Pikiran Sadar & Pikiran Bawah Sadar
Daftar Isi
Membicarakan dunia kesadaran dan perilaku manusia, terutama dalam keilmuan hipnosis dan hipnoterapi pastilah membicarakan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar.
Membicarakan pikiran sadar berarti membicarakan kehendak bebas, atau suatu daya pemikiran yang memiliki keinginan, termasuk untuk membuat perencanaan. Sementara itu membicarakan pikiran bawah sadar berarti membicarakan sebuah sumber dimana berbagai respon otomatis yang melatari emosi dan perilaku berasal, jika keduanya bekerja dengan selaras maka timbullah yang kita sebut respon efektif, artinya apa yang kita kehendaki sejalan dengan program otomatis yang muncul untuk meresponnya.
Sebut saja kita harus tampil melakukan presentasi di depan orang banyak, kita tentu ingin bisa tampil dengan baik, ketika respon emosi yang muncul menyertai penampilan kita adalah emosi tenang dan percaya diri, maka kita pun bisa menampilkan presentasi yang baik bukan? Namun lain ceritanya jika ketika kita harus tampil melakukan presentasi ini justru yang muncul adalah respon emosi yang tidak kita harapkan, seperti emosi cemas, gugup, dan minder misalnya, jika ini yang terjadi maka muncullah masalah yang berlawanan dengan harapan kita bukan?
PIKIRAN, TEMPAT SEGALA SESUATU BERAWAL
Jika sebuah poci mengeluarkan teh ketika dituangkan maka kita tentu bisa menebak bahwa isinya adalah teh, begitu juga jika ketika dituang dan mengeluarkan air putih, kita pun sudah tentu bisa menebak bahwa isinya adalah air putih, yang bisa kita lakukan untuk memastikannya adalah dengan membuka tutupnya dan mengintip ke dalamnya.
Begitu juga dengan perilaku atau respon emosional, sesungguhnya menyimbolkan segala-sesuatu yang ada dalam pikiran kita, karena pikiran adalah tempat dimana segala-sesuatu berawal, namun mengetahui isi pikiran tidak sesederhana mengetahui isi dari sebuah poci yang bisa diketahui hanya dengan membuka tutupnya dan mengintip isinya.
Pikiran adalah sebuah dunia misteri tanpa batas yang hanya bisa dipahami sepenuhnya oleh Tuhan YME, selaku yang menciptakan dunia beserta isinya, termasuk manusia dan pikirannya. Apa yang sudah para ilmuwan lakukan sejauh ini melalui berbagai penelitian tentang otak, syaraf dan psikologi modern pun baru bisa menyingkap sedikit saja tentang cara kerja pikiran, masih lebih banyak hal yang kiranya belum kita ketahui.
Namun demikian, paling tidak, perlu kita syukuri bahwa beberapa teori yang telah dikemukakan sampai saat ini bisa kita jadikan acuan-acuan mendasar untuk memahami seluk-beluk cara kerja pikiran dimana hal ini membantu kita menjadi pribadi yang lebih mawas diri atas mekanisme pikiran dan bagaimana pengaruhnya atas kualitas perilaku dan emosi kita.
CARA KERJA PIKIRAN SADAR
Untuk mengawali artikel ini kita mari terlebih dahulu pahami cara pikiran kita bekerja sesuai dengan teori yang sudah berkembang saat ini. Tapi tunggu dulu, meski membahas tentang pikiran dan segala hal yang terkait dengannya, perlu Anda ketahui bahwa artikel ini tidak akan membahas secara spesifik fungsi dasar dari otak dan peranan-peranan organ yang terhubung dengannya secara biologis, melainkan lebih kepada cara kerja pikiran/kesadaran manusia secara praktis.
Secara sederhana, saya biasa menjelaskan pikiran sadar dan pikiran bawah sadar sebagai level kesadaran yang kita gunakan untuk beraktivitas.
Ada level kesadaran yang kita gunakan untuk beraktivitas secara sadar, kita berpikir, membuat keputusan dan meletakkan atensi pada hal yang kita pikirkan atau perhatikan secara sadar, inilah yang saya maksud pikiran sadar.
