Reaksi Negatif Saat Melakukan Afirmasi/Sugesti?
Daftar Isi
“Afirmasi” atau “sugesti” bukan menjadi hal baru bagi para peminat dan penggiat dunia pengembangan diri dan kesadaran diri.
Ya, melalui afirmasi atau sugesti inilah program “ditanamkan” pada pikiran bawah sadar dengan harapan program itu kemudian dijalankan sebagai “operating system” diri kita, memudahkan kita untuk menampilkan sikap mental, sistem keyakinan atau pun perilaku yang mengefektifkan gerak langkah kita mewujudkan berbagai hal positif yang kita inginkan.
Namun ada fenomena yang tidak jarang terjadi pada beberapa orang yang melakukan prosesi afirmasi atau sugesti ini, yaitu munculnya reaksi negatif saat prosesi ini dilakukan.
Reaksi negatif ini bisa berupa munculnya sensasi fisik yang tidak menyenangkan, seperti sakit kepala, sakit perut atau sakit pada bagian tubuh lainnya, otot yang tiba-tiba mengejang, napas yang tidak beraturan, dan bahkan detak jantung yang meningkat, seperti mengalami gejala panik yang sulit dijelaskan.
Beberapa orang lainnya mengeluhkan munculnya reaksi emosi yang irasional, seperti tiba-tiba sedih, atau tiba-tiba merasakan kecemasan dan berbagai jenis reaksi emosional lainnya.
Menandakan ada sesuatu yang perlu kita sikapi dalam pikiran bawah sadar kita, hal ini tidak boleh dianggap remeh,
Dari mana reaksi negatif ini bermula? Apa yang perlu kita antisipasi sehubungan dengan reaksi negatif ini? Mengapa membiarkan reaksi negatif ini berpotensi memunculkan gejala masalah lain yang lebih besar di kemudian hari?
Semoga apa yang dipaparkan dalam tulisan ini bisa cukup menjelaskannya.
SUGESTI/AFIRMASI SEBAGAI ALAT BANTU PERUBAHAN
Popularitas dari sugesti/afirmasi sebagai alat bantu perubahan bukan hanya berlaku dalam dunia terapi berbasis hipnosis, atau yang biasa dikenal sebagai hipnoterapi, melainkan juga di berbagai bidang pengembangan diri dan kesadaran diri.
Dalam posisinya sebagai sebuah “pesan mental”, bisa kita pahami bahwa tujuan dari sugesti/afirmasi yaitu menciptakan perubahan pada sikap mental pelakunya, dimana perubahan pada sikap mental ini ditujukan sebagai modal untuk menciptakan perubahan di aspek-aspek lain yang terhubung dengannya, sebut saja kesehatan fisik, perilaku dan bahkan kualitas hidup yang kita jalani.
Jika dilakukan dengan tepat, sugesti/afirmasi memang bisa dengat sangat signifikan menciptakan perubahan positif di aspek-aspek yang kita ingin perbaiki, namun sekali lagi: jika prosesnya dilakukan dengan tepat.
Apakah hal ini menandakan adanya kemungkinan prosesnya tidak dilakukan dengan tepat? Ya, bukan hanya kemungkinan, tapi memang hal inilah yang lebih banyak terjadi.
Esensi dari sugesti/afirmasi adalah memberikan pesan mental yang bisa menciptakan perubahan di pikiran bawah sadar, atau tepatnya: mengubah program yang ada di pikiran bawah sadar. Namun justru di sinilah esensi ini kerap kali tidak tercapai, karena sugesti/afirmasi itu sendiri tidak menjangkau pikiran bawah sadar, ia tidak ubahnya sebatas sebuah “angin lalu” yang “lewat” namun tidak berdampak apa pun bagi pelakunya.
Satu hal yang menjadikan sugesti/afirmasi tidak menjangkau pikiran bawah sadar adalah karena memang pemberian sugesti/afirmasi itu tidak dilakukan di waktu dimana pikiran bawah sadar terakses optimal.
