Konteks Penggunaan Hipnoterapi
Daftar Isi
Sebagaimana sudah dijelaskan dalam artikel ‘Mengenal Hipnosis & Hipnoterapi‘, hipnosis adalah sebuah ‘kondisi’.
Maka dalam posisinya sebagai sebuah ‘kondisi’, hipnosis adalah fenomena yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi perlambang kondisi perpindahan kesadaran (trance). Dalam bahasannya yang lebih fundamental, bisa kita temukan juga bahwa terdapat apa yang kita sebut sebagai non-formal trance dan formal trance.
Namun demikian, dimana sajakah konteks penggunaan hipnosis ini bisa kita temukan sekarang ini? Mari memulainya dengan konteks yang paling umum dan mudah ditemukan, bahkan konteks yang satu ini juga yang menjadikan banyaknya miskonsepsi hipnosis terjadi, yaitu stage hypnosis atau hipnosis panggung.
Bayangkan sejenak, seseorang yang dikenal sebagai ‘ahli hipnotis’ memasuki panggung dengan kostum bernuansa misterius, diiringi lagu dan efek panggung yang memukau, ia lalu memanggil beberapa orang dari penonton untuk naik ke panggung, menjentikkan jari di depan wajah mereka sambil mengatakan “tidur!”
Tak butuh waktu lama bagi orang-orang itu terkulai lemas tak berdaya, disusul dengan sang ‘ahli hipnotis’ yang memberikan beberapa sugesti yang membuat orang-orang itu menampilkan tingkah laku yang aneh dan menjadi bahan tertawaan, seolah tidak memiliki kendali untuk menolak sugesti yang diberikan sang ‘ahli hipnotis’ yang ‘sakti’ tersebut.
Apakah Anda familiar dengan situasi di atas? Jika Anda termasuk mereka yang rajin menonton acara hiburan di televisi, sangat mungkin latar cerita itu adalah salah satu yang pernah Anda temukan dan membuat Anda terheran-heran karenanya ketika masih awam dulu.
Di artikel ‘Miskonsepsi Dalam Hipnoterapi‘ kita sudah membahas miskonsepsi tentang hipnosis, bahwa hipnosis tidak bisa dilakukan pada sembarang orang, begitu juga orang yang dihipnosis tetap memegang kendali atas dirinya, lantas mengapa kesemua hal yang ditayangkan justru seolah berlawanan dengan apa yang diuraikan dalam buku ini?
Waktunya kita ungkap rahasia di balik itu semua!
Untuk mengawalinya, mari sadari bahwa di balik penampilan yang memukau itu tersimpan persiapan yang sangat matang dan terencana, sang stage hypnotist memasuki panggung dan memanggil beberapa sukarelawan untuk naik. Sejauh ini saja sang stage hypnotist sudah memahami dua hal sederhana:
Pertama, mereka yang bersedia naik ke panggung sudah tahu bahwa isi acara itu adalah hipnosis, hal ini saja sudah meminimalisir keberatan dan mengkondisikan mereka bahwa mereka akan ‘dihipnosis’.
Kedua, para sukarelawan ini dalam tingkatan yang berbeda menyukai untuk ‘tampil’ di depan orang lain, dengan kata lain suka menjadi pusat perhatian, kalau pun mereka melakukan hal-hal yang aneh dan menjadi bahan tertawaan mereka bisa menyalahkan hipnosis sebagai penyebabnya.
Yang perlu diantisipasi adalah adanya orang-orang yang ‘tidak kondusif’ yang bisa merusak jalannya acara, maka yang dilakukan Stage hypnotist adalah ‘menyeleksi’ para sukarelawan ini dengan berbagai macam teknik (yang akan Anda pelajari di Bab berikutnya nanti) sampai mendapatkan kepastian siapa saja sukarelawan yang kondusif untuk menjadi ‘bintang’ selama acara berlangsung.
Apa yang terjadi ketika para ‘bintang’ ini mendapatkan perhatian lebih, baik dari stage hypnotist dan para penonton? Ya, ‘tekanan panggung’ untuk bisa menampilkan yang terbaik, di titik ini secara psikologis mereka sudah terkondisikan untuk ‘bertingkah aneh’ di depan para penonton agar acara berlangsung seru dan meriah.
Riset menunjukkan bahwa orang-orang lebih berani mengambil resiko jika mereka tidak harus bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya dan memiliki alasan untuk dituduhkan, misalnya saja dalam pengaruh alkohol, obat-obatan dan…yes…hipnosis menjadi salah satunya!
Dimulailah acara yang penuh kelucuan dan kemeriahan, para ‘bintang’ di panggung menampilkan aksinya, pikiran bawah sadar mereka pun menikmati sorotan perhatian dari teman-temannya, mereka tahu kalau pun mereka menjadi bahan tertawaan, ada hipnosis sebagai biang keladinya.
Mempelajari stage hypnosis bukan perkara sulit, melalui pelatihan singkat Anda pun akan bisa mempraktekkanya, yang menantang adalah mengadaptasinya sebagai sebuah sikap tampil, karena hal ini berhubungan dengan kepercayaan diri dalam menampilkan sosok diri yang representatif.
PISAU BERMATA DUA
Tidak bisa dipungkiri, populernya hipnosis melalui acara-acara hiburan panggung memang meningkatkan minat dan keingintahuan masyarakat untuk lebih membuka mata dalam memerhatikannya, namun belum tentu serta-merta mereka akan membuka hati dan pikirannya!
Inilah yang saya maksudkan sebagai pisau bermata dua, di satu sisi popularitas acara ini meningkatkan nama hipnosis di kalangan masyarakat namun memicu lahirnya dua miskonsepsi.
Pertama, munculnya anggapan bahwa hipnosis bisa dilakukan sembarangan dan membuat seseorang kehilangan kendali atas dirinya ketika ia berada dalam kondisi hipnosis, hal ini menjadikan klien terkadang memiliki ketakutan tersendiri untuk memasuki proses hipnosis.
Kedua, munculnya miskonsepsi bahwa hipnosis bisa menjadi sebuah solusi instan dalam mengatasi masalahnya. Sering kali kata ‘instan’ dalam hal ini mengacu pada suatu tenggat waktu yang acap kali tidak realistis. Hal ini membuat beberapa klien mencari sesi terapi sebagai penyelesaian instan atas masalah yang dihadapinya.
