Resource Therapy Actions
Daftar Isi
Di artikel sebelumnya yang menyoal ‘Resource Therapy Diagnosis‘, kita sudah menggunakan ilustrasi bus sebagai sistem kesadaran dan supir bus sebagai Resource State yang bekerja di sistem kesadaran kita. Menggunakan ilustrasi yang sama kita juga sudah memahami bahwa keberadaan ‘supir yang terluka yang aktif di kursi pengemudi’ adalah penyebab dari disfungsionalnya cara kerja bus tersebut dalam melalui perjalanannya di rute tertentu karena ‘supir yang terluka’ itu memiliki trauma tertentu terhadap rute spesifik tersebut, dimana proses Resource Therapy Diagnosis ditujukan untuk mengungkap keberadaan supir yang terluka tersebut dan mendefinisikan ‘jenis luka’ yang dialami supir tersebut berdasarkan kriteria spesifik yang ditampilkannya.
Keberadaan ‘supir yang terluka’ di dalam bus sudah diketahui dan terdefinisikan lukanya, kita lalu memanggil si supir terluka tersebut, inilah titik awal penanganan yang tepat, karena secara langsung ditujukan pada Resource State spesifik yang memang bertanggungjawab atas gejala permasalahan yang dialami.
Namun demikian, bayangkan sejenak enam skenario lanjutan ini:
- Kita sudah mengetahui persis keberadaan si supir yang terluka ini dan mencoba memanggilnya, namun yang dipanggil adalah supir yang salah, memang bukan lagi Resource State ‘Pelapor’, namun tetap saja bukan Resource State sebenarnya yang berada di mode patologi, supir yang berada dalam kondisi patologi di Underlying State malah tidak tahu kita sedang memanggilnya.
- Kita berhasil memanggil si supir yang terluka dengan tepat, ia pun mendengarnya dan tahu bahwa kita memanggilnya, namun ia tidak mau dipanggil dan malah bersembunyi.
- Kita berhasil memanggil si supir yang terluka, ia pun bersedia hadir memenuhi panggilan kita, namun ada supir lain yang tidak setuju ia dipanggil, supir lain ini menghalangi prosesnya, membuat kita tidak bisa berkomunikasi dengan si supir yang terluka.
- Kita berhasil memanggil si supir yang terluka, ia pun sudah hadir memenuhi panggilan kita, namun di tengah proses komunikasi yang sedang berlangsung supir ini sebenarnya diam-diam ‘hilang’ dan digantikan oleh supir lain.
- Kita berhasil memanggil si supir yang terluka, ia pun sudah hadir memenuhi panggilan kita dan berada terus bersama kita sepanjang proses penanganan, yang kita tidak ketahui adalah ternyata supir ini sebenarnya memendam kesedihan yang mendalam, sedangkan kita malah memperlakukannya sebagaimana memperlakukan seseorang yang mengalami masalah ketakutan.
- Kita berhasil memanggil si supir yang terluka, ia pun sudah hadir memenuhi panggilan kita, kita sudah mengetahui masalah spesifik yang supir ini alami dan apa kebutuhan penangananya, tapi ketika kita berusaha membantunya ada ‘penumpang tak diundang’ yang menghalangi prosesnya, penumpang tak diundang ini bukan supir yang seharusnya ada dalam bus, sehingga membingungkan proses yang dilalui karena tidak ada yang mengenalnya.
Apa kesamaan dari keenam situasi di atas? Ya, kesamaan umum dari semua situasi di atas adalah proses penanganan tidak akan berjalan dengan baik dan membawa hasil sebagaimana yang seharusnya.
Dengan kata lain, mampu melakukan diagnosis dengan tepat pada mode patologi yang dialami Resource State adalah tahap penting pertama, tapi tidak cukup sampai di situ saja, kita juga perlu menguasai teknik penanganan yang sesuai dengan kebutuhan Resource State yang mengalami kondisi patologi ini ketika mereka akhirnya bisa ‘dipanggil’ ke Conscious State.
Keenam situasi di atas akan mengerucut ke dalam tiga petunjuk penting sehubungan prinsip penanganan efektif yang harus dipastikan oleh seorang Resource Therapist, yaitu:
KETEPATAN RESOURCE STATE
Proses penanganan harus dilakukan pada Resource State yang tepat, maka Terapis harus bisa memanggil, menghadirkan dan mengakses Resource State yang tepat dari Underlying State ke Conscious State.
Kesalahan ‘pemanggilan’ Resource State akan membuat proses penanganan berjalan tidak karuan, karena bukan Resource State itu yang seharusnya ditangani, maka meski Resource State itu merasakan perubahan pun, perubahan itu tidak akan berdampak signifikan pada gejala permasalahan yang klien alami.