Ada juga level kesadaran yang kita gunakan untuk beraktivitas tanpa kita sadari cara kerjanya, level kesadaran ini bekerja tanpa harus kita arahkan, dan bahkan cara kerjanya pun sering kali tidak kita kendalikan secara sadar, inilah yang saya maksudkan sebagai pikiran bawah sadar.
Baik itu pikiran sadar atau pun pikiran bawah sadar, memiliki fungsi spesifiknya masing-masing dan keduanya sama pentingnya, namun disinilah ada kalanya keduanya berkonflik dan termanifestasi menjadi berbagai jenis masalah emosi, perilaku dan bahkan psikosomatis, yaitu masalah sakit fisik yang sebenarnya muncul dari permasalahan psikis.
Mari kita mulai dari pikiran sadar terlebih dahulu.
Sebagaimana sudah sempat dijelaskan tadi, pikiran sadar adalah level kesadaran yang kita gunakan untuk beraktivitas secara sadar.
Kita menggunakan pikiran sadar untuk menyadari dan memerhatikan yang sedang terjadi, baik yang terjadi di dalam diri kita atau pun yang terjadi di luar diri kita.
Setelah memerhatikan, kita lalu menganalisa atau memikirkan yang sedang terjadi tersebut, kita lalu memproses informasi itu berdasarkan basis data informasi yang kita miliki dalam diri kita dan kemudian membuat satu kesimpulan.
Misalnya saja ketika kita sedang mencicipi sebuah makanan, kita mengunyah dan memerhatikan rasa atau tekstur dari makanan yang sedang kita makan tersebut, lalu membandingkan kesan atas makanan yang sedang kita makan itu dengan basis data pengalaman yang kita miliki tentang makanan lain yang pernah kita cicipi sebelumnya sebagai referensi pembanding, kemudian lahirlah kesimpulan atau kesan dari apa yang kita makan itu, apakah makanan itu kita sukai, biasa saja atau bahkan mungkin tidak kita sukai.
Dengan kata lain, salah satu fungsi dasar dari pikiran sadar yaitu untuk memerhatikan, menganalisa dan menyimpulkan, secara sadar.
Pikiran sadar juga memiliki fungsi untuk menyimpan dan mengakses (mengingat) memori spesifik jangka pendek, memori yang kita ingat menggunakan pikiran sadar biasanya memori yang berisikan pengalaman yang dulunya secara sadar kita fokuskan untuk perhatikan.
Mari menggunakan contoh sederhana, sebut saja kita pernah berjalan-jalan di sebuah tempat yang kita sukai bersama keluarga, ke sebuah tempat wisata misalnya.
Ketika kita berkunjung ke tempat wisata itu, kita lalu memerhatikan berbagai hal yang ada di sekitar kita, tapi tentu tidak semua hal bisa kita perhatikan, melainkan hanya sejauh yang bisa kita perhatikan sesuai tingkat fokus kita saat itu.
Di satu pengalaman saja sebenarnya sudah ada banyak hal yang sebenarnya terjadi di sekitar kita, ketika melihat sebuah objek pemandangan misalnya, contohnya saja berbagai bunga-bunga yang indah, kita memang memfokuskan perhatian kita pada objek tersebut sebagai sesuatu yang kita perhatikan secara sadar, namun bukankah tidak berarti hanya ada objek bunga itu saja di pengalaman tersebut?
Tanpa kita terlalu sadari bisa saja di sekitar objek itu ada hal-hal lain yang sedang terjadi, atau bahkan objek menarik lainnya, seekor kupu-kupu yang sedang hinggap di bunga tertentu misalnya, dimana kita memang melihatnya namun tidak terlalu memerhatikannya.
Waktu berlalu dan kita pun pulang lalu membicarakan pengalaman itu bersama keluarga, ternyata ada keluarga kita yang juga menceritakan tentang pengalamannya di objek wisata itu, termasuk menceritakan kesannya tentang kupu-kupu yang hinggap di bunga-bunga tadi.
