Memahami Rekam Jejak Penanganan Klien Dalam Praktik Hipnoterapi
Sebagai praktisi yang berpraktik aktif, Anda tentu juga menyadari bahwa ada begitu banyak miskonsepsi yang cukum umum beredar di tengah masyarakat kita seputar hipnoterapi – karena minimnya informasi yang memadai tentang hipnoterapi yang benar disuarakan di msayarakat kita – dimana beberapa di antara miskonsepsi ini sering kali berujung pada munculnya ketakutan (fear) dalam benak calon klien.
Ya, masih ada saja klien yang merasa takut menjalani hipnoterapi, entah itu takut tidak sadar, takut tidak bisa bangun, takut rahasia terbongkar, takut kehilangan kendali, dan banyak lagi ketakutan lainnya. Jika ketakutan ini tidak kita tangani sejak awal maka akan muncul resistensi dalam diri klien yang menjadikan mereka tidak bisa menjalani sesi dengan kesediaan dan kesiapan penuh, maka itulah penting bagi kita dalam proses edukasi untuk mengklarifikasi semua pemahaman ini pada klien.
Pemahaman dasar tentang miskonsepsi dan ketakutan (fear), serta cara mengklarifikasinya sehingga kedua hal itu tidak mengganggu tidak akan saya bahas berkepanjangan karena keduanya sudah menjadi topik umum yang dipelajari di pelatihan hipnoterapi, di artikel ini saya akan lebih menyoroti aspek kepercayaan (trust) klien.
Informasi terkait dengan kepercayaan yang perlu kita dapatkan dari klien adalah ‘apa saja penanganan yang sudah klien jalani sehubungan dengan upayanya untuk menyelesaikan masalahnya’.
Mengapa demikian?
Jika klien sama sekali belum pernah menjalani penanganan maka hal ini tidak akan terlalu menjadi masalah, kita hanya perlu meluruskan miskonsepsi dan membangun kesan positif atas hipnoterapi dan diri kita sebagai praktisi yang memfasilitasi sesinya pada klien, dengan cara ini saja ketakutan klien sudah akan tereliminasi dengan sendirinya dan kepercayaannya pun akan terbangun secara bertahap.
Namun akan jadi lain ceritanya jika klien sudah pernah menjalani penanganan bersama praktisi lain dan kemudian menemui kita, hal ini layak menimbulkan tanda tanya bagi kita, terutama jika klien menemui praktisi lain tersebut untuk menjalani penanganan atas permasalahan yang sama, yang – masih juga – dibawanya menemui kita.
KLIEN YANG PERNAH DITANGANI PRAKTISI LAIN
Jika klien menemui kita untuk menjalani penanganan untuk permasalahan yang berbeda dengan masalah yang ditangani oleh praktisi yang membantunya dulu tentu tidak jadi masalah, bisa jadi ia menemui kita karena keterbatasan waktu, jarak atau faktor pertimbangan lainnya. Namun lain ceritanya jika klien datang dengan masalah yang sama yang dulu ingin ditanganinya, kita layak bertanya-tanya hal apa yang membuat masalahnya tak terselesaikan dan bagaimana kita secara antisipatif merumuskan desain penanganan yang bisa menyelesaikan masalahnya.
Penting bagi hipnoterapis untuk menggali dengan spesifik apa saja proses penanganan yang pernah dilalui kliennya bersama praktisi lain tersebut, bukan sekedar sebatas ingin tahu tapi hipnoterapis haruslah mengidentifikasi detail penanganan yang klien sudah pernah lalui.
Hal ini untuk mengungkap dua hal:
Pertama, seperti saja detail penanganan yang sudah klien lalui dan mengapa penanganan itu tidak memberikan perubahan yang sesuai harapan klien, karena akan menjadi sebuah kesia-siaan jika kita mengulang tahapan yang jelas-jelas tidak membawa perubahan.
Itulah mengapa penting untuk mendapatkan kejelasan atas apa detail penanganan yang sudah klien lalui, karena data dari jalannya detail penanganan itu akan kita sesuaikan dengan profil dan hasil assessment klien sampai kita menemukan kesimpulan ada faktor apa yang menjadikan penanganan yang dilalui klien dulu tidak berhasil.
