The Patterns of Milton Model
Daftar Isi
Ketika anak-anak muda lain memasuki usia tujuh belas tahun dengan penuh semangat dan gairah, seorang anak muda di Wisconsin, Amerika, justru terkena penyakit polio yang menyerang syarafnya sedemikian parah sampai-sampai dokter memprediksi ia tidak akan bertahan hidup.
Nasib berkata lain, ia ternyata bisa bertahan hidup namun kelak harus keluar dari rumah sakit dalam kondisi lumpuh terbaring di tempat tidur dan berdiam di rumah tanpa bisa melakukan apa pun, ia bisa melihat dan menyadari suasana di sekelilingnya, hanya saja tidak bisa melakukan aktivitasnya untuk bergerak bebas.
Dalam kondisi sulitnya tersebut, anak muda itu menyadari suatu hal yang ia tidak sadari sebelumnya, ia menjadi lebih peka dalam mengamati bahasa tubuh, nada, tekanan suara dan ekspresi wajah orang-orang di sekitarnya dalam berkomunikasi.
Ia menyadari respon orang-orang sekitarnya di level yang berbeda, betapa mereka bisa berkata ya namun sebetulnya mereka menunjukkan penolakan tersembunyi di belakang jawaban tersebut dan begitu juga sebaliknya, betapa ada banyak makna terselubung dalam komunikasi.
Perhatiannya juga tertuju pada seorang adiknya yang masih kecil yang sedang belajar merangkak, mencoba untuk bisa berdiri dan berjalan.
Perlahan-lahan ia pun mencoba mengingat dan menghadirkan kembali pengalaman masa kecilnya sebagai seorang anak kecil yang belajar berjalan, ternyata syaraf dan ototnya merespon itu semua, ia mendapati perlahan-lahan ia bisa kembali menggerakkan anggota tubuhnya dan akhirnya bisa kembali berjalan dengan bantuan tongkat.
Sejak saat itu ketertarikannya pada dunia pikiran, kesehatan dan komunikasi berkembang, ia pun meneruskan pendidikannya dengan mengambil spesialisasi di bidang psikiatri dan psikologi.
Anak muda itu di kemudian hari dikenal sebagai Milton Hayland Erickson, seorang tokoh legendaris dalam dunia hipnosis dan Psikoterapi yang menginspirasi lahirnya keilmuan Neuro-Linguistic Programming (NLP).
Adalah Gregory Bateson, seorang antropologis