“Bukannya hanya jentikkan jari terus masalahnya selesai ya?” Demikian beberapa orang awam membatin. Logikanya, jika demikian bukankah tidak akan ada masalah-masalah emosional di muka bumi ini? Jika demikian bukankah satu keilmuan ini bisa menggantikan berbagai macam keilmuan lain di muka bumi?
Well, faktanya tidak demikian adanya, sebagaimana sudah ditulis di artikel ‘Tahapan Dalam Sesi Hipnoterapi‘, ada sebuah proses yang harus dijalani dalam proses terapi sampai seseorang bisa benar-benar terbebaskan dari masalahnya sampai tuntas, memang ada beberapa masalah yang bisa terselesaikan dalam waktu 1 atau 2 sesi saja, tapi itu bukanlah jaminan bahwa setiap kasus akan semudah itu.
Itulah mengapa saya tidak pernah serta-merta memberikan layanan terapi begitu saja, selalu harus diawali dengan sesi konsultasi terlebih dahulu untuk bisa mengetahui cakupan permasalahan klien dan mengetahui ekspektasi klien atas jalannya sesi terapi bagi dirinya.
Meskipun demikian, populernya keilmuan hipnosis di panggung hiburan tetap harus diapresiasi karena berkatnyalah mata masyarakat terbuka atas sebuah keilmuan yang unik ini. Tugas para praktisi hipnoterapilah kelak untuk mengedukasi masyarakat lebih jauh perihal realita dan manfaat lebih detail dari keilmuan ini. Dengan kata lain, setelah mata mereka terbuka atas keberadaan keilmuan ini, waktunya kita membuka hati dan pikiran mereka untuk menerima keberadaan keilmuan ini sebagai sebuah fenomena ilmiah yang memiliki proses tersendiri.
Namun demikian, bukankah ada banyak lagi konteks dimana hipnosis bisa bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas dari aktivitas di dalamnya? Ya, mari kita ulas beberapa di antaranya.
HUNTER’S HYPNOTIC FORMULA
Hunter’s Hypnotic Formula
Di balik terlaksananya proses hipnosis yang sukses dan konsisten tersimpan sebuah ‘formula’ penyusun. Roy Hunter menguraikan formula penyusun ini sebagai berikut:
- Belief (keyakinan)
Pada dasarnya hipnosis terjadi karena adanya keyakinan yang kuat sebagai landasannya. Keyakinan pertama bermula dari kepercayaan diri sang penghipnosis bahwa ia mampu untuk menghipnosis subjek dan keyakinan kedua bermula dari keyakinan subjek bahwa sang penghipnosis mampu menghipnosis dirinya.
Itulah mengapa dalam stage hypnosis, sang stage hypnotist akan berdandan sedemikian rupa dan mengatur suasana agar nampak mistis dan menunjukkan dirinya adalah orang yang ‘sakti’. Didukung oleh ketidaktahuan penonton akan fenomena hipnosis yang sebenarnya lantas meyakini bahwa sang stage hypnotist adalah orang yang memiliki daya magis atas dirinya, maka proses hipnosis pun terjadi dengan lebih mudah.
Di sisi lain, kepercayaan diri sang penghipnosis pun memegang peranan penting, keraguan dalam dirinya bahwa ia mampu menghipnosis subjek akan terefleksikan keluar dan pikiran bawah kadar klien akan menyadarinya, yang terjadi biasanya hal ini membuat prosesnya menjadi lebih bertele-tele.
Kepercayaan subjek bahwa sang penghipnosis merupakan tokoh sakti adalah salah satu hal yang banyak digunakan di model-model penyembuhan tradisional dimana seorang penyembuh dengan ‘kuasa magisnya’ membuat pasiennya memasuki kondisi trance dan menstimulus terjadinya kesembuhan dalam kondisi tersebut.
- Expectancy (harapan)
Subjek mungkin saja sudah meyakini bahwa sang penghipnosis mampu menghipnosis dirinya, namun jika ia sendiri pada dasarnya tidak menghendakinya maka hal itu tidak akan berjalan optimal, bahkan tidak akan terjadi.
Perhatikan bahwa kata yang digunakan untuk mewakili orang yang terhipnosis adalah ‘subjek’ dan bukan ‘objek’, artinya proses hipnosis sebenarnya terjadi karena adanya harapan dari pihak subjek yang ‘menginginkan’ proses hipnosis dan ‘mengijinkan’ itu terjadi.
Harapan ini turut ditentukan dari kepercayaan subjek atas penghipnosis, dengan kata lain adanya jaminan rasa aman baginya untuk memasuki kondisi hipnosis. Sering kali dalam sesi terapi yang menghambat seseorang untuk masuk ke pikiran bawah sadarnya adalah karena adanya rasa takut, yang muncul karena adanya miskonsepsi tentang hipnosis itu sendiri. Maka penting bagi seorang hipnoterapis untuk mengedukasi kliennya tentang hipnosis dalam sesi pre-talk yang difasilitasinya (akan dikupas di Bab 10 nanti).
- Imagination (imajinasi)
Berhubungan dengan kemampuan fokus dan nalar klien untuk mengikuti sugesti yang diberikan, yang satu ini memerlukan kecakapan hipnoterapis untuk mencocokkan caranya memandu klien memasuki level trance dengan menggunakan sugesti yang mudah dicerna oleh imajinasi klien.
Memandu orang dewasa dan anak kecil memasuki level trance jelas memerlukan penggunaan gaya komunikasi yang berbeda, karena kemampuan nalar dan imajinasi keduanya berbeda. Seorang hipnoterapis perlu memahami cara praktis memandu klien dengan sugesti yang mudah dipahami oleh klien itu sendiri sehingga proses berpikir dalam dirinya terjadi dengan otomatis tanpa harus memikirkan ulang sugesti yang diberikan, ketika klien malah sibuk memikirkan dan mempertanyakan sugesti yang didengarnya maka area kritisnya aktif dan menghambatnya memasuki trance.