Bisa saja penanganan itu tidak membawa hasil karena memang masalah klien sedemikian kompleksnya, sementara itu kompetensi yang dimiliki oleh praktisi yang menangani klien belum memadai untuk menyelesaikan kompleksitas tersebut.
Bisa juga karena penanganan yang diberikan justru sama sekali tak sesuai dengan peruntukkan penanganannya sehingga wajar jika penanganan itu tidak membawa dampak signifikan apa pun (obat yang salah untuk penyakit yang salah).
Namun bisa juga yang terjadi adalah karena buruknya sikap dari praktisi yang menangani atau buruknya jalannya layanan, sehingga klien pun memutuskan berganti praktisi, jika ini yang terjadi maka kita perlu mengidentifikasi sejauh mana penyimpangan praktik ini dilakukan oleh praktisi yang bersangkutan, agar bisa menjelaskan ulang seperti apa penanganan hipnoterapi yang sebenarnya, dimana penjelasan itu disesuaikan dengan keluhan klien, agar klien sadar bahwa kesalahan penanganannya dulu bukan terletak pada teknik atau keberadaan hipnoterapi itu sendiri sebagai sebuah metode, melainkan karena oknum yang berpraktik dengan sikap yang buruk sehingga ia tidak menggeneralisasi hipnoterapi secara negatif.
Seburuk-buruknya pelayanan yang dilakukan hipnoterapis pada klien, ia hanya akan bermuara pada dua hal: keahlian yang memang tidak kompeten dan sikap-pelayanan yang buruk, kedua hal inilah yang harus kita hindari, sambil juga menyiapkan penjelasan yang memadai jika ada klien yang pernah mengalami pengalaman buruk dengan kedua hal itu agar kepercayaan positif mereka terbangun dalam menjalani penanganan bersama kita.
Percayalah, Anda akan menemukan kisah-kisah yang berhubungan dengan para ‘oknum’ praktisi hipnoterapi, hal ini karena membicarakan praktisi berarti kita membicarakan individu dimana tidak semua individu siap menegakkan nilai-nilai integritas dan kualitas yang sama dalam melayani kliennya.
Kedua, sejauh mana dan seberapa dalam kondisi mental-psikis klien sudah terkondisikan dari sesi penanganan yang dilaluinya, hal ini karena dalam proses penanganan hipnoterapi kita berurusan langsung dengan sruktur psikis di levelnya yang terdalam, penting untuk mengetahui seberapa jauh dan seberapa dalam isi struktur psikis ini pernah ‘tersentuh’ oleh orang lain.
Jika ada ‘sentuhan’ positif yang pernah ada di dalamnya, yang memang menghasilkan dampak positif, maka hal itu jelas bisa kita berdayakan untuk mempermudah penanganan yang kita lakukan, yaitu mengadaptasi prinsip yang sama dengan yang pernah klien lalui dimana prinsip itu terbukti memberikan perubahan baginya.
Namun jika ‘sentuhan’ yang pernah klien alami justru adalah hal negatif (penanganan yang salah), maka hal ini juga perlu kita teliti dengan seksama, bukan tidak mungkin kesalahan penanganan itu berimbas pada struktur psikis klien yang mempengaruhi jalannya penanganan bersama kita.
Contohnya jika dalam sesi sebelumnya praktisi yang menangani klien menggunakan pendekatan parts therapy dimana ia memanggil parts atau juga disebut Resource State dalam diri klien, namun ia tidak memperlakukan parts itu dengan hormat sampai-sampai parts itu tersinggung, jangan heran bila kita kelak menemukan kesulitan untuk berkomunikasi dengan parts tersebut karena parts itu bisa saja menutup diri dari siapa pun praktisi yang akan menanganinya.
Atau dalam contoh lain, bisa saja praktisi yang menangani klien sebelumnya berhasil menemukan ISE tapi tidak bisa memfasilitasi proses pelepasan emosi dari Vaded State dengan efektif dan malah menyudahi prosesnya meski sebetulnya masalahnya belum selesai tertuntaskan, alhasil klien justru mengalami trauma baru (traumatic insight) dimana hal ini menjadi pekerjaan tambahan untuk turut kita tuntaskan dalam sesi bersama kita untuk memastikan keseluruhan penanganan berjalan efektif.
