Proses Konseling Pasangan (Couple Counselling)
Diri kita saat ini adalah hasil dari bentukan pengalaman masa lalu, begitu juga program di pikiran bawah sadar kita dan mode otomatis kita dalam merespon situasi di luar diri, merupakan bentukan dari pengalaman panjang masa lalu.
Sebagai individu kita bisa dengan lebih mudah menyoroti hal apa yang kita rasa kurang efektif dalam diri kita dan memfokuskan upaya untuk memperbaikinya sesuai kriteria yang kita anggap ideal, namun lain ceritanya ketika hal ini terjadi dalam kehidupan pernikahan.
Pernikahan adalah momen sakral yang menyatukan dua pihak, suami dan istri. Sudah tidak asing kita temukan kalimat yang menyatakan bahwa pernikahan adalah ‘momen yang menyatukan dua keluarga’. Hal ini benar adanya, namun dari perspektif hipnoterapi saya sering menekankan juga bahwa pernikahan juga adalah momen yang menyatukan dua sistem program pikiran bawah sadar dalam satu payung kehidupan.
Sebelum menjalani pernikahan, masing-masing individu yang akan menikah ini menjalani pengalaman tumbuh kembang yang membentuk program pikiran bawah sadar yang beragam dalam diri mereka. Disinilah pertemuan antara beragam program pikiran bawah sadar ini akan membuahkan berbagai dinamika tersendiri dalam menjalin hubungan.
Bayangkan sepasang suami-istri yang menjalani pernikahan dimana program pikiran bawah sadar yang dominan aktif dalam kehidupan pernikahan mereka adalah program pikiran bawah sadar ‘Untung-Rugi’, yang menyebabkan kehidupan pernikahan mereka penuh nuansa ‘transaksional’, sulit menemukan cinta kasih yang tulus yang saling memberi di antara keduanya, seperti apa kiranya nuansa pernikahan yang terbentuk di antara mereka? Bagaimana cara mereka dalam mendidik anak-anaknya kelak? Anda mungkin sudah bisa mengira-ngira jawabannya.
Ada banyak ragam dinamika program pikiran bawah sadar di dalam satu kehidupan pernikahan, termasuk program negatif yang bisa menyebabkan konflik di antara pasangan yang menjalaninya, misalnya dialami oleh seseorang yang menjalani pernikahan dengan membawa luka batin masa lalu, dimana luka batin ini lantas teraktivasi dalam kehidupan pernikahannya bersama pasangannya (Biasanya luka batin yang teraktivasi melalui pernikahan adalah yang terbentuk dari apa yang seseorang lihat dalam suasana pernikahan orangtuanya dulu atau dari cara ia diasuh oleh orangtuanya).
Individu yang membawa luka batin ‘penolakan’ dalam pernikahan bisa menunjukkan sikap posesif berlebihan terhadap pasangannya dan bisa sedemikian menuntut agar pasangannya selalu memberikan perhatian yang diperlukannya, ketika pasangannya gagal memenuhi hal ini maka luka batin ini bisa berubah menjadi perilaku agresif yang membuat mereka marah atau temperamental.
Permasalahan ‘kesalahan mode kepribadian yang aktif’ bisa terjadi dalam kehidupan pernikahan, terutama pada diri mereka yang bergelut dengan suasana pekerjaan yang penuh tekanan, mereka pulang ke rumah dengan membawa mode kepribadian pekerjaan yang agresif (sebagai mode kepribadian yang aktif untuk mengatasi tekanan di pekerjaan), alhasil mode kepribadian yang keraslah yang aktif dan mengendalikan situasi, cara mode kepribadian itu dalam mengatasi tekanan pekerjaan dengan cara keraslah yang diproyeksikan pada pasangannya.
Dinamika luka batin yang muncul dalam kehidupan pernikahan biasanya berhubungan dengan tiga hal:
Pertama, luka batin yang dialami individu, dimana luka batin ini sebenarnya tidak diproyeksikan pada pasangannya, namun membuat pasangannya kerepotan, misalnya saja seorang istri yang membawa luka batin berupa fobia pada objek tertentu yang kerap ada di rumahnya, ketika ia menunjukkan reaksi fobia tersebut pasangannya jadi ikut kerepotan untuk mengendalikan situasi.