Apakah kita bisa turut menceritakan kesan kita tentang kupu-kupu tersebut? Tentu bisa, namun hanya sejauh yang kita perhatikan, kita bisa mengingat kupu-kupu tersebut sesuai fokus yang kita gunakan untuk memerhatikannya sebelumnya.
Lain jika kita menceritakan objek pemandangan yang kita fokus perhatikan tadi, akan ada lebih banyak detail dan kesan di dalamnya karena kesanalah atensi kita difokuskan tadi.
Semakin kita meletakkan atensi pada suatu pengalaman dan menganggapnya penting maka semakin mudah pikiran sadar kita mengaksesnya ulang di kemudian waktu. Semakin sebuah memori jarang kita ingat secara sadar dan semakin kita merasa memori itu tidak lagi penting untuk kita ingat secara sadar, maka semakin memori itu ‘diabaikan’ oleh pikiran sadar dan ketika di kemudian waktu kita perlu mengingatnya lagi maka akan diperlukan upaya ‘ekstra’ untuk mengaksesnya ulang.
Anda masih mengingat bilangan perkalian dari 1 sampai 10? Sangat mungkin jawabannya adalah ‘Ya’, ketika ditanya berapa 7 x 8 atau 3 x 6 atau bilangan-bilangan lainnya, sangat mungkin Anda tidak harus menghitungnya secara manual, karena memori atas bilangan perkalian itu pernah kita fokuskan untuk hapalkan secara sadar dan sampai sekarang masih cukup sering kita gunakan secara sadar, maka memori itu lebih ‘terjaga’ untuk kita akses ulang secara sadar sampai sekarang.
Namun bagaimana kalau saya bertanya detail lain dari mata pelajaran jaman sekolah dulu? Sangat mungkin beberapa detail akan cukup sulit kita akses begitu saja sekarang, padahal dulu kita sangat mengingatnya dengan baik, hal ini karena bisa jadi banyak dari informasi itu tidak lagi kita anggap penting untuk digunakan secara sadar saat ini, kecuali bidang profesi kita memang mengharuskan kita untuk terus mengingatnya secara khusus.
Nah, itulah fungsi dari pikiran sadar secara sederhana.
CARA KERJA PIKIRAN BAWAH SADAR
Bagaimana dengan pikiran bawah sadar? Mari kita mulai membahasnya. sekarang.
Ngomong-ngomong, kenapa level kesadaran ini disebut pikiran bawah sadar? Saya biasa menjelaskannya secara sederhana yaitu karena aktivitas yang dijalankan oleh level kesadaran ini dilakukan tanpa kita sadari, seolah-olah ia dilakukan ‘tersembunyi’ atau di bawah level kesadaran yang kita sedang fokuskan.
Salah satu fungsi dasar pikiran bawah sadar secara sederhana adalah ia terhubung dengan sistem syaraf otonom dan turut berpengaruh menjalankan fungsi fisiologis tubuh kita yang bekerja tanpa harus kita arahkan atau sadari.
Contohnya saja bernafas, kita tidak harus mengarahkan cara kita bernafas, atau pun mengarahkan jantung agar berdetak, atau pun mengarahkan cara kerja organ tubuh lainnya, mereka semua bekerja sebagai sebuah kesatuan sistem yang bekerja tanpa harus kita arahkan atau sadari cara kerjanya, tidak lain karena mereka temasuk yang dipengaruhi cara kerjanya oleh pikiran bawah sadar, itulah salah satu alasan kenapa ketika seseorang mengalami stres maka cara kerja organ tubuh pun akan terganggu dan muncul penyakit.
Fungsi lain dari pikiran bawah sadar adalah ia menjadi basis data penyimpanan memori atas segala hal yang kita alami di sepanjang hidup kita dan menjadikannya acuan untuk merespon atau memaknai kejadian berikutnya di masa depan.