Pikiran sadar dan pikiran bawah sadar beroperasi di gelombang otak yang berbeda, diperlukan proses dan kecakapan tersendiri untuk bisa menurunkan gelombang otak ini dari yang semula berada di gelombang otak pikiran sadar, yang dominan berada di gelombang otak Beta, sampai ia turun ke gelombang otak pikiran bawah sadar, yang dominan berada di gelombang otak Alpha dan Theta.
Baru ketika sudah berada di gelombang otak Alpha dan Theta inilah sugesti/afirmasi efektif dilakukan, hal ini karena di gelombang otak inilah pikiran bawah sadar lebih reseptif untuk menerima pesan yang diberikan, dimana fenomena ini diharapkan lebih memudahkan kita untuk mengubah atau menambahkan program yang ada di dalamnya.
Artinya, memastikan terjadinya perpindahan kesadaran, yang ditandai dengan perpindahan gelombang otak dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar, adalah suatu hal paling mendasar yang perlu dikuasai seseorang yang akan melakukan proses sugesti/afirmasi, jika ingin sugesti/afirmasi itu menciptakan dampak perubahan yang signifikan.
Terdapat berbagai cara dan latihan yang bisa dilakukan untuk mengalami proses perpindahan kesadaran ini. Namun demikian, kerumitannya ternyata tidak hanya sampai di sini, beberapa orang yang berhasil mengalami perpindahan kesadaran ke pikiran bawah sadar ini memang akhirnya berhasil melakukan proses sugesti/afirmasi yang sampai langsung ke pikiran bawah sadar, namun ternyata muncul reaksi negatif tidak terduga ketika proses ini berlangsung.
REAKSI NEGATIF SAAT PROSESI SUGESTI/AFIRMASI
Idealnya proses pemberian sugesti atau pelaksanaan afirmasi pada pikiran bawah sadar berlangsung lancar, dimana seseorang mendapatkan sugesti tersebut dan pikiran bawah sadarnya memproses sugesti itu untuk kemudian dijalankan sebagai program baru.
Namun sebagaimana dijelaskan sebelumnya, ada saja fenomena dimana seseorang yang melakukan sugesti atau afirmasi ternyata mengalami reaksi negatif yang tidak diduga ketika melaksanakan proses ini, dimana reaksi negatif ini sendiri bisa berupa reaksi fisik, bisa juga berupa reaksi emosional.
Reaksi fisik negatif yang dimaksudkan bisa berupa sakit atau sensasi ketidaknyamanan pada bagian tubuh tertentu, seperti tiba-tiba merasa sakit kepala ketika proses sugesti/afirmasi berlangsung, atau sakit perut, atau bahkan sesak napas, atau sensasi-sensasi negatif lain yang terasa mengganggu.
Sementara itu reaksi emosi negatif bisa berupa munculnya perasaan yang sulit dijelaskan dan tidak bisa ditahan, seperti tiba-tiba muncul rasa cemas, takut, sedih atau bahkan tiba-tiba menangis tanpa sebab.
Pertanyaannya, dari mana reaksi negatif ini muncul?
Jawaban sederhananya adalah: ia bersumber dari penolakan dari pikiran bawah sadar itu sendiri.
Tapi bagaimana bisa? Bukankah ketika seseorang berhasil memasuki frekwensi pikiran bawah sadarnya maka saat itu harusnya pikiran bawah sadarnya siap menerima sugesti yang diberikan?
Sayangnya, tidak demikian adanya, ketika seseorang berhasil memasuki frekwensi pikiran bawah sadar, maka memang saat itu sugesti/afirmasi yang diberikan akan sampai padanya, tapi tidak jadi jaminan bahwa pikiran bawah sadar akan menerima, memproses dan menjalankannya.
Ya, sugesti “sampai” ke pikiran bawah sadar tidak jadi jaminan bahwa sugesti itu akan “dijalankan”, ia memang sampai dan mengenai program yang ada di pikiran bawah sadar, tapi apakah sugesti itu akan terus diterima dan dijalankan adalah lain soal.
