Resource Therapy & Ego Defense Mechanism
Daftar Isi
Beberapa waktu lalu saya sebuah pesan masuk ke kotak masuk saya, yang kurang lebih isinya mengandung pertanyaan tentang Ego Defense Mechanism (EDM) dan Resource Therapy & Counselling (RTC).
Selidik punya selidik, ternyata pengirim pertanyaan adalah salah satu pembaca buku saya, Hypnotherapeutic Assessment, Diagnosis & Treatment Plan (2020), di buku itu memang saya menuliskan bahasan tentang EDM namun dari sudut pandang RTC.
Sekedar catatan, RTC memang termasuk ke dalam teknik terapi berbasis Psikodinamika, dimana mahzab Psikoterapi ini memandang bahwa respon seseorang di masa kini sangatlah ditentukan dari pengalaman masa lalunya, namun demikian RTC lebih mengacu kepada Psikodinamika modern yang banyak menyederhanakan berbagai pemahaman dari teknik Psikodinamika klasik, seperti Psikoanalisa.
Sementara itu, pemahaman EDM paling sering mewarnai desain penanganan berbasis Psikoanalisa, dimana kurikulum resmi RTC sendiri tidaklah mengulas fenomena EDM ini secara spesifik, saya sendiri mengulas EDM dalam buku saya karena menyadari pemahaman tentang EDM ini sangatlah penting dan perlu dipahami oleh setiap Hipnoterapis yang memfasilitasi proses penanganan dan pendampingan pada klien secara profesional.
EGO DEFENSE MECHANISM (EDM) & RETRO STATE
EDM mengacu kepada mekanisme pertahanan internal pikiran untuk melindungi diri kita dari ketidaknyamanan berupa kecemasan.
Dalam teori Psikoanalisa, kecemasan (anxiety) diartikan sebagai pengalaman emosional yang menyakitkan, yang menyiratkan adanya ancaman atau bahaya (Cervone dan Pervin, 2013).
Kecemasan adalah kondisi yang menyakitkan bagi kondisi psikis kita dimana sistem psikis kita tidak kuat dan tidak suka menahan rasa sakit dari munculnya pemikiran yang membuat kita tidak nyaman atau bahkan menyakitkan ini, maka itulah ketika rasa sakit muncul sistem psikis kita kemudian mengembangkan sebuah mekanisme pertahanan (Defense Mechanism) untuk meredakan rasa sakit tersebut.
Terdapat beberapa jenis EDM dalam Psikoanalisa dimana setiap EDM tersebut termanifestasikan dalam bentuk perilaku yang menjadi ‘pelarian’, ketika kita menampilkan perilaku tersebut maka dampak dari kecemasan yang bergejolak dalam diri pun teredakan.
Kembali mengingat yang sudah kita pelajari sebelumnya di artikel Resource Therapy Diagnosis, emosi tidak menyenangkan atau menyakitkan yang kita rasakan di masa kini – yang dalam Psikoanalisa disebut sebagai kecemasan – sebetulnya adalah Vaded State yang tercipta di peristiwa spesifik masa lalu (ISE), yang teraktivasi oleh stimulus masa kini.
Merupakan sebuah kewajaran bagi kita untuk tidak menyukai ketidaknyamanan yang muncul ketika Vaded State aktif, karena kondisi ini memang menyakitkan bagi sistem psikis kita, maka itulah sistem psikis kita mengembangkan EDM untuk meredakan kemunculan Vaded State ini.
Dalam beberapa kasus kemunculan Vaded State ini berlangsung intens sampai kelak ia mereda karena stimulus yang dirasa mengancam berlalu, atau pun bisa juga karena kita berhasil meredakannya dengan memasuki mode pelarian tertentu, seperti dengan menenangkan diri, atau dengan melakukan tindakan tertentu untuk menenangkan diri.
Tindakan yang dilakukan untuk menenangkan diri secara sengaja dan pada dasarnya dilakukan dengan penuh kesadaran adalah bagian dari mekanisme pengendalian diri yang dikenal sebagai Coping Mechanism, namun ada juga tindakan yang berlangsung secara spontan untuk menenangkan diri dalam bentuk perilaku yang tidak produktif, seperti perilaku kecanduan, atau makan berlebih ketika stres.
Perilaku yang terjadi secara spontan tanpa disadari atau dikendalikan, yang sering kali tidak produktif atau negatif ini, melambangkan adanya upaya dari Retro Avoiding State untuk menyelamatkan kita dari kecemasan yang diakibatkan kemunculan dari Vaded State, sehingga dalam hal ini Retro Avoiding State justru menjadi EDM.
Maka itu, dalam hubungannya dengan RTC, penting bagi kita untuk memahami EDM karena di dalamnya tersimpan dinamika dari Resource Pathology (tepatnya Retro Avoiding State) dalam berbagai bentuk.
PRIMITIVE EDM
Dalam perkembangannya EDM dipetakan berdasarkan tingkat ‘keprimitifan’ dari ekspresinya, semakin primitif ekspresi sebuah EDM maka semakin tidak efektif dampaknya pada seseorang untuk jangka panjang, dimana tingkat ekspresi EDM ini dipetakan menjadi tiga jenis ekspresi utama: primitive, intermediate dan mature.