Berbeda dengan proses terapi dimana kolaborasi dan keterbukaan antara klien dan terapis memegang peranan penting, stage hypnosis cenderung menjadi ajang hiburan yang menonjolkan figur sang stage hypnotist, maka wajar adanya jika justru kemasannya dibuat serahasia dan semisterius mungkin agar memudahkan pengkondisian psikologis dalam diri penonton untuk menjalani proses hipnosis nantinya.
Ngomong-ngomong, keyakinan dan harapan yang dibahas di poin-poin di atas bukan hanya yang terjadi secara sadar, melainkan juga berdasarkan yang terkondisikan di pikiran bawah sadar. Dalam sebuah kesempatan saya memberikan pelatihan komunikasi di sebuah instansi, seorang peserta menyatakan bahwa ia ingin merasakan yang disebut kondisi hipnosis, saya pun mempersilakannya maju ke depan.
Dari sesi obrolan dengannya di panggung saya menangkap tanda bahwa peserta ini sebenarnya hanya ingin iseng dan ‘mencoba-coba’, gaya berkomunikasi dan bahasa tubuhnya bahkan menyiratkan ia sebenarnya sangat berhati-hati dan mewaspadai prosesnya.
Saya tidak menjanjikan apa pun, melainkan hanya mengatakan “Mari lihat apa yang mungkin terjadi.” Dalam prosesnya ternyata ia memasuki level trance yang sangat dalam sampai-sampai terjadi ‘pertentangan’ dalam dirinya (ingat fenomena dissociation), di satu sisi ia heran dan ingin menghentikan prosesnya tapi di sisi lain kesadarannya terus terhubung dengan sugesti saya dan terus membawanya ke level yang begitu dalam.
Apakah itu membuktikan saya sakti? Sama sekali tidak, hanya saja sepanjang proses pelatihan berlangsung saya sudah menjalin hubungan lebih dalam dengan pikiran bawah sadar para peserta, memperoleh kepercayaan mereka dan mereka sendiri sudah meyakini bahwa saya mampu menghipnosis mereka, sehingga sepanjang prosesnya berlangsung pikiran bawah sadarnyalah yang memegang kendali dalam mengikuti sugesti yang saya sampaikan padanya.
HIPNOSIS DALAM DUNIA MEDIS
Dalam dunia medis sejak lama dikenal istilah efek placebo, dimana keyakinan positif klien atas metode atau obat yang dijalaninya turut membantu proses penyembuhan, karena ia benar-benar meyakininya dengan sepenuh hati maka kesembuhan benar-benar terjadi. Sebaliknya, keyakinan negatif atas jalannya proses medikasi berpotensi memicu yang disebut efek nocebo, yang bekerja dengan cara sebaliknya.
Seorang psikolog bernama Irving Kirsch mengembangkan model sosiokognitif spesifik atas hipnosis yang dikenal sebagai response-set theory yang menekankan pada pentingnya harapan dalam perawatan. Bahkan Kirsch menguraikan dengan lebih mendetail bukti-bukti bahwa hipnosis sendiri memberikan efek positif karena adanya harapan positif dari pihak klien/pasien itu sendiri.
Namun apakah hipnosis benar-benar hanya sekedar placebo? Faktanya percobaan yang dilakukan Walter Sichort yang melahirkan pemahaman akan Ultra Depth® menjawab pertanyaan ini bahwa di level kesadaran tertentu, keterhubungan tubuh dan pikiran terintegrasi dengan begitu baik sampai-sampai kesembuhan bisa terjadi dengan lebih cepat.
Secara umum, hipnosis bisa menjadi bagian penting dari proses medikasi, yang terbagi atas beberapa hal: bagian pertama, sebagaimana sudah diungkapkan sebelumnya, yaitu membuka batasan berpikir klien/pasien atas kondisi yang dialaminya, dengan kata lain memunculkan lebih banyak harapan positif. Hal ini penting dalam membantu seorang pasien yang terpuruk secara emosional atas kondisi medis yang dialaminya dan merasa tidak ada harapan untuk bertahan hidup.
Bagian kedua, hipnosis mengajak klien/pasien untuk lebih memegang kendali atas pengalaman dan sensasi internal dirinya, mengajak mereka lebih menjadi ‘tuan atas kesadarannya sendiri’, apakah itu yang bersifat fisiologis atau pun psikologis, membuat mereka lebih rileks dan santai atau pun mengelola rasa sakitnya (pain management).
Cakupan hipnosis dalam mengelola rasa sakit banyak digunakan dalam pain management, proses melahirkan dan untuk pembiusan pra-operasi (anesthesia) dengan tanpa melibatkan obat bius, melainkan hanya menggunakan kondisi trance untuk memanipulasi rasa sakit.
Ada kalanya juga seseorang terkena masalah medis menahun yang tak kunjung sembuh, namun ketika diperiksa tidak ada indikasi masalah medis apa pun, inilah yang dikenal sebagai psikosomatis, sensasi sakit fisik yang termanifestasikan dari emosi. Dalam hubungannya dengan penyakit psikosomatis, hipnoterapi memberikan salah satu alternatif untuk bisa mengungkap penyebab sebenarnya di dalam pikiran bawah sadar yang menjadikan penyakit psikosomatis itu muncul dan menuntaskannya.
Meski manfaatnya luar biasa dan sudah ada ribuan orang yang memetik manfaat positif dari diaplikasikannya hipnosis dalam dunia medis, ada tiga hal penting yang sedianya kita pahami dalam penggunaannya di dunia medis:
- Hipnosis-hipnoterapi adalah sebagai salah satu bentuk terapi komplementer yang sifatnya melengkapi dan bukan dimaksud untuk menggantikan terapi atau pengobatan medis formal lainnya.
- Penggunaan teknik hipnosis yang secara spesifik diperuntukkan untuk keperluan medis seperti pengelolaan rasa sakit, anesthesia dan hipnosis untuk membantu proses kelahiran hendaknya difasilitasi oleh praktisi kesehatan resmi seperti dokter dan perawat, yang memahami seluk-beluk medis secara mendalam.
- Hipnoterapis yang mendapatkan klien dengan keluhan psikosomatis hendaknya memastikan terlebih dahulu latar belakang medis klien dan memintanya memastikan terlebih dahulu kondisi psikosomatisnya dengan dokter, bahkan jika memungkinkan mintakan surat referensi dari dokter yang menyatakan bahwa dokter merekomendasikan pasien yang bersangkutan untuk menjalani penanganan psikologis.