Salah seorang klien saya memiliki masalah fobia pada tikus yang sedemikan parah sampai plastik hitam pun bisa disangkanya tikus, hal ini membuatnya paranoid ketika ia berada di rumah atau dimana pun, alhasil pasangannya harus selalu siap menenangkan dan jadi ‘pahlawan’ yang meredakan situasi bagi istrinya, di awal pernikahan hal ini tidak menjadi masalah namun seiring waktu berjalan sikap paranoid istrinya pada segala sesuatu yang bisa berhubungan dengan tikus mulai meresahkan suaminya yang mulai menganggap sikapnya berlebihan dan tidak seharusnya.
Atau dalam kasus lain dimana salah seorang di antara mereka mengidap penyakit psikosomatis yang membuat pasangannya jadi ikut kerepotan mengurusi mereka ketika sakit psikosomatis itu muncul dan masalah itu pun jadi membebani keuangan mereka.
Kedua, luka batin yang dialami individu, dimana luka batin ini diproyeksikan pada pasangannya, seperti tadi dalam kasus luka batin penolakan yang kita ulas sebelumnya di atas.
Bisa juga dalam kasus lain seorang pria membawa program pikiran bawah sadar yang terbentuk dari kecil karena melihat figur ayahnya sering melakukan kekerasan pada ibunya, maka ia pun kerap melakukan kekerasan pada istrinya karena program pikiran bawah sadar menganggap itu adalah hal yang wajar dan menjadi tugas untuk dijalankannya setiap kali istrinya menunjukkan perilaku yang menstimulusnya muncul.
Ketiga, program pikiran bawah sadar atau ketidaktahuan yang membuat salah satu pihak tidak bisa memenuhi kebutuhan pasangannya yang ingin diperlakukan dengan cara tetrentu.
Pernikahan adalah soal saling memahami dan saling memberi, di antara sepasang suami-istri hendaknya saling memahami dan saling mengisi kebutuhan tersebut, namun ada kalanya hal ini menjadi sulit dipenuhi karena adanya luka batin berperan.
Misalnya saja seorang pria yang ingin diperlakukan dengan intim oleh istrinya di tempat tidur, namun sang istri membawa luka batin yang takut pada perlakukan intim karena punya pengalaman traumatis dalam hal keintiman seksual, dalam hal ini sang suami tidak mendapatkan yang ia butuhkan karena sang istrinya membawa trauma yang menghalanginya untuk bisa memenuhi kebutuhan ini secara wajar.
Hal ini tidak bisa dianggap remeh, perasaan ‘tidak dipahami’ dan ‘tidak terpenuhinya kebutuhan’ inilah yang seringkali menjadi faktor renggangnya kualitas hubungan dalam sebuah pernikahan.
Namun demikian, bahasan tentang ‘salah satu pihak yang tidak bisa memenuhi kebutuhan pasangannya’ ini perlu diklarifikasi dulu secara wajar, yaitu dengan melihat dulu jenis kebutuhan yang tadi dikatakan tidak bisa dipenuhi tersebut.
Jika kebutuhan yang diminta untuk dipenuhi tersebut adalah kebutuhan yang dikatakan wajar, maka bisa jadi permasalahan terjadi pada pihak yang tidak bisa memenuhinya. Namun jika kebutuhan yang diminta untuk dipenuhi tersebut adalah kebutuhan yang bisa dikatakan ‘menyimpang’, seperti obsesi seksual yang menyimpang misalnya, maka permasalahan terjadi pada pihak yang meminta kebutuhan itu untuk dipenuhi, dalam hal ini kita perlu mengklarifikasi dulu sudut pandang mereka atas hal yang dikatakan menyimpang tersebut, karena selama mereka sendiri tidak menyadari hal itu sebagai penyimpangan akan sulit untuk mencari jalan tengah yang win-win bagi kedua pihak.
Ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan pasangan untuk diperlakukan ini bisa juga terjadi karena ketidaktahuan pihak lainnya atas adanya kebutuhan tersebut dan ketidaktahuan mereka untuk memenuhi kebutuhan tersebut karena mereka tidak punya database pengetahuan dan pengalaman dalam bidang itu.
Misalnya saja seorang pria yang menjalani masa kecil melihat orangtua yang harmonis dan romantis, dan ia sendiri menyukai keharmonisan keduanya, terciptalah program pikiran bawah sadar yang menyukai jenis perlakuan seperti itu, program pikiran bawah sadar ini kelak akan menuntut pasangannya untuk bisa memperlakukan dirinya seperti itu setelah mereka menjalani pernikahan.