Catatan: dikatakan sebagai ‘primitif’ ketika mekanisme ini muncul dalam perilaku yang spontan, destruktif, tidak memperdulikan realita dan menjadi tindakan yang tidak pantas dilakukan, jika dihubungkan dengan usia orang yang mengekspresikannya dan kematangan emosi yang seharusnya dimilikinya.
Anak-anak mengekspresikan mekanisme primitif secara alami dan hal ini normal adanya bagi mereka, karena secara psikologis memang tingkat kematangan emosional mereka belum terbangun. Lain ceritanya ketika orang dewasa ‘terjebak’ dalam ekspresi mekanisme primitif ini dalam kesehariannya, jika ini yang terjadi maka hal ini mengindikasikan adanya proses tumbuh-kembang emosi yang tidak matang atau dalam Resource Therapy dikatakan sebagai Vaded State yang kompleks.
Jenis-jenis EDM yang muncul, yang mengindikasikan ekspresi dari EDM paling primitif adalah: denial, regression, acting out, dissociation, compartmentalization, projection dan reaction-formation.
DENIAL
EDM yang terjadi ketika seseorang tidak mampu menghadapi realita atau tidak mampu mengakui kenyataan yang menyakitkan dalam hidupnya, sehingga dia menyangkal realita tersebut.
Denial menggambarkan keberaaan dari Vaded State yang tidak bisa menerima kenyataan sampai sistem psikis mengembangkan Retro Avoiding State untuk meredam kemunculan Vaded State ini untuk menghindari rasa sakit yang muncul darinya.
Hal ini bisa terjadi pada mereka yang tidak ingin mengakui bahwa dirinya bermasalah. Jika ditanya mengenai masalahnya mereka mengatakan bahwa mereka baik-baik saja, meski orang di sekitarnya mendapati mereka menunjukkan ekspresi-perilaku yang tidak efektif sebagai pelariannya, misalnya perilaku makan berlebih, kecanduan rokok, alkohol dan lain sebagainya dimana semua perilaku tersebut memberikannya ruang dan waktu tersendiri untuk ‘melupakan’ sejenak kenyataan pahit yang dialaminya.
Denial berfungsi melindungi pikiran seseorang dari kenyataan pahit yang tidak mampu dibendungnya. Meski mekanisme ini melindungi seseorang dari rasa sakit, denial menyita energi psikis yang besar dalam diri seseorang, karena itulah mekanisme ini akan muncul bersamaan dengan mekanisme lainnya dan menjadi dasar dari berbagai bentuk EDM lain yang akan dijelaskan berikunya.
Denial bisa muncul dalam bentuk penolakan mentah-mentah atas suatu masalah atau menunjukkan penerimaan dan pengakuan atas masalah itu tapi lantas meminimalisir resikonya dalam persepsi mereka sendiri, misalnya terjadi pada orang-orang yang mengakui bahwa mereka mengkonsumsi benda-benda negatif seperti alkohol atau obat-obatan, tapi mereka menyangkal bahwa hal tersebut memberinya dampak negatif.
REGRESSION
Perlu dipahami istilah ini bukan menandakan ‘teknik’ regression dalam hipnoterapi, dalam perspektif Psikoanalisa istilah ini menandakan mekanisme yang terjadi ketika seseorang dihadapkan dengan kejadian yang menimbulkan situasi genting dan mendesak yang membuatnya cemas dimana kejadiannya berlangsung dengan sangat cepatnya sampai sistem pertahanan psikis tidak sempat berfungsi dan malah secara spontan mengakses pola perilaku yang pernah muncul di masa lalunya sebagai bentuk ‘pelarian spontan’ agar tercipta sebuah perilaku yang membuat kecemasan mereda spontan, seseorang yang ketika dalam situasi terancam justru malah menangis atau menggigiti kuku misalnya.
Dalam perspektif Resource Pathology, Retro Avoiding State yang muncul spontan untuk menyelamatkan Vaded State langsung memilih jenis perilaku yang pernah dilakukan klien di masa lalu dimana perilaku itu terbukti memberikan rasa tenang dan nyaman di masa lalu.
ACTING OUT
Acting Out menjadi sebuah perilaku ekstrim untuk mengekspresikan pemikiran atau perasaan yang sebelumnya tidak bisa diekspresikan karena dirasa bertentangan dengan nilai-nilai kepantasan.
Dalam diri orang yang mengalami mekanisme ini terdapat hal-hal yang ingin diekspresikan namun hal itu tidak bisa dilakukannya, karena satu dan lain hal, alhasil gejolak itu tetap terkunci di dalam diri, menciptakan patologi Vaded with Confusion yang merasakan banyak kebingungan atas hidupnya.
Seiring waktu ketika tekanan ini menjadi sedemikian kuatnya dan gejolak itu tidak tertahankan lagi gejolak itu akhirnya keluar dalam bentuk tindakan keluar (acting = tindakan, out = keluar) yang ekstrim dan meledak-ledak.
