Secondary Gain, Si ‘Biang Kerok’ Penghambat Perubahan
“Ingin berubah tapi sayang kalau masalahnya hilang,” meski terdengar konyol tapi itulah perlambang dari secondary gain, si ‘biang kerok’ penghambat perubahan yang sering kali menjadikan proses perubahan berlangsung berlarut-larut.
Diterjemahkan sebagai ‘pencapaian kedua’, secondary gain mengacu pada ‘manfaat tersembunyi’ yang diperoleh klien dengan tidak disadarinya, yang justru jadi bisa didapat karena klien sedang mengalami masalahnya saat ini.
Kesembuhan adalah ‘primary gain’ (pencapaian pertama), klien mencari pertolongan tentu karena ia ingin lepas dari masalah yang selama ini mengganggunya, maka itulah kesembuhan menjadi prioritas pertama yang ingin diwujudkan melalui sesi bersama Terapis.
Namun demikian, di balik keinginan untuk sembuh ini bisa jadi tersimpan ‘suatu kondisi yang lain’ – yang dirasa bermanfaat – yang jika masalah ini hilang maka kondisi yang dirasa bermanfaat ini akan turut hilang karenanya, di satu sisi masalah ini mengganggu namun di sisi lain masalah ini menciptakan sebuah kondisi yang membuat penderitanya mendapatkan manfaat tersembunyi, inilah yang dimaksud secondary gain.
Hal ini dialami oleh klien saya, seorang wanita warga negara asing dari Eropa yang mengalami sakit psikosomatis, dimana ia mengalami sensasi nyeri kronis pada bagian perutnya yang sudah bertahun-tahun tidak pernah bisa disembuhkan, beragam penanganan sudah dijalaninya namun tak kunjung membawa hasil signifikan.
Dalam sesi assessment saya mendapati bahwa klien saya ini banyak menghabiskan waktunya dalam kesendirian, ia sulit bergaul dan merasa tidak banyak orang yang bisa memahaminya.
Melalui sesi hypnoanalysis terungkaplah detail yang lebih jelas, betapa rasa sakit yang dirasakannya adalah rasa sakit yang dimunculkan oleh pikiran bawah sadarnya agar ia mendapatkan atensi dari lingkungannya. Menurut pikiran bawah sadaranya, yang juga menjadi penyebab rasa sakit itu, jika ia sakit maka ia mendapatkan perhatian dari lingkungannya, yang menjadi peduli padanya.
Meski terdengar ironis, namun demikianlah cara pikiran bawah sadar bekerja, ia menafsirkan segala-sesuatu menurut logika polosnya, ada kalanya klien sedemikian tersiksanya dengan permasalahan yang dihadapinya secara sadar, namun menurut pikiran bawah sadar permasalahan itu justru mendatangkan manfaat emosional yang dibutuhkannya, maka ia pun bertahan dengan masalah tersebut.
Namun demikian, dari pengalaman praktik saya menemukan versi lain dari secondary gain, dimana secondary gain ini bukan sekedar permasalahan internal dalam diri klien yang selama klien mengalami masalah itu maka manfaat itu dirasakan oleh pikiran bawah sadar klien.
Ya, pada umumnya secondary gain adalah pemenuhan kebutuhan emosi dari luar diri yang – menurut pikiran bawah sadar – bisa dipenuhi melalui masalah yang dialami klien, namun pemenuhan emosi ini lebih sering berupa ‘perhatian’, seperti pada orang tua yang mulai sering sakit-sakitan karena ketika mereka sakit maka anak dan cucunya justru semakin memerhatikan mereka.
Disinilah saya mendapati bahwa secondary gain bukan hanya berupa perhatian, namun bisa juga berupa ‘balas dendam’, yang menempatkan seseorang di dalam Combat Zone berkepanjangan (temukan ulasan tentang ‘Combat Zone’ dan ‘Analisa ‘Kompeleksitas Masalah Dalam Hipnoterapi’ dalam artikel yang diulas jauh sebelumnya dengan klik di sini).
Untuk mengilustrasikannya, saya akan menggunakan kisah dari salah seorang klien saya mengalami masalah yang kompleks di banyak aspek dalam kehidupannya, mulai dari keuangan, karir, hubungan dan banyak lagi masalah lainnya, yang menempatkannya di Combat Zone.
Proses assessment mengungkap bahwa klien ini punya banyak unek-unek yang tidak terungkapkan pada kedua orangtuanya yang dianggap tidak bisa menghargainya secara layak, sejak kecil ia merasakan betapa ia tidak punya kendali atas hidupnya sendiri, ia acap kali dilarang dalam banyak hal, tidak bisa memutuskan apa yang ia inginkan bagi dirinya.
Di kemudian hari klien saya ini nekat memutuskan keluar dari rumah dan keluarganya untuk mulai menata hidupnya secara mandiri, ia pun lantas mencoba berkarir secara mandiri, namun demikianlah yang terjadi, ada begitu banyak kompleksitas yang membuat atensinya tersita ke semua kompleksitas itu dan stamina psikisnya pun rendah sekali, ia tidak bisa menata masa depannya karena ada terlalu banyak masalah di sekitarnya di masa kini yang menyita atensinya.