Jika program yang sudah lebih dulu ada di pikiran bawah sadar bersifat netral, atau tidak sepenuhnya resisten/berkonflik dengan sugesti yang diberikan, maka sugesti itu berpeluang untuk mengubah program yang sudah lebih dulu ada tersebut, hasil akhir dari hal ini akan berujung pada berubahnya program yang ada di dalam pikiran bawah sadar dan dampaknya bisa langsung dirasakan oleh pelakunya.
Berikutnya, jika program yang sudah lebih dulu ada di pikiran bawah sadar tidak sepenuhnya sejalan, maka akan muncul reaksi “stagnan”, artinya tidak ada dampak signifikan tercipta dari sugesti/afirmasi ini, meski pun sugesti/afirmasi itu menyentuh pikiran bawah sadar tapi program yang lebih dulu ada “bertahan” di posisinya.
Di titik ini perbandingan kekuatanlah yang jadi penentunya, jika kekuatan dari sugesti/afirmasi memang cukup kuat untuk “menggoyahkan” program yang ada di pikiran bawah sadar maka – meski perlu waktu – program yang awalnya bertahan itu lambat laun akan mulai tergantikan oleh program baru yang kita tanamkan, tapi jika kekuatan dari program lama lebih kuat maka tidak ada dampak perubahan apa pun tercipta, meski sugesti/afirmasi itu dilakukan berkali-kali.
Catatan: faktor yang mempengaruhi kekuatan dari sugesti/afirmasi tidak akan dibahas dulu di artikel kali ini, ia akan dibahas di artikel terpisah di kemudian hari.
Tapi tidak hanya itu, masih ada kemungkinan lain dari reaksi program lama di pikiran bawah sadar dengan sugesti/afirmasi yang diterima, yaitu program lama yang ada di pikiran bawah sadar ternyata menyimpan “sesuatu” yang jelas-jelas berkonflik dengan sugesti/afirmasi yang diberikan, ia menunjukkan “perlawanan” sengit yang kemudian mewujud menjadi reaksi fisik dan emosi negatif, sebagaimana dijelaskan di atas sebelumnya tadi.
DAMPAK JANGKA PANJANG DARI REAKSI NEGATIF SAAT PROSES SUGESTI/AFIRMASI
Dari mana “perlawanan” sengit tadi muncul? Apakah ada dampaknya jika hal ini dibiarkan?
Pertanyaan ini mau tidak mau akan membawa kita untuk terlebih dahulu memahami cara kerja pikiran bawah sadar dalam menyimpan program.
Secara sederhana, program yang tersimpan di pikiran bawah sadar membawa dua jenis memori, yaitu (1) memori intelektual, yang membawa memori kronologis atas hal yang kita alami, yang menjadi titik awal terbentuknya program itu, dan juga (2) memori emosional, yang memuat reaksi emosional kita atas hal yang kita alami itu.
Ketika seseorang dimarahi di depan kelas misalnya, memori intelektual adalah memori yang memuat kronologi kejadian, bagaimana ia dimarahi di depan kelas di depan teman-temannya, sementara memori emosional adalah reaksi emosi dalam dirinya ketika ia dimarahi. Reaksi emosi ini tidak selalu negatif, bisa saja si orang yang dimarahi ini malah merasakan “keseruan” karena dimarahi di depan kelas dan sejak saat itu membawa program bahwa “seru juga menantang bahaya”. Bisa juga ia menciptakan reaksi negatif yang merasa “sedih” dan sejak saat itu membawa program “takut salah, karena salah itu memalukan sekali rasanya”.
Perlawanan sengit yang kita bicarakan tadi adalah reaksi emosional dari memori emosional yang “berontak” di dalam sebuah program, karena ia memuat luka yang cukup dalam sebagai hasil dari sebuah kejadian traumatis atau kejadian yang menciptakan luka batin di masa lalu.