Melukai diri sendiri juga merupakan bentuk dari acting out, mengekspresikan kecemasan dalam bentuk rasa sakit fisik karena seseorang tidak bisa menahan gejolak emosional dalam dirinya.
DISSOCIATION
Dissociation terjadi ketika seseorang seolah kehilangan hubungan dengan dunia sekitarnya, mereka seolah ‘terpisah’ dari dunia sekitar seolah mereka hidup di dunia yang berbeda. Dissociation membantu orang-orang menyikapi kecemasan atau frustrasi dengan ‘menarik’ diri mereka secara mental dari situasi itu, mereka bisa berada dalam kondisi seperti melamun, menerawang atau membiarkan diri mereka larut dalam pikirannya sendiri.
Semakin dissociation menjadi sebuah kebiasaan maka semakin seseorang merasa terpisah dari dunia luarnya, sehingga lama-lama dikhawatirkan ia tidak lagi terhubung dengan dunia luarnya.
Hal ini biasanya terjadi karena adanya Vaded with Disappointment yang merasakan kekecewaan atau frustrasi dengan keadaan, dimana Vaded State ini lantas memblokade munculnya Resource State lain dan menutup diri dari dunia luar, berada di mode yang tidak secara langsung mengalami realita, melainkan hanya mengamati dari jarak kesadaran tertentu (disosiasi).
COMPARTMENTALIZATION
Compartmentalization merupakan bentuk yang lebih sederhana dari dissociation dimana ada Resource State di dalam diri seseorang yang beroperasi secara terpisah (dikenal juga sebagai ‘alter’) dan memiliki prinsipnya sendiri, yang berbeda dari kebiasaan normatif utamanya.
Seseorang yang dikenal jujur dalam membina keluarga misalnya, namun ternyata mempraktikkan cara-cara kotor dalam bisnisnya, prinsip kejujuran yang diterapkannya dalam kehidupan beragama tidak berlaku dalam berbisnis, seolah ada dua perangkat kesadaran di dua konteks yang memberlakukan nilai-nilai yang berbeda.
Hal ini terjadi sebagai bentuk dari disonansi kognitif, yaitu kondisi ketika seseorang dihadapkan dengan konflik antara dua atau lebih pemikiran dalam dirinya yang membuatnya dilematis namun kemudian mencari pembenaran secara terpisah di masing-masing poin yang berkonflik tersebut.
Contohnya seseorang yang di satu sisi mengedepankan nilai-nilai kejujuran namun di sisi lain ada kebutuhan keuangan yang mendesak untuk dipenuhi dalam bisnisnya, rasa tidak nyaman yang awal-awalnya dirasakannya kemudian ‘dipisahkan’, mulai muncul pemikiran “Agama ya agama, bisnis ya bisnis, keduanya adalah hal yang berbeda.” untuk meredakan konflik dalam dirinya.
PROJECTION
Merupakan mekanisme dimana seseorang menyangkal keberadaan perasaan yang dianggapnya tidak baik dalam dirinya, lalu malah menuduhkannya pada orang lain.
Contohnya seorang bernama A yang tidak menyukai orang lain bernama B, alih-alih mengakui bahwa A tidak menyukai B, yang terjadi A justru menuduh B tidak suka padanya.
Mekanisme projection memungkinkan seseorang mengekspresikan dorongan negatif dalam dirinya, namun dengan cara yang tidak disadari oleh pikirannya, sehingga semua ini mengurangi kecemasan yang dialami pikirannya.
Contoh kasus yang menyiratkan projection adalah ketika seseorang merasa marah pada pasangannya karena merasa tidak didengarkan, padahal dalam kenyataannya ialah yang justru tidak mendengarkan pasangannya, namun ia malah terus menuduhkan perilaku itu pada pasangannya, karena di matanya perilaku itu tidaklah menyenangkan dan ia tidak ingin terbebani beban moral bahwa ialah yang sebenarnya melakukan perilaku tersebut.
REACTION-FORMATION
Mengacu pada EDM yang meredakan kecemasan atau bisa juga ketidaksukaan pada objek tertentu dengan cara yang berkebalikan, untuk menghindarkan diri dari beban moral yang dirasakannya karena ia tahu ketidaksukaannya berlawanan dengan nilai-nilai moral yang diyakininya.
Hal ini bisa terjadi pada merasa tidak suka pada seseorang namun justru menunjukkan keramahan yang sangat baik untuk menutupi ketidaksukaan kita pada mereka. Menurut Freud, orang menunjukkan reaction-formation sebagai mekanisme alami untuk bisa menyembunyikan perasaan yang sebenarnya, namun justru dengan menunjukkan perilaku sebaliknya.
INTERMEDIATE – LESS PRIMITIVE EDM
Berikutnya, terdapat juga EDM tingkat menengah (intermediate – less primitive), dimana jenis EDM ini ditunjukkan melalui ekspresi yang dinilai lebih dewasa dari level primitif sebelumnya, jenis-jenis EDM yang termasuk di dalamnya adalah: repression, displacement, intelectualization, rationalization dan undoing.