Salah satu aspek lain hipnosis dalam medis yang juga tak kalah pentingnya dan mulai berdiri sebagai sebuah seni dan keimuan tersendiri adalah penerapan hipnosis dalam ilmu kedokteran gigi (dentistry), yang dikenal dengan nama resmi hypnodontics.
Dokter gigi yang cakap mengaplikasikan hypnodontics dalam prakteknya bisa menggunakan hipnosis untuk meredakan kecemasan yang dialami pasiennya dan membuat pengalaman pasien menjalani perawatan gigi menjadi terasa rileks dan lebih menyenangkan.
Masih berhubungan dengan pain management, seorang dokter gigi yang memahami seluk-beluk hypnodontics juga akan mampu membantu pasiennya mengelola rasa sakit yang dialaminya, sehingga pasien bisa menjalani sesi penanganannya tanpa menjalani pembiusan formal dengan obat-obatan, seperti novocaine misalnya.
Dalam pencabutan gigi yang menyebabkan pendarahan, hypnodontics juga bisa diaplikasikan untuk membantu pengaturan aliran darah, hal ini membantu mengatasi masalah pendarahan berlebih dan membuat pasien menjadi lebih rileks, termasuk membantu proses penyembuhan.
Satu masalah yang berhubungan dengan gigi, yang ada kalanya cukup sulit untuk ditangani adalah bruxism, atau gigi yang menggemeretak dan berbunyi, biasanya ketika tidur. Bruxism sering dikaitkan dengan stres, dalam hal ini hypnodontics bisa diaplikasikan untuk mengelola bruxism, bisa dengan cara menangani stress yang dialami pasien atau memberikan pasien kendali lebih dalam mengelola otot-otot rahangnya.
Dalam posisinya sebagai terapi komplementer, bukan hanya di luar negeri, namun hipnosis-hipnoterapi pun memiliki tempat tersendiri di dunia kedokteran Indonesia, bahkan termasuk ke dalam salah satu kategori Daftar Keterampilan Klinis – Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), di bagian ‘Psikiatri – Keterampilan Terapi’, yang tertulis sebagai ‘Hipnoterapi dan Terapi Relaksasi’.
HIPNOSIS DALAM DUNIA FORENSIK
Semenjak diterimanya hipnosis dalam dunia medis internasional, begitu juga berbagai bidang lainnya turut membuka dirinya terhadap hipnosis, salah satunya yaitu dunia penyidikan atau investigasi hukum. Sebagai bagian dari proses investigasi, ada kalanya saksi mata atau pihak yang terlibat dalam sebuah peristiwa kriminal tidak bisa mengingat dengan jelas peristiwa yang dialaminya meski ia terlibat langsung di dalamnya.
Kondisi emosional yang intens menyebabkan area kritis seseorang terbuka dan pikiran bawah sadar terbuka lebar atas stimulus dari luar, dengan kata lain trance terjadi.
Peristiwa traumatis yang dialami seseorang dianggap pikiran bawah sadar sebagai sebuah ancaman, terutama yang secara langsung membahayakan nyawa. Meski peristiwanya sudah usai, jejak memori atas peristiwa itu tetaplah bersifat traumatis bagi pikiran bawah sadar, bahkan mengingatnya saja bisa membuatnya merasa cemas dan tidak nyaman, maka pikiran bawah sadar akan menjalankan fungsi perlindungan mentalnya untuk ‘mengubur’ memori itu, atau istilah lainnya yaitu menekan (repress) agar memori itu tidak muncul dan mengganggu, hal ini menyebabkan seseorang sulit mengingat detail kejadian yang dialaminya.
Hipnosis bisa digunakan dalam sesi investigasi pada saksi mata untuk mengakses pikiran bawah sadar dan memunculkan detail-detail dari kejadian yang terlupakan atau tertekan di pikiran bawah sadar.
Beberapa hal mendasar dari penerapan hipnosis dalam forensik (hypnoforensic) yaitu:
- Hypnoforensic bukan digunakan untuk menginterogasi terdawa, karena dalam kondisi hipnosis sekali pun seseorang tetap bisa berbohong, terutama jika informasi yang dipaparkannya dianggapnya bisa membahayakan dirinya. Hypnoforensic hanya digunakan untuk saksi mata dalam mengingat detail kejadian yang dialami namun terlupakan karena ditekan oleh pikiran bawah sadarnya.
- Praktisi hypnoforensic wajib memahami teknik yang tepat untuk memfasilitasi sesi untuk menggali informasi tanpa memberikan stimulus yang berpotensi menimbulkan false memory (hal yang tidak ada menjadi dianggap ada sebagai kenyataan) dalam diri subjek.
- Praktisi hypnoforensic juga harus memahami cara mengantisipasi trauma yang muncul ketika membawa pikiran bawah sadar subjek kembali ke momen dimana kejadian traumatis berlangsung, selain juga menguasai teknik menembus lapisan pertahanan pikiran bawah sadar yang tidak menginginkan informasi itu untuk diakses.
Dalam dunia forensik sendiri masih ada beberapa kontroversi tentang penggunaan hypnoforensic. Satu pihak meyakini bahwa informasi yang diperoleh dari subjek dalam kondisi hipnosis adalah valid adanya, satu pihak lainnya mengantisipasi kemungkinan bahwa informasi yang diberikan itu berpotensi tidak akurat karena sudah bercampur dengan perspektif pribadi subjek yang mengalami kejadiannya atau adanya kemungkinan bahwa dalam proses dimana ada informasi yang terlewatkan maka informasi yang terlewatkan atas kejadian itu kelak bercampur dengan imajinasi pribadi subjek.
HIPNOSIS DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan primer dewasa ini menjadi satu bidang yang terbantu dengan adanya penerapan hipnosis, meski tidak sepenuhnya penerapan hipnosis ini disebut dengan nama hipnosis.
Sebuah sekolah di Inggris meluangkan waktu khusus bagi para siswanya untuk melakukan sesi meditasi bersama-sama, sebagai sebuah bentuk relaksasi dan melatih gelombang otak (bagian dari fenomena hipnosis), praktek meditasi ini terbukti efektif menurunkan tingkat stress para siswa dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.