Katakanlah ternyata ia menikah dengan seorang wanita yang menjalani masa kecil yang keras dengan orangtua yang kaku dalam mengekspresikan perasaan, maka disini pun muncul potensi konflik karena kebutuhan si pria tidak akan bisa dipenuhi oleh si wanita yang menjadi pasangannya, bukan karena istrinya memiliki luka batin, tapi karena dalam database pengalamannya ia tidak memiliki program pikiran bawah sadar yang tahu cara mengakomodir kebutuhan itu.
Dalam aplikasi hipnoterapi untuk perbaikan hubungan pernikahan, seorang hipnoterapis harus mampu memposisikan diri secara taktis, kapan ia harus menjadi seorang Terapis yang memberikan penanganan pada program pikiran bawah sadar yang mengalami permasalahan, kapan ia bisa menjadi seorang Konselor yang memetakan masalah pernikahan di antara pasangan yang berkonflik ini dan kapan ia perlu membangun kesadaran dan pemahaman mereka atas konsep pernikahan yang sehat dan ekologis.
Hipnoterapis yang memfasilitasi proses konseling berpasangan harus tahu diri seberapa jauh pengetahuannya memadai untuk memediasi hubungan yang terjalin dalam pernikahan, jika hipnoterapis merasa tidak berkompeten dalam hal ini atau justru bermasalah dalam pernikahannya sendiri maka hindari memfasilitasi hal ini dan fokuslah saja pada layanan yang bersifat individual.
Berikut di bawah ini adalah panduan singkat atas mekanisme hipnoterapi dalam konseling pasangan atau pernikahan:
AWAL PERJUMPAAN, KLARIFIKASI SITUASI KEDUA PIHAK
Awal perjumpaan dimana kedua pihak datang menemui hipnoterapis adalah tahapan yang paling penting, jika tahapan ini gagal terbangun dengan baik maka rangkaian tahapan berikutnya pasti akan hancur berantakan.
Di awal perjumpaan kedua pihak ini yang bisa kita lakukan adalah menemui pasangan secara bersamaan dulu di awal agar keduanya bisa menjelaskan gambaran besar dari situasi yang mereka hadapi, lalu masih di sesi yang sama kita perlu berbicara dengan masing-masing pihak untuk mendapatkan kejelasan atas permasalahan dari sudut pandang pribadi keduanya.
Posisikan diri netral, hal ini karena ketika masing-masing pihak menceritakan kisahnya akan selalu ada kepentingan masing-masing turut dikisahkan di dalamnya, jika kita tidak netral maka kita akan terbawa dan turut memojokkan pihak lainnya.
Ingatlah bahwa meski salah satu pihak menunjukkan perilaku yang kita anggap menyimpang sekali pun, perilaku itu tidak mewakili keseluruhan diri mereka, melainkan ditampilkan oleh program pikiran bawah sadar dalam diri mereka yang menganggap hal itu wajar adanya, maka tetaplah netral dalam memandang kedua belah pihak apa adanya.
Di awal perjumpaan ini, selepas kita melakukan pengumpulan informasi individual dari kedua pihak, waktunya kita berbicara lagi dengan keduanya untuk menyatakan kebijakan penanganan yang kita fasilitasi atas keduanya, nyatakan semua yang akan terjadi dalam sesi bersama kita dan bangun kesadaran serta pemahaman keduanya tentang konsep pernikahan, termasuk konsep bagaimana pikiran bawah sadar berperan dalam sebuah pernikahan.
Saya biasanya akan memberikan waktu bagi kedua pihak untuk menimbang-nimbang dulu sebelum keduanya siap membuat satu keputusan bersama untuk memperbaiki hubungannya. Jika hanya satu pihak yang menginginkan namun pihak lainnya tidak bersedia maka couple counselling tidak akan kondusif untuk dilakukan.
Hal ini secara tidak langsung menjadi ‘ujian’ atas keseriusan dan komitmen mereka untuk melakukan perbaikan, semakin keduanya serius dan berkomitmen maka upaya perbaikan akan lebih mudah untuk difasilitasi, namun jika di titik awal ini saja sudah ada banyak alasan dan penolakan maka lebih baik prosesnya tidak dilanjutkan, karena jalannya proses hanya akan berputar-putar di titik yang tidak membawa resolusi bagi keduanya dan kita yang malah disalahkan.