Mendapati adanya kompleksitas yang tidak sedikit dan menyebabkan klien mengalami krisis stamis psikis yang tidak sedikit, penanganan awal pun direncanakan untuk pertama-tama menggeser zona klien ini ke Chess Zone (IE< & KT>) melalui proses terapi yang ditujukan untuk menetralisir beban emosi negatif yang menghinggapinya sampai ia bisa lebih memegang kendali atas pengelolaan emosinya.
Tak dinyana dalam sesi hypnoanalysis terungkaplah informasi tak terduga dari pikiran bawah sadarnya yang sengaja menempatkan klien di situasi bermasalah berkepanjangan ini sebagai sebuah pesan emosional bagi orangtuanya bahwa “Hidupku begini gara-gara kalian!”
Demikianlah energi psikis yang bersifat destruktif dalam diri klien ini, yang pada akhirnya menempatkannya di Combat Zone, ternyata memiliki pesan tersirat pada orangtuanya, bahwa kesulitannya selama ini tak ubahnya sebuah ‘balas dendam’ pada mereka, untuk membuat mereka menyesali segala kungkungan dan tindakan mereka pada dirinya dulu, pikiran bawah sadarnya tahu bahwa segala berita kegagalan dan permasalahan ini selalu sampai ke orangtuanya, dan ia pun tahu bahwa orangtuanya yang mengedepankan gengsi akan menanggung malu jika mendapati anaknya bermasalah, dengan cara inilah pikiran bawah sadar klien ini ingin balas dendam dan ‘menghukum’ orangtuanya.
Uniknya, ketika pikiran bawah sadar dalam diri klien ini mendapatkan resolusinya dan sudah kembali ke kondisi normalnya, kompleksitas di luar dirinya berangsur-angsur mulai membaik, berbagai hal yang selama ini berantakan mulai tertata dan ia mulai bisa menata masa depannya dengan lebih baik. Apakah ini kebetulan? Terus terang saja saya tidak tahu dan tidak berani mengklaim transformasi ini, bagi saya yang penting klien mendapatkan apa yang ingin dan layak didapatkannya.
Aneh? Mengherankan? Tidak perlu heran, demikianlah cara kerja pikiran bawah sadar dengan segala keunikannya.
Untuk mengungkap secondary gain ada dua poin utama yang perlu kita identifikasi:
Pertama, selama klien terjebak di permasalahannya saat ini, adakah manfaat pemenuhan emosi yang diperolehnya, seperti perhatian, empati, belas kasihan, dan lain sebagainya, dari lingkungannya, dimana jika ia lepas dari masalahnya maka kesemua manfaat ini akan hilang.
Jika ada, maka hal ini bisa menjadi secondary gain yang turut menghalangi jalannya perubahan, karena pikiran bawah sadar perlu diyakinkan terlebih dahulu bahwa perubahan yang akan diperoleh klien membawa manfaat yang lebih besar daripada manfaat semu yang selama ini diperoleh dari masalahnya.
Kedua, amati hubungan klien dengan orang terdekatnya, baik orang tua atau pasangan (beberapa kemarahan dan kegagalan ditujukan pada pasangan untuk menegaskan pesan emosional bahwa kegagalan ini terjadi karena ulah pasangan), jika klien memendam kekecewaan pada orang terdekatnya tersebut karena berbagai peristiwa dalam hidupnya, baik di masa lalu atau pun di masa kini, yang tidak bisa diekspresikan. Temukan keterhubungan taktis di antaranya, adakah segala masalah klien saat ini berdampak pada orang terdekat yang menjadi sumber kekecewaannya itu, tak ubahnya seperti sebuah ‘hukuman’ bagi mereka karena selama ini telah menyakiti klien.
Jika hal ini ada, maka kita perlu memastikan program pikiran bawah sadar yang terhubung dengan ‘balas dendam’ ini tersembuhkan dulu melalui penanganan yang bisa membawa pencerahan atau kesadaran pada klien bahwa semua perubahan ini adalah untuk kebaikan dirinya sendiri dan bukan untuk kepentingan orang lain.
Ada kalanya pikiran bawah sadar tidak mau melepaskan pembalasan ini, karena bagi mereka ‘pembalasan’ itu belum cukup bagi orang yang ingin dihukumnya, jika mereka lepas dari masalah ini sekarang maka orang yang ingin mereka hukum itu akan lepas dari ‘hukuman’-nya.
Secondary gain yang berhubungan dengan pemenuhan emosi internal biasanya hanya menempatkan klien di Thunder Zone, biasanya berupa masalah psikosomatis. Namun secondary gain yang berhubungan dengan kekecewaan dan dendam pada orang lain bisa lebih destruktif, ia bisa membuat klien terjebak di Combat Zone berkepanjangan, hal ini menjadi pesan penting bagi kita untuk mewaspadai adanya secondary gain dan meyadari jenis secondary gain ini, agar bisa mengantisipasinya sejak awal.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.