Hipnoterapi Untuk Prestasi Olahraga
Daftar Isi
Setelah tulisan sebelumnya ditulis diunggah di halaman artikel di website ini dengan menyoal dunia olahraga (artikel berjudul “Teknik New Behavior Generator Dalam NLP Sport”), beberapa pembaca meminta saya untuk secara khusus membuat sebuah tulisan yang menyoroti aplikasi hipnoterapi dalam dunia olahraga, atau tepatnya: hipnoterapi untuk memaksimalkan prestasi olahraga.
Bukan kebetulan, saya sendiri baru saja menyelesaikan rangkaian “Diklat Pelatih Hapkido Nasional” di Yogyakarta kemarin, dimana dalam Diklat itu mengalirlah beberapa percakapan dengan sesama pelatih yang menanyakan bagaimana hipnoterapi bisa membantu meningkatkan kinerja atlet mereka dalam bertanding.
Maka demikianlah, semoga tulisan kali ini bisa menjadi sebuah pembelajaran tersendiri atas aplikasi dari hipnoterapi dalam dunia olahraga.
HIPNOTERAPI DAN 3 ZONA KINERJA
Sebagai pengantar untuk memahami aplikasi hipnoterapi dalam dunia olahraga, pertama-tama perlu kita pahami dulu bahwa aplikasi hipnoterapi dalam dunia olahraga dalam tulisan ini pada hakikatnya menyoroti aplikasi hipnoterapi yang ditujukan untuk menciptakan peningkatan pada kinerja di bidang olahraga ini, khususnya untuk membantu para atlet menciptakan kinerja ideal di bidang olahraga yang ditekuninya.
DI tulisan terdahulu, tepatnya di artikel yang berjudul “Kinerja Maksimal Dengan Resource State Yang Sehat dan Tepat”, saya pernah menjelaskan bahwa saya membagi kinerja atas tiga jenis kinerja: disfungsional, fungsional dan eksepsional.
Kinerja fungsional terjadi ketika sesorang mampu menampilkan respon yang seharusnya di bidang yang dijalaninya, dalam konteks olahraga hal ini diwakili situasi ketika seorang atlet mampu menampilkan kinerjanya secara ideal sesuai standar yang dituju untuk dicapainya, baik ketika berlatih atau bertanding.
Tentu ada juga titik dimana seorang atlet mampu menampilkan kinerja ideal di atas rata-rata, ia menampilkan keahlian dan keluwesan yang lebih di kelasnya, inilah yang saya sebut sebagai kinerja eksepsional.
Sementara itu, kinerja disfungsional mengacu pada kondisi “di bawah standar”, ketika kinerja seorang atlet tidak sesuai yang dipersyaratkan, baik ketika berlatih atau bertanding.
Mengapa penting memahami ketiga zona kinerja ini terlebih dahulu? Karena memang pada dasarnya hipnoterapi digunakan untuk menghasilkan perbaikan pada zona kinerja ini, tepatnya: (1) membantu atlet yang berada di zona disfungsional untuk bisa berpindah ke zona fungsionalnya, dan (2) membantu atlet yang berada di zona fungsional untuk bisa berpindah ke zona eksepsionalnya.
HIPNOTERAPI UNTUK BERPINDAH DARI ZONA DISFUNGSIONAL KE FUNGSIONAL
Titik pertama aplikasi hipnoterapi dalam dunia olahraga ditujukan untuk memfasilitasi perpindahan zona dari disfungsional ke fungsional, dalam hal ini yaitu membantu para atlet yang belum bisa menunjukkan kinerja ideal dalam berlatih atau bertanding, untuk bisa menunjukkan kinerja idealnya kelak sesuai yang ditargetkan.
Kondisi disfungsional dalam dunia olahraga ini bisa terjadi dalam berbagai bentuk, namun yang kerap saya dapati adalah dua fenomena.