REPRESSION & SUPRESSION
Mekanisme dimana seseorang menekan informasi tertentu yang berisikan muatan menyakitkan agar tidak naik ke permukaan kesadarannya. Seseorang yang mengalami trauma dan tidak bisa mengingat kejadian traumatisnya misalnya, memori traumatisnya ‘ditekan’ agar tidak muncul ke permukaan, menjadi repressed memory, karena pikiran kita menyadari jika memori traumatis itu naik ke permukaan maka akan terjadi efek kecemasan dan bahkan histeria yang mengganggu kenyamanan psikis.
Hal inilah yang sering kali mengganggu jalannya hypnoanalysis, jalannya penggalian informasi dihalangi oleh Resource State lain yang tidak ingin informasi itu diingat oleh klien karena ia tahu betapa menyakitkannya jika informasi itu diingat kembali oleh klien.
DISPLACEMENT
Merupakan EDM dimana seseorang meredakan gejolak kecemasan dalam dirinya dengan melampiaskannya pada objek lain yang ia tahu tidak bisa melawan balik padanya. Seseorang yang tidak bisa mengekspresikan kemarahan pada bosnya karena takut dipecat misalnya, malah kemudian mengekspresikannya dengan menyiksa binatang atau dengan memarahi anak-istrinya di rumah yang diketahuinya takut dan tidak akan bisa melawannya.
Retro Avoiding State yang terbentuk dari displacement bisa cukup destruktif, karena mereka penuh dengan pelarian yang bersifat destruktif pada pihak lain dengan sifat dasar ‘penindas’, agar kesadaran kita tidak dipenuhi kenyataan pahit bahwa kita sebenarnya tidak berdaya.
INTELECTUALIZATION
Mekanisme yang membuat seseorang mengalihkan fokusnya dari hal-hal yang membuat dirinya cemas secara emosional, menjadi fokus pada hal yang bersifat intelektual. EDM ini memungkinkan kita menghindari hal-hal emosional yang menyakitkan tentang sebuah situasi dan menjadikan kita fokus pada hal yang bersifat intelektual. Seseorang yang didiagnosa mengalami penyakit kronis misalnya, alih-alih mengakui kecemasannya ia justru mengalihkan perhatiannya untuk mempelajari seluk-beluk penyakitnya, sehingga ia tidak harus mengakui kenyataan pahit yang menyakitkannya.
Dikatakan sebagai EDM jenis menengah karena intelectualization membantu seseorang secara logis memahami masalah yang sedang dihadapinya, sehingga ada kemungkinan muncul solusi darinya.
RATIONALIZATION
Rationalization adalah EDM yang menjadikan seseorang memiliki penjelasan rasional untuk menyalahkan kondisi di luar diri atas suatu hal yang menyakitkan, untuk menghindari kenyataan yang sebenarnya bersumber dari kekurangannya. Rationalization bukan hanya mencegah kecemasan, melainkan juga melindungi harga diri dan konsep diri (cara pandang atas diri).
Ketika dihadapkan pada keberhasilan maka seseorang menujukan keberhasilan itu pada dirinya sementara ketika ia mengalami kegagalan ia justru menyalahkan pihak tertentu yang dianggapnya menjadi biang kerok kegagalannya.
Contohnya, seseorang yang mendapatkan nilai jelek ketika ujian, ia justru menyalahkan instrukturnya yang dianggapnya tidak becus mengajar daripada mengakui kekurangannya dan ketidakmampuan dirinya dalam mengerjakan ujian.
UNDOING
Merupakan EDM yang membuat kita ‘menebus’ tindakan kita pada orang tertentu untuk meredakan rasa cemas yang muncul dari rasa bersalah karena tindakan kita sebelumnya terhadap orang tersebut.
Seseorang yang setelah menghina temannya memperlakukan temannya itu dengan istimewa di kemdian hari misalnya, agar ia tidak terbebani oleh beban moral-emosional yang muncul dari rasa bersalah akibat menyakiti temannya itu di masa lalu.
Bisa juga terjadi pada orangtua yang sewaktu kecil tidak pernah mengurusi anaknya, ketika anaknya dewasa dan semena-mena pada orangtuanya maka orangtua membiarkan mereka melakukan itu semua karena akumulasi gejolak rasa bersalah dalam dirinya yang merasa telah mengabaikan anaknya di masa lalu, meski tahu hal ini salah dan menyakitkan orang tua sendiri di masa kini.
MATURE EDM
Berikutnya, terdapat juga jenis EDM yang ekspresinya berada di tingkat konstruktif, yang digolongkan sebagai EDM yang ‘matang’ dan menunjukkan kedewasaan, ekspresinya membawa manfaat jika terjadi dalam kadar yang cukup (ketika terekspresikan berlebih EDM ini juga akan membawa masalah).
Dikatakan sebagai ‘matang’ karena EDM ini memang perlu dilatih, dikendalikan dan dikembangkan; Sebagai kebalikan dari EDM primitif yang menunjukkan upaya minim untuk meredakan kecemasan di bawah sadar, EDM yang matang memfokuskan ekspresinya untuk membuat seseorang tetap terkendali berfungsi positif bagi lingkungan.