Terdapat cara khusus untuk bisa ‘memanggil’ atau mengakses Resource State dimana jika diagnosis atas kondisi patologi Resource State yang kita lakukan sudah benar dan kita bisa melakukan proses mengakses Resource State yang mengalami patologi ini dengan baik, maka sampai sejauh ini saja kriteria penting pertama sudah terpenuhi.
Disini juga kadang terdapat tantangan: meski kita sudah mulai menguasai cara mengakses Resource State yang tepat, ada kalanya Resource State ini tidak mau dipanggil, ia sengaja menghindar atau bahkan bisa jadi ada Resource State lain yang menghalangi, maka kita pun harus menguasai cara strategis mengantisipasi hal ini agar kita tetap bisa berkomunikasi dengan Resource State yang tepat.
KESTABILAN RESOURCE STATE UNTUK AKTIF
Meski Resource State sudah aktif di Conscious State, perlu kita pahami bahwa mode dari keaktifan Resource State ini di Conscious State masih akan ‘naik-turun’, tidak jaminan ia akan terus bertahan dengan stabil dan berkomunikasi dengan kita.
Artinya bisa saja Resource State yang sedang kita ajak berbicara masuk kembali ke Underlying State dan digantikan oleh Resource State lain yang ada di Surface State, jika kita tidak peka membaca siapa Resource State yang sedang aktif maka besar kemungkinan kita akan salah melakukan penanganan, bukan pada Resource State yang tepat, yang seharusnya menjalani penanganan.
Terdapat acuan khusus untuk mempertahankan keaktifan dan kestabilan Resource State untuk terus berkomunikasi bersama kita di Conscious State sampai kita bisa memfasilitasi penanganan secara penuh padanya.
Prinsip penting mempertahankan keaktifan Resource State adalah dengan memastikan mereka dengan sukarela ingin aktif dan merasa senang berkomunikasi dengan kita, hal ini hanya bisa dilakukan jika Terapis menunjukkan penghormatan penuh pada Resource State.
Meski terdengar sederhana, dalam praktiknya sering kali hal ini tidak mudah dijalankan. Terdapat berbagai karakter dari Resource State, dari yang ramah sampai yang menunjukkan permusuhan, jika kita tidak memahami dinamika karakter ini dan bahkan merasa ‘sebal’ pada Resource State sampai menunjukkan gaya berkomunikasi yang menyakiti mereka, maka Resource State tidak akan kooperatif dan malah memutus komunikasi dengan kita.
TEKNIK PENANGANAN YANG SESUAI
Penyebab luka sehingga Resource State mengalami mode patologi Vaded adalah karena peristiwa yang mengancam (pada Vaded with Fear), atau adanya peristiwa yang menyakiti dan tidak sejalan dengan apa yang Resource State butuhkan serta harapkan (pada Vaded with Rejection, Confusion dan Disappointment).
Dasar dari terlukanya Vaded State adalah karena adanya suatu kebutuhan emosi yang tidak terpenuhi, maka untuk bisa normal kembali Vaded State memerlukan penanganan yang bisa memenuhi kebutuhan emosi itu.
Penanganan yang diperlukan oleh Vaded State adalah:
Semakin jelas bukan bahwa diagnosis yang salah akan membuat proses penanganan yang dilakukan pun salah adanya?
Vaded State membawa luka, maka itu penanganan mereka harus dilakukan dengan lembut dan penuh empati agar mereka merasa dipahami, namun lain dengan Retro, Dissonant dan Conflicted State, mereka pada dasarnya hanya Resource State yang aktif di tempat dan waktu yang tidak tepat, mereka bukan Resource State yang membawa luka, maka penanganan mereka tidak harus melibatkan kelembutan seperti pada Vaded State, melainkan komunikasi yang asertif, yang memungkinkan mereka mendapatkan solusi yang memuaskan.
Meski diagnosis yang dilakukan tepat adanya, namun jika proses penanganan yang difasilitasi tidak membuat Resource State mendapat yang ia butuhkan, maka Resource State tersebut belum akan merasa mendapatkan resolusi, ia pun belum akan kembali normal untuk memasuki mode fungsionalnya lagi, sampai kebutuhan spesifiknya yang selama ini tidak terpenuhi bisa kembali terpenuhi.