Dalam praktek profesional saya dan tim di lembaga kami, beberapa kasus yang muncul dari para pelajar dan mahasiswa adalah kesulitan belajar, kesulitan berkonsentrasi, perasaan tidak nyaman, gelisah dan cemas ketika berada di lingkungan sekolah/kuliah.
Penerapan hipnosis dalam dunia pendidikan salah satunya yaitu membantu proses Bimbingan Konseling (BK) untuk bisa menggali masalah yang dialami siswa yang berhubungan dengan permasalahan yang dialaminya dalam belajar, bukan hanya menggali masalah namun juga menuntaskan masalah tersebut di akarnya di pikiran bawah sadar.
Dari banyaknya kasus yang kami tangani, dua lingkungan yang paling dominan menjadi akar masalah munculnya kejadian-kejadian traumatis adalah rumah dan sekolah, tidak bisa dipungkiri kompleksitas tumbuh-kembang anak-anak yang beragam di sekolah berpotensi menimbulkan gesekan-gesekan tersendiri, baik disadari atau pun tidak, termasuk juga dalam merebaknya kasus bullying di antara sesama pelajar di sekolah.
Pembelajaran yang kondusif diawali dari suasana yang kondusif dan sikap mental yang kondusif, meski demikian terkadang ada saja masalah yang mencuat, yang berdampak pada munculnya trauma tertentu yang memicu munculnya sikap mental yang tidak kondusif dalam belajar, dalam hal ini hipnosis menjadi salah satu solusi efektif untuk bisa menutaskan trauma yang dihadapi sehingga sikap mental kondusif dalam belajar bisa distimulus dan dikelola kembali.
Berikutnya, hipnosis juga bisa digunakan untuk membantu klien lebih memegang kendali atas caranya belajar, baik itu dalam meningkatkan daya ingat atau pun mempercepat daya nalar untuk memahami pola-pola khusus dalam pembelajaran yang dilaluinya.
Salah seorang klien saya mengalami masalah menurunnya prestasi belajar, yang menurutnya terjadi karena ia tidak bisa berkonsentrasi dengan baik di kampus tempatnya menimba ilmu. Melalui rangkaian sesi terapi terungkaplah berbagai luka batin masa lalunya akibat sering mengalami bullying di sekolahnya dulu, ia pun dituntun untuk bisa menuntaskan emosi negatif yang terbentuk dari peristiwa traumatis ini.
Sesi-sesi untuk penyelesaian akar masalah traumatis ini saja sudah memberikan dampak positif baginya agar bisa lebih meningkatkan sikap mentalnya dalam belajar, maka sesi-sesi berikutnya didesain untuk bisa mengoptimalkan kemampuannya dalam belajar dan memproses informasi. Berselang beberapa minggu, prestasi belajarnya pulih kembali.
HIPNOSIS DALAM DUNIA BISNIS
Meski tidak sepenuhnya dikatakan hipnosis adalah bagian dari bisnis, esensi dari yang satu ini yaitu kembali pada penerapan sikap mental yang tepat dalam berbisnis, sering kali penerapan Hipnosis dalam dunia bisnis dikombinasikan dengan pendekatan coaching.
Ada kalanya para pebisnis yang pernah mengalami trauma karena ditipu atau pernah gagal dalam bisnis sebelumnya masih membawa trauma itu ke aktivitas bisnis berikutnya yang ia jalani, sedikit-banyak bisa dipastikan trauma itu akan mempengaruhi dirinya dalam berbagai keputusan dan tindakan yang dibuatnya di masa depan.
Ketenangan pikiran termasuk salah satu aspek yang terbantu dalam berbisnis, hal ini juga yang acap kali bocor dan mengganggu kinerja para pebisnis. Seorang klien saya bisa dikategorikan seorang pebisnis yang sukses dalam menjalankan bisnisnya, omset dan pencapaiannya bisa dikatakan sudah ideal. Dalam sesi konsultasi terungkap bahwa ia mengalami kegelisahan menahun yang mengganggunya, meski kinerja bisnisnya tidak terganggu tetap saja sikap mental-emosionalnya terganggu karenanya dan membuatnya merasa tersiksa.
Tidak semua klien akan langsung terbuka terhadap setiap informasi yang perlu dikatakannya, meski dalam level trance sekali pun. Inilah yang dialami klien saya ini, ia besar dalam perlakuan dan asuhan yang tidak menyenangkan yang membuatnya banyak dirundung ketakutan dan sulit percaya pada orang lain. Perlu beberapa sesi konseling untuk membuatnya menemukan kenyamanan dan kepercayaan pada saya sebagai terapisnya, barulah ia lebih bisa terbuka bahwa di balik kinerjanya yang bagus ia sebenarnya pernah mengkonsumsi obat terlarang untuk bisa menjaganya tetap bugar, di satu sisi ia terbantu karenanya namun di satu sisi ia merasa bersalah karena tahu hal itu salah untuk ia lakukan.
Dalam hubungannya dengan kinerja fisik dalam berbisnis, aspek yang juga terbantu dengan hipnosis adalah peningkatan kualitas tidur dan istirahat. Tidur atau istirahat yang berkualitas merupakan kunci penting dari pemulihan fisik dan stamina dalam berbisnis, hal ini bukan semata dinilai dari lamanya seseorang tidur, melainkan kualitas gelombang otaknya yang cukup untuk memulihkan dan menyegarkannya.
Pebisnis bisa sangat terbantu dengan hipnosis melalui sugesti yang dikondisikan untuk bisa membawa mereka memasuki level trance kapan pun mereka perlukan, 20 menit dalam kondisi deep trance memiliki efek relaksasi dan pemulihan yang kurang lebih setara dengan 4 jam tidur, hal ini akan sangat membantu mereka yang bergulat dengan banyaknya pekerjaan dan memiliki keterbatasan waktu untuk beristirahat.
Meditasi adalah aktivitas yang sangat membantu para pebisnis dalam menenangkan mental-emosionalnya. Dalam hal ini hipnosis bisa membantu mengkondisikan seseorang agar bisa memasuki kondisi meditasi sambil berada dalam kondisi trance, sehingga bukan hanya menenangkan pikiran, aktivitas ini juga membantu pebisnis dalam mempertajam konsentrasi dan intuisinya.