MUARA PROSES PENGUMPULAN INFORMASI
Muara dari proses pengumpulan informasi ini pada akhirnya adalah supaya kita bisa mengidentifikasi hal apa saja yang berpotensi membuat klien – baik secara sadar dan bawah sadar – kehilangan kepercayaan pada hipnoterapis yang menanganinya, karena ia pernah punya rekam-jejak pengalaman buruk sebelumnya bersama praktisi yang menanganinya.
Bisa juga yang terjadi adalah klien belum pernah menjalani penanganan apa pun, hanya saja ia memang belum bisa percaya penuh pada kita karena sedemikian privacy dan sensitifnya detail kisah hidupnya baginya, biasanya hal ini terjadi pada masalah yang berhubungan dengan gangguan fungsi seksual atau permasalahan yang berhubungan dengan trauma akibat pelecehan seksual.
Cermati bahasa tubuh klien dan caranya bercerita, sampai ke detail terkecil dari ekspresi-mikro (micro-expression) yang ditampilkannya, dari sana saja sebenarnya kita sudah bisa melihat seberapa jauh klien sudah percaya pada kita dan apakah penanganan layak dilakukan.
Jika kita melihat klien masih tidak percaya atau masih ada keraguan dalam dirinya, maka perlu kita tegaskan bahwa efektivitas penanganan berbanding lurus dengan kadar kepercayaan klien, yang biasa saya dan tim lakukan adalah dengan memberikan klien ‘ruang’ untuk menimbang dan memutuskan, itulah kenapa sesi konseling di perjumpaan awal klien bersama hipnoterapis berdiri sendiri, tidak bisa menjadi bagian dari sesi terapi, hal ini untuk memberikan klien waktu untuk memutuskan apa ia merasa sepenuhnya cocok menjalani penanganan bersama kita.
Ada kalanya beberapa klien merasa sungkan karena hipnoterapis sudah meluangkan waktu untuknya, sampai ia merasa tidak enak kalau sampai tidak menjalani penanganan bersama hipnoterapis itu – meski sebetulnya ia belum sepenuhnya siap dan merasa cocok -, apalagi kalau sampai hipnoterapis yang memfasilitasi sesinya menunjukkan tanda-tanda ‘memaksa/mendesak secara halus’, jika ini terjadi maka klien menjalani penanganan sebetulmya bukan untuk dirinya, melainkan semata untuk menyenangkan hipnoterapis, akhir dari prosesnya sudah bisa ditebak, ada potensi resistensi yang akan membayangi prosesnya.
Bisa jadi juga klien merasa sudah terlanjur ditemui dan ada opsi untuk langsung menjalani terapi, di dalam benak klien lantas terlintas pemikiran “Coba-coba saja, tidak ada ruginya ini.”
Proses penanganan tidaklah bisa dilakukan dengan landasan ‘coba-coba’, jika ini dipaksakan maka hasilnya pun akan ‘hasil coba-coba’.
Sesi konseling yang berkualitas sebelum menjalani terapi bagi saya memberi klien ruang untuk berpikir dan mencerna semua informasi yang diperolehnya secara matang, bahkan klien pun bisa saja melakukan survei ke tempat lain untuk mencari pembanding, waktu yang sudah klien gunakan untuk berpikir dan merenung inilah yang kemudian memberikan kesiapan dan kemantapan untuk menjalani sesi penanganan bersama kita, karena kita pun memberikan klien ruang untuk memutuskan, tanpa menunjukkan gelagat seolah kitalah yang membutuhkan klien, melainkan merekalah yang membutuhkan kita karena mereka yang menghubungi kita untuk menyampaikan keputusan dan kesiapannya menjalani penanganan.
Pastikan klien memasuki fase penanganan karena ia sudah percaya penuh pada kita sebagai praktisi yang dipercayanya untuk mendampingi proses perubahannya. Jika tidak, maka jangan terburu-buru masuk ke proses penanganan, karena ketidakpercayaan klien adalah bom waktu yang berpotensi menyulitkan jalannya penanganan dan perubahan.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.