EDM jenis dewasa ini bisa diberdayakan dalam proses penanganan untuk menyalurkan energi dari Retro Avoiding State yang bersifat destruktif agar mereka keluar di konteks yang lebih tepat.
Jenis-jenis EDM yang termasuk di dalamnya yaitu: sublimation, compensation dan assertiveness.
SUBLIMATION
Sublimation terjadi ketika seseorang mengkonversi dorongan negatif dalam dirinya menjadi perilaku yang bisa diterima dan membawa manfaat. Seseorang yang memendam banyak kemarahan misalnya, ia lalu menyalurkannya ke latihan beladiri sebagai pelampiasan.
Freud meyakini bahwa sublimation mencerminkan tanda kematangan seseorang yang memungkinkannya menunjukkan fungsi sosial secara normal.
Dalam Retro State Negotiation yang dilakukan pada Retro State yang berperilaku ‘kasar’, kita bisa melakukan negosiasi dengan Retro State ini, ia dipersilakan tetap ada dalam diri klien dan tetap dipersilakan melakukan tugasnya, hanya saja ia diminta untuk hanya muncul di waktu dan kesempatan yang tepat, yaitu ketika berlatih bela diri misalnya, yang jelas-jelas melibatkan energi ‘kasar’ dalam bentuk memukul atau menendang, sehingga Retro State ini pun tetap berfungsi sebagai sumber daya (resource) dalam diri klien yang membawa kebaikan bagi dirinya.
Dua bentuk lain dari sublimation yaitu humor dan fantasy. Dalam mekanisme humor, seseorang menggunakan energi psikisnya untuk bisa mencari hal yang bisa ditertawakannya dalam situasi yang tidak disukainya, hal ini sering kita lihat pada seorang stand up comedian yang menggunakan kisah pahitnya sebagai ajang menertawakan dirinya sendiri, tanpa harus merasakan kecemasan dari Vaded State.
Sementara dalam mekanisme fantasy seseorang menggunakan energi psikisnya untuk membayangkan hal-hal ideal yang ia inginkan alih-alih fokus pada hal yang tidak dia sukai, bentuk lain dari fantasy adalah mekanisme yang disebut wishful thinking dimana seseorang berharap-harap pada keajaiban di tengah kesulitan yang dihadapinya.
Dalam skala yang cukup sublimation bisa membawa manfaat, tapi ia juga bisa membawa masalah jika dilakukan berlebih, misalnya saja seseorang yang menjadikan bela diri atau olahraga lain untuk pelarian sampai-sampai ia mengabaikan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-harina. Begitu juga fantasy, dalam skala cukup ia membantu kita lebih optimis, namun dalam skala berlebih ia bisa membuat kita sibuk mengkhayal dan bukannya bertindak.
COMPENSATION
Mekanisme yang terjadi ketika seseorang memiliki kekurangan di salah satu atau lebih aspek dirinya yang membuatnya mencari prestasi di bidang lain untuk menutupi perasaan kekurangannya tersebut. Seseorang yang tidak pandai dalam bidang akademis namun terus belajar untuk pandai memimpin dan berorganisasi misalnya, sampai-sampai ia menjadi seorang pemimpin handal yang diakui oleh orang di sekitarnya.
Serupa dengan sublimation, compensation pun bisa membawa masalah jika ia terekspresikan berlebih, yang bisa muncul dalam bentuk sikap yang kompetitif berlebih atau bisa juga muncul dalam bentuk perilaku yang perfeksionis dalam mengerjakan hal-hal apa pun.
ASSERTIVENESS
Mekanisme yang terekspesikan secara sehat, membuat orang mengutarakan apa yang dipikirkan dan dirasakannya secara sopan tanpa menyinggung sesamanya, merupakan jenis EDM yang sangat sehat dan matang, menunjukkan pengelolaan Resource State yang matang dalam mengelola energi psikis kecemasan yang ditampilkan Vaded State dan menyalurkannya menjadi perilaku asertif.
Catatan: penjelasan ini hanya mengungkap bahasan EDM ini secara sekilas untuk memahami cara penggunaannya dalam assessment dan analisa kasus, untuk memahami bagaimana menggunakan EDM ini dengan efektif dalam penanganan, Anda bisa membacanya di buku saya: Performance in The 5th Dimension, yang memang menuliskan aplikasi praktik dari Resource Therapy secara spesifik untuk penanganan masalah dan peningkatan kinerja.
JENIS-JENIS EDM LAIN
Sejak Freud pertama kali mempopulerkan istilah defense mechanism, peneliti lain melanjutkan penelitian terhadap hal ini dan memetakan ragam jenis defense mechanism lainnya sebagaimana dijelaskan juga secara sekilas di penjelasan berikut ini.