HIPNOSIS DALAM DUNIA OLAHRAGA
Bisa kita simpulkan bahwa dalam banyak aspek apa pun, titik eksplorasi hipnosis adalah untuk bisa membantu seseorang memulihkan diri dari trauma dan emosi negatif yang memenjarakannya serta membantu mereka lebih menguasai diri, baik secara fisik atau pun – terutama – mental.
Kinerja adalah cerminan langsung dari keyakinan, seorang atlet yang terbebani dengan masalah emosional atau dihantui oleh keyakinan negatif tidak akan bisa menunjukkan kinerja yang optimal, disinilah seorang hipnoterapis bisa memainkan perannya untuk melakukan proses terapi guna membantunya terbebas dari masalah-masalah tersebut.
Tak lupa, peran hipnosis yang tak kalah dahsyatnya yaitu membantu para atlet melakukan latihan mental (mental practice) sebagai simulasi dari pertandingan sungguhan yang dijalaninya. Pahamilah bahwa meski hanya dilakukan di level mental, efek dari latihan mental ini dahsyat adanya.
Natan Sharansky, seorang spesialis computer, menghabiskan waktu 9 tahun dalam penjara di USSR atas tuduhan memata-matai pemerintahan. Selama dalam penjara ia benar-benar melatih kemampuan mentalnya dengan membayangkan ia bermain catur sambil melakukan afirmasi bahwa suatu hari nanti ia akan mengalahkan juara dunia catur. Setelah bebas, pada tahun 1996, Sharansky mengalahkan juara dunia catur, Garry Kasparov!
Sebuah penelitian dalam bidang angkat beban juga menyatakan bahwa pola-pola dalam otak yang teraktivasi ketika seorang atlet mengangkat beban ratusan kilogram secara nyata ternyata sama adanya dengan ketika mereka hanya membayangkannya. Beberapa ahli sampai pada sebuah kesimpulan bahwa latihan mental sama efektifnya dengan latihan fisik, oleh karenanya keduanya sebaiknya dilakukan bersamaan.
Guang Yue, seorang psikolog dari Cleveland Clinic Foundation di Ohio melakukan penelitian pada orang-orang yang melakukan olahraga pembentukan otot, secara nyata dan secara imajiner. Mereka yang melakukan aktivitas pembentukan otot secara nyata mendapatkan pertumbuhan otot sebesar 30%, sementara yang melakukannya secara imajiner mendapatkan pertumbuhan otot sebesar 13,5% dan hasil ini tetap bertahan sampai 3 bulan setelah menjalani latihan.
Para atlet profesional seperti Tiger Woods, Muhammad Ali dan Jack Nicklaus misalnya, dikenal karena selalu melibatkan visualisasi dan afirmasi dalam program latihannya, mereka melatih konsentrasinya dalam menghadapi pertandingan dan memusatkan kesadarannya secara penuh dalam setiap aksinya, alhasil keyakinan dan kepercayaan diri mereka yang sudah terlatih membantu jalannya proses dengan begitu baik.
Salah satu keistimewaan trance adalah meningkatnya respons kita dalam menerima dan menjalankan sugesti, hal inilah yang distimulus dalam proses hipnosis untuk melakukan latihan mental, bukan sekedar visualisasi pikiran sadar, melainkan sampai di tahap pikiran bawah sadar, menjadikannya bagian dari memori otot (muscle memory) sehingga segala-sesuatu yang terjadi di dalam pikiran bawah sadar ini lebih memberikan dampak secara nyata bagi peningkatan kinerja fisik.
HIPNOSIS DALAM DUNIA KONSELING & PSIKOTERAPI
Inilah yang menjadi bahasan utama dalam buku ini, yaitu penerapan Hipnosis dalam bidang konseling dan psikoterapi profesional. Frasa psikoterapi berawal dari bahasa Yunani kuno: ‘psyche’ yang berarti jiwa dan ‘therapeia’ yang berarti penanganan atau perawatan.
Ada banyak ragam metode psikoterapi, apakah hipnosis adalah salah satunya? Kembali ke bahasan di Bab-bab sebelumnya, hipnosis bukanlah termasuk teknik terapi, melainkan semata pengkondisian mental, maka hipnosis menjadi salah satu teknik yang bisa digunakan dalam banyak sesi psikoterapi agar pikiran klien lebih kondusif.
Hipnosis sendiri memang belum bisa disebut bagian langsung dari psikoterapi, namun aktivitas dalam psikoterapi selalu tak lepas dari hipnosis, atau tepatnya kondisi trance.
Theodore Baber, seorang psikolog, menyatakan bahwa setiap bentuk terapi akan secara tidak langsung melibatkan hipnosis karena setiap terapi selalu melibatkan hipnosis sebagai bagian penting di dalamnya, hanya saja dalam prakteknya tidak disebutkan sebagai hipnosis karena mereka sudah memiliki istilah dan karakternya masing-masing dalam model psikoterapi tersendiri. Sebut saja contohnya Aaron Beck, yang dikenal sebagai ‘Bapak Terapi Kognitif’, Beck menyatakan bahwa ia tidak pernah melakukan hipnosis dalam sesi yang difasilitasinya, namun ia tidak menyangkal bahwa ia memandu kliennya untuk menutup mata, merilekskan diri dan membayangkan dirinya berhasil melakukan perilaku barunya.
Beck menyebut proses ini sebagai success imagery, yang jika kita telaah sebenarnya prosesnya melibatkan kondisi non-formal trance. Dalam Rogerian Person-Centred Therapy misalnya, proses dimana klien mengeksplorasi ideal self-nya mengajaknya memasuki proses trance untuk bisa mengakses sumber daya yang diperlukan dari pikiran bawah sadarnya dan mengekspresikannya secara sadar.
Masih banyak lagi aktivitas dalam proses psikoterapi yang melibatkan non-formal trance ini (bahkan selalu), itulah mengapa pemahaman akan kegunaan trance ini menjadi sangat penting bagi seorang psikoterapis.
