Miskonsepsi Dalam Proses Hipnoterapi Pada Anak
Daftar Isi
Bukan kebetulan, salah satu isu yang cukup umum diangkat oleh para calon klien dalam menghubungi dan memesan layanan hipnoterapi adalah keluhan yang berhubungan dengan anak, utamanya anak-anak di usia menjelang remaja.
Hal ini bisa dimaklumi, dengan banyaknya kesibukan yang para orang tua jalani dalam bekerja, mencari nafkah dan menghidupi keluarga, pastinya akan muncul tingkat stres yang tidak sedikit, dimana tingkat stres ini akan berdampak pada menurunnya tingkat toleransi mereka dalam menyikapi perilaku anak, hal-hal yang semula nampak sebagai permasalahan perilaku kecil bisa dianggap sebuah permasalahan besar yang kemudian berkembang menjadi sebuah permasalahan yang memang benar-benar besar dalam kenyataannya.
Kenapa dikatakan ‘menurunnya tingkat toleransi…’ pada kalimat di atas? Hal ini karena sering kali bisa jadi apa yang dianggap sebagai permasalahan oleh orang tua bukanlah sebuah permasalahan yang sebenarnya, bisa jadi apa yang anak lakukan dan dianggap sebagai permasalahan adalah sesuatu yang sebenarnya wajar, sesuai dengan dinamika tumbuh-kembang usianya, namun menurunnya tingkat stamina psikis orang tua – karena stres atau tekanan lainnya – menyebabkan perilaku itu dianggap sebagai sebuah permasalahan besar; pada akhirnya, cara pandang mereka yang menganggap itu sebagai permasalahan menjadikan mereka menunjukkan perilaku yang memang mempermasalahkan hal itu, yang membuat perilaku anak semakin menjadi-jadi, ahasil muncullah masalah sungguhan dari fenomena ini.
Perbedaan antara ‘masalah sungguhan’ yang terjadi pada anak dan permasalahan yang kemudian dipermasalahkan bisa kita golongkan menggunakan acuan yang cukup umum digunakan dalam dunia studi psikologi abnormal untuk menilai suatu ‘penyimpangan’ adalah yang sering dikenal sebagai 4D (Comer, 2014), yaitu:
- Deviant, pemikiran, perasaan atau perilaku anak dianggap menyimpang karena berbeda dari kebiasaan yang dianut masyarakat atau anak-anak pada umumnya.
- Distressing, pemikiran, perasaan atau perilaku anak dianggap menyimpang karena menyebabkan anak tertekan atau merasakan ketidaknyamanan dalam dirinya.
- Dysfunctional, pemikiran, perasaan atau perilaku anak dianggap menyimpang karena menyebabkan anak tidak bisa menjalankan aktivitas rutinnya dengan baik.
- Dangerous, pemikiran, perasaan atau perilaku anak dianggap menyimpang karena membahayakan dirinya atau orang-orang di sekitarnya.
Permasalahan anak (atau ‘yang dianggap permasalahan’) yang tidak termasuk ke dalam keempat hal di atas adalah yang sering kali kita kategorikan sebagai ‘perilaku anak yang tidak sejalan dengan keinginan orang tua’, kalau pun orang tua benar-benar meyakini bahwa anaknya bermasalah karena menunjukkan salah satu dari perilaku di atas, di dalam kategori deviant atau dysfunctional misalnya, maka hal ini perlu diklarifikasi dulu bersama pihak lain yang lebih netral – kalau perlu sampai ke beberapa pihak – untuk bisa menyimpulkan apakah benar permasalahan itu termasuk ke dalam permasalahan umum, atau sebatas menurut cara pandang orang tua, bisa saja ternyata yang orang tua anggap sebagai permasalahan adalah hal yang umum menurut pandangan orang lain, atau menurut teori Psikologi pendidikan dan pengasuhan anak.
DILEMA PENDIDIKAN – PENGASUHAN ANAK
Pendidikan pengasuhan anak (parenting) bukanlah sesuatu yang diajarkan secara umum di sekolah atau lembaga pendidikan formal lainnya, kebanyakan orang tua akhirnya menerapkan pendidikan pengasuhan anak pada anaknya sesuai dengan apa yang mereka ketahui, sebagaimana pengalaman mereka diasuh dulu, disinilah acap kali muncul dua jenis masalah.
Masalah pertama yang kerap kali muncul adalah jaman yang dihidupi oleh orang tua dan anak berbeda, tantangan yang dialami orang tua di jamannya dulu berbeda dengan tantangan yang dialami anaknya di jaman sekarang, apalagi di era digital sekarang ini dimana penyebaran informasi bisa sedemikian tidak terkendali menyebabkan munculnya masalah lain yang sulit diprediksi, anak-anak bisa sedemikian mudahnya terpengaruh oleh banyaknya informasi yang bertebaran di internet dan terjebak permasalahan emosi dan perilaku, tergantung pada jenis informasi yang mereka terima.