Ketika sugesti/afirmasi diakukan, isi dari sugesti/afirmasi yang sampai di pikiran bawah sadar itu teryata berbenturan dengan program yang memuat luka dan reaksi emosional tersebut, maka terciptalah “perlawanan” dalam bentuk reaksi emosional yang menggelora ke permukaan, reaksi emosional ini sendiri ada kalanya memicu memori-sel (cellular-memory) yang tersimpan di organ tubuh, bagian tubuh atau sistem syaraf, yang terhubung dengan emosi tersebut, yang memicu reaksi fisik negatif karenanya.
Sengitnya perlawanan menandakan luka itu benar-benar membekas di pikiran bawah sadar dan pikiran bawah sadar tidak bisa melepaskan luka itu begitu saja, ia memerlukan resolusi agar ia bisa terbebas dari luka itu. Ketika resolusi ini tidak kunjung ia dapatkan maka ia akan bereaksi sebagai tanda “permintaan tolong”, sebagai penegasan bahwa ia memerlukan resolusi.
Terdapat dua ironi sehubungan dengan hal ini, ironi pertama adalah bisa jadi luka lama itu tidak perlu teraktivasi tanpa adanya sugesti/afirmasi yang menjangkau keberadaannya, namun karena sugesti/afirmasi itu justru sampai di pikiran bawah sadar dan bersinggungan dengan keberadaan luka itu, maka ia diibaratkan “jahitan rapuh yang terkorek”, sesudah “terburai” keluar ia justru malah jadi menyebabkan masalah yang sebelumnya tidak perlu terjadi.
Ironi kedua sehubungan dengan hal ini yaitu sekali luka itu “terburai” maka tidak jaminan ia akan kembali begitu saja menutup dengan sendirinya, ketika hal ini dibiarkan maka bisa terjadi penumpukkan masalah yang justru membuat kondisi seseorang semakin bermasalah dari waktu ke waktu.
Bagaimana jika luka yang terburai ini justru “ditambal” dengan sugesti/afirmasi positif? Jawabannya adalah: tergantung, tepatnya tergantung pada jenis sugesti/afirmasi yang diberikan.
Diibaratkan “obat racikan”, dampak dari sugesti/afirmasi bergantung pada kualitas racikannya. Jika kualitas racikan ini baik maka baik juga dampaknya pada luka yang terburai tadi, dimana luka itu bisa saja sembuh perlahan, bergantung pada kualitas sugesti/afirmasinya.
Bayangkan jika kualitas racikannya salah atau buruk, bukankah luka itu malah akan semakin menjadi-jadi dan bahkan infeksi parah? Itulah cerminan jika luka lama yang terbuka dalam program lama itu malah terus diberikan sugesti/afirmasi dengan cara yang salah.
Proses sugesti/afirmasi mensyaratkan tata cara yang tepat, bahkan dalam keilmuan hipnoterapi pun terdapat kurikulum tersendiri yang hanya bisa diajarkan dengan cara yang tidak sebentar, yang mengajak kita untuk benar-benar memahami struktur dari sebuah sugesti dan dampaknya pada pikiran bawah sadar.
Apakah jaminan bahwa pasti lukanya memburuk? Tidak juga, ada banyak variabel yang menentukan hasil akhirnya, seperti jenis luka yang ada dalam program itu, level kedalaman pikiran bawah sadar yang terakses dalam proses sugesti/afirmasi itu, isi dari sugesti yang diberikan, dan komponen lainnya, dimana perubahan pada satu komponen akan menentukan hasil akhir yang tercipta darinya.
Inti pemahaman yang perlu kita pahami dalam hal ini adalah bahwa jika prosesnya salah, maka hasil akhirnya pun akan buruk jadinya.
MENYIKAPI REAKSI NEGATIF SAAT PROSES SUGESTI/AFIRMASI
Waktunya membicarakan solusi, karena bukankah yang satu ini yang pada akhirnya kita perlukan?
Solusi menyikapi reaksi negatif yang muncul saat proses sugesti/afirmasi lagi-lagi akan membawa kita pada pemahaman yang sangat mendasar tentang cara kerja pikiran.
