Kisah Terapi – Sulit Menyimpan Uang Karena ‘Ketempelan Arwah Leluhur’
Daftar Isi
“Hipnoterapis klinis mengurusi arwah leluhur?”
Ucapan itu meluncur begitu saja dari seorang rekan ketika pertama kali membaca judul artikel yang saya tulis ini. Keheranannya bukanlah tanpa alasan, ia sudah lama mengenal saya sebagai hipnoterapis klinis yang sudah tentu tidak berurusan dengan hal-hal mistis atau klenik.
Saya tidak menjawab, melainkan hanya tersenyum kecil dan memberi tanda padanya untuk terus membaca isinya sampai selesai. Baru setelah sampai di paragraf terakhir ia manggut-manggut dan ikut tersenyum simpul.
Begitu juga Anda, semoga saja di akhir tulisan ini Anda pun mendapatkan gambaran yang lebih utuh yang menjelaskan judul dari artikel ini.
Ngomong-ngomong, artikel ini termasuk ke dalam artikel lama yang saya tulis di tahun 2018, isinya sangatlah menggambarkan jalannya sesi hipnoterapi yang sesungguhnya, semoga di tulisan-tulisan berikutnya semakin banyak tulisan lama lainnya yang bisa terunggah dan semakin menjadi media pembelajaran bagi para peminat dan penggiat hipnoterapi.
AWAL MULA KISAH – SESI KONSULTASI
Sebut saja namanya Bu Ani (bukan nama sebenarnya), seorang klien yang menemui saya untuk mengkonsultasikan masalah keuangan yang dialaminya. Bu Ani merasa heran dengan kondisinya yang selalu kesulitan untuk menyimpan uang. Setiap kali uang masuk dan perencanaan matang dibuat untuk penggunaan uang itu, selalu ada saja masalah yang membuat uang itu harus keluar kembali, selama berpuluh tahun lamanya Bu Ani tidak pernah memiliki tabungan yang layak untuk menata masa depannya.
Kegelisahan Bu Ani sudah tak tertahan lagi, seiring dengan bertambah besar anak-anaknya maka semakin sulit baginya mengelola pemasukan dan pengeluaran di tengah banyaknya tuntutan kehidupan yang semakin kompleks.
Bukan tanpa sebab Bu Ani menemui saya, beberapa bulan lalu Bu Ani pernah mengikuti seminar yang saya adakan di Bandung dimana di dalamnya saya mengulas berbagai pemahaman ilmiah tentang cara kerja pikiran dan pengaruhnya bagi kualitas hidup. Setelah sekian lama Bu Ani beranggapan bahwa yang dialaminya adalah bagian dari jalan hidup yang harus dijalaninya tanpa ada pilihan lain, ia pun termenung ketika mendapati penjelasan demi penjelasan yang diterimanya di seminar itu menyadarkannya bahwa bisa jadi yang dialaminya tak lepas dari pengalaman masa lalunya, yang membuatnya tanpa sadar menyimpan sebuah ‘program’ yang menyabotasenya untuk bisa menyimpan uang di masa kini.
Beranjak dari kesadaran itulah Bu Ani lalu menghubungi saya dan memesan sesi konsultasi atau sesi penjajakan awal dimana dalam sesi itu saya mengumpulkan informasi seputar permasalahan yang klien alami dan menganalisa kecocokan dari hipnoterapi untuk permasalahan yang klien alami.
Ya, meski efektif, hipnoterapi tetap memiliki batasan dalam praktiknya, disinilah seorang hipnoterapis harus bijak dalam menilai kecocokan dari hipnoterapi dengan permasalahan yang klien alami. Dari informasi yang Bu Ani kisahkan, saya mendapati bahwa hipnoterapi bisa membantu menyelesaikan permasalahan yang Bu Ani alami, maka jadwal sesi penanganan pun disepakati untuk dijadwalkan beberapa hari kemudian.
Catatan: untuk mengetahui detail tahapan hipnoterapi silakan membacanya di artikel saya sebelumnya ‘Tahapan Dalam Sesi Hipnoterapi‘.
