Memahami Gejala Dissonant & Conflicted State Dalam Resource Therapy & Counselling (RTC)
Tidak semua klien akan datang dengan masalah yang bersifat emosional seperti sudah kita bahas sebelumnya di artikel yang mengulas Vaded State, beberapa di antara mereka akan datang dengan keluhan perasaan tidak nyaman dalam diri karena sesuatu berjalan ‘tidak pada tempatnya’.
Catatan: bahasan lebih jelas tentang Vaded State bisa Anda temukan di artikel berikut: ‘Faktor-faktor Pembentuk Vaded with Fear dalam Resource Therapy & Counselling (RTC)‘, ‘Faktor-faktor Pembentuk Vaded with Rejection dalam Resource Therapy & Counselling (RTC)‘, ‘Faktor-faktor Pembentuk Vaded with Confusion dalam Resource Therapy & Counselling (RTC)‘ dan ‘Faktor-faktor Pembentuk Vaded with Disappointment dalam Resource Therapy & Counselling (RTC)‘
Conflicted State dan Dissonant State adalah contoh dari masalah dimana sesuatu terjadi tidak pada tempatnya, yaitu kemunculan Resource State di waktu yang tidak tepat sehingga menyebabkan seseorang mengalami kondisi disfungsional.
Permasalahan yang disebabkan oleh Dissonante State dan Conflicted State bukan disebabkan oleh kondisi Resource State yang terluka atau bermasalah secara emosional seperti Vaded State (kecuali jika salah satu Resource State yang berkonflik dalam Conflicted State ternyata menyimpan luka, yang menjadikannya Vaded State, dalam hal ini maka penanganan yang dilakukan harus ditujukan untuk menormalkan kembali Vaded State yang ada, sebelum dilanjutkan ke negosiasi, itulah mengapa penanangan Vaded State dibahas terlebih dahulu sebelum bahasan yang satu ini).
Bahasan Conflicted State dan Dissonant State dibahas secara bersamaan dalam tulisan ini karena kondisi patologi mereka sama, yaitu terjadi karena waktu keaktifan Resource State, bukan karena kondisinya.
Ilustrasi sederhana dari Dissonant State yaitu bayangkan seorang supir bus yang terbiasa mengemudi di jalur lambat, lalu tiba-tiba ia berada di kursi pengemudi di jalur cepat tanpa ia sendiri mengetahui kenapa ia tiba-tiba bisa berada di kursi pengemudi, yang ia tahu adalah ia sudah berada di kursi pengemudi dan bus harus tetap dikendalikan, maka dengan penuh keterpaksaaan ia pun tetap menjalankan bus tersebut, meski itu bukanlah keahliannya, ia memang bisa sekedar mengendarai bus tersebut, tapi ia tidak bisa memenuhi tuntutan kecepatan dari rute yang dilaluinya, ia pun terseok-seok merasa kepayahan mengendarai bus tersebut, ia dengan terpaksa menjalankannya namun di dalam hatinya ia berharap-harap ada supir lain yang menggantikannya.
Lain lagi dengan Conflicted State, dalam kasus ini bus berada di jalur tengah-tengah antara jalur cepat dan jalur lambat, di tengah-tengah jalur ini muncullah dua supir yang berebut ingin mengendarai bus, yang satu supir yang ingin berjalan di jalur lambat sementara supir satunya ingin berjalan di jalur cepat, keduanya berebut posisi dan masing-masing pun menyentuh kemudi namun setiap satu supir menyentuh kemudi maka supir satunya lagi segera merebutnya, demikian seterusnya sehingga bus pun terombang-ambing tidak stabil di tengah jalur.
Catatan: jika Anda masih asing dengan RTC, silakan menemukan ulasannya terlebih dahulu di tulisan ‘Selayang Pandang Resource Therapy‘.
DISSONANT STATE
Dissonant State menunjukkan perbedaan signifikan dengan Vaded State dan patologi lainnya. Dalam kasus Vaded State, mereka aktif dengan membawa muatan emosi dari masa lalu yang belum terselesaikan, dimana emosi itu menjadikan sesorang berada di zona disfungsional, sementara Dissonant State aktif dengan tidak membawa muatan emosi negatif, mereka tidak merasa takut atau tidak layak tampil, mereka hanya tidak suka tampil di waktu yang tidak sesuai fungsinya.
Conflicted State menunjukkan adanya konflik di antara dua Resource State yang ingin aktif di permukaan, sementara Dissonant State sama sekali tidak ingin aktif karena ia tahu itu bukan waktu yang tepat untuk ia muncul, ia akan dengan sukarela memberikan tempat jika ada Resoure State lain yang bersedia muncul menggantikanya.
Contoh dari aktifnya Dissonant State terjadi pada kasus dimana seorang pelajar sudah belajar untuk ujian namun ketika ia menghadapi ujian ia justru merasa ‘mati gaya’, yang dipelajarinya seolah hilang entah kemana, yang terjadi dalam situasi ini adalah pelajar ini belajar dengan satu Resource State spesifik yang bertugas untuk belajar, namun ketika waktu ujian yang aktif malah Resource State lain yang bukan tugasnya belajar, ia tidak punya keahlian dan tidak punya kapasitas yang seharusnya ditunjukkannya untuk mengerjakan ujian.
