Pengaruh Gender Dalam Resiko Kesehatan
Sebagai seorang tenaga kesehatan – yang jelas-jelas bergerak di bidang kesehatan – ada cukup banyak faktor yang perlu seorang hipnoterapis pahami yang turut menentukan kualitas kesehatan seseorang, dimana salah satunya berhubungan dengan gender dan jenis kelamin.
Hal ini memang tidak berhubungan langsung dengan prinsip dan teknik hipnoterapi, tapi sebagai tenaga kesehatan tidak ada salahnya jika kita ikut memahami uraian yang satu ini untuk lebih memahami bagaimana landasan pemikiran Psikologi kesehatan turut berperan di balik aspek yang membentuk permasalahan seorang klien, utamanya bagaimana hal ini menentukan kadar upaya mereka dalam mencari pertolongan pada permasalahan kesehatannya (help-seeking behavior).
FOKUS PADA VARIABILITAS
Salah satu kerangka kerja teoritis dalam Psikologi kesehatan yaitu “fokus pada variabilitas” (Ogden, 2019), yang turut mencakup peranan dari gender di dalamnya.
Jika jenis kelamin lebih mengacu pada faktor biologis, hormonal dan fisiologis, gender lebih mengacu kepada peran sosial yang melekat pada grup atau budaya spesifik; dengan kata lain, gender bukanlah seperangkat ciri khusus yang ada sedari awal, melainkan produk dari kesepakatan sosial ( West & Zimmerman, 1987; Phillips, 2011).
Saat ini bisa dikatakan keterlibatan atau pengaruh dari gender belumlah banyak diekspolorasi dalam penelitian di dunia kesehatan (Turshen, 2007), meski pun demikian temuan terkini mendapati bahwa gender sebagai salah satu fokus variablitias berkontribusi cukup signifikan bagi kondisi kesehatan dan penyakit seseorang (Ross et al., 2012).
PENJELASAN POTENSIAL
Perbedaan mendasar atas kualitas kesehatan pria dan wanita bisa kita urai lebih lanjut dengan model Biopsikososial (Engel, 1977, sebagaimana dikutip oleh Ogden, 2019), yang mengintegrasikan faktor biologis, psikologis dan sosial dalam satu kerangka pemikiran.
Dari perspektif biologis, Verbrugge (1985) menyuarakan hipotesa bahwa terdapat perbedaan mendasar di balik terciptanya gejala masalah dan kondisi patologi dalam diri pria dan wanita, dikarenakan adanya perbedaan dari segi gen atau struktur fisik, yang pada akhirnya bermuara pada perbedaan kadar resiko bagi keduanya.
Temuan dari Johnson (2013) menjadi satu hal yang tidak kalah menariknya, ia mendapati bahwa permasalahan pada jantung contohnya, bisa diartikan berbeda dalam diri pria dan wanita; menurut Johson, gejala permasalahan pada jantung yang dialami seorang wanita bisa saja diartikan berbeda jika kondisi itu dialami oleh pria.
Sudut pandang psikologis tentu memiliki peranan juga dalam terciptanya masalah kesehatan dalam diri seseorang, bukan hanya dari segi stres yang mempengaruhi cara kerja organ tubuh, tapi juga mempengaruhi reaksi seseorang dalam mencari pertolongan atas penanganan permasalahan kesehatannya (Ogden, 2019; Verbrugge, 1985).
Verbrugge lebih lanjut menjelaskan temuannya bagaimana wanita cenderung lebih mandiri dan lebih mencari pertolongan daripada pria ketika merasa dirinya mengalami permasalahan kesehatan, gaya hidup mereka juga tidak sebermasalah pria, dan lebih mudah percaya pada tenaga kesehatan yang berwenang, yang menjadikan mereka lebih mudah mencari pertolongan ketika merasa perlu, yang memungkinkan mereka memiliki tingkat kualitas kesehatan yang lebih baik.
Tapi faktor psikologis ini masih memiliki variabel lain yang tidak kalah kompleks, terutama ketika dihubungkan dengan faktor sosial (psikososial), seperti yang dinyatakan oleh Bird & Freemont (1991) yang mendapati bahwa di beberapa negara selalu ada kemungkinan bahwa tingkat kualitas kesehatan wanita lebih rendah dari pria, terutama di tempat dimana kualitas dan akses pendidikan serta penghasilan mereka lebih rendah daripada pria, seandainya saja secara sosial kualitas akses pendidikan dan penghasilan mereka setara maka sangat mungkin tingkat kualitas kesehatan mereka malah justru lebih baik.
Referensi:
Bird, C., & Fremont, A. (1991). Gender, Time Use, and Health. Journal of Health and Social Behavior, 32(2), 114-129. doi:10.2307/2137147
Johnson, P. (2013, December). His and hers…health care [Video]. TED. https://www.ted.com/talks/paula_johnson_his_and_hers_health_care
Ogden, J. (2019). The psychology of health and illness: An open access course
Phillips, S. (2011). Including Gender in Public Health Research. Public Health Reports (1974-), 126, 16-21.
Ross, C., Masters, R., & Hummer, R. (2012). Education and the Gender Gaps in Health and Mortality. Demography, 49(4), 1157-1183.
Turshen, M. (2007). Gender and Health. Journal of Public Health Policy, 28(3), 319-321. DOI: 10.10157/palgrave.jphp.32100141
Verbrugge, L. (1985). Gender and Health: An Update on Hypotheses and Evidence. Journal of Health and Social Behavior, 26(3), 156-182. DOI:10.2307/2136750
West, C., & Zimmerman, D. (1987). Doing Gender. Gender and Society, 1(2), 125-151.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi, konseling atau coaching? Memerlukan layanan hipnoterapi, konseling atau coaching untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi, konseling atau coaching secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.