Bagi terapis yang berpengalaman dan memahami esensi dari trance, dalam sesi konseling atau psikoterapi, selalu ada momen dimana kesadaran klien bergeser dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadarnya, atau dengan kata lain trance, dimana hal ini terjadi tanpa disadari dan tanpa distimulus, bagi yang memahami prinsip hipnosis akan dengan mudah memberdayakan kondisi ini dengan teknik yang tepat sehingga pergeseran kesadaran yang awalnya bersifat non–formal trance bisa dieefektifkan segala bentuk keistimewaannya, layaknya formal trance.
Dalam Psikoanalisa, dikenal suatu proses yang disebut free association dimana klien memposisikan dirinya duduk dengan rileks dan terapis duduk di belakang klien. Terapis lalu menyebutkan beberapa kata atau kalimat dan meminta klien menyebutkan hal apa pun yang muncul di pikirannya secara bebas yang menurutnya terasosiasi dengan kata, kalimat atau pertanyaan yang diucapkan terapis.
Proses ini bertujuan memancing informasi yang ada di pikiran bawah sadar agar bisa keluar dan tertangkap oleh pikiran sadar sehingga lambat laun klien bisa memahami sebab-akibat di balik masalah yang dialaminya dengan lebih baik. Dalam kondisi rileks dan atensi yang terarah oleh situasi seperti ini apa yang menurut Anda akan terjadi? Yes… trance!
Saya mempelajari hipnosis-hipnoterapi terlebih dahulu sebelum mulai mempelajari psikoterapi. Ketika belajar berpraktek menggunakan free association pada seorang klien, intuisi hipnoterapis saya bekerja dalam merangkai informasi yang ia sampaikan dan menindaklanjutinya melalui pertanyaan-pertanyaan eksploratif yang mengupas masalahnya dengan lebih tajam, tak dinyana lambat-laun saya terbawa suasana dan semakin banyak memberikan stimulus bernuansa hipnosis, akhirnya meski tanpa proses trance formal pun klien bisa mengakses pikiran bawah sadarnya dan mengetahui sumber dari masalah-masalah yang dialaminya.
Memang yang saya lakukan pada akhirnya saat itu cukup ‘keluar’ dari rambu-rambu free association konvensional, namun percobaan yang tidak disengaja itu justru menyadarkan saya akan pentingnya pemahaman dan pemanfaatan aspek trance dalam sesi konseling dan psikoterapi.
Begitu juga dalam konteks konseling lainnya, ada begitu banyak momen dimana perpindahan kesadaran terjadi dengan seketika, di momen sesaat itulah seorang praktisi yang memahami cara kerja trance bisa memanfaatkan momentum ini untuk mengeksplorasi lika-liku emosi klien ke arah yang lebih positif.
Namun demikian perlu diingat bahwa kondisi trance ini juga berpotensi memunculkan abreaction (Abreaksi) atau biasa juga disebut ‘katarsis’, yaitu fenomena meledaknya luapan emosi yang selama ini ditekan (repressed emotion), bisa dalam bentuk menangis, marah, berteriak sampai yang ekstrim dalam bentuk melakukan gerakan-gerakan yang berpotensi membahayakan sekitarnya.
Abreaksi bukanlah hal negatif, justru positif karena memiliki efek ‘melegakan’, namun hanya jika ditangani dengan cara yang tepat. Abreaksi yang tidak difasilitasi dengan tepat malah akan memberikan dampak negatif pada kesehatan mental-emosional klien, itulah mengapa di Bab yang membahas hipnoterapi lanjut nanti Anda wajib menguasai langkah-langkah mengelola abreaksi secara sehat dan aman.
HIPNOTERAPI DALAM KONTEKS PROFESIONAL
Jika semua bahasan sebelumnya adalah tentang peririsan hipnosis dengan konteks-konteks lain, maka kali ini waktunya mengerucutkan bahasan menuju satu konteks yang lebih spesifik dari konteks sebelumnya.
Di konteks sebelumnya kita sudah mengulas tentang konteks hipnosis dalam bidang konseling dan psikoterapi, sebetulnya apa yang akan dibahas sekarang sudah terwakili oleh bahasan itu, namun dalam versi yang lebih mengerucut, yaitu penerapan hipnosis dalam konteks terapi yang berdiri sendiri atau biasa dikenal sebagai hipnoterapi.
Semua konteks yang sudah diulas sebelumnya sebetulnya sudah dilingkupi oleh konteks yang satu ini, yaitu penerapan hipnoterapi secara profesional, hanya saja ada satu hal yang perlu Anda pahami, yaitu posisi diri Anda sebagai hipnoterapis secara profesional dan etis, terutama dalam menjalankan profesi ini di Indonesia.
Hipnoterapis adalah seseorang yang mempelajari dan mempraktekkan hipnosis-hipnoterapi dalam layanan profesionalnya. Mengacu kepada jenis pelayanan pengobatan komplementer alternatif berdasarkan PERMENKES RI Nomor 1109/Menkes/Per/2007, hipnoterapi adalah termasuk ke dalam salah satu teknik intervensi tubuh dan pikiran (mind and body intervention).
Seorang hipnoterapis bisa berasal dari latar belakang apa pun selama ia terbukti memiliki kecakapan yang bisa dipertanggungjawabkan untuk menjalankan profesinya. Idealnya seorang hipnoterapis juga secara profesional mengurus perijinan prakteknya di Dinas Kesehatan di kotanya berpraktek, selain untuk alasan administratif, hal ini juga akan memudahkan koordinasi dengan pihak-pihak medis tertentu yang memerlukan bantuan praktisi hipnoterapi berlisensi.
Sebagai seorang praktisi hipnosis-hipnoterapi Anda hendaknya menyadari hal-hal yang memebedakan praktisi biasa dengan praktisi profesional. Praktisi profesional bukan hanya mereka yang berpraktek secara penuh (full time hypnotherapist), melainkan siapa pun yang siap mengikuti aturan profesi dan menjalankannya dengan penuh komitmen.
Di bawah ini ada empat panduan yang sekiranya bisa Anda jaga sebagai seorang praktisi professional, saya menyebunya sebagai 4-SI (Kompetensi, Profesi, Sertifikasi dan Lisensi).