- Anticipation: mekanisme menghibur/menenangkan diri dalam menghadapi ketidakpastian masa depan, ketika dalam perasaan tegang menghadapi ujian misalnya, seseorang menenangkan diri jauh-jauh hari dengan berkaca pada pengalaman lain yang bisa membuatnya berpikir positif, agak serupa jenis ekspresinya dengan wishful thinking dalam sublimation. Mekanisme ini bisa diberdayakan dalam proses coaching dimana klien diajak memikirkan situasinya secara taktis, sehingga apa yang semula hanya dibayangkan meningkat menjadi pemikiran dan bahkan solusi aksi-tindakan.
- Affiliation: mekanisme yang kelak membuat seseorang mencari dukungan orang lain untuk membenarkan tindakan atau pendapat dirinya dalam membuat keputusan, biasa terjadi pada mereka yang banyak bergulat dengan keraguan atau rasa tidak percaya diri karena adanya Vaded with Rejection dalam dirinya.
- Aim inhibition: mekanisme yang membuat seseorang menerima bentuk lain serupa yang bisa mereka toleransi sebagai pengalihan dari tujuan pencapaian asal yang tidak bisa mereka capai, misalnya seseorang yang tidak bisa menjadi atlit memilih untuk menjadi pelatih atlit atau membuka toko alat olahraga untuk bisa mencari peririsan kesamaan dengan tujuan yang tidak bisa diperolehnya. Jika klien sudah bisa berdamai dengan ketidakmampuannya mencapai yang ia inginkan maka EDM ini bersifat sehat adanya, namun jika klien sebenarnya belum bisa menerimanya maka hal ini berpotensi menciptakan distribusi energi negatif yang ‘terkunci’ dalam dirinya berupa Vaded Satte with Disappointment dan bisa termanifestasi di kemudian hari dalam bentuk simtom apa pun.
- Altruism: mekanisme yang membuat seseorang bersikap baik dan bahkan menolong orang lain untuk menghindari potensi konflik dengan orang tersebut, biasanya bermula dari adanya Vaded with Rejection yang membuat seseorang tidak berani membela dirinya di depan orang lain karena merasa kecil dan tidak layak.
- Avoidance: mekanisme yang membuat seseorang menolak atau menghindar untuk berhadapan dengan objek atau situasi yang dirasanya mengancamnya atau berada di luar jangkauan kecakapan dirinya (coping ability). Dalam kasus seseorang yang merasa tegang menghadapi presentasi misalnya, dimana ia lalu sakit sebelum presentasi tersebut untuk menghindarinya. Vaded State adalah bagian tidak terpisahkan dari EDM ini, dimana Vaded State ini merasa tidak mampu menghadapi situasi yang menantinya sehingga ia berusaha menghindarinya dan terciptalah mekanisme lain, yaitu conversion (dijelaskan di poin berikutnya).
- Conversion: mekanisme yang membuat kesadaran mengkonversi energi dari kecemasan menjadi simtom fisik, menjadi penyakit psikosomatis contohnya, dikenal juga dengan nama somatization. Hal ini juga yang melandasi diterapkannya praktik Hipnoterapi untuk menangani masalah psikosomatis, yaitu menangani Vaded State yang terbentuk di balik conversion tersebut.
- Humility: mekanisme yang menjadikan seseorang menurunkan standar dirinya dan mengorbankan gengsi agar mendapatkan belas kasihan dan dukungan orang lain, biasanya terjadi dalam situasi mendesak yang kompleksitasnya berada di luar kemampuan, rasa sakit yang ditanggung ketika harus menurunkan gengsi masih lebih bisa ditanggung daripada rasa sakit ketika menghadapi realita yang sudah di luar kendali. Misalnya saja pada orang yang pura-pura gila demi bisa menghindari tuntutan lingkungan.
- Idealization: mekanisme yang menjadikan seseorang fokus pada hal-hal yang ideal saja tentang pengalaman atau tentang objek lain di luar dirinya untuk membenarkan pemikiran positifnya tentang objek di luar dirinya tersebut dan bahkan tentang kehidupan, serta ‘menghapus’ segala hal negatif yang terasosiasi dengannya. Mekanisme ini bisa menjadi EDM dewasa jika diekspresikan dengan baik, namun bisa juga menjadi denial jika pada dasarnya ada keberadaan Vaded State di balik EDM ini, sehingga ekspresi dari EDM ini hanya menjadi media menghibur diri semata agar tidak larut pada kenyataan pahit di luar diri.
- Identification: mekanisme yang membuat kita menjadikan diri kita seperti orang-orang yang kita anggap memberikan ancaman pada kita. Seseorang yang berada di lingkungan baru yang orang-orangnya kasar misalnya, ia pun menjadikan dirinya seperti orang-orang kasar di lingkungan itu agar ia bisa diterima oleh mereka dan menghindarkan dirinya dari rasa cemas karena potensi bahaya yang bisa mengancam kapan saja.
- Introjection: mekanisme yang menjadikan kita menginternalisasi pemikiran dari luar (sosok yang disegani) dan mengadaptasinya sebagai pemikirannya sendiri, sehingga segala tindakan kita didasari oleh adanya keyakinan bahwa itulah tindakan yang benar, karena tindakan itu pun dilakukan oleh sosok tersebut, lagi-lagi Vaded State berperan di balik mekanisme ini, adanya rasa tidak percaya pada diri sendiri menjadikan diri mencari sosok lain untuk dijadikan acuan berperilaku, meski hal itu mungkin merugikan sekali pun.