Dalam contoh sebelumnya, ketika kita makan suatu makanan dan membandingkan kesan atas apa yang kita makan dengan referensi pembanding dari pengalaman sebelumnya, maka kesan pembanding itulah yang tersimpan di pikiran bawah sadar, ia menjadi acuan untuk menyimpulkan atau memaknai kejadian berikut sejenis yang kita alami di masa depan.
Namun berbeda dengan pikiran sadar yang hanya mampu mengingat dengan baik hal-hal yang dulu kita fokuskan untuk perhatikan secara sadar dan masih kita anggap penting sampai saat ini, pikiran bawah sadar justru menyimpan semua detail memori dari segala pengalaman yang kita alami tersebut.
Kembali ke contoh sebelumnya dimana kita berjalan-jalan ke sebuah tempat wisata dan melihat pemandangan alam, di contoh sebelumnya kita memerhatikan bunga-bunga yang indah dimana ada kupu-kupu yang hinggap di dekatnya, pikiran sadar kita lantas secara khusus dan fokus memerhatikan bunga yang ada namun tidak terlalu memerhatikan kupu-kupu yang hinggap di dekatnya.
Dalam hal ini, jika kita mencoba mengakses kembali memori kejadian itu, maka pikiran sadar kita akan lebih mengingat detail dari bunga-bunga yang jelas-jelas kita fokuskan untuk perhatikan, namun kita akan cukup sulit mengingat detail dari kupu-kupu yang hinggap di dekatnya secara sadar, karena tadinya kita tidak terlalu memerhatikannya.
Namun pikiran bawah sadar berbeda, meski kita tidak secara sadar memerhatikan kupu-kupu yang hinggap tersebut, pikiran bawah sadar sebenarnya turut memerhatikan detail dari kupu-kupu tersebut, tanpa kita sadari. Jika kita menggunakan teknik khusus untuk mengakses pikiran bawah sadar dan berkomunikasi dengannya, lalu menanyakan detail dari kupu-kupu yang hanya dilihat sekilas oleh pikiran sadar, tadi, maka pikiran bawah sadar justru akan mampu memberikan jawaban yang lebih detail, karena memang ia memiliki kemampuan untuk merekam detail dari pengalaman secara lebih menyeluruh tanpa harus diarahkan secara sadar, dibandingkan pikiran sadar, yang harus difokuskan secara sadar.
Detail dari pengalaman yang direkam dan disimpan oleh pikiran bawah sadar ini bersifat jangka panjang, bahkan sejak masa dimana fungsi memori pikiran sadar belum aktif untuk mengingat pengalaman secara optimal, yaitu sejak masa dalam kandungan.
Fungsi memori pikiran sadar baru terbentuk di usia-usia tertentu, di sekitar usia 4 sampai 5 tahun, itulah kenapa jika kita coba untuk mengingat kenangan masa kecil, pada umumnya kenangan paling jauh yang bisa kita akses adalah kenangan di usia-usia tersebut.
Berbeda dengan pikiran bawah sadar, bahkan sejak dalam kandungan pun pikiran bawah sadar sudah menjalankan fungsinya sebagai penyimpanan basis data memori, yang disimpan oleh pikiran bawah sadar yaitu memori atas pengalaman yang kita alami dan kesan atas pengalaman tersebut.
Dalam hal ini apa yang dialami oleh seseorang sejak dalam kandungan, yaitu yang didengar atau dirasakannya di pengalaman tertentu dalam perut ibunya, sampai kemudian ia lahir dan memasuki masa tumbuh-kembangnya untuk mengalami pengalaman-pengalaman lanjutan lainnya, menjadi basis data memori yang disimpan oleh pikiran bawah sadar, beserta kesan yang melekat pada memori atas pengalaman tersebut.
Dalam hal ini juga, memori dari pengalaman yang lebih awal dialami beserta kesan yang melekat atas pengalaman tersebut akan menjadi acuan untuk merespon pengalaman sejenis yang dialami berikutnya di kemudian hari.
Apa maksudnya ‘kesan yang melekat’ atas pengalaman tersebut?
Untuk memahaminya, mari pertama-tama membedakan ‘kejadian’ dan ‘kesan’ terlebih dahulu.