KOMPETENSI
Sebagai seorang praktisi yang berpraktek membantu perbaikan mental-emosional para klien, Anda haruslah memiliki perbendaharaan teknik dan pengetahuan yang memadai untuk memfasilitasi jalannya terapi.
Kompetensi diperoleh bukan hanya dari pembelajaran di dalam kelas, melainkan dari jam praktek. Semakin sering Anda berpraktik maka keahlian Anda pun akan semakin meningkat. Karena itu pastikan Anda rutin mempraktikkan keilmuan yang Anda miliki untuk mempertajam keefektifannya.
Selain itu Anda pun disarankan terus meningkatkan kemampuan melalui pelatihan-pelatihan lanjutan, organisasi seperti NGH mensyaratkan anggotanya untuk secara aktif mengumpulkan CEU (Continuing Education Unit) setiap tahunnya dimana hal ini menyimbolkan durasi pembelajaran yang mereka ikuti.
Merupakan sebuah ironi tersendiri bagi saya jika mendapati beberapa praktisi mempelajari keilmuannya setengah jalan tanpa sempat mempraktekkannya lalu mengajarkan lagi keilmuan itu pada orang lain tanpa ia sendiri mengetahui lika-liku penggunaannya. Meski terdengar absurd, hal itu terjadi dan nyata adanya.
Dalam kaitannya dengan kode etik profesi, seorang hipnoterapis hendaknya mampu mengukur kapasitas kemampuan dirinya, ketika ia dihadapkan dengan kasus yang ia tahu memang berada di luar kapasitas kompetensinya, ia sedianya tak ragu untuk mereferensikan kliennya ini ke praktisi lain yang lebih kompeten.
PROFESI
Profesi disini mengacu kepada totalitas Anda sebagai praktisi. Bukan berarti Anda harus berpraktek full time sebagai hipnoterapis, karena semua itu hanyalah soal pilihan.
Beberapa orang menjalankan profesi hipnoterapis karena menyukai aspek ‘membantu sesama’ yang mereka rasakan dari menjalankan profesi ini, namun mereka sendiri tidak sepenuhnya berpraktek penuh waktu (full time) karena masih harus menjalankan pekerjaan lain, hal ini tidaklah salah adanya dan tidak melanggar kode etik profesi Hipnoterapis, yang penting bukan sekedar totalitas dalam berpraktek, melainkan totalitas dalam menjaga nilai-nilai profesi.
Intinya adalah jadilah pribadi yang profesional, ketika Anda berpraktek maka Anda adalah seorang hipnoterapis yang diwajibkan menjaga kode etik organisasi dan profesi. Satu hal yang harus selalu Anda jaga adalah pertanggungjawaban Anda terhadap klien yang Anda tangani, terutama dari segi penanganan. Semakin lama Anda berpraktek Anda akan mendapati bahwa jumlah klien yang ditangani semakin banyak dan kompleksitasnya pun semakin meningkat, yang memerlukan penanganan yang lebih terfokus. Jika ini yang terjadi, ada baiknya Anda mulai mempertimbangkan menjadikan profesi ini sebagai profesi full time, bukan semata menjadikannya sebagai ‘bisnis’, melainkan sebagai wujud totalitas dan pertanggungjawaban Anda terhadap klien.
Memiliki latar belakang sebagai seorang corporate trainer, saya pun pernah dihadapkan dengan dilema ini, dimana saya pada akhirnya harus merelakan kegiatan saya melatih dan mengajar untuk bisa lebih fokus menangani klien dan mengatur penjadwalan. Ketika banyak orang menyayangkan keputusan ini, saya memilih tak bergeming karena keputusan ini saya buat secara sadar demi pertanggungjawaban layanan yang saya berikan pada klien.
SERTIFIKASI
Oleh karena hipnosis-hipnoterapi tidak digolongkan sebagai profesi akademisi, maka Anda sangat disarankan memiliki sertifikasi yang menandakan kompetensi Anda sebagai seorang hipnoterapis. Memang hal ini bukan jaminan satu-satunya atas kompetensi Anda, tapi paling tidak memiliki sertifikasi dari sebuah organisasi tertentu menandakan kedalaman dari kurikulum pembelajaran yang sudah Anda ikuti.
Ada banyak organisasi yang menyediakan pelatihan hipnosis-hipnoterapi dengan berbagai format, mulai dari pelatihan singkat yang berdurasi 1-2 hari sampai dengan yang berhari-hari, bahkan mingguan, bulanan dan tahunan, dengan ragam sertifikasinya masing-masing. Kita bukan sedang membicarakan salah-benar dalam hal ini, melainkan pertanggungjawaban diri.
Sebagai seorang hipnoterapis, bukan semata jumlah jam pembelajaran yang Anda lalui sebelum berpraktek yang menjadikan Anda berkualitas, melainkan pembelajaran tanpa henti yang Anda lalui agar bisa terus mempertanggungjawabkan kualitas layanan Anda pada klien, terutama menyikapi tantangan dan polemik masalah yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.
LISENSI
Yang tidak kalah pentingnya, yaitu lisensi atau ijin berpraktek. Cukup disayangkan memang beberapa hipnoterapis melupakan hal yang satu ini, sehingga mereka hanya bermodalkan sertifikat dan keberanian untuk berpraktek. Salah satu wujud nyata profesionalisme adalah dengan memastikan Anda siap tunduk pada hukum dan aturan yang berlaku, termasuk di antaranya memiliki ijin praktek dari Dinas Kesehatan dan Kejaksaan (hanya di beberapa daerah) setempat.
Sangat penting bagi Anda untuk memastikan perijinan praktek ini, terutama jika Anda mengiklankan layanan secara profesional, sehingga Anda memiliki legalitas yang kuat ketika ada pemeriksaan dari Dinas Kesehatan setempat, termasuk memperbaharui atau memperpanjang perijinannya dari waktu ke waktu sesuai ketetapan yang berlaku.
Mengurus ijin Dinas Kesehatan bukanlah hal yang sulit, meski beberapa persyaratannya memang mengharuskan kita untuk meluangkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit, paling tidak curahan tenaga dan waktu kita untuk hal yang satu ini menandakan profesionalisme kita dalam menjalankan profesi ini.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang Hipnoterapi? Memerlukan layanan terapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari Hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.