- Isolation: mekanisme yang menjadikan seseorang memisah-misahkan pemikiran agar tidak bercampur dengan pemikiran lainnya. Seseorang yang mengalami stres di tempat kerjanya misalnya, mengisolasi segala bentuk pemikiran yang berhubungan dengan tempat kerja ketika ia berada di rumah agar stres di tempat kerja tidak terbawa ke rumah. EDM ini bisa menjadi EDM dewasa jika ia terekspresikan dengan baik atau pribadi yang bersangkutan memiliki kecakapan pengendalian diri (coping mechanism) ketika harus mengisolasi suatu pemikiran dan berpindah ke pemikiran lainnya, namun bisa juga menjadi berbahaya jika energi psikis yang terkunci dari proses isolasi ini tidak terekspresikan.
- Passive-aggression: mekanisme yang terjadi ketika seseorang memendam kemarahan yang tidak bisa diekspresikan secara agresif dan akhirnya energi psikis dari kemarahan itu terekspresikan dalam bentuk lain, seperti bahasa tubuh, respon atau perilaku yang kasar misalnya, bisa juga berupa ucapan yang menyakitkan, atau tindakan sejenis lainnya, mekanisme acting out yang muncul dalam skala kecil.
- Self-serving bias: mekanisme yang muncul untuk melindungi diri dari kecemasan akibat kritik. Ketika menerima kritik maka kita melebih-lebihkan pengalaman kita di situasi lain – yang kita tafsirkan sebagai keberhasilan – dan menjadikan diri kita sebagai sosok penting, sehingga muatan kritik itu tidak melukai kita, self serving bias bisa bercampur dengan kebiasaan yang menjadikan diri menyalahkan orang atas kritik yang diterimanya, dengan kata lain ia juga menjadi EDM rationalization dalam skala yang lebih kecil.
- Social comparison: mekanisme yang muncul untuk menjadikan diri kita merasa lebih baik dengan membandingkan diri kita dengan orang lain yang mengalami situasi yang lebih parah, meski terasa lebih baik pada akhirnya, namun mekanisme ini tak membawa kita bergerak ke zona perubahan apa pun.
- Splitting: mekanisme yang menjadikan seseorang kaku dan hanya memberlakukan ‘ya’ dan ‘tidak’ dalam menyikapi sesuatu, hanya ada 2 pilihan: ya atau tidak, menyulitkan mereka mencari jalan tengah di balik situasi yang dihadapinya.
EDM YANG MENGHAMBAT PERUBAHAN
Pertanyaannya adalah, untuk apa sebagai Hipnoterapis kita mengetahui keterhubungan antara masalah yang dialami klien dengan semua jenis mekanisme ini dan bagaimana hal ini bisa menghambat proses perubahan yang dijalani klien.
Jawabannya adalah untuk memastikan cakupan dari masalah dan hambatan perubahan klien, karena ada tiga kemungkinan yang terjadi:
Kemungkinan pertama, masalah yang dialami oleh klien sendiri sebenarnya sudah merupakan suatu bentuk defense mechanism.
Misalnya saja seseorang yang sulit mengendalikan kemarahan pada keluarganya dan sering berkata kasar pada anak-anaknya. Selidik punya selidik, ternyata kemarahan ini bermula dari akumulasi stres yang tidak bisa diekspresikan di tempat kerja (mekanisme displacement), ketika ia pulang ke rumah ia lalu mengekspresikan kemarahannya dalam bentuk sikap kasar dan ketus pada keluarganya yang diketahuinya tidak akan bisa melawannya, sehingga ia terhindari dari kecemasan yang muncul akibat Vaded State yang merasa tidak berdaya di tempat kerja.
Jika kita hanya fokus menangani kemarahannya saja dalam proses terapi namun tidak melakukan intervensi pada respon stres yang muncul di tempat kerja, maka stres ini akan berpotensi menciptakan masalah lain sebagai output-nya, atau bisa juga kasusnya malah tidak tertangani dengan baik.
Displacement dalam contoh kasus di atas melibatkan peran Retro Avoiding State, yang ingin menyelamatkan klien dari rasa cemas akibat Vaded State, yang kemudian menyalurkannya dalam bentuk sikap kasar pada keluarga. Jika kita hanya menangani Vaded State dalam diri klien namun kita tidak menyikapi Retro Avoiding State yang terlibat di dalam mekanisme ini maka masalah klien akan kumat kembali, karena selalu ada kemungkinan stres yang dihadapi klien di tempat kerjanya kembali mengaktifkan Vaded State lain yang tercipta dari ISE lain, disini Retro Avoiding State akan lagi-lagi menjalankan tugasnya untuk menyelamatkan klien, maka masalahnya pun seolah relapsed (kumat kembali), padahal sesungguhnya ini adalah masalah yang berbeda.
