Hipnoterapi Untuk Penanganan Rasa Sakit
Pertanyaan yang kerap diajukan oleh para pembelajar hipnoterapi yaitu bagaimana aplikasi dari hipnoterapi untuk penanganan kondisi disfungsional yang disebabkan oleh ‘rasa sakit’.
Sebelum kita meneruskan bahasan ini, mari sadari dan sepakati dulu bahwa penanganan rasa sakit bukan perkara sembarangan yang bisa kita fasilitasi begitu saja tanpa dasar acuan praktik yang jelas, terdapat dasar-dasar acuan yang harus kita pahami dengan baik untuk bisa melakukan prosesnya dengan aman dan efektif.
Dasar pemahaman pertama yang hendaknya kita selalu sadari untuk memfasilitasi proses ini yaitu memahami terlebih dahulu jenis dari rasa sakit yang menjadi gejala permasalahan yang klien rasakan.
Bahasan akan kondisi sakit fisik yang menyebabkan seseorang kelak berada dalam kondisi disfungsional ini dalam hipnoterapi dibagi menjadi atas dua aspek: rasa sakit organik dan psikosomatis.
Catatan: frasa ‘sakit’ yang kita gunakan dalam ulasan kita sekarang adalah rasa sakit yang berhubungan dengan ‘sensasi’ (dalam bahasa Inggris kita menyebutnya sebagai ‘pain’), bukan frasa ‘sakit’ yang dimaksudkan ketika kita membicarakan ‘penyakit’ (dalam bahasa Inggris: ‘illness’ atau ‘disease’)
Rasa sakit organik adalah rasa sakit yang murni berhubungan dengan faktor fisik, contohnya misalnya yang dialami oleh seseorang ketika jatuh, terluka, tergores atau mengalami benturan. Sementara itu, psikosomatis adalah rasa sakit yang berasal dari adanya Personality Parts atau Resource State yang terluka (lebih tepatnya Vaded State) yang kelak termanifestasi menjadi rasa sakit fisik.
Catatan: bahasan kali ini akan banyak menyoal ulasan lebih lanjut dari cara kerja Personality Parts dan Resource State, untuk memastikan Anda memahami isi tulisan ini dengan lebih utuh silakan memastikan Anda juga membaca terlebih dahulu tulisan mengenai Personality Parts di artikel sebelumnya dengan klik di sini dan tulisan sebelumnya mengenai Resource State dengan klik di sini.
Namun demikian, ada kalanya juga kedua jenis rasa sakit ini kelak bercampur menjadi satu, bisa saja seseorang mengalami rasa sakit yang sebenarnya murni organik, namun ia mengalami stres yang membuat rasa sakitnya terasa menjadi semakin memburuk.
Bisa juga yang terjadi adalah seseorang mengalami psikosomatis yang terlihat sebagai masalah sakit organik. Contohnya dalam kondisi ketika seseorang stres yang membuat tubuhnya memproduksi hormon epinefrin, neurotransmiter yang biasa juga disebut adrenalin, dimana produksi hormon ini menghasilkan perubahan fisiologi yang bisa diukur dan diamati, seperti melambatnya sistem pencernaan, produksi antibodi, serta aliran darah ke tangan dan kaki yang membuatnya terasa dingin.
Penanganan rasa sakit dalam hipnoterapi dilakukan selepas kita memastikan dua hal: (1) memastikan apakah gejala rasa sakit yang dialami adalah rasa sakit organik atau psikosomatis, dan (2) memastikan seperti apa desain penanganan yang tepat dan aman sesuai karakter gejala rasa sakitnya.
Penanganan rasa sakit organik akan melibatkan penggunaan Resource State yang kuat, yang berdiam di Underlying State, sementara penanganan psikosomatis akan melibatkan proses penanganan pada Vaded State yang berperan di balik munculnya rasa sakit yang dialami klien.
KUNCI PENTING PENANGANAN RASA SAKIT
Tahapan pertama untuk penanganan rasa sakit dalam RT selalu diawali dengan memastikan jenis rasa sakit yang klien alami, beberapa acuan yang bisa kita gunakan yaitu:
- Jika sakit yang dialami muncul karena situasi spesifik yang dialami seseorang (tidak muncul setiap waktu), misalnya: merasa sakit ketika bepergian jauh dari rumah, atau hanya merasa sakit ketika sedang sendirian, stres dan di bawah tekanan, maka besar kemungkinan rasa sakit ini dilatari oleh psikosomatis.
- Jika rasa sakit yang dialami bisa muncul secara acak (kapan pun dan dimana pun bisa terjadi) maka bisa jadi rasa sakit ini bersumber dari rasa sakit organik, namun bisa juga psikosomatis jika ternyata setelah dipetakan ulang ada pola-pola yang lebih spesifik melatarinya.