PROSES PENANGANAN – MEMFASILITASI KONDISI HIPNOSIS
Tibalah harinya menjalani penanganan, Bu Ani pun tiba tepat waktu dan mengisi intake form, saya kemudian mempelajari intake form yang Bu Ani isi, lalu mencocokkannya dengan informasi yang saya dapatkan di sesi konsultasi penjajakan awal sebelumnya, semua tahapan ini adalah untuk memastikan hipnoterapis mendapatkan informasi yang menyeluruh tentang kondisi klien sebelum penanganan resmi dimulai.
Sebelum memulai proses terapi saya kembali mengingatkannya bahwa usia, jodoh dan rejeki ditentukan oleh Tuhan, yang saya lakukan bukanlah upaya untuk melangkahi ketetapan Tuhan atas semua itu karena jelas itu tidak mungkin, yang bisa saya lakukan hanyalah membantu menyempurnakan upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara menyelami anugerah terbesar Tuhan yang diberikan-Nya pada manusia: akal-pikiran.
Ya, betapa di satu sisi akal-pikiran menjadi anugerah maha dahsyat dari-Nya untuk kita sebagai ciptaan-Nya, namun di sisi lain kedahsyatannya ini jugalah yang membuat kita menghadapi berbagai keterbatasan untuk bisa memahaminya secara utuh. Baru seiring dengan semakin berkembangnya penyelaman manusia dalam dunia sains modern dan spiritual berbagai kedahsyatan ini mulai tersingkap satu-persatu, itu pun belum semuanya, masih banyak kiranya misteri yang dititipkan-Nya di dalam akal-pikiran ini untuk kita selami bersama-sama.
Setelah Bu Ani memahami semua informasi yang diperlukan seputar situasi yang dihadapinya dan sudah memahami tentang kondisi hipnosis, barulah proses terapi secara resmi dimulai, diawali dengan membimbing Bu Ani melalui rangkaian tahap induksi-relaksasi sampai ia memasuki kondisi kedalaman trance (kondisi perpindahan kesadaran dari pikiran sadar ke pikiran bawah sadar) yang sesuai.
Apa maksudnya ‘kedalaman trance yang sesuai’? Hal penting pertama dalam proses hipnoterapi adalah memastikan klien memasuki kondisi trance di level Profound Somnambulism dengan tepat, karena baru di level inilah fungsi kritis pikiran sadar menjadi sangat minim sehingga memori, emosi dan Parts Personality di pikiran bawah sadar bisa diakses dengan baik.
Jika Anda masih asing dengan semua istilah di atas, Anda bisa menemukan bahasan tentang trance dalam artikel yang saya tulis sebelumnya dengan klik di sini, sementara tulisan tentang Personality Parts juga bisa Anda temukan dalam artikel yang saya tulis sebelumnya dengan klik di sini.
Personality Parts merupakan ‘Bagian-Bagian Kepribadian’ dalam diri yang memegang peranan di balik berbagai emosi dan perilaku, terkadang Personality Parts ini disebut juga sebagai sub-kepribadian (Subpersonality).
Yang terjadi adalah terkadang seseorang mengalami konflik internal antara Personality Parts dalam dirinya, seperti dalam kasus Bu Ani, ada Personality Parts yang ingin ia bisa menyimpan uang dan ada Personality Parts yang tidak ingin ia menyimpan uang, konflik antara kedua jenis Personality Parts menghasilkan situasi dilematis yang dialaminya sekarang.
Ada berbagai cara untuk bisa berkomunikasi dengan Personality Parts, namun untuk bisa mengungkap memori dan emosi di balik cara kerja sebuah Personality Parts dalam proses hipnoterapi diperlukan kedalaman trance yang memadai, yaitu Profound Somnambulism.
Membawa klien ke level kedalaman trance ini tentu tidak bisa dilakukan sembarangan, melainkan memerlukan pengetahuan memadai tentang kondisi hypnotherapeutic-trance, keterampilan khusus penggunaan semantik dan ditambah dengan kecakapan kalibrasi indikator trance dengan akurat, untuk bisa mengetahui dengan pasti bahwa klien sudah berada di level Profound Somnambulism dan dilanjutkan dengan ‘menguncinya’ di sana.
Mengapa perlu ‘dikunci’? Karena level trance bisa naik-turun seiring berkembangnya proses terapi nantinya, maka memastikan klien berada di kedalaman trance yang tepat dan ‘menguncinya’ di sana selama proses terapi berlangsung menjadi sebuah langkah awal sebelum melanjutkan ke proses terapi dan membimbing klien kembali ke kesadaran semula di akhir prosesnya.
PROSES PENANGANAN – EKSPLORASI DAN REKONTRUKSI PERSONALITY PARTS
Tidak sampai 10 menit bu Ani pun sudah memasuki kondisi Profound Somnambulism. Berdasarkan data awal di proses konseling sebelumnya, proses terapi pun dimulai dengan memanggil Personality Parts dalam diri Bu Ani yang menjadi sumber-penyebab kesulitannya menyimpan uang.
Dalam waktu singkat ‘Personality Parts Sabotase’ pun bisa terakses, namun disini justru muncul tantangan berikutnya, yaitu ekslorasi progresif (bertahap) untuk memvalidasi akar masalah secara akurat sebelum melakukan proses intervensi nantinya yang bertujuan menetralisir program tidak efektif di pikiran bawah sadar ini dan menggantinya dengan program baru yang bermanfaat. Tidak tanggung-tanggung, dalam proses awal ini saja langsung muncul 3 Personality Parts yang menjadikan Bu Ani tidak bisa menyimpan uang dengan baik karena semua Personality Parts ini memandang uang secara negatif.
Proses eksplorasi pikiran bawah sadar ini tidaklah bisa dilakukan sembarangan, tugas dan asal-kemunculan setiap Personality Parts harus teridentifikasi dengan tepat sebelum bisa memutuskan apa yang akan dilakukan pada setiap Personality Parts ini, kesalahan dalam proses eksplorasi pikiran bawah sadar ini bisa berakibat fatal pada restrukturisasi Personality Parts dengan cara yang tidak ekologis, dimana hal ini tentu akan berdampak negatif bagi klien nantinya.
Dan ternyata demikianlah adanya dalam kasus Bu Ani, dari 3 Personality Parts yang muncul sebelumnya ternyata masih ada 1 Personality Parts lain yang awalnya tidak teridentifikasi, dengan proses ‘uncovering’ bertahap Personality Parts ini pun akhirnya bisa terakses. Total dari 4 Personality Parts yang muncul, ternyata 1 Personality Parts bertugas mencari masalah agar Ani selalu keluar uang, 1 Personality Parts tidak ingin Ani menyimpan uang dan 2 Personality Parts lain menjadi ‘provokator’ agar Ani tidak bisa menyimpang uang.
Personality Parts yang tidak ingin menyimpan uang rupanya memendam kemarahan pada orang kaya karena Ani di masa lalu pernah mengalami kejadian yang membuatnya memandang orang kaya itu sombong, Personality Parts ini pun muncul dalam diri Ani di kejadian itu dengan pemikiran bahwa ‘orang kaya itu sombong, Ani tidak boleh jadi kaya agar tidak sombong’, maka setiap kali Ani mendapatkan uang lebih Personality Parts ini segera menjalankan tugasnya ‘mengeluarkan kembali’ uang itu agar Ani tidak menjadi orang kaya, karena orang kaya itu sombong.
Setelah data eksplorasi pikiran bawah sadar terkonfirmasi proses rekontruksi pun dimulai untuk merekontruksi cara kerja Personality Parts ini supaya Ani bisa mulai menyimpan uang. Prosesnya ternyata berjalan alot, mekanisme Personality Parts ini rupanya ‘terkunci’ oleh 2 Personality Parts provokator yang muncul menyertainya, penyelesaian pada satu Personality Parts saja tidak akan menyelesaikan mekanisme ini karena ketiga Personality Parts ini saling terhubung di satu rekam-kejadian yang sama.
Disinilah perbendaharaan teknik rekontruksi Personality Parts berperan, dengan strategi intervensi yang didesain spesifik untuk menyelesaikan situasi ini akhirnya keterhubungan 3 Personality Parts ini pun bisa diurai dan ketiganya bisa dinetralisir program negatifnya secara bersamaan, nyata sekali perbedaan pada raut wajah dan ekspresi fisik Bu Ani ketika ketiga Personality Parts ini ternetralisir program negatifnya.
PROSES PENANGANAN – BERHADAPAN DENGAN ‘ARWAH LELUHUR’
Tersisalah 1 Personality Parts, tidak diduga disini muncul polemik berikutnya. Dari proses eksplorasi pikiran bawah sadar lanjutan, Personality Parts terakhir yang kerjanya mencari-cari masalah agar Ani sering keluar uang ini ternyata merupakan perwujudan dari sosok Nenek Ani yang berada dalam diri Ani sejak usia 5 tahun.
Sosok Nenek dalam diri Ani tidak ingin Ani menjadi orang kaya karena Nenek kecewa pada suaminya (Kakek Ani) yang dengan kekayaannya hidup semena-mena dan meninggalkannya, Nenek takut jika Ani kaya maka ia akan seperti Kakeknya, maka tanpa sadar ia pun mencari-cari masalah dalam hidup Ani agar uang selalu keluar.
Dari perspektif hipnoterapi klinis sebetulnya hal ini adalah hal biasa, keberadaan Personality Parts yang merupakan perwujudan sosok seseorang lain di luar diri yang kemudian terinternalisasi dalam diri ini disebut Introject.
Dalam tumbuh kembang dan pengalaman hidup yang kita lalui, kita menemui banyak orang di lingkungan kita, disinilah pikiran bawah sadar lalu merekam ‘ciri’ dan memori atas sosok-sosok tersebut dalam bentuk ‘Introject‘ dalam ruang kesadaran kita, bukan sosok asli dari orang-orang itu tentunya, melainkan kesan kita atas diri mereka.
Dalam proses hipnoterapi, kita bisa menemukan, mengidentifikasi Introject dalam diri klien dan bahkan berkomunikasi dengan Introject tersebut, ketika diajak berbicara maka mereka akan berbicara seolah mereka adalah orang lain, yaitu sosok asli yang diwakili Introject tersebut.
Adapun karakter Introject yang tersimpan dalam pikiran bawah sadar ini akan bergantung dari kesan yang terinternalisasi yang menjadi ciri spesifik dari Introject ini, semakin seseorang mengenali sosok di luar dirinya maka karakter dan kondisi Introject yang terbentuk di pikiran bawah sadar yang mewakili sosok aslinya akan semakin mirip dengan sosok aslinya.
Introject yang berdiam dalam ruang kesadaran ini terkadang ‘aktif’, yang menyebabkan seseorang bisa berperilaku mirip dengan orang lain, contoh saja Introject seorang bapak dalam diri anaknya, membuat seorang anak bisa berperilaku mirip dengan bapaknya ketika Introject bapak dalam dirinya aktif, mode ketika Introject ini aktif kelak disebut dengan mode Identofact.
Keberadaan Introject ini bisa menjadi sesuatu yang bermanfaat atau bisa juga menyabotase emosi, perilaku dan kesehatan seseorang, maka itulah proses eksplorasi pada Introject mensyaratkan sistematika tersendiri.
Ketika proses eksplorasi pada Introject dilakukan, sebuah kejanggalan pun muncul. Di sela pembicaraan dengan Introject Nenek saya kembali meminta informasi pada kesadaran Ani yang tetap aktif mendengarkan, ternyata Nenek Ani sudah meninggal sewaktu Ani berusia 3 tahun! Jadi bagaimana bisa Introject Nenek baru ada dalam diri Ani ketika Ani berusia 5 tahun padahal ia sudah tidak ada?
Saya pun memastikan pada Introject Nenek: “Apakah maksudnya ketika Nenek ‘masuk’ dalam diri Ani, Nenek sudah tidak ada di dunia?”
Introject Nenek pun menjawab “Ya iyalah, kalau masih ada bagaimana saya bisa masuk.”
PROSES PENANGANAN – MEMFASILITASI PENANGANAN PADA ‘ARWAH LELUHUR’
Sesi pun semakin mencekam, Nenek Ani berkata bahwa ia sangat menyayangi Ani, semenjak ia berpulang di usia Ani yang ketiga ia terus ada ‘menemani’ Ani dan menjaganya kemana pun, baru di usia Ani yang kelimalah Nenek ‘masuk’ dan menjadi bagian dari Ani agar selalu bisa menjaganya, seiring dengan Ani beranjak dewasa dan mulai bisa mencari uang Nenek semakin aktif ‘menjaga’ Ani dengan cara membuat Ani selalu terlibat masalah dan mengeluarkan uang, agar ia tidak pernah kaya seperti Kakeknya.
Berurusan dengan Personality Parts ‘entitas’ seperti ini tentu tidak bisa dilakukan sembarangan, diperlukan keahlian negosiasi yang mumpuni agar kita mendapatkan data yang memadai untuk bisa menetralisir cara kerjanya secara tepat. Tidak memadainya penguasaan teknik hipnoterapi klinis dalam menangani Personality Parts seperti ini akan menyebabkan proses terapi bergeser ke jalur non-klinis atau bahkan klenik!
Apa maksudnya? Begini, terlepas dari apa pun situasinya dan terlepas dari seberapa aneh pun Personality Parts yang muncul, termasuk dalam bentuk ‘arwah leluhur’ seperti ini, penanganannya tetap saja dilakukan dengan berdasarkan rambu-rambu intervensi hipnoterapi klinis yang memang didesain spesifik untuk itu tanpa mencampuradukkannya dengan teknik-teknik klenik apa pun, maka sekali lagi dasar yang kokoh tentang hipnoterapi klinis menjadi pegangan utamanya.
Proses negosiasi yang cukup alot dengan Personality Parts Nenek pun membuahkan hasil, Personality Parts Nenek yang awalnya ngotot tidak mau pergi akhirnya bersedia ‘meninggalkan’ kesadaran Ani setelah dibujuk dengan teknik tertentu.
Lantas apakah selesai sampai di sini? Belum, jika prosesnya disudahi di sini maka Bu Ani bisa terganggu oleh keyakinan baru bahwa ia pernah ‘ditempel arwah leluhur’ yang padahal tetap saja merupakan bagian dari Personality Parts dalam dirinya, jika hal ini tidak direkontruksi secara memberdayakan maka dampaknya tidak akan ekologis bagi keimanan Bu Ani nantinya.
Maka proses rekontruksi Personality Parts pun dimulai bertahap, berbagai teknik imagery dan regresi pun mengalir dengan menggunakan script yang didesain spesifik untuk menetralisir dan merekontruksi Personality Parts secara ekologis, baru di proses pengecekan ulang Bu Ani pun merasa dirinya plong, seperti ada sesuatu yang ‘lepas’ dari dalam dirinya.
AKHIR PENANGANAN
Pertanyaan yang mungkin terbersit adalah: apakah yang muncul tadi adalah ‘arwah’ Nenek Bu Ani sungguhan? Terus terang saja saya tidak tahu dan bukan kepentingan saya untuk mencaritahu. Dalam kapasitas saya sebagai hipnoterapis klinis saya tetap berpegang pada pemahaman hipnoterapi klinis dan bukan klenik.
Jika ingin membahas pemahaman ini dari sudut pandang klenik, terlalu banyak teori yang akan muncul untuk dibahas, lain agama dan keyakinan maka bisa lain lagi bahasannya. Karena kapasitas saya adalah seorang hipnoterapis klinis maka tentu dasar pemahaman hipnoterapi klinislah yang saya gunakan sebagai landasan analisa dan intervensinya.
Dalam perspektif hipnoterapi klinis keberadaan entitas gaib yang dianggap ‘arwah leluhur’ ini tetap saja dikategorikan sebagai Personality Parts, dalam modalitas Resource Therapy, keberadaan entitas gaib ini dikenal dengan nama Other Personalized Introject (OPI).
Dengan keberadaannya sebagai Personality Parts maka tentu ada sebabnya mengapa OPI ini bisa muncul. Begitu juga dalam kasus Bu Ani, meski OPI Nenek menyatakan bahwa ia meninggal ketika Ani berusia 3 tahun dan ‘masuk’ dalam diri Ani ketika ia berusia 5 tahun, pernyataan ini hanya saya anggap sebagai ‘data’ agar penanganan efek negatif yang ditimbulkan OPI tersebut nantinya memilki landasan data yang kuat.
Catatan: bahasan khusus tentang OPI akan saya muat di artikel lain.
Bisa saja Personality Parts ini sebenarnya tercipta dalam diri Ani karena sebab lain, bisa karena fenomena Cryptomnesia atau Imprint misalnya, atau sebab-sebab lainnya yang tentu saja tetap berhubungan dengan prinsip lahir-tumbuh-kembang Personality Parts. Entah apa pun jawaban yang diberikan pikiran bawah sadar tugas saya tetap memfasilitasi perubahan berdasarkan kerangka kerja hipnoterapi klinis, meski Personality Parts yang muncul menyiratkan keberadaannya sebagai sosok ‘arwah leluhur’ atau sosok lain apa pun.
Itulah mengapa memahami cara kerja dan mekanisme terbentuknya Personality Parts menjadi modal dasar penting dalam melakukan intervensi emosi dan rekontruksi Personality Parts, berlandaskan pemahaman inilah penanganan pada Bu Ani bisa dilakukan sampai keberadaan ‘arwah leluhur’ dalam dirinya ‘hilang’.
Meski sudah menyatakan dirinya nyaman, saya tetap berkewajiban mengkonfirmasi perubahan ini terjadi secara penuh tanpa potensi ganjalan apa pun di kemudian hari, maka pemeriksaan ulang berlapis pun dilakukan untuk memastikan bahwa Bu Ani sudah sepenuhnya bersih dari program lama yang tidak bermanfaat, baru setelah melewati lapisan pemeriksaan ini dan memastikan semua indikator penanganan terpenuhilah saya mengakhiri prosesnya dengan memberikan sugesti positif agar Bu Ani bisa menyimpan uang dengan baik, di level kedalaman trance yang lebih dalam lagi dari sebelumnya.
Di fase evaluasi pasca terapi Bu Ani menyatakan bahwa ia merasa seperti ada ganjalan yang sulit dijelaskan, yang rasanya hilang begitu saja, tubuh dan pikiran terasa ringan dan plong. Saya pun sekali lagi menjelaskan pemahaman dasar Personality Parts pada Bu Ani agar ia tidak salah-kaprah memaknai proses yang baru saja dijalaninya secara klenik, baru setelah Bu Ani sepenuhnya paham sesi pun ditutup dengan memberi tugas pada Bu Ani untuk mengadaptasi kebiasaan mental harian untuk memperkuat efek sugesti yang sudah terinternalisasi ke dalam dirinya dan melaporkannya secara berkala.
Dan demikianlah keseruan di ruang terapi beberapa waktu lalu, usai membaca artikel ini rekan saya hanya tersenyum sambil berkomentar: “Lah, ujung-ujungnya tetap hipnoterapi klinis toh, ini sih judulnya saja yang dibuat spekatakuler supaya banyak yang baca. Saya saja sampai baca sampai selesai begini padahal biasanya tidak kuat baca tulisan panjang.”
Saya hanya tergelak ringan menimpali ucapannya sambil memuat artikel ini.
Ngomong-ngomong, apakah Anda juga termasuk yang membacanya sampai selesai?
Ingin mengetahui lebih jauh tentang hipnoterapi? Memerlukan layanan hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.