Masalah kedua yang juga kerap kali muncul adalah adanya perbedaan gaya pendidikan dan pengasuhan anak dari kedua orang tua. Mendidik dan mengasuh anak adalah tanggungjawab kedua orang tua, ayah dan ibu (jika keduanya masih ada), disinilah perbedaan gaya mendidik dan mengasuh akan menimbulkan kebingungan tersendiri bagi anak, yang akan berdampak pada emosi dan perilakunya.
Ketika orang tua mendapati permasalahan emosi atau perilaku pada anak – baik itu permasalahan yang memang sudah berupa permasalahan sungguhan, atau pun yang sebatas mereka anggap sebagai permasalahan – yang tidak lagi mampu mereka atasi, biasanya muncullah inisiatif untuk mengkonsultasikan kebutuhan penanganan permasalahan anaknya pada pihak lain yang dianggapnya kompeten, bisa ke Psikiater, Psikolog, atau ke pihak yang saat ini sudah mulai populer sebagai profesi: hipnoterapis.
Disini juga muncul masalah berikutnya ketika orang tua menghubungi hipnoterapis untuk mengkonsultasikan kebutuhan penanganan permasalahan anaknya, yaitu keinginan agar anaknya ‘dihipnotis’ dan dibuat agar menjadi sesuai harapan mereka.
HIPNOTERAPI PADA ANAK
Kenapa fenomena di atas tadi dikatakan sebagai permasalahan? Hal ini karena hipnoterapi pada anak tidaklah seperti itu.
Masih banyak orang tua – yang seperti kebanyakan masyarakat pada umumnya – beranggapan bahwa hipnosis atau hipnoterapi adalah penanaman sugesti yang membuat seseorang bisa mengubah perilakunya secara instan, sehingga ketika seseorang mengalami permasalahan perilaku maka hipnoterapis bisa langsung menghipnotis orang ini agar ia berubah.
Seperti sudah saya bahas di artikel ‘Miskonsepsi Dalam Hipnoterapi‘, hipnosis dan hipnoterapi bukanlah seperti yang kebanyakan orang kira di luar sana.
Salah satu syarat dalam hipnoterapi adalah adanya kesediaan dan ijin dari subjek atau klien untuk menjalani proses hipnosis itu sendiri, tanpa adanya kesediaan dan ijin dari subjek maka proses hipnosis dan hipnoterapi tidak bisa dilakukan.
Ketika orang tua membawa anak yang dianggapnya bermasalah, belum tentu anak merasa dirinya bermasalah, bisa jadi permasalahan perilaku yang anak tunjukkan adalah bentuk protesnya pada orang tua atas berbagai kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi, maka sudah jelas permasalahan ini adalah bentuk ‘kesengajaan’ (meski tidak dilakukan secara sadar), maka ketika anak dibawa untuk menjalani penanganan ia akan berada dalam mode ‘bertahan’ yang tidak menghendaki dirinya diterapi, dalam hal ini jelas hipnosis dan hipnoterapi tidak bisa dilakukan.
Hipnosis dan hipnoterapi pada anak baru bisa dilakukan jika anak menghendaki dan mengijinkan dirinya menjalani penanganan, hal ini biasanya ditunjukkan oleh anak yang menyadari bahwa ia sendiri memang terganggu dengan permasalahannya dan ia ingin bisa terbebas dari permasalahannya, dalam kasus seperti ini hipnosis dan hipnoterapi akan efektif dilakukan dan memang akan efektif membantu anak untuk lepas dari permasalahannya.
PERMASALAHAN ANAK = BENTUK EKSPRESI EMOSI
Terlepas dari apa pun permasalahan yang dialami anak, ketika masalah anak tidak termasuk ke dalam kategori 4D di atas tadi, maka bisa jadi permasalahan yang anak tunjukkan termasuk ke dalam penyaluran emosinya karena ada kebutuhan psikologisnya yang tidak terpenuhi.
Kebutuhan psikologis ini saya golongkan atas dua hal.
Pertama, kebutuhan emosi dasar yang tidak terpenuhi pada anak, selain memerlukan nutrisi fisik anak juga memerlukan ‘nutrisi emosi’, dimana hal ini diperoleh dari cara orang tua mengasuh dan memerlakukan mereka.
Tidak semua orang tua memahami cara memenuhi hal ini, maka anak pun tumbuh dengan kurangnya nutrisi emosi dalam dirinya, hal ini yang menjadikan mereka ‘kelaparan’ secara emosi dan melakukan berbagai perilaku bermasalah untuk melampiaskan ketidakpuasannya atas kebutuhan psikologis yang tidak didapatkannya.
Sialnya lagi, karena orang tua tidak memahami hal ini maka orang tua semakin memperlakukan anak dengan cara tidak menyenangkan, entah itu menghukum atau sejenisnya, anak yang semakin merasa tidak dipedulikan atau diperhatikan dengan baik malah semakin menjadi-jadi.
Ngomong-ngomong, bahasan tentang pemenuhan kebutuhan emosi dasar ini akan saya tuliskan di artikel lain di lain kesempatan.