Pemetaan akan pola-pola spesifik yang lebih lanjut – yang melatari masalah psikosomatis – memerlukan kejelian, kita harus jeli untuk melihat dan memetakan kapan rasa sakit itu muncul dirasakan dan seperti apa stimulus-stimulus spesifik yang berpotensi menyebabkannya, bisa jadi juga setelah dipetakan lebih lanjut diperoleh kesimpulan bahwa rasa sakit yang klien alami memang dilatari keduanya, organik dan psikosomatis.
Satu kunci penting hipnoterapi untuk penanganan rasa sakit adalah kita harus memastikan bahwa klien sudah menemui dokter sehubungan dengan keluhannya, untuk memastikan jenis dari gejala rasa sakitnya, dan untuk memastikan bahwa penanganannya boleh difasilitasi dengan modalitas yang kita kuasai.
Hipnoterapi menyediakan teknik penanganan yang memang didesain untuk penanganan rasa sakit, baik yang bersifat organik atau pun psikosomatis, namun tetap saja kita harus memastikan jenis dari gejala rasa sakitnya terlebih dahulu.
Penanganan psikosomatis dilakukan dengan kita memandu klien memasuki situasi dimana rasa sakit yang dikeluhkan sedang dirasakannya, di tengah situasi dimana klien merasakan sensasi sakit yang dirasakannya, saat itulah kita mengajak klien untuk merasakan reaksi emosional yang dirasakannya ketika sensasi sakit itu muncul, dari titik itu proses pemanggilan Resource State yang terluka bisa dilakukan, dilanjutkan dengan teknik terapi lain yang diperlukan, yang didesain untuk menormalkan kembali Resource State yang terluka ke kondisi fungsionalnya.
Lain lagi dengan penanganan rasa sakit yang bersumber dari rasa sakit organik, yang satu ini memerlukan pengelolaan cara kerja pikiran untuk membantu agar sensasi sakit yang tubuh fisik rasakan bisa seolah dikurangi ‘derajat’ sensasinya, secara fisik rasa sakit itu tetap ada namun pengolahan cara kerja pikiran membuat kita tidak sepenuhnya menyadari keberadaan rasa sakit itu.
Para pembelajar hipnosis-hipnoterapi biasanya sudah cukup familiar dengan yang satu ini karena topik pembelajaran ini biasanya dibahas di dalam pembelajaran tingkat lanjut hipnosis-hipnoterapi dalam satu topik khusus hypnosis anaesthesia.
Dalam hypnosis anaesthesia, seorang praktisi hipnosis memandu klien untuk memasuki kondisi trance sampai level kedalaman dimana klien bisa memiliki kendali lebih atas cara kerja otaknya dalam menyadari rasa sakit, lalu melalui serangkaian sugesti hipnosis klien diajak untuk mengurangi derajat rasa sakit yang dirasakannya.
Sekali lagi: teknik ini bukan ‘menghilangkan rasa sakit’, karena tetap saja dalam kenyataannya rasa sakit itu tetap ada, yang dialami klien adalah penyesuaian cara kerja otak dalam menyadari rasa sakit.
Ketika seseorang berada dalam kondisi kedalaman trance yang sesuai, pikiran dan tubuhnya menjadi lebih reseptif dalam menerima sugesti atau pesan mental, termasuk ketika ia disugesti untuk tidak merasakan sakit sekali pun (rasa sakit itu tetap ada namun tidak disadarinya).
Sekian tahun lamanya praktik hipnosis dalam dunia medis untuk membantu klien mengendalikan rasa sakit ini digunakan dan membawa hasil yang bisa dikatakan memuaskan. Baru kemudian pada tahun 1990 John dan Helen Watknis melalui artikel yang ditulisnya: ‘Dissociation and displacement: where goes the ‘ouch’?’ menuliskan temuan yang membawa pemahaman baru atas apa yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia disugesti untuk tidak merasakan sakit dalam proses hipnosis.
Dalam ekspresimen yang Watkins lakukan, mereka memfasilitasi proses hipnosis pada seorang subjek, membawanya ke kondisi trance yang dalam dan memberinya sugesti untuk tidak merasakan sakit, sebelum mereka mulai memberinya stimulus yang dalam kondisi normal pasti akan memberikan rasa sakit yang membuat seseorang tidak tahan untuk menjalani stimulus tersebut.
Watkins menemukan bahwa dalam percobaan yang dilakukannya, klien memang tidak merasakan sakit dan tidak merespon stimulus yang memberikan rasa sakit tersebut, namun demikian ternyata rasa sakit itu bukan hilang, melainkan ‘dipindahkan’ ke Bagian (Personality Parts) lain yang ada di pikiran bawah sadar yang lebih dalam (Underlying State).
