikir dimana kita mengarahkan fokus pikiran kita pada hal yang kita inginkan, dengan membayangkan pencapaiannya.
Dengan kata lain, bentuk sederhana yang biasa dilakukan dalam visualisasi adalah kita membayangkan (biasanya sambil memejamkan mata) diri kita sudah mencapai/memperoleh/mengalami hal yang kita harapkan.
Mereka yang mengharapkan mendapatkan penghasilan lebih misalnya, mereka membayangkan rekening mereka terisi dengan jumlah penghasilan yang mereka inginkan, atau mereka membayangkan diri mereka merasa bahagia menjalani gaya hidup dengan penghasilan yang mereka harapkan itu.
Sensualisasi adalah bentuk lanjutan dari visualisasi, dimana prosesnya lebih dari sekedar “membayangkan”, namun kita menghayati olah pikir itu dengan segala penginderaan kita.
Mereka yang mengharapkan bisa berlibur ke sebuah tempat misalnya, mereka menghadirkan bayangan atas tempat itu dalam pikirannya dengan segala pengalaman sensori yang menyertainya, mereka “merasai” diri mereka seolah berada di tempat itu, melihat berbagai objek yang ada di tempat itu seperti seolah ada di hadapannya, mendengarkan berbagai suara yang ada di tempat itu seolah suara itu ada di sekitar mereka, dan bahkan merasakan sensasi badani/fisik mereka yang seolah sedang mengalami suasana di tempat itu, seperti suhunya, cuacanya, bisa merasai seolah sedang menyentuh berbagai objek yang ada di tempat itu.
Sementara itu, afirmasi menjadi sebuah olah pikir yang fokus pada kekuatan kalimat yang disuarakan dalam batin, seperti menyuarakan kalimat “1 milyar perbulan…bisa!” dalam pikiran, untuk memperkuat keyakinan bahwa diri kita mampu mencapai hal yang kita harapkan dalam kalimat itu.
Apa pun bentuk olah pikir yang dilakukan (visualisasi, sensualisasi, atau afirmasi), tujuan akhirnya adalah sama, yaitu mengarahkan fokus pikiran – yang kemudian mengarahkan getar energi/vibrasi – agar beresonansi dengan hal-hal yang kita harapkan di luar diri kita, lalu menciptakan reaksi ketertarikan (attraction), yang menjadikan hal-hal itu “tertarik” ke dalam hidup kita.
OLAH PIKIR DAN PIKIRAN BAWAH SADAR
Sampailah kita ke pertengahan artikel ini yang akan mulai menyoroti betapa proses olah pikir yang ada dalam proses melatih LOA pada akhirnya ditujukan untuk mengarahkan fokus dari pikiran bawah sadar.
Catatan: bagi yang belum familiar dengan bahasan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, saya menyarankan Anda untuk membaca terlebih dahulu artikel yang pernah saya tulis di tahun lalu, yang berjudul “Pikiran Sadar dan Pikiran Bawah Sadar”.
Demikianlah, dunia Psikologi klasik menyatakan bahwa pikiran kita terdiri dari pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, jika pikiran sadar merupakan level kesadaran yang beroperasi di tataran yang kita pikirkan dengan kekuatan kehendak secara sadar, pikiran bawah sadar merupakan level kesadaran yang beroperasi secara otomatis, tanpa harus kita sadari sekali pun.
Pemahaman klasik dalam dunia hipnoterapi sendiri menjelaskan bahwa perbandingan kekuatan dari pikiran sadar dan pikiran bawah sadar adalah sekitar 10% porsi pikiran sadar dan 90% porsi pikiran bawah sadar.
Disinilah olah pikir sebagai bentuk mengolah dan mengarahkan vibrasi menjadi sebuah proses untuk menyelaraskan level kesadaran pikiran sadar dan pikiran bawah sadar seoptimal mungkin.
Ya, dengan porsi kekuatan pikiran bawah sadar 9x lipat dari pikiran sadar, akan sangat ironis sekali jika harapan dan keinginan yang kita inginkan secara sadar (yang ditujukan untuk menciptakan reaksi LOA) justru disabotase oleh pikiran bawah sadar, hal inilah yang menjadikan berbagai bentuk latihan olah pikir yang kita bahas sebelumnya tadi – visualisasi, sensualisasi, atau afirmasi – ditujukan untuk menciptakan pengarahan fokus yang sama di pikiran bawah sadar, kombinasi pengerahan fokus inilah yang diharapkan menciptakan vibrasi yang berkualitas dan menciptakan reaksi attraction yang berkualitas juga adanya.
TINJAUAN LOGIS ATAS LOA
Sebelum melanjutkan bahasan lebih jauh, mari menyadari juga bahwa bahasan LOA sendiri bukan bahasan yang “bebas kontroversi”, sebaliknya, bahasan LOA justru menjadi bahasan yang memunculkan kontorversi tersendiri.
Satu kontroversi yang paling umum mengkritisi LOA adalah betapa apa yang dipraktikkan dalam LOA seolah meniadakan peran Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai yang mengatur segala-sesuatu di alam semesta ini.
Benarkah demikian? Saya mendapati tidak demikian adanya, bagi saya apa yang dijelaskan dalam LOA sebenarnya tetap saja tidak bisa lepas dari bahasan spiritual yang menegaskan peran Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai Sang Maha Pencipta, yang menciptakan mekanisme LOA itu sendiri.