Pertama, atlet yang ketika berlatih mampu menunjukkan kinerja fungsional tapi kehilangan kinerja idealnya itu ketika bertanding, ketika ia berlaga di pertandingan semua keahlian yang dipelajarinya seolah hilang atau “macet”.
Fenomena yang satu ini biasanya terjadi karena faktor mental, dimana atlet yang akan bertanding mengalami kondisi nervous, takut, gugup, atau bahkan ketegangan berlebih, yang kelak mengganggu atensinya, sehingga ia tidak bisa mengakses kinerja fungsional yang biasa diaksesnya ketika ia berlatih.
Untuk penanganan kondisi yang satu ini, hipnoterapi bisa langsung diaplikasikan untuk membantu pemulihan kondisi mental-emosional yang dialami sang atlet, dalam hal ini teknik-teknik berbasis penelusuran akar masalah seperti Age Regression atau Parts Therapy akan sangat mengefektifkan prosesnya, sebelum kemudian ditutup dengan Direct Suggestion untuk semakin memperkuat dampak perubahan positif pasca sesi hipnoterapi.
Kedua, atlet yang memang sejak awal berlatih saja sudah tidak menunjukkan kinerja fungsionalnya.
Fenomena yang satu ini lebih kompleks, karena akan melibatkan berbagai faktor dan kemungkinan, dari mulai (1) cara berlatih yang salah, (2) kondisi fisik yang tidak mendukung, bisa karena asupan makanan dan nutrisi yang buruk, (3) hubungan yang buruk antara atlet dengan pelatih, (4) atlet memiliki masalah mental-emosional pribadi yang mengganggunya/menyulitkannya berkonsentrasi ketika berlatih.
Faktor “cara berlatih yang salah” dan “kondisi fisik yang tidak mendukung” tidak akan menjadi bahasan khusus di tulisan ini, namun bahasan “hubungan yang buruk antara atlet dan pelatih”, serta “masalah mental-emosional pribadi”-lah yang akan kita soroti, karena disinilah hipnoterapi berperan.
HIPNOTERAPI UNTUK BERPINDAH DARI ZONA DISFUNGSIONAL KE FUNGSIONAL KETIKA BERLATIH
Karena hipnoterapi ditujukan untuk menghasilkan perubahan pada mental-emosional, maka permasalahan sehubungan dengan mental-emosional ketika berlatih inilah yang akan kita sasar dengan hipnoterapi, dimana dalam bahasan sebelumnya tadi kita membaginya menjadi dua, yaitu “hubungan yang buruk antara atlet dengan pelatih” dan “atlet memiliki masalah mental-emosional pribadi yang mengganggunya/menyulitkannya berkonsentrasi ketika berlatih”.
“Hubungan yang buruk antara atlet dengan pelatih” sebenarnya juga memiliki berbagai kompleksitas yang lebih dalam lagi, bisa karena memang perilaku dari Pelatih yang tidak tepat dalam mendidik atlet (masalah terletak pada perilaku Pelatih), bisa juga karena memang dasarnya sang atlet tidak memiliki ketahanan mental dalam menghadapi gaya didikan sang Pelatih yang sebenarnya tergolong wajar bagi kebanyakan atlet lainnya (masalah terletak pada ketahanan mental atlet).
Catatan: satu hal lain yang ada kalanya juga mengganggu hubungan antara atlet dengan pelatih ini yaitu karena di antara keduanya terjadi fenomena transference (untuk lebih jelasnya tentang transference ini, silakan temukan tulisannya di artikel yang berjudul “Transference & Countertransference Dalam Psikoterapi”.
Namun demikian karena dampak dari hubungan yang buruk ini terjadi pada mental-emosional, maka hipnoterapi masih bisa dilakukan sebagai tindakan korektif, baik untuk memperkuat daya tahan mental-emosional atlet dalam menghadapi didikan Pelatih, bisa juga untuk menghilangkan muatan transference yang dialami atlet atas Pelatihnya agar ia terbebas dari asosiasi emosi negatif yang membocori emosinya ketika berhadapan dengan Sang Pelatih.