DIMULAINYA PENANGANAN, SESI INDIVIDUAL
Jika kedua pihak sudah setuju maka kita bisa mulai melakukan sesi penanganan, yang dimulai dari sesi individual bagi kedua belah pihak tanpa bertemu satu sama lainnya di dalam sesi yang sama.
Di dalam sesi individual ini kita bisa semakin mengklarifikasi inti permasalahan dan mulai mengidentifikasi program pikiran bawah sadar yang menyebabkan masalah di dalam hubungan di antara keduanya.
Pemahaman konsep pernikahan yang sehat bagi hipnoterapis menjadi penting karena disini juga hipnoterapis harus membangun kesadaran dan pemahaman kedua belah pihak atas hal ini, sering kali kualitas hubungan yang berantakan bukan hanya terjadi karena luka batin dan program pikiran bawah sadar, tapi karena adanya ketidaktahuan dalam diri salah satu atau kedua belah pihak akan konsep pernikahan yang sehat.
Seiring terbangunnya kesadaran dan pemahaman klien atas mode patologi yang berkontribusi menjadi masalah di balik pernikahan mereka, di sini juga kita mulai bisa melakukan tindakan penanganan untuk menyembuhkan luka batin dan memperbaiki program pikiran bawah sadar penyebab permasalahan dalam diri klien.
Kita bisa melihat jenis respon perilaku apa saja yang dianggap meresahkan pasangannya dimana respon perilaku ini bisa saja terjadi karena adanya luka batin, program pikiran bawah sadar atau ketidaktahuan mereka akan cara ideal dalam memperlakukan pasangannya, baru setelahnya kita membantu mereka mengidentifikasi apa respon perilaku yang dianggap ideal untuk menggantikan perilaku tersebut.
Disinilah terdapat perbedaan signifikan antara konseling pasangan dengan konseling atau terapi individual, dalam terapi individual kita hanya fokus pada perubahan perilaku yang klien anggap ideal sesuai keperluannya, dalam konseling berpasangan perilaku yang dianggap ideal itu perlu kita sesuaikan dengan cara pandang pasangannya, bisa saja satu perilaku dikatakan tidak ideal karena memang perilaku itu menyimpang, bisa juga perilaku itu disebut tidak ideal karena adanya ego pribadi berperan, disinilah kita perlu menjadi seorang Konselor yang membangun pemahaman keduanya agar bisa saling peduli dan saling memahami keunikan satu sama lainnya.
Jika Anda memahami teknik Resource Therapy & Counselling (RTC), dan mampu melakukan prosesi Resource State Mapping, maka dalam sesi individual ini kita juga mulai melakukan Resource State Mapping, fungsi dari proses mapping ini yaitu untuk menilai seperti apa cara kerja dari Resource State dalam diri klien ketika menjalani hubungan pernikahan, jika ada Resource State Pathology yang muncul dalam proses mapping kita bisa terus menanganinya, kalau pun tidak ada maka kita bisa menata ulang seperti apa cara kerja Resource State ini secara ideal agar menampilkan perilaku yang menopang konsep pernikahan yang sehat di antara keduanya.
MEDIASI & NEGOSIASI
Setelah lebih banyak kondisi patologi ternormalkan kembali dan kita pun juga sudah mendapatkan lebih banyak gambaran akan cara kerja program pikiran bawah sadar dalam diri masing-masing klien melalui proses konseling dan terapi, waktunya kita mempertemukan mereka kembali dalam sesi yang sama.
Kedua pasangan – yang masing-masing sudah lebih paham konsep dari program pikiran bawah sadar – biasanya akan lebih menyadari seperti apa dinamika program pikiran bawah sadar dalam diri pasangan mereka aktif dari hari ke hari dan bagaimana selama ini mereka berinteraksi dengan program pikiran bawah sadar itu.
Di tahap ini lagi-lagi kita membangun pemahaman kedua pihak akan cara kerja program pikiran bawah sadar dan pentingnya membaca dinamika program pikiran bawah sadar ini dalam diri masing-masing pihak, serta pentingnya memenuhi kebutuhan program pikiran bawah sadar antara pasangan ini secara sehat.
