Pentingnya Penetapan Parameter Keberhasilan Terukur Dalam Terapi
Daftar Isi
Satu pertanyaan yang pernah dilontarkan salah seorang peserta pelatihan di kelas saya terdahulu adalah “Kenapa saya tidak pernah bersedia melakukan proses terapi sebelum parameter keberhasilan disepakati bersama antara saya dengan klien.”
Pertanyaan sederhana yang ternyata membuahkan jawaban dan penjelasan yang tidak sederhana.
Mengapa parameter keberhasilan penting adanya dalam proses terapi? Apa yang dimaksud parameter keberhasilan ini? Kenapa parameter keberhasilan ini haruslah terukur?
Artikel ini dibuat untuk menjelaskannya.
PARAMETER KEBERHASILAN TERUKUR SEBAGAI “PEMBEDA”
Hal pertama yang hendaknya menjadi pembuka tulisan kali ini adalah “mengapa parameter keberhasilan ini penting adanya dalam proses terapi”, karena dari jawaban atas pertanyaan ini juga penjelasan lanjutan dalam tulisan ini akan menjadi lebih “masuk akal” untuk dipahami.
Bagi saya pribadi, satu dekade perjalanan praktik selama ini memberikan sebuah kesimpulan bahwa penetapan parameter keberhasilan adalah sebuah “pembeda” dari layanan terapi komplementer – khususnya hipnoterapi – yang saya fasilitasi pada para klien, dengan layanan pengobatan formal lainnya.
Ya, dalam posisinya sebagai sebuah metode pengobatan komplementer, hipnoterapi menjadi sebuah metode yang cara kerjanya beririsan dengan proses psikoterapi dalam dunia Psikologi dan Psikiatri, yang dikategorikan ke dalam pengobatan formal, jika tidak ada pembeda yang jelas dalam cara kerjanya maka sangat besar kemungkinan terjadi situasi dimana Hipnoterapis melangkahi ruang geraknya dan malah melakukan yang menjadi kewenangan Psikolog dan Psikiater, dimana hal ini bisa dikategorikan sebagai malpraktik.
Disinilah parameter keberhasilan terukur ini menjadi pembeda atas cara kerja dari hipnoterapi sebagai metode pengobatan komplementer, dengan proses psikoterapi formal.
Sebagai bentuk pengobatan formal, psikoterapi formal mendasari cara kerjanya pada diagnosis, dimana gejala permasalahan yang klien alami dipetakan ke dalam acuan diagnosis resmi yang disepakati, dimana dari diagnosis itulah rencana penanganan (treatment plan) kemudian dirancang.
Dari segi kewenangan dan ruang gerak, Hipnoterapis tidaklah berkewenangan memberikan diagnosis, sehingga diperlukan sebuah acuan khusus yang menjadikan Hipnoterapis bisa menjalankan proses terapinya dengan tanpa melanggar ruang geraknya.
Namun demikian, hal ini juga yang tidak mudah dilakukan begitu saja, karena prosedur praktik hipnoterapi belumlah terstandarisasi secara resmi antar satu praktisi dengan yang lainnya, hal ini juga yang menjadikan saya kemudian memutuskan menetapkan standar saya sendiri, salah satunya dengan menetapkan parameter keberhasilan terukur sebagai bagian dari cara kerjanya.
Tidak diduga, dalam praktik yang saya fasilitasi, penetapan parameter keberhasilan terukur ini saya dapati menjadi sebuah pembeda yang secara signifikan menjadikan hipnoterapi memiliki warna tersendiri.
CARA KERJA PARAMETER KEBERHASILAN TERUKUR
Sedari tadi kita sudah menyoal alasan kenapa parameter keberhasilan terukur ini penting adanya sebagai sebuah pembeda, tapi apa gerangan yang dimaksudkan sebagai parameter keberhasilan terukur ini?
Begini, parameter keberhasilan terukur dalam proses terapi adalah sebuah acuan atas kualitas kondisi akhir yang diharapkan untuk dicapai melalui sebuah proses terapi.
Ketika seorang klien meminta bantuan pada seorang Hipnoterapis, maka ia sedang berada di sebuah kondisi lama/awal tertentu yang dirasanya tidak ideal, kondisi tidak ideal ini bisa berupa ketidaknyamanan emosional, permasalahan perilaku, atau pun gejala permasalahan psikosomatis.
Logika sederhana yang perlu kita pahami dalam hal ini adalah: jika ada “kondisi tidak ideal”, maka sudah tentu ada “kondisi ideal” yang menjadi kebalikannya; jika kondisi “tidak ideal” adalah kondisi yang “tidak diharapkan”, maka kondisi “ideal” adalah kondisi yang “diharapkan”, sejauh ini masuk akal bukan?