Namun demikian, mengingat bahasan yang satu ini cukup panjang adanya, saya tidak akan membahasnya secara spesifik di artikel kali ini, bahasan yang satu ini saya persiapkan untuk ditulis dalam buku tersendiri yang ditargetkan terbit tahun 2022 ini.
Kontroversi berikutnya adalah betapa konsep dari LOA hanya membicarakan hal yang bersifat “abstrak”, seperti vibrasi atau energi, yang tidak bisa dilihat oleh mata telanjang, yang menjadikan beberapa orang mengkritisi cara kerjanya yang seolah terlalu indah untuk jadi nyata (too good to be true).
Benarkah demikian? Lagi-lagi saya mendapati tidak demikian adanya, alih-alih hanya fokus membicarakan LOA sebagai fenomena vibrasi dan energi, mari kita juga memahami bahwa proses olah pikir yang ditekankan dalam LOA pada akhirnya adalah olah pikir yang bertujuan membentuk sikap mental positif (positive mental attitude).
Tanpa harus membicarakan LOA dan segala fenomena energetic yang melandasinya pun kita tentu sepakat bahwa kualitas dari sikap mental kita akan menentukan kualitas dari aksi dan tindakan kita.
Sederhananya begini, siapa yang aksi dan tindakannya dibayangi keraguan tentu akan terus terhambat untuk bisa mengekspresikan potensi sejati yang seharusnya menyertai aksi dan tindakannya, sementara mereka yang lebih percaya diri dan penuh keyakinan positif akan lebih berpeluang untuk mengekspresikan potensi terbaiknya dalam melakukan aksi dan tindakannya.
Mengikuti kaidah sederhana itu saja, bukankah sudah kita pahami juga bagaimana kualitas dari aksi dan tindakan akan menentukan kualitas dari hasil akhir yang tercipta darinya?
Artinya, tanpa harus membicarakan fenomena energi dan vibrasi pun, olah pikir yang menyasar optimalisasi potensi pikiran bawah sadar tetap saja adalah hal yang bersifat positif, yang lebih berpotensi membawa kita menuju hasil akhir yang kita harapkan, dimana dalam LOA fenomena ini dikenal sebagai attraction (ketertarikan).
HIPNOTERAPI DAN LOA
Kalau begitu, dimana peranan hipnoterapi dalam LOA? Jawabannya terletak pada frasa “olah pikir” yang menentukan kualitas dari LOA itu sendiri.
Baik ditinjau dari sudut pandang vibrasi dan energi, atau pun dari sudut pandang sikap mental positif, hipnoterapi menjadi sebuah alat bantu untuk menciptakan sikap mental positif yang memungkinkan kita mengekspresikan potensi terbaik yang kita miliki dan memperkuat kualitas aksi dan tindakan kita, yang diharapkan menciptakan getar energi (vibrasi) yang lebih positif karenanya.
Sebagaimana sudah kita ulas sebelumnya di atas tadi, pikiran bawah sadar menjadi level kesadaran yang sangat menentukan kualitas dari fokus yang kita kerahkan, baik fokus vibrasi atau pun fokus potensi/aksi.
Jika kualitas dari pikiran bawah sadar ini bermasalah – karena dipenuhi beban emosi negatif atau keyakinan yang membatasi misalnya – maka sudah jelas kualitas dari fokusnya pun bermasalah, baik dari segi vibrasi atau pun potensi/aksi akan sama-sama terdampak karenanya.
Mental block adalah istilah yang kerap dilekatkan pada fenomena “hambatan mental” yang menyebabkan seseorang tidak bisa mengerahkan fokus terbaiknya untuk mencapai hasil ideal yang ia harapkan.
Hambatan mental ini bisa berupa keraguan, konsep diri (self-esteem) yang rendah, sampai ke sabotase spesifik dari pikiran bawah sadar yang menghambat kita mewujudkan hasil akhir ideal yang kita harapkan.
Karena mental block terjadi/tersimpan di pikiran bawah sadar, maka ia pun perlu “dituntaskan” di pikiran bawah sadar, disinilah hipnoterapi menjadi satu hal yang bisa membantu kita menuntaskan mental block yang tersimpan di pikiran bawah sadar tersebut.
Jika mental block adalah hal yang menghambat, dan hipnoterapi bisa digunakan untuk menuntaskannya, maka ada baiknya kalau kita juga memahami manfaat lain dari hipnoterapi selain sebagai media membersihkan hambatan tadi.
Ya, hipnoterapi bukan hanya membantu untuk membersihkan hambatan yang bersumber dari mental block, tapi juga membantu memperkuat kualitas fokus yang tercipta dari proses olah pikir yang kita lakukan, baik melalui visualisasi, sensualisasi dan afirmasi.
Dalam kondisi hipnosis, terjadi peningkatan reseptivitas pikiran bawah sadar dalam menerima stimulus berupa pesan mental (sugesti), fenomena inilah yang menjadikan proses visualisasi, sensualisasi dan afirmasi yang kita lakukan lebih berdampak pada pikiran bawah sadar, yang kelak membantu pengerahan fokus yang lebih berkualitas karenanya.
Jadi, apakah hipnoterapi berhubungan dengan LOA? Sekarang tentu Anda sudah punya kesimpulan sendiri darinya.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.