Kedua pihak yang sudah lebih ‘normal’ atau sehat kali ini idealnya akan lebih mudah menerima penjelasan di titik ini, karena selain mereka sudah menjalani prosesnya sendiri untuk menormalkan luka dan trauma dalam diri mereka, mereka juga sudah lebih paham konsep pernikahan yang sehat kali ini, itulah mengapa penting untuk memastikan sejak awal mereka akan siap menjalani prosesnya secara serius dan penuh komitmen, tanpa adanya kedua hal itu maka proses ini bisa berakhir di tengah jalan.
Dari tahap ini negosiasi dan kesepakatan di antara kedua belah pihak sudah mulai lebih bisa dijajaki, tentang bagaimana cara mereka berkomunikasi, menyampaikan pendapat dan menyelesaikan konflik yang muncul, berikutnya kita bisa memastikan kedua belah pihak memahami cara asertif dalam menerima dan menyampaikan pendapat, utamanya dalam memahami niat baik di balik apa pun pesan yang pasangannya sampaikan meski mungkin saja cara penyampaiannya kurang tepat.
Akan sangat merepotkan jika salah satu pihak menyampaikan pendapat secara asertif namun pendapat itu diterima secara sensitif oleh pasangannya, sebaik apa pun yang dikatakan pada akhirnya tetap akan dimaknai secara negatif, maka dalam hal ini kita bisa memastikan kedua pihak sama-sama menyadari proses komunikasi yang sehat dalam sebuah pernikahan.
Salah satu hal yang kita ‘latih’ dalam diri masing-masing klien dalam sesi konseling berpasangan ini adalah kepekaan untuk membaca program pikiran bawah sadar pasangan yang aktif dan menyadari program pikiran bawah sadar diri sendiri yang sedang aktif berinteraksi dengan pasangannya.
Meski awalnya proses ini mungkin berjalan kaku, seiring waktu berjalan kita akan membangun pemahaman mereka bahwa bukan soal cara kerja program pikiran bawah sadar yang menjadi esensi dari penanganan yang mereka lalui, namun terciptanya satu kesadaran untuk menerima keunikan masing-masing dan hidup untuk saling memberi serta memahami, bukan sebatas menuntut untuk dipahami.
Pernikahan idealnya menjadi sebuah tempat dimana masing-masing pihak bisa menunjukkan dirinya yang sebenarnya tanpa merasa takut pada ancaman atau anggapan yang dirasa tidak menyenangkan dari pasangannya, yang membuat mereka harus lagi-lagi menyembunyikan sisi itu dan berakhir dengan kegelisahan karena tidak bisa menjadi diri sendiri apa adanya bersama orang yang kita cintai.
Setiap orang memiliki program pikiran bawah sadar ‘rapuh’ dalam dirinya, program pikiran bawah sadar rapuh ini bukan yang membawa kondisi luka batin, ia memang secara alami rapuh karena terasosiasi dengan kelembutan dan kepolosan, saat program pikiran bawah sadar ini aktif di waktu yang tepat tepat, bersama orang yang tepat (dalam hal ini: pasangan) dan ia bisa aktif dengan kondisinya apa adanya karena pasangannya bisa menerima dan memahami apa yang dibutuhkan program pikiran bawah sadar ini, disinilah tercipta keindahan dari sebuah pernikahan.
Ketika masing-masing pihak merasa aman untuk mengeluarkan sisi rapuh alami dirinya di depan pasangannya dan pasangannya sendiri tidak memandang sisi rapuh alami itu sebagai kelemahan, melainkan justru bisa mengakomodirnya dengan sepenuh hati maka disinilah tercipta kualitas hubungan yang saling mengisi dan memberi satu sama lain. Kecuali jika kerapuhan itu bersumber dari program pikiran bawah sadar yang malah termanifestasi menjadi permasalahan.
Hipnoterapi memberikan perangkat teknik yang bagi saya memberikan solusi dalam berbagai aspek atau bidang apa pun, hal ini dikarenakan hipnoterapi memfokuskan eksplorasinya pada perbaikan internal, agar seseorang bisa berada di state yang ideal untuk bisa merespon tuntutan situasi di luar dirinya, saya telah menggunakannya untuk klien individual, pasangan, bisnis, atlit dan banyak lagi jenis klien lainnya, pertanyaannya sekarang adalah: bagaimana Anda akan menggunakannya?
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.