Kondisi ideal adalah apa yang menjadi harapan klien, ia menjadi sebuah kondisi yang klien ingin capai melalui sebuah proses terapi, dengan adanya penetapan atas kondisi akhir ideal yang ingin dicapai ini maka Hipnoterapis bisa lebih mengefektifkan cara kerjanya karena tiga alasan.
Alasan pertama, sejak awal Hipnoterapis bisa menakar apakah kondisi ideal yang ditetapkan klien adalah kondisi yang “realistis” untuk dicapai melalui proses penanganan yang difasilitasinya, dan bagaimana ia akan menyikapi harapan klien tersebut.
Beberapa klien datang dengan menetapkan kondisi ideal yang ternyata tidak realistis untuk dicapai, mereka yang merasa sakit hati karena perlakuan orang dekatnya misalnya, ternyata punya pemikiran bahwa kondisi ideal yang ingin dicapainya adalah agar perlakuan orang dekatnya berubah terhadap dirinya, agar tidak dirasa menyakitinya lagi.
Hal ini tentu tidak realistis, kita tidak bisa mengubah orang lain yang tidak bersedia untuk berubah.
Dengan mengidentifikasi hal ini sejak awal Hipnoterapis berkesempatan mengedukasi klien bahwa hal itu tidaklah realistis untuk dicapai, yang bisa kita lakukan adalah membantu klien menjadi pribadi yang lebih kuat agar tidak mudah tersakiti, sehingga meski pun perilaku orang dekatnya tidak berubah terhadap dirinya tapi semua itu tidak lagi mempengaruhinya.
Bagaimana jika klien tidak bisa menerima hal ini meski pun kita sudah mengedukasinya dengan baik? Bagaimana kalau klien bersikeras bahwa ia ingin orang dekatnyalah yang harus mengubah perlakuan atas dirinya?
Maka hal ini menjadi sebuah penanda bahwa tidak seharusnya proses terapi kita lanjutkan, karena tetap saja bagaimana pun perubahan di luar diri klien itu tidak akan terwujud melalui proses terapi yang kita fasilitasi, karena yang kita bantu ubah adalah dirinya. Jika kita tetap memutuskan memfasilitasi penanganan maka sudah tentu klien tidak akan terpuaskan dan pada akhirnya hal itu menjadi keluhan tersendiri.
Alasan kedua, parameter keberhasilan yang terukur menjadikan Hipnoterapis dan klien memiliki sebuah media untuk mengujikan hasil dari proses terapi, Hipnoterapis bisa memfasilitasi hal ini sejak awal dalam proses terapi melalui teknik future pacing, dan begitu juga klien bisa langsung mengujikan hasilnya dalam kehidupan kesehariannya secara nyata.
Misalnya begini, klien datang dengan kondisi ketakutan berlebih ketika melihat kucing, apa kiranya kondisi ideal yang bisa menjadi perlambang bahwa proses terapi yang kita fasilitasi padanya membawa hasil ideal?
Sederhana sekali bukan? Yaitu dengan klien mengalami kembali situasi lama yang semula ditakutnya – yaitu melihat kucing – dan melihat reaksi barunya kali ini, jika ia sudah merasa biasa saja maka proses terapi bisa kita nyatakan telah membawa hasil, hal ini menjadikan klien dan Hipnoterapis tidak berspekulasi apakah proses terapi yang dilakukan membawa hasil atau tidak, karena kondisi ideal itu jelas bisa diujikan pencapaiannya.
Alasan ketiga yaitu karena dari penetapan parameter keberhasilan yang terukur sebagai kondisi ideal maka Hipnoterapis bisa mengidentifikasi kondisi tidak ideal masa kini yang klien alami secara lebih terukur juga dan menetapkan desain penanganan yang sesuai dengan kebutuhan, selama kondisi tidak ideal masa kini ini tidak terdefinisikan dengan jelas maka akan sulit sekali memfasilitasi desain penanganan dalam bentuk apa pun, bahasan ini akan kita urai di penjelasan di bagian berikutnya di bawah ini.
KRITERIA PARAMETER KEBERHASILAN TERUKUR
Jadi, bagaimana sebuah parameter keberhasilan ini bisa dinyatakan terukur?
Saya pribadi mendefinisikannya dengan formula:
X = kondisi tidak ideal saat ini
Y = stimulus yang menyebabkan X terjadi
Z = kondisi ideal yang diharapkan
Ketika seorang klien datang untuk menjalani proses terapi maka ia tentulah datang dengan sebuah kondisi yang dirasanya tidak ideal (X), yang terjadi karena adanya stimulus tertentu (Y), sayangnya justru bentuk dari X dan Y inilah yang sering kali tidak terdefinisikan dengan jelas.
Aturan sederhana yang saya tegaskan – yang menyatakan apakah penyelesaian masalah klien bisa difasilitasi atau tidak – adalah bahwa kondisi klien haruslah bisa dinyatakan dalam bentuk kalimat:
- Sebelum (kondisi tidak ideal klien yang menjadi keluhan) menjalani penanganan: “Klien mengalami X ketika Y”.