Dalam kasus lain bisa saja seorang klien mengalami conversion atau somatization dalam bentuk penyakit psikosomatis yang tidak terdeteksi medis, dengan menggunakan pemahaman ini kita bisa memahami bahwa situasi ini terjadi karena ada desakan dari Vaded State yang tidak terpenuhi, sehingga proses hypnoanalysis bisa berjalan dengan lebih efektif, karena kita cukup memfokuskan eksplorasi untuk menemukan ISE dari Vaded State yang terhubung dengan masalah klien untuk lalu melakukan penanganan pada Vaded State di ISE tersebut.
Kemungkinan kedua, masalah klien bukan merupakan bentuk defense mechanism namun masalah itu melahirkan defense mechanism karenanya. Misalnya saja seseorang yang merasa tidak percaya diri dan minder pada penampilanya (Vaded with Rejection), rasa minder itu menjadikannya sedemikian sulit menolak permintaan bantuan dari orang lain agar ia selalu mendapatkan teman sampai ia dikenal sebagai sosok yang murah hati dan penolong (mekanisme compensation, altruism dan affiliation), alhasil ia malah jadi menyusahkan dirinya sendiri karena energinya habis untuk membantu orang lain namun ia kehabisan energi untuk menata kehidupannya sendiri, alhasil proses terapi yang sedang dijalaninya menjadi berjalan di tempat karena ketika kembali ke dalam aktivitasnya ia kehabisan energi untuk menata kehidupannya sendiri.
Kemungkinan ketiga, EDM klien justru bekerja dalam sesi terapi, sehingga ia menyangkal berbagai emosi negatif yang dia rasakan (denial), atau menyalahkan lingkungannya alih-alih fokus pada perbaikan dirinya (rationalization). Bisa juga terjadi pada para orang tua yang tidak terima jika mereka dianggap salah dalam mengasuh anaknya, mereka lantas berargumen bahwa anaknya berprestasi karena cara mereka mendidik (mekanisme self-serving bias), meski mereka tidak bisa memungkiri hal itulah yang membuat anak mereka stres dan bermasalah karenanya.
Semakin sering berpraktik kita akan mendapati EDM ini bekerja dengan luar biasa pada diri klien, ada beberapa klien yang bahkan sampai sakit setiap kali menjelang sesi terapi, selidik punya selidik hal ini dikarenakan ada rasa takut dan cemas dalam dirinya untuk mengungkap masalahnya, yang bersumber dari Vaded State yang sedemikian ‘ringkihnya’. sehingga hal ini lalu mengaktifkan EDM avoidance berupa menurunnya kondisi fisik menjelang sesi terapi.
Jika kita menggabungkan Hipnoterapi dengan konseling dan/atau coaching, pemahaman ini akan sangat membantu kita untuk memberikan tugas-tugas pada klien untuk melakukan hal yang bisa menjadi bentuk EDM yang matang, berolahraga sebagai wujud pelepasan stresnya misalnya (mekanisme sublimation), atau fokus pada hal-hal positif yang dirasakannya setiap hari dan mencatatnya dalam sebuah ‘jurnal syukur’ sehingga hal ini melatih otot berpikir rasional klien bahwa di tengah situasi dilematisnya, selalu ada hal yang bisa disyukurinya (mekanisme idealization), sehingga dengan semua aktivitas ini klien bisa menjadi lebih matang dalam mengendalikan dinamika pikiran dan perasaannya, dalam menjadi pemimpin atas pikiran dan perasaannya.
Dengan mengetahui cara kerja dari EDM, sebagai Hipnoterapis kita bisa mengetahui cakupan permasalahan klien dan melakukan proses intervensi yang memadai dari hulu ke hilir, sehingga bukan hanya menjalankan tugas ‘mengobati’ klien, kita bisa memfasilitasi mereka mengoptimalkan kualitas hidupnya (bukan hanya kuratif, namun juga preventif dan promotif).
EDM yang berhubungan dengan respon sikap yang keras atau agresif pada umumnya melibatkan Retro State, karena Resource State ini memang memiliki kendali penuh ketika ia sedang aktif. Namun bisa juga EDM ini merupakan perwujudan langsung dari Vaded State, yaitu ketika EDM ini berhubungan dengan sikap menghindar, melunak atau menahan diri, dan sejenisnya.
Disinilah pengetahuan dan wawasan kita sebagai Hipnoterapis akan EDM sangat diperlukan agar kita bisa mengetahui di titik mana proses penanganan harus difokuskan, serta bagaimana kita menangani Resource Pathology yang terlibat di dalam mekanisme tersebut dengan pendekatan interventif yang tepat, ingatlah bahwa setiap Resource Pathology memiliki keperluan penanganan yang berbeda dan oleh karenanya analisanya pun harus memadai.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang Hipnoterapi dan/atau Resource Therapy? Memerlukan layanan terapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari Hipnoterapi dan/atau Resource Therapy secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.
REFERENSI:
Cervone, Daniel., Pervin, Lawrence A. 2013. Personality, Theory & Research, Twelfth Edition. USA: Wiley