Kejadian adalah apa yang kita alami, bisa apa saja. Kesan adalah kesimpulan kita atas kejadian itu. Satu kejadian yang sama bisa memberi kesan yang berbeda pada orang yang berbeda yang sama-sama sedang mengalaminya.
Misalnya saja ada dua orang yang sedang dimarahi, bisa saja satu orang merasa biasa saja dan tidak ambil pusing, karena baginya kesan atas kejadian itu biasa saja, sementara orang satu lagi bisa merasa sakit hati sekali, karena baginya kesan atas kejadian itu dianggapnya sangat menyakitkan.
Jadi sekali lagi, dalam setiap pengalaman yang kita alami akan ada kesan atau kesimpulan kita atas pengalaman itu, disinilah memori dan kesan yang lebih awal dialami akan menjadi acuan di pikiran bawah sadar untuk merespon pengalaman sejenis berikutnya yang dialami di kemudian hari, secara otomatis. Ketika seseorang di masa lalu pernah mengalami peristiwa yang dirasanya mengancam keselamatannya maka sejak saat itu pikiran bawah sadar melekatkan kesan bahwa hal itu adalah sebuah ancaman yang harus dihindari di kemudian hari.
Misalnya saja seseorang melihat temannya digigit anjing dan kesakitan, di kejadian itu pikiran bawah sadarnya merekam memori atas pengalaman tersebut, merasakan ketakutan dan muncullah sebuah kesan bahwa anjing adalah makhluk yang berbahaya yang harus dihindarinya, ketika di kemudian hari orang ini berhadapan dengan anjing maka reaksi takutlah yang muncul karena pikiran bawah sadar ingin menghindari anjing, yang dianggapnya sebagai ancaman.
Pengalaman awal yang bersifat mengancam atau traumatis in bisa saja memang terus diingat, bahkan sampai masa dewasa. Dengan kata lain, ketika dihadapkan dengan objek yang dirasa menakutkannya orang ini merasa takut, namun ia tahu dan sadar kejadian paling awal yang membuatnya merasa takut tersebut.
Namun memori ini bisa juga tidak diingat, seiring berjalannya waktu pikiran sadar bisa saja mulai melupakan pengalaman dan kesan yang melekat pada kejadian itu, tapi pikiran bawah sadar masih tetap menyimpannya, sehingga ketika orang ini dihadapkan dengan objek yang dirasa menakutkannya, ia merasakan ketakutan dan ingin menghindari objek tersebut namun ia tidak tahu kenapa rasa takut itu muncul, sehingga ia pun bingung karenanya.
Selain merespon ancaman, pikiran bawah sadar juga merespon kenyamanan, Ketika seseorang melakukan suatu hal, yang dirasa memberinya rasa nyaman maka pikiran bawah sadar juga melekatkan kesan nyaman pada hal tersebut dan menjadikannya suatu hal yang dicari untuk dinikmatinya lagi agar memberinya rasa nyaman, yang satu ini juga sering menjadi salah satu penyebab dari dimulainya kebiasaan buruk yang sulit dihentikan di kemudian hari.
Berbagai perilaku kecanduan, seperti merokok misalnya, atau kecanduan menonton film porno, kecanduan game online, kecanduan berjudi dan berbagai jenis kecanduan sejenis lainnya, memiliki kesamaan: ada suatu masa dimana kita – baik secara sengaja atau pun tidak sengaja – melakukan aktivitas tersebut lalu merasakan perasaan nyaman tertentu, rasa nyaman ini lalu direkam dan disimpan oleh pikiran bawah sadar sebagai sebuah kenikmatan, maka di kemudian hari pikiran bawah sadar pun menginginkannya lagi. Semakin hal ini terjadi berkelanjutan maka semakin kuat juga pikiran bawah sadar merasa membutuhkannya.