- Setelah (kondisi ideal yang menjadi harapan klien) menjalani penanganan: “Klien bisa Z ketika Y”.
Penjelasan sederhananya adalah begini, bisa saja seorang klien datang dengan keluhan “tidak percaya diri” dan meminta bantuan Hipnoterapis untuk mengatasi permasalahannya.
Pertanyaannya adalah: apa yang dimaksud “tidak percaya diri” ini? Selain dari keberadaannya sebagai sebuah istilah ambigu yang tidak mewakili situasi sebenarnya secara jelas, bisa kita dapati bahwa frasa ini juga tidak melambangkan definisi dari X dan Y dalam situasi yang klien alami.
Catatan: bagi yang mempelajari Neuro-Linguistic Programming (NLP) tentu familiar bahwa definisi “tidak percaya diri” dalam frasa di atas mewakili model bahasa yang dalam Meta Model kita kenal sebagai Nominalization dan Unspecified Verb, dimana hal ini saja sudah menandakan adanya “ketidakjelasan” dalam situasi yang klien alami.
Jika menggunakan acuan “tidak percaya diri” ini lalu Hipnoterapis memfasilitasi proses penanganan begitu saja, maka bisa dipastikan bahwa selain proses pengujian keberhasilannya samar, desain penanganan yang difasilitasinya pun akan turut tersamarkan karena tidak berpijak pada definisi yang jelas atas sebuah kondisi emosi yang jelas.
Lain cerita ketika Hipnoterapis melakukan pengumpulan informasi lebih dalam dan mendapati bahwa yang dimaksud “tidak percaya diri” ini adalah “rasa tidak nyaman ketika bertemu orang baru”, maka bisa kita definisikan bahwa kondisi tidak ideal yang klien alami adalah:
Klien mengalami X ketika Y = Klien mengalami rasa tidak nyaman (X) ketika bertemu orang baru (Y).
Bisa kita lihat bahwa definisi X dan Y yang jelas akan mengantarkan kita pada definisi kondisi idel yang menjadi harapan klien untuk bisa mereka alami setelah menjalani penanganan, yaitu: klien bisa merasa tenang dan biasa saja (Z) ketika bertemu orang baru (Y).
Dalam hal ini bisa kita lihat bahwa definisi Z dalam kalimat di atas menjadi sesuatu yang sejalan dengan bahasan di bagian sebelumnya, yaitu ia menjadi tolak ukur kondisi ideal yang (1) realistis untuk dicapai, karena berpusat pada kondisi ideal yang dialami diri sendiri, bukan orang lain, (2) bisa diujikan, yaitu ketika klien bertemu orang baru, dimana ia bisa langsung mencermati respon barunya kali ini setelah penanganan, dan (3) kondisi tidak ideal masa kini pun tergambarkan dengan jelas, yaitu rasa tidak nyaman, dimana rasa tidak nyaman inilah yang akan didefinisikan dengan lebih spesifik.
Ada pun definisi dari kondisi tidak ideal yang dinyatakan dalam X inilah yang nantinya akan kita terjemahkan lebih jauh menjadi beberapa kriteria yang lebih spesifik, yaitu apa jenis perasaan tidak nyaman yang dirasakan secara spesifik (apakah takut, cemas, gugup, dsb), di bagian tubuh sebelah mana perasaan ini dirasakan, dan di skala berapa sensasi perasaan itu dirasakan di bagian tubuh yang bereaksi tersebut.
Jika Hipnoterapis menggunakan kerangka kerja Resource Therapy & Counselling (RTC), maka definisi dari X ini akan kita petakan ke dalam diagnosis atas Resource State Pathology, yang nantinya akan membuahkan desain penanganan tersendiri.
Catatan: bahasan lebih lanjut seputar eksplorasi kondisi X ini tidak akan dimuat di tulisan ini, karena tulisan ini memfokuskan isinya pada definisi kondisi ideal yang terukur sebagai parameter keberhasilan (Z ketika Y).
PENTINGNYA PARAMETER KEBERHASILAN TERUKUR INI DISEPAKATI
Aturan dasar dalam penetapan X, Y dan Z dalam hal ini yaitu: dalam penetapan parameter keberhasilan (Z), definisi dari stimulus (Y) haruslah jelas dan tetap sama.
Arti “sama” dalam hal ini yaitu bahwa jika klien mengalami rasa tidak nyaman (X) ketika menemui orang baru (Y) , maka parameter keberhasilan haruslah memuat Y yang sama, yaitu klien bisa merasa tenang dan biasa saja (Z) ketika menemui orang baru (Y).