Personality Parts yang berada di Surface State, yang diajak berkomunikasi dan menjawab pertanyaan, tidak merasakan sakit namun Personality Parts yang ada di Underlying State-lah yang merasakannya dan mengajukan ‘protes’.
Bagian yang menerima rasa sakit itulah yang mengalami kesakitan dan bisa mengalami trauma (menjadi Vaded State), dimana rasa sakit atau trauma ini bisa termanifestasikan menjaga gejala masalah fisik dan psikis.
Itulah mengapa sangat penting bagi seorang hipnoterapis untuk memahami cara kerja Personality Parts, sehubungan dengan cara kerja pikiran dan tubuh dalam merasakan sakit.
Penanganan sakit organik dalam hipnoterapi dilakukan berdasarkan acuan-acuan dasar tertentu, yaitu:
- Pengelolaan rasa sakit bukan dilakukan begitu saja dengan sugesti yang ‘memaksa’ Personality Parts untuk begitu saja menerima rasa sakit itu tanpa bisa memilih, melainkan dengan mencari Personality Parts dari Underlying State yang cukup kuat dan dengan sukarela bersedia menerima rasa sakit itu, lalu melatihnya agar ia bisa meminimalisir rasa sakit itu nantinya dengan teknik khusus yang didesain untuk itu.
- Pengelolaan rasa sakit bukan diniatkan untuk membuat klien tidak merasakan rasa sakit itu sepenuhnya, dalam praktiknya klien tetap harus bisa merasakan sensasi itu secukupnya di derajat yang tidak mengganggunya, agar mereka tidak ‘terlena’.
Rasa sakit adalah sinyal dari tubuh bahwa ada sesuatu yang ‘tidak pada tempatnya’ sedang terjadi dalam tubuh kita, mengabaikan sinyal ini secara penuh akan menjadi malapetaka karena kita tidak tahu kapan tubuh sedang mengirim sinyal lanjutan yang harus kita sikapi, maka itu Personality Parts yang dengan sukarela menerima rasa sakit yang klien alami pun tidak perlu mengambil rasa sakit itu sepenuhnya, melainkan cukup di level sampai rasa sakit itu tidak lagi mengganggu klien secara berlebih, lagi-lagi prinsip dari menghormati Personality Parts menjadi kunci di sini.
Setiap bagian dari tubuh fisik kita, sekecil apa pun itu, memiliki manfaat bagi sistem kesehatan tubuh kita, dalam kasus sakit fisik yang terjadi karena benturan atau kecelakaan atau kejadian apa pun yang menyebabkan tubuh fisik terluka, yang terjadi adalah sistem normal tubuh menjadi tidak normal seperti biasanya, karena ada bagian tubuh yang kali ini tidak bisa menjalankan tugasnya secara normal, artinya bagian tubuh ini memerlukan waktu dan perhatian ekstra agar ia bisa kembali pulih, karena itulah rasa sakit muncul sebagai tanda agar kita lebih memerhatikan dan berhati-hati memperlakukannya, sampai kemudian bagian itu sudah kembali normal dan sembuh maka rasa sakit itu pun hilang karena sistem tubuh sudah kembali ke kondisi normalnya.
Begitu juga dengan sakit psikosomatis, atau istilah Psikodinamika yang mewakili kondisi ini: ‘somatisasi’, sebenarnya adalah suatu sinyal dari tubuh bahwa ada hal yang tidak beres sedang berlangsung, namun ketidakberesan ini bukan bermula dari tubuh fisik, melainkan dari pikiran yang termanifestasi ke tubuh fisik, jika masalah psikologis ini bisa diselesaikan maka gejala yang termanifestasikan ke tubuh fisik pun akan teredakan dengan sendirinya.
Perbedaannya adalah dalam sensasi sakit yang murni disebabkan fisik, tubuh memang memerlukan waktu dan perawatan agar ia bisa kembali normal ke sistem kesehatannya semula, sehingga rasa sakit menjadi sinyal bahwa kita masih harus terus merawat dan menindaklanjutinya, sampai ia kembali normal. Maka itu kita tidak boleh terus menghilangkan seluruh rasa sakit itu dari sistem penginderaaan internal klien dalam menyadari rasa sakit, karena rasa sakit itu tetap diperlukan sebagai tanda bahwa klien masih harus memerhatikan dan merawat kondisi fisik yang belum normal itu sampai bisa kembali ke kondisi normalnya.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang Hipnoterapi dan/atau Resource Therapy? Memerlukan layanan terapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari Hipnoterapi dan/atau Resource Therapy secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.