Bayangkan sebuah luka yang terburai, yang lantas begitu saja diberikan obat racikan. Meski obat racikan itu baik sekali pun, tetap saja hendaknya ada sebuah tindakan pendahuluan yang kita lakukan untuk mengobati luka lama itu, betul?
Tindakan ini bisa dalam bentuk membersihkan kotoran yang menyertai luka itu, membetulkan susunan otot dan kulit yang terluka, dan memastikan tidak ada bakteri yang menyertai luka itu, barulah disusul dengan memberikan obat dan perban sebagi tindaka penyelesaiannya.
Jenis tindakan pendahuluan ini melambangkan teknik terapi spesifik yang ditujukan untuk merestrukturisasi program yang ada di pikiran bawah sadar secara aman, yang bisa memberikan resolusi penyembuhan pada muatan emosional yang ada di dalamnya.
Baru setelah luka yang menyertai program itu tertuntaskanlah kita bisa memberikan obat racikan sebagai sentuhan akhirnya, dimana obat racikan ini diwakili oleh sugesti/afirmasi positif.
Jika kita hubungkan dengan kemunculan reaksi negatif saat prosesi sugesti/afirmasi yang dibahas di awal tulisan ini, yang bisa kita lakukan adalah meningkatkan kepekaan pada reaksi yang muncul dalam diri kita ketika mendapatkan sugesti/afirmasi, tentunya dengan terlebih dahulu memastikan bahwa kita sudah berada di gelombang otak yang tepat, yang mewakili level kesadaran pikiran bawah sadar.
Sederhananya adalah, jika tidak ada reaksi apa pun yang muncul, maka bisa dikategorikan “aman” untuk melanjutkan sugesti/afirmasi yang kita lakukan.
Namun jika ada kemunculan reaksi yang “tidak biasa”, waktunya meningkatkan kepekaan atas jenis reaksi itu.
Jika reaksi yang “tidak biasa” itu dirasa masih bisa dikendalikan, yaitu seiring dengan sugesti/afirmasi itu ia terasa semakin memudar dan lama-lama terasa netral atau nyaman, maka yang satu ini pun bisa dikategorikan “aman”.
Catatan khusus yang perlu kita perhatikan adalah untuk reaksi “tidak biasa” yang tidak terkendali, yang memberikan sensasi tidak nyaman berlebih, yang bahkan membuat kita sakit/terganggu karenanya. Denga kategori “tidak terkendali”, yang menandakan kita “kalah” oleh reaksi yang muncul ini, waktunya kita menyadari bahwa ada sesuatu yang “sensitif” di program pikiran bawah sadar kita yang bereaksi atas sugesti/afirmasi yang kita lakukan.
Sehubungan dengan hal ini, ada tiga jenis tindakan yang saya rekomendasikan.
Pertama, jika Anda merasa komposisi dari ketidaknyamanan yang muncul masih bisa cukup ditahan dan Anda memang menguasai teknik yang tepat untuk memberikan sugesti/afirmasi maka Anda bisa melanjutkan pemberian sugesti/afirmasi dengan harapan lambat laun ketidaknyamanan itu tersembuhkan dengan sendirinya.
Kedua, jika Anda mememiliki kemampuan dan kecakapan untuk melakukan teknik swaterapi, atau teknik terapi pada diri sendiri, ada baiknya hentikan proses sugesti/afirmasi yang berjalan, fokus dulu pada proses terapi diri untuk menyembuhkan luka lama yang tersimpan di dalam program yang tersentuh tersebut.
Ketiga, jika Anda merasa tidak sanggup mengatasinya sendiri, cari bantuan profesional dari praktisi yang kompeten di bidangnya untuk menciptakan resolusi terlebih dahulu pada luka lama yang tersimpan di program yang ada di pikiran bawah sadar, sebelum meneruskan kembali proses sugesti/afirmasi dalam bentuk apa pun.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.