Definisi Y yang tidak tepat dalam kondisi ideal (Z) terjadi ketika ia ternyata berbeda dengan apa yang didefinisikan di kondisi lama (X).
Misalnya di kondisi lama klien menyatakan bahwa ia mengalami rasa tidak nyaman (X) ketika menemui orang baru (Y) , tapi parameter keberhasilan yang dinyatakannya adalah ia ingin bisa merasa tenang dan biasa saja (Z) ketika berkumpul bersama orang banyak (Y), bukankah kali ini definisi dari Y yang dinyatakan dalam kalimat yang memuat X dan Z berbeda adanya? Perlu kita pahami bahwa penetapan Y yang berbeda di dalam pentapan kondisi X dan Z akan menjadikan penetapan tolak ukur keberhasilan menjadi samar.
Mengacu pada hukum sebab-akibat dan cara kerja pikiran bawah sadar, kondisi spesifik X terjadi karena adanya stimulus spesifik Y (stimulus Y yang memunculkan X), maka untuk menguji apakah penanganan membawa hasil atau tidak (meredakan X yang sebelumnya mengganggu) hendaknya dilakukan dengan klien mengalami Y yang sama, yang sebelumnya memunculkan gejala X, jika dengan mengalami Y yang sama X tidak lagi muncul maka bisa dinyatakan bahwa masalah klien sudah terselesaikan.
Penting untuk diingat bahwa teori X, Y dan Z ini adalah sesuatu yang Hipnoterapis perlu pahami, tapi tidak hanya itu, Hipnoterapis perlu membangun pemahaman klien akan pentingnya definisi X, Y dan Z ini agar klien bisa ikut menetapkan parameter keberhasilan terukur yang disepakati.
Tanpa adanya pemahaman ini maka akan sulit bagi klien menyepakati X, Y dan Z spesifik, tanpa adanya kesepakatan ini maka akan terjadi ketidaksepahaman, bisa jadi sebenarnya masalah klien sudah tertuntaskan melalui proses terapi yang kita fasilitasi tapi klien merasa masalahnya belum terselesaikan, dimana hal ini ternyata terjadi karena definisi X, Y dan Z yang tidak jelas dan tidak disepakati bersama antara Hipnoterapis dan klien secara jelas.
Petikan ilustrasi di bagian sebelumya sebenarnya berkaca pada sekelumit kisah pribadi yang saya alami, saya pernah memfasilitasi penanganan pada seorang klien yang merasa cemas (X) ketika bertemu orang baru (Y), setelah menjalani penanganan ternyata klien mengeluhkan bahwa ia masih merasa cemas (X) ketika melakukan presentasi di depan orang banyak (Y).
Apa yang menurut Anda janggal di kisah tadi?
Yes, apa yang dikeluhkannya sebelum menjalani penanganan (bertemu orang baru sebagai Y) berbeda dengan yang dikeluhkannya setelah menjalani penanganan (presentasi di depan orang banyak sebagai Y), bukankah hal ini berpotensi menimbulkan keluhan tersendiri?
Namun di sini juga parameter keberhasilan terukur ini menjadi solusi, sebelum merespon secara reaktif saya meminta ijin pada klien untuk mengeksplorasi situasinya, yaitu seperti apa reaksinya kali ini ketika bertemu orang baru.
Dari hasil penggalian, ternyata klien mengakui bahwa ketika bertemu orang baru ia sudah merasa biasa saja, ia heran kenapa rasa tidak nyaman itu muncul ketika ia melakukan presentasi di depan orang banyak.
Beranjak dari penggalian ini juga saya bisa kembali membangun pemahaman klien bahwa apa yang ditangani di proses terapi sebelumnya ditujukan secara spesifik untuk menyelesaikan permasalahan (X) yang teraktivasi oleh stimulus (Y) bertemu orang baru, sementara permasalahan rasa tidak nyaman (X) ketika melakukan presentasi yang teraktivasi oleh stimulus orang banyak (Y) tidaklah ditangani di permasalahan sebelumnya, momentum ini juga saya manfaatkan untuk semakin memperjelas cara kerja pikiran bawah sadar, yang semakin membangun pemahaman klien atas dirinya sendiri.
Kualitas perubahan klien akan berbanding lurus dengan tingkat pemahaman mereka, semakin mereka paham tentang dirinya maka semakin bagus kualitas perubahan bisa berlangsung, itulah yang terjadi pada diri klien saya tadi, semakin ia paham tentang dirinya maka ia semakin menyadari bahwa ada berbagai X dan Y lain yang ia ingin selesaikan dalam dirinya agar ia lebih bisa mewujudkan berbagai Z ideal di masa kininya, hal ini yang menjadikan sesi-sesi lanjutan bersamanya ditujukan untuk semakin memperbaiki banyak hal dalam dirinya, yang mengantarkannya pada kualitas hidup yang lebih baik dari waktu ke waktu.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.