Sementara itu, sehubungan dengan “masalah mental-emosional pribadi yang mengganggu/menyulitkan atlet berkonsentrasi ketika berlatih”, hal ini jelas mensyaratkan Hipnoterapis untuk membantu menyelesaikan masalah mental-emosional pribadi yang dialami sang atlet agar ia bisa berkonsentrasi penuh ketika bertanding; tergantung dari permasalahan mental-emosional yang dialami atlet, maka berbeda juga tindakan penanganan yang bisa diambil untuk menyikapinya.
HIPNOTERAPI UNTUK BERPINDAH DARI ZONA FUNGSIONAL KE EKSEPSIONAL
Sampai sejauh ini, besar harapan saya sudah cukup jelas kiranya bagaimana hipnoterapi bisa dilakukan untuk membantu perpindahan zona kinerja atlet dari disfungsional ke fungsional.
Namun sebagaimana dunia olahraga lekat dengan dunia kompetisi, maka sebatas kinerja fungsional saja tentu belumlah cukup adanya, disinilah kita juga bisa menggunakan hipnoterapi untuk memfasilitasi perpindahan zona dari fungsional ke eksepsional.
Saya pribadi membagi tiga hal yang bisa menjembatani aplikasi hipnoterapi untuk menciptakan kinerja eksepsional ini.
Pertama, melancarkan internalisasi gerakan dan keluwesan otot dalam menampilkan keahlian dan kinerja yang dipersyaratkan, melalui proses visualisasi dalam kondisi hipnosis (termasuk visualisasi hasil akhir, seperti membayangkan memenangkan pertandingan dan merayakannya), dan kedua, meningkatkan keyakinan diri melalui sugesti dan afirmasi yang diberikan dalam kondisi hipnosis.
Visualisasi dan sugesti atau afirmasi ini bisa dilakukan oleh Hipnoterapis pada atlet, bisa juga dengan Hipnoterapis mengajarkan atlet self-hypnosis agar atlet bisa melakukan prosesnya secara mandiri, bisa juga dengan menggabungkan keduanya.
Ketiga, yaitu dengan Hipnoterapis memandu atlet untuk bisa mengakses kondisi self-hypnosis yang dalam (level Profound Somnambulism) agar di kondisi hipnosis itu pemulihan kondisi fisik atlet terjadi dengan lebih efektif, sehingga atlet bisa lebih cepat sembuh dari cideranya dan bisa lebih bugar karena istirahatnya dalam kondisi self-hypnosis itu membantu memulihkan kondisi fisiknya dengan lebih cepat.
APLIKASI HIPNOTERAPI DALAM PENDAMPINGAN ATLET
Pertanyaan pentingnya adalah bagaimana hipnoterapi ini bisa diaplikasikan dalam pendampingan atlet?
Perhatikan frasa “pendampingan” dalam kalimat di atas, hendaknya frasa itu menyadarkan kita bahwa dalam konteks olahraga prestasi hipnoterapi bukanlah sebuah proses yang hanya dilakukan satu kali dan kemudian menjadi solusi ajaib untuk menciptakan prestasi, melainkan menjadi bagian dari pembinaan mental dan emosional atlet.
Hipnoterapi hendaknya menjadi bagian dari mental coaching, atau proses pendampingan mental emosional dimana seorang Hipnoterapis menjadi bagian dari tim pendamping atlet untuk bersiaga menjaga kestabilan mental-emosionalnya, ia menjadi seorang mental coach bagi si atlet agar atlet bisa mencapai kinerja puncaknya melalui kondisi mental-emosional yang prima.
Dalam hal inilah seorang Hipnoterapis perlu berkolaborasi dengan pelatih dan segenap tim pendamping lain, merumuskan program pendampingan yang sinergis sehingga segala bentuk proses latihan dan pendampingan atlet, baik secara fisik atau pun mental-emosional, secara progresif membentuk kinerja puncak yang prima dan stabil, baik di kala berlatih atau pun bertanding.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.