TERBENTUKNYA PROGRAM PENYEBAB PERMASALAHAN EMOSI & PERILAKU DI PIKIRAN BAWAH SADAR
Beranjak dari pemaraparan atas fungsi pikiran sadar dan pikiran bawah sadar tadi, waktunya kita memasuki sebuah bahasan lanjutan, yaitu bagaimana sebuah permasalahan emosi dan perilaku terbentuk dalam diri seseorang?
Disinilah perlu kita sadari bahwa masalah yang dialami seseorang yang menghambat kualitas hidupnya pada dasarnya bermula dari adanya konflik di antara pikiran sadar dan pikiran bawah sadar, atau tepatnya konflik yang terjadi di antara keinginan dari pikiran sadar dan keyakinan yang tersimpan di pikiran bawah sadar.
Perbandingan kekuatan dari pikiran sadar dengan pikiran bawah sadar adalah 1 banding 9, dimana pikiran bawah sadar 9x lipat lebih kuat dari pikiran sadar, artinya apa yang diyakini oleh pikiran bawah sadarlah yang lebih kuat mengendalikan diri kita dibandingkan dengan yang kita coba lakukan secara sadar.
Logika pikiran sadar kita memiliki keinginan untuk bisa menampilkan respon emosi dan perilaku ideal yang seharusnya, di situasi yang tepat, namun belum tentu keyakinan yang ada di pikiran bawah sadar sejalan dengan keinginan itu.
Seperti yang dialami oleh mereka yang mengalami fobia misalnya, dalam kasus fobia pikiran bawah sadar menyimpan memori dan kesan yang muncul dari peristiwa di masa lalu bahwa objek atau situasi tertentu adalah ancaman bagi keselamatan hidupnya, sering kali memori spesifik atas kejadian paling awal yang membuat pikiran bawah sadar menyimpulkan seperti itu sudah tidak diingat lagi oleh pikiran sadar.
Ketika di kemudian hari penderita fobia ini dihadapkan dengan objek atau situasi yang ditakutinya, secara logis pikiran sadar mereka tahu bahwa tidak seharusnya mereka menampilkan respon yang irasional ketika dihadapkan dengan objek atau situasi yang ditakutinya itu, namun apa daya ketika itu terjadi justru respon reaktif dari pikiran bawah sadarlah yang muncul mengambil alih kesadaran mereka, karena bagi pikiran bawah sadar memori dan kesan yang berhubungan dengan objek atau situasi tersebut di masa lalu menyatakan bahwa mereka adalah ancaman bagi keselamatan.
Saya biasa menggambarkan bahwa yang tersimpan di pikiran bawah sadar tidak ubahnya adalah sebuah program otomatis yang mengendalikan diri kita, ilustrasi yang sering digunakan untuk menggambarkan hal ini – seperti dikemukakan oleh Sigmund Freud, tokoh besar dunia Psikologi yang merupakan penemu dari teknik Psikoanalisa – adalah ilustrasi gunung es. Bagian yang kecil yang nampak di permukaan adalah pikiran sadar sementara bagian besar yang tidak nampak yang terendam air adalah pikiran bawah sadar, meski yang nampak di permukaan adalah bagian yang kecil, atau pikiran sadar, sebetulnya yang mengendalikan ke arah mana ia bergerak adalah bagian besar yang tidak terlihat, yang ada di dalam air, yaitu pikiran bawah sadar.
Berbagai masalah lain yang seseorang alami, tak lain dan tak bukan merupakan konflik di antara keinginan dari pikiran sadar dan program yang tersimpan di pikiran bawah sadar.
Para penderita fobia tahu bahwa mereka tidak seharusnya merespon dengan irasional, tapi program di pikiran bawah sadar meyakini hal yang sebaliknya.
Mereka yang bermasalah dengan kepercayaan diri dalam bersosialisasi mengalami hal yang sama, logika sadar mereka tahu bahwa mereka seharusnya merasa tenang dan biasa saja dalam bersosialisasi, tapi program di pikiran bawah sadar menganggap sosialisasi sebagai ancaman sehingga setiap kali akan bersosialisasi maka pikiran bawah sadar memunculkan reaksi minder, cemas, gugup dan sebagainya.