Berikutnya yang tidak kalah menarik adalah: ada kalanya kita juga harus siap menghadapi situasi yang cukup di luar kebiasaan, yaitu adanya ‘penumpang tak diundang’ – yang bukan merupakan salah satu dari supir – yang mengakibatkan masalah dalam bus, yaitu ‘entitas’ dari luar yang ikut ‘masuk’ ke dalam Underlying State, dalam istilah umum yang sering beredar kita menyebutnya ‘ketempelan’ (attachment)
Apakah ini pasti terjadi dalam sesi penanganan? Tidak juga, namun tidak tertutup kemungkinan hal ini bisa terjadi, artinya kita berurusan dengan ‘entitas dari luar’ yang bukan merupakan bagian alami dari struktur kesadaran seseorang dan memang entitas ini tidak seharusnya berada di dalam diri seseorang, dalam RT kita menyebut ‘penumpang tak diundang’ yang tidak seharusnya berada dalam diri seseorang ini sebagai Other Personalized Introject (OPI).
Catatan: tulisan mengenai OPI sudah saya unggah sebelumnya di artikel terdahulu, silakan klik disini untuk membacanya.
Sekedar mengulas balik, keberadaan fragmen-memori atas keberadaan sosok atau objek yang mengganggu dan membayangi fungsi Resource State disebut ‘Introject’, dimana dalam proses penanganan nanti kita pun perlu menuntaskan urusan Resource State dengan Introject ini dengan RT Actions yang didesain spesifik untuk membersihkan ganjalan, atau menghilangkan emosi negatif, yang terbentuk karena Introject ini.
Resource State tidak bisa dihilangkan, karena mereka adalah bagian dari struktur kesadaran kita. Sebagai satu fragmen-memori Introject bukan merupakan Resource State, maka mereka bisa dengan cepat dihapus atau dihilangkan dari dalam diri seseorang jika hal itu yang memang mereka inginkan. Namun lain dengan OPI, mereka bukan Resource State dan mereka bukan fragmen-memori, mereka memang sebuah ‘keberadaan’ dari luar yang ‘masuk’, tetap dengan ego dan kesadarannya sendiri, karena mereka merasa mendapatkan manfaat dengan berdiam dalam diri klien, keberadaan mereka dalam diri klien ini lantas mengganggu keseimbangan fungsi dari Resource State lain, menyebabkan masalah emosi atau perilaku yang menempatkan klien berada dalam mode disfungsionalnya.
OPI tidak termasuk ke dalam Resource State Pathology, karena ia memang bukan termasuk ke dalam Resource State, penanganan yang dilakukan pada OPI adalah penanganan yang memungkinkan untuk ‘mengantar’ mereka ke tempat dimana mereka ‘seharusnya berada’.
Penanganan spesifik yang memenuhi kebutuhan penanganan setiap mode patologi Resource State adalah mutlak adanya, namun di sisi lain hal ini juga bisa membingungkan, terutama jika tidak ada langkah demi langkah sistematis yang bisa diikuti secara praktis.
Sebagai bentuk psikoterapi singkat (brief psychotherapy), RTC memberi langkah demi langkah yang telah didesain khusus secara sistematis untuk menormalkan kembali kondisi Resource State yang mengalami patologi dan mengembalikan mereka ke mode fungsionalnya dengan memenuhi kebutuhan penanganan spesifik setiap Resource State Pathology.
Langkah demi langkah penanganan dalam RTC disebut sebagai RT Actions, yang berisikan 12 teknik utama dan 3 teknik tambahan untuk membantu mengefektifkan proses penanganan.
Sebagai Resource Therapist, semua kebutuhan penanganan dalam RTC sudah terangkum ke dalam 15 langkah RT Actions ini, artinya hanya langkah-langkah ini saja yang kita perlu pertajam untuk kuasai. Seiring dengan kebutuhan penanganan dari setiap Resource State Pathology, kita nantinya hanya perlu memadu-padankan aneka teknik dalam RT Actions ini, itu pun dalam kerangka kerja yang sudah tersedia secara sistematis.
RESOURCE THERAPY PROCESS & RT ACTIONS
Bersama dengan RT Actions ini, terdapat juga kerangka kerja besar yang menaungi prosesnya, yaitu Resource Therapy Process, yang terbagi ke dalam empat tahapan, yang juga disingkat dengan istilah ACAR: Aim, Classify, Actions & Review.
Detail dari setiap tahapan dalam Resource Therapy Process adalah:
- Aim: mengidentifikasi tujuan penanganan yang menjadi harapan perubahan klien, yang klien siap ubah melalui penanganan bersama kita.
- Classify: mengumpulkan informasi seputar permasalahan, mengidentifikasi Resource State Pathology berdasarkan manifestasi permasalahan Resource State, tahapan ini juga termasuk ke dalam tahapan RT Actions yang disebut RT Action 1.
- Actions: tahapan penanganan lebih lanjut yang memuat RT Actions dengan lebih mendetail, mulai dari RT Action 2 sampai dengan RT Action 15 (akan dijelaskan di bawah).
- Review: mendiskusikan hasil penanganan bersama klien di akhir (setelah) penanganan selesai.
