Synchronicity, Kebetulan yang Punya Arti
Dalam bukunya yang berjudul Synchronicity (1952), Carl G. Jung menuliskan sebuah kisah uniknya bersama seorang pasien wanita yang ditanganinya.
Alkisah, kala itu Jung terlibat dalam proses penanganan seorang pasien wanita yang sulit sekali untuk ditanganinya meski sudah mencoba berbagai macam cara. Wanita ini datang dari latar belakang terpelajar yang membuatnya begitu kritis dalam merasionalisasikan segala-sesuatu yang terjadi dalam hidupnya, termasuk atas masalah yang dialaminya.
Rasionalisasi atau proses merasionalkan segala-sesuatu bukanlah hal buruk, namun dalam beberapa kesempatan – terutama yang berhubungan dengan konseling dan psikoterapi – rasionalisasi bisa menjadi pedang bermata dua yang justru menghambat proses kesembuhan karena menjadi sebuah mekanisme pertahanan ego (ego defense mechanism), dimana dalam hal ini pikiran bertahan mencoba merasionalkan apa-apa yang dialaminya dari sudut pandangnya, untuk menghibur diri dan menghindar dari mengakui rasa sakit yang dirasakannya.
Catatan: untuk memahami lebih jauh mengenai ego defense mechanism ini, silakan temukan ulasannya di artikel ‘Resource Therapy & Ego Defense Mechanism‘.
Berhubungan dengan penanganan dalam konseling dan psikoterapi, memang ada kalanya kita perlu melunakkan kadar kritis-analitis ini untuk bisa menyadari apa yang sejujurnya kita rasakan secara emosional tanpa mencari-cari pembenaran logis sendiri, hal inilah yang juga menjadi kunci kesembuhan dan perubahan, dengan menyadari dan menerima aneka rasa sakit yang dialami, lalu berserah sepenuhnya.
Dalam kasus yang ditanganinya, berkali-kali Jung mencoba berbagai macam pendekatan pada wanita ini, namun berulang kali juga rasionalisasinya menghambat penanganan yang dijalaninya. Jung yang sudah kehabisan cara mulai berharap ada keajaiban yang bisa membantunya menyadarkan wanita ini, sesuatu yang bisa mengejutkan pemikiran rasionalnya dan membantunya menerima kenyataan bahwa ada hal-hal yang sulit untuk dipahami dengan logika sempitnya dan betapa menerima serta berdamai dengan hal itu justru akan membantunya lepas dari masalahnya.
Suatu hari, dalam sesi yang dijalaninya wanita ini seperti biasa mulai menceritakan pemikiran-pemikiran logisnya pada Jung atas permasalahan yang dialaminya. Namun ada yang berbeda kali ini, ia begitu bersemangat menceritakan mimpinya semalam, sebuah mimpi dimana seseorang memberikannya seekor perhiasan emas berbentuk kumbang raksasa.
Jung yang duduk di belakang wanita ini terus fokus mendengarkan ceritanya (dalam sesi psikoanalisa klasik, klien duduk membelakangi terapis dan terapis menstimulus klien dengan pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan agar pikiran sadar klien bisa menangkap pesan-pesan dari pikiran bawah sadarnya tentang masalah yang dialaminya).
Ketika wanita ini larut dalam ceritanya, Jung mendengar ada suara ketukan dari jendela di belakangnya, dibarengi rasa penasaran ia pun berjalan menuju jendela itu dan mendapati seekor kumbang raksasa sedang mengetuk-ngetuk kaca jendelanya, berusaha untuk masuk.
Meski hal ini pun aneh bagi Jung, ia lalu membuka jendela dan menangkap kumbang berukuran besar yang biasa disebut dengan nama ilmiah Cetonia Aurata itu. Dengan kumbang itu di tangannya, Jung menghampiri pasien wanita itu dari depan dan memberikan kumbang itu padanya sambil berkata “Inilah dia kumbang yang Anda maksudkan.”
Kejadian itu tak ayal mengejutkan wanita itu dan meluluhkan pemikiran rasionalnya yang selama ini menghambat jalannya proses terapi, ia mulai bisa menerima bahwa segala-sesuatu yang terjadi dalam hidupnya pada dasarnya selalu berhubungan dengan pemikiran serta perasaan yang ditekannya dalam dirinya selama ini, ia pun secara bertahap akhirnya bisa tersembuhkan dari masalahnya.
KEBETULAN YANG PUNYA ARTI
Jung menyebut fenomena ini sebagai synchronicity, yang sering kali diartikannya sebagai ‘a meaningful coincidence‘ (kebetulan yang punya arti), fenomena dimana beberapa kejadian yang seolah tidak saling berhubungan justru menyimpan benang merah di baliknya, sebuah pesan atau makna dari kehidupan yang hendaknya kita pahami.