Mereka yang bermasalah dengan kebiasaan buruk pun demikian, logika sadar mereka tahu bahwa tidak seharusnya mereka melakukan kebiasaan buruk tersebut, tapi lagi-lagi keyakinan di program pikiran bawah sadar yang merasa bahwa kebiasaan buruk tersebut memberikan rasa nyaman justru mengendalikan mereka melakukan hal yang sebaliknya.
Mereka yang bermasalah dengan kebiasaan makan berlebih misalnya, secara sadar tahu bahwa tidak seharusnya mereka makan berlebih namun apa daya program dan keyakinan di pikiran bawah sadar justru menginginkan sebaliknya karena merasa ada kenyamanan di dalamnya.
Begitu juga mereka yang bermasalah dengan penundaan, logika sadar mereka tahu bahwa tidak seharusnya mereka menunda-nunda, tapi lagi-lagi program di pikiran bawah sadar justru menginginkan mereka untuk menunda.
Dan begitu juga berbagai masalah emosi dan perilaku lainnya, semua bersumber dari konflik di antara kesadaran logis pikiran sadar yang mengetahui hal yang seharusnya dilakukan, dengan keyakinan yang tersimpan di program keyakinan pikiran bawah sadar, dengan porsi kekuatannya yang 9x lipat lebih kuat maka program keyakinan yang tersimpan di pikiran bawah sadarlah yang lebih dominan mengendalikan respon kita.
TANTANGAN MENGUBAH PROGRAM DI PIKIRAN BAWAH SADAR
Jika demikian, bukankah jelas bahwa untuk mengatasi berbagai jenis permasalahan emosi dan perilaku akan lebih efektif jika penyelesaiannya dilakukan langsung dengan mengubah program yang tersimpan di pikiran bawah sadar?
Betul sekali, namun untuk melakukannya maka pertama-tama kita perlu mengakses terlebih dahulu pikiran bawah sadar ini, dimana justru inilah yang tidak mudah dilakukan. Hal ini karena pikiran bawah sadar bekerja di gelombang otak yang sulit kita akses secara sadar.
Pikiran sadar secara dominan terakses di gelombang otak Beta, sementara pikiran bawah sadar secara dominan berada di gelombang otak Alpha dan Theta, dimana gelombang otak ini berada di fase yang mirip seperti tidur, atau lebih tepatnya seperti kondisi di antara tidur dan siaga.
Antara tidur dan siaga? Kondisi yang tidak umum bukan? Ketika tidur kita berada di gelombang otak Delta dan memasuki kondisi tidak sadar sehingga proses penanganan pun tidak bisa dilakukan, sementara ketika siaga kita berada di gelombang otak Beta dimana pikiran sadarlah yang aktif dan pikiran bawah sadar tidak terakses optimal, sehingga lagi-lagi penanganan pun belum bisa dilakukan untuk mengubah program yang ada di pikiran bawah sadar.
Jadi, bagaimana cara melakukan penanganan yang bisa mengubah program yang ada di pikiran bawah sadar, karena itulah yang menjadi kunci perubahan, namun justru level kesadaran inilah yang sulit untuk diakses?
Disinilah hipnoterapi berperan sebagai sebuah teknik yang digunakan untuk memfasilitasi prosesnya.
Seperti apa cara kerja hipnoterapi?
Tenang dulu, untuk memudahkan memahaminya secara bertahap, hal ini baru saya tulis di artikel ketiga berikutnya nanti, yang nantinya akan diawali dengan mengulas terlebih dulu apa itu hipnosis, apa bedanya dengan ‘hipnotis’, bagaimana proses hipnosis terjadi secara ilmiah dan bagaimana hipnosis bisa digunakan untuk melakukan proses terapi, yang ditujukan untuk mengubah program yang ada di pikiran bawah sadar, yang kita kenal sebagai hipnoterapi.
Artikel kedua nanti akan lebih menyoal apa saja faktor-faktor yang lebih mendetail yang menyebabkan terbentuknya masalah di pikiran bawah sadar.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.