Tahapan Classify dan Actions yang dimaksudkan dalam Resource Therapy Process di atas sudah termasuk ke dalam RT Actions, tepatnya RT Action 1 (untuk proses Classify) dan RT Action 2 sampai RT Action 15 (untuk proses Actions).
Penjelasan lebih lanjut untuk RT Actions dan tujuan penggunaannya adalah:
- RT Action 1 – Diagnosis, dilakukan untuk mengumpulkan informasi seputar permasalahan, mengidentifikasi Resource State Pathology berdasarkan manifestasi permasalahan Resource State.
- RT Action 2 – Vivify Specific, dilakukan untuk mengakses, memanggil dan berkomunikasi dengan Resource State yang mengalami kondisi patologi.
- RT Action 3 – Bridging, dilakukan untuk mengungkap peristiwa yang menyebabkan Vaded State terbentuk (hanya digunakan dalam penanganan Vaded with Fear dan Vaded with Rejection).
- RT Action 4 – Expression, dilakukan untuk memberikan kesempatan pada Resource State untuk mengungkapkan ekspresinya pada Introject (untuk penanganan Vaded with Fear, Vaded with Rejection dan Vaded with Confusion).
- RT Action 5 – Introject Speak, dilakukan untuk mengakses Sensory Experience Memory Introject agar Resource State bisa meninjau permasalahan dari sudut pandang Introject (untuk penanganan Vaded with Rejection).
- RT Action 6 – Removal, dilakukan untuk menghilangkan keberadaan Introject dari Underlying State (hanya digunakan dalam penanganan Vaded with Fear dan Vaded with Rejection, namun terkadang dilakukan juga pada Vaded with Confusion).
- RT Action 7 – Relief, dilakukan untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada Vaded State (utamanya digunakan dalam penanganan Vaded with Fear dan Vaded with Rejection, namun terkadang dilakukan juga pada Vaded with Confusion).
- RT Action 8 – Finding Resource, dilakukan untuk menemukan Resource State yang lebih cocok untuk aktif di Conscious State dalam situasi spesifik yang diharapkan.
- RT Action 9 – The Changing Chair Introject Action, dilakukan untuk mengakses Sensory Experience Memory Introject agar Resource State bisa meninjau permasalahan dari sudut pandang Introject, namun dengan teknik ‘berpindah kursi’ (untuk penanganan Vaded with Confusion).
- RT Action 10 – Retro State Negotiation, dilakukan untuk untuk memfasilitasi proses negosiasi dengan Retro State agar ia mengganti tugasnya atau bertukar tempat serta waktu kemunculan dengan Resource State lain yang lebih sesuai dengan tuntutan situasi (untuk penanganan Retro State dan Dissonant State).
- RT Action 11 – Conflicted State Negotiation, dilakukan untuk untuk memfasilitasi proses negosiasi antar Resource State yang berkonflik untuk menemukan solusi terbaik di antara keduanya (untuk penanganan Conflicted State).
- RT Action 12 – Imagery Check, dilakukan untuk untuk memeriksa hasil perubahan dengan mengajak klien memasuki situasi spesifik yang tadinya tidak bisa dilaluinya untuk melihat dan merasakan langsung perbedaannya.
- RT Action 13 – Resistance Alliancing, dilakukan untuk mengatasi resistensi dan hambatan dalam berkomunikasi dengan Resource State, baik yang mengalami kondisi patologi atau yang ingin menghalangi prosesnya.
- RT Action 14 – The Separation Sieve, dilakukan untuk menghilangkan beban emosi berlebih yang ‘memberatkan’ Resource State (digunakan dalam penanganan Vaded State dan OPI).
- RT Action 15 – Anchoring, dilakukan untuk membantu klien mengakses Resource State yang diperlukan secara sengaja sesuai tuntutan situasi yang dihadapi ketika diperlukan.
Sekali lagi, semua kebutuhan penanganan dalam RTC untuk menormalkan kembali Resource State Pathology sudah terangkum ke dalam 15 langkah RT Actions ini, artinya hanya langkah-langkah ini saja yang kita perlu pertajam untuk kuasai. Seiring dengan kebutuhan penanganan dari setiap Resource State Pathology, kita nantinya hanya perlu memadu-padankan aneka teknik dalam RT Actions di atas, itu pun dalam kerangka kerja yang sudah tersedia secara sistematis.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang Resource Therapy? Memerlukan layanan Resource Therapy untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari Resource Therapy secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.
REFERENSI:
Emmerson, Gordon. 2014. Resource Therapy. Australia: Old Golden Point Press
__________. 2014. Resource Therapy Primer. Australia: Old Golden Point Press
__________. 2015. Learn Resource Therapy. Australia: Old Golden Point Press