Kedua, kebutuhan emosi dasar berupa dukungan yang ingin mereka dapatkan dari orang tua setelah mereka mengalami peristiwa traumatis. Tidak bisa dipungkiri dalam pergaulan yang anak jalani selalu ada potensi dimana mereka mengalami peristiwa tidak menyenangkan, seperti perisakan (bullying), atau sejenisnya, yang menyebabkan mereka mengalami ‘luka’.
Pasca mengalami luka mereka akan mencari dukungan emosional yang sifatnya menghangatkan dan menyembuhkan luka itu, disini juga ada kalanya orang tua tidak memahami dan tidak bisa memenuhi itu, maka anak menyimpan luka yang terus ‘menganga’, seperti binatang yang terluka, yang kemudian meraung atau melakukan aksi destruktif untuk membuat rasa sakitnya teralihkan, begitu juga yang dialami anak, luka ini membuat mereka menjadi ‘liar’ dan melakukan berbagai permasalahan yang bisa mengalihkan mereka dari rasa sakitnya.
TAHAPAN PENANGANAN PADA ANAK
Tahapan penanganan pada anak tidaklah seperti yang kebanyakan orang tua pikirkan dimana anak-anak datang lalu ‘dihipnotis’ dan kemudian perilakunya berubah.
Sekali lagi, permasalahan perilaku pada anak perlu dipastikan terlebih dahulu, apakah ia merupakan permasalahan sungguhan sesuai kaidah 4D di atas, atau ia merupakan permasalahan yang tidak seharusnya menjadi permasalahan tapi oleh orang tua dianggap sebagai permasalahan.
Yang mana pun yang dialami, kesimpulan atas hal ini baru akan diketahui di dalam sesi konsultasi awal sebelum penanganan resmi dilakukan.
Dalam sesi konsultasi awal saya akan memetakan permasalahan dengan lebih komperehensif dengan mengumpulkan informasi dari semua pihak yang terlibat, baik itu anak atau pun orang tua, dimana hal ini akan bermuara pada tiga hal:
Pertama, jika anak tidak bersedia menjalani penanganan atau bahkan tidak bersedia menjalani sesi konsultasi, maka saya akan menyatakan pada orang tua bahwa sesi penanganan tidak akan memungkinkan untuk dilakukan, karena hipnoterapi tidak bisa dilakukan pada mereka yang tidak menghendaki.
Kedua, jika dalam sesi konsultasi saya mendapati bahwa permasalahan anak disebabkan karena peran orang tua, entah karena pemenuhan emosi yang tidak optimal, atau karena perilaku orang tua yang berkontribusi menyebabkan permasalahan perilaku pada anak, saya akan menyatakan bahwa orang tua harus menjadi pihak yang pertama-tama berubah, jika kedua orang tua bersedia menyanggupi dan turut berperan serta dalam mengubah perilakunya barulah opsi untuk penanganan anak akan saya pertimbangkan.
Mengapa saya katakan ‘opsi penanganan anak akan saya pertimbangkan’? Hal ini karena jika masalah anak adalah masalah yang bersumber dari orang tua, maka ketika orang tua mengubah perilakunya maka sering kali permasalahan anak akan turut terselesaikan, kecuali kalau mereka memang menyimpan permaslaahan lain yang lebih kompleks dari yang terlihat, tapi paling tidak perubahan ini akan melunakkan hati anak untuk kelak bersedia menjalani penanganan karena ia sudah melihat perubahan pada orang tuanya.
Jika orang tua tidak bersedia menyanggupi maka penanganan tidak akan saya lakukan, karena orang tua jenis ini adalah orang tua yang sebenarnya bukan menginginkan perubahan positif, mereka ingin menegaskan egonya dan menjadikan anaknya ‘robot’ yang bisa diatur sesuai kehendak hati mereka, ketika nanti terjadi permasalahan dalam proses terapi maka orang tua jenis ini akan menyalahkan praktisi yang menangani anaknya karena dianggapnya tidak kompeten, padahal merekalah sumber dari permasalahan perilaku anaknya.
Ketiga, jika anak memang menghendaki penanganan dan ia bersedia menjalani penanganan, saya akan tetap meluangkan waktu untuk mengedukasi orang tua perihal bentuk dukungan yang mereka bisa berikan pada anak selepas anak menjalani penanganan, agar perubahan pada anak menjadi perubahan yang konsisten dan bahkan semakin membaik dari hari ke hari di berbagai aspek.
Dengan kata lain, proses penanganan pada anak dilakukan bukan hanya menitikberatkan prosesnya pada anak, tapi pada membangun pemahaman orang tua tentang ilmu dan seni menjadi orang tua dengan pendidikan dan pengasuhan anak yang tepat, ketika hal ini dilalui dengan baik maka proses penanganan pada anak akan berjalan efektif dan kondusif.
Referensi:
Comer, R. J. 2014. Fundamentals of Abnormal Psychology, Seventh Edition. USA: Worth Publishers.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.