Dewasa ini fenomena synchronicity sering dihubungkan dengan law of attraction (LOA) atau ‘hukum ketertarikan’ dimana pemahaman ini didasarkan pada penelitian bahwa pikiran manusia memancarkan getaran yang disebut dengan nama vibrasi, apa yang terpancar dari getaran ini kemudian ‘beresonansi’ dengan getaran lain di luar diri lalu mengkondisikan agar berbagai hal yang terjadi di luar diri sejalan dengan apa yang dipikirkan di dalamnya.
Sudah ada banyak tulisan yang membahas tentang LOA, termasuk yang saya unggah di Audio Podcast saya, maka tulisan ini bukan ditujukan untuk mengulang-ngulang kembali apa yang sudah banyak dibahas, melainkan justru untuk menghubungkan fenomena LOA dengan synchronicity.
Pertanyaan yang umum diajukan ketika mengupas LOA adalah: “Saya sudah memfokuskan atensi pada hal yang baik-baik saja, namun kenapa malah justru banyak masalah menghampiri dan menghambat proses pergerakan saya menuju impian? Seolah ada saja ‘kebetulan-kebetulan’ yang entah berdatangan dari mana yang menyabotase kehidupan ini?”
Jawaban sederhana untuk pertanyaan ini justru berupa pertanyaan balik: “Di level kesadaran mana Anda memikirkan ‘hal yang baik’ tersebut?”
Meski pertanyaan ini memang bisa memicu keheranan tersendiri, memang demikianlah adanya. Pikiran kita terdiri atas pikiran sadar yang berisikan segala hal yang bisa kita sadari proses berpikirnya serta menyimpan memori jangka pendek dan ada juga level kesadaran yang lebih dalam, yaitu pikiran bawah sadar dimana di dalamnya tersimpan berbagai pemikiran yang tidak kita sadari, yang terbentuk dari pengalaman masa lalu dan menjadi ‘program otomatis’ dalam diri (bahasan tentang dinamika kesadaran dan ketidaksadaran ini sudah pernah dimuat di artikel ‘Pikiran Sadar & Pikiran Bawah sadar‘).
Kembali menjawab pertanyaan di atas, inti jawabannya adalah adanya konflik antara apa yang dipikirkan di pikiran sadar dan pemikiran yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran Sadar memang memikirkan hal yang baik-baik, namun bisa jadi pikiran bawah sadar memikirkan hal yang berbeda, bisa berupa keraguan, ketakutan, kemarahan dan lain sebagainya, termasuk luka batin, yang pada akhirnya menyabotase vibrasi.
Porsi kekuatan pikiran bawah sadar dibanding pikiran sadar adalah kurang lebih 90% berbanding 10%, melihat komposisi ini saja kita sudah bisa memperkirakan yang mana yang akan lebih berpengaruh pada vibrasi.
Disinilah menariknya, mengetahui isi pikiran bawah sadar , terutama pemikiran yang bermasalah di dalamnya yang menghambat kualitas hidup bukanlah hal mudah, perlu teknik khusus untuk bisa menyelaminya dan mengidentifikasi isinya, itu pun tidak akan bisa dilakukan dengan instan. Bisa dibayangkan, sepanjang usia ini sudah ada banyak sekali memori yang tersimpan di dalamnya, maka bisa menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mendata pemikiran yang menghambat apa saja yang sudah tersimpan di dalamnya. Di sisi lain, pikiran sadar memiliki kehendak untuk mewujudkan berbagai hal yang bisa menjadikan kualitas hidup kita lebih baik.
Bagaimana sistem kesadaran kita memediasi keduanya? Disinilah fenomena synchronicity berperan.
SYNCHRONICITY SEBAGAI PETUNJUK
Salah satu fungsi dasar dari pikiran sadar adalah sebagai pusat dari kehendak bebas (free will), dengan kata lain ketika kita memutuskan dengan penuh kesadaran suatu keinginan tertentu yang ingin kita capai maka saat itu juga vibrasi free will sudah memancar ke dunia luar diri kita.
Namun bukankah bisa ada sabotase dari pikiran bawah sadar ? Betul sekali, namun sebagaimana fenomena synchronicity ada sebagai sebuah ‘kebetulan yang bukan kebetulan’ dimana setiap kejadian menyimpan makna untuk kita sadari, maka setiap sabotase ini juga menyimpan pola yang jika kita pahami akan menyadarkan kita tentang keberadaan pemikiran dalam diri yang membuat sabotase itu terjadi, terutama ketika dihubungkan dengan pengalaman masa lalu yang kita alami.
Salah satu contohnya terjadi pada seorang klien saya dimana ia mengalami masalah berulang dalam hubungan dengan pasangan-pasangannya, selalu saja ada sabotase dari luar yang membuat hubungannya berkonflik dan pada akhirnya berantakan.