Dissonant State tidak aktif dengan membawa emosi yang mengganggu seperti Vaded State, Dissonant State muncul dengan tidak merasa panik, cemas atau takut, ia hanya bingung harus melakukan apa dan dengan cara bagaimana.
Ketika seorang atlit sudah melatih diri sebaik mungkin namun saat bertanding ia merasa cemas dan takut, maka itu tanda Vaded State-lah yang aktif ketika ia siap bertanding. Namun jika atlit ini sudah melatih diri sebaik mungkin dan ketika waktunya bertanding semua keahlian dan hasil latihannya seolah ‘entah kemana’, maka itulah ciri Dissonant State, tidak ada emosi negatif dalam kemunculannya, ia hanya menunjukkan ketidakmampuan dalam menunjukkan respon idealnya.
Teknik penanganan untuk Dissonant State dilakukan dengan menggunakan RT action 2 – Vivify Specific, untuk mengakses Dissonant State, untuk mengidentifikasi kesan dan pengalamannya ketika aktif di Conscious State (di tahapan ini juga kita memastikan memang tidak ada emosi negatif yang muncul di Dissonant State, jika ada maka ini merupakan indikasi dari Vaded State, bukan Dissonant State),
Selepas kita memastikan bahwa yang muncul adalah Dissonant State, kita kembali berbicara dengan klien untuk memastikan respon ideal apa yang ia ingin tampilkan di situasi tersebut, dari jawaban klien kita akan meneruskan ke RT Action 8 – Finding Resource untuk mengakses Resource State yang tepat untuk dimintai kesediaannya muncul dan menggantikan Dissonant State, disambung dengan prinsip dasar dari RT Action 10 – Retro State Negotiation untuk memastikan Dissonant State bersedia bertukar tempat dengan Resource State yang siap menggantikannya. Dikatakan sebagai ‘prinsip dasar’ karena kita tidak secara penuh melakukan Retro State Negotiation, melainkan hanya sebatas teknik komunikasinya untuk memastikan Dissonant State siap bertukar peran dengan Resource State lain.
Catatan: tulisan lebih jelas tentang RT Actions bisa Anda temukan di artikel ‘Resource Therapy Actions‘.
CONFLICTED STATE
Prinsip sederhana dari ilustrasi supir bus yang kita gunakan sebelumnya untuk Conflicted State adalah bahwa meski seberapa sengit pun supir bus berdebat tentang siapa yang harus naik mengemudi, pada akhirnya hanya ada satu kemudi diruang supir, artinya: hanya ada Resource State yang bisa aktif dalam setiap waktu.
Contoh sederhana Conflicted State bisa kita lihat dalam diri mereka yang terjebak dalam penundaan. Mereka tahu ada hal penting yang harus mereka kerjakan, namun entah kenapa ada perasaan ingin bersantai atau malah melakukan hal lain yang tidak penting, mereka memang akhirnya mengikuti perasaan ingin bersantai itu namun pikiran mereka dihantui oleh rasa bersalah yang terus-menerus mengutuki mereka karena bukan melakukan hal yang seharusnya.
Dalam Conflicted State, kedua Resource State yang berkonflik sama-sama memiliki maksud postif bagi klien, Bagian yang ingin menyegerakan tahu bahwa klien harus menyegerakan penyelesaiannya karena itu penting, sementara itu Bagian yang ingin menunda juga memiliki maksud positif ingin membuat klien santai dan menikmati waktunya.
Resource State yang muncul dalam patologi Conflicted State tidak mengetahui nilai yang diperjuangkan oleh Resource State lainnya, mereka sibuk mengedepankan kepentingannya masing-masing dan tidak sempat mengetahui atau menghomati nilai yang diperjuangkan Resource State lain.
RT Actions untuk penanganan Conflicted State tercantum di dalam RT Action 11 – Conflicted State Negotition, inti dari proses negosiasi dalam Conflicted State Negotiation adalah membangun pemahaman di antara kedua Resource State yang bisa membuat mereka saling menghargai satu sama lain, yaitu dengan menyadarkan masing-masing Resource State apa niat baik yang diperjuangkan oleh Resource State lainnya dan mencari jalan tengah yang ekologis darinya.
Namun demikian terdapat hal yang harus kita antisipasi dari proses komunikasi ini, yaitu jika ternyata ada keterlibatan dari Vaded State atau Retro State yang melatari munculnya Conflictes State, jika ditemukan adanya indikasi hal ini maka penanganan Vaded State atau Retro State menjadi prioritas pertama untuk didahulukan sebelum negosiasi, sering kali ketika Vaded State atau Retro State yang berperan di balik patologi Conflicted State mendapatkan resolusinya maka fenomena konflik internal itu pun juga terselesaikan dengan sendirinya.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang Resource Therapy? Memerlukan layanan Resource Therapy untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari Resource Therapy secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.