Proses terapi saja tidak cukup untuk serta-merta menuntaskan pola ini, diperlukan proses konseling dan assessment untuk mengetahui lebih jelas pola-pola yang terjadi dalam setiap permasalahan di hubungannya. Satu hal yang perlu disadari terapis dalam hal ini adalah meski nampak acak, selalu ada pola spesifik yang terjadi berulang di berbagai permasalahan tersebut.
Berikutnya lagi, waktunya melakukan konseling dan assessment pada pengalaman masa lalu klien, terutama yang berhubungan dengan pola asuh dan didikan orang tua serta lingkungannya, termasuk mengidentifikasi (potensi) luka-luka batin yang muncul dari pengalaman tersebut. Kenyataannya, memang itulah yang klien saya alami, pikiran bawah sadarnya menyimpan begitu banyak informasi yang berhubungan dengan ‘pernikahan adalah hal negatif yang harus dihindari’, karena ia banyak melihat kekerasan dalam rumah tangga antara orangtuanya di masa kecil dulu.
Berdasarkan data gabungan dari konseling dan assessment pada pola masalah masa kini dan pengalaman masa lalu tersebut biasanya kita sudah bisa mengetahui benang merah dari keduanya, betapa masalah yang terjadi berpola di masa kini adalah sebuah synchronicity untuk menyadarkan bahwa jika kita benar-benar menginginkan sesuatu secara sadar di masa depan maka ada ‘ikatan’ masa lalu yang perlu kita lepaskan atau ikhlaskan, dengan kata lain menyembuhkan luka batin yang membekas di dalamnya.
Ketika pola sabotase dan luka masa lalu ini diketahui, maka proses penanganan bisa dilakukan secara efektif. Ajaibnya, ketika masalah masa lalunya tertuntaskan ternyata masalah hubungan yang dijalani klien saya ini turut membaik, ia dipertemukan dengan sosok yang tepat dan hubungan yang dijalaninya bersama pasangan menjadi berkualitas.
Ya, artinya sabotase-sabotase yang merintangi LOA sebenarnya bukan ‘kebetulan’ tanpa sebab, melainkan sebuah synchronicity yang perlu kita pahami maknanya, inilah yang kita kenal sebagai ‘university of life’ atau ‘universitas kehidupan’ karena selalu ada pembelajaran darinya untuk kita pahami. Bagi yang masih bergulat dengan tumpukan luka batin masa lalunya dimana vibrasinya masih ‘bocor dan tersedot’ kesana maka berbagai synchronicity ini akan menjadi petunjuk berharga atas hal-hal yang perlu kita sembuhkan dalam diri.
Bahasan tentang ekspresi pikiran bawah sadar yang termaifestasikan dalam bentuk ‘kejadian berulang’ ini pernah saya tulis di artikel ‘Cara Pikiran Bawah Sadar Menyampaikan Pesan‘, silakan menemukan ulasan lebih lengkapnya di artikel tersebut.
Bagi mereka yang sudah mulai menuntaskan berbagai lukanya dan memiliki vibrasi yang lebih stabil di masa kini maka synchronicity ini akan memberikan lebih banyak pesan atas misi kehidupan yang perlu diemban untuk bisa menjalani kehidupan dengan penuh makna, menjalani aktualisasi diri sambal berkontribusi bagi kehidupan sekitar.
Jadi apa yang bisa kita lakukan untuk membedayakan fenomena ini? Pertama, penuhi fungsi hakikat dari pikiran sadar , yaitu untuk bisa memutuskan secara penuh kesadaran dan meyakini keputusan ini sepenuhnya. Inilah hal pertama yang saya lakukan di sesi coaching bersama klien, mengajak mereka menyadari tujuan masa depan yang ingin diwujudkannya dan menyelaraskan kesadarannya untuk bisa sepenuhnya meyakini bahwa itu adalah keputusan yang sudah bulat dan tepat dibuatnya, sering kali hal ini tidak berjalan instan, memang perlu waktu tersendiri untuk bisa meyakini kualitas dari keputusan yang kita buat sepenuhnya.
Tahapan berikutnyalah yang lebih menarik, disini waktunya mengintegrasikan berbagai pengetahuan yang dimiliki untuk mengungkap pola-pola synchronicity masa kini dan masa lalu ini untuk dipahami maknanya, baru kemudian ditindaklanjuti dengan tindakan yang tepat untuk bisa menjembatani semua ini dengan tujuan masa depan yang ingin diwujudkan.
Jadi, kebetulan apa yang sering Anda alami dalam hidup ini? Apakah betul itu sebuah kebetulan?
Ingin mengetahui lebih jauh tentang coaching, konseling dan psikoterapi? Memerlukan layanan coaching, konseling dan psikoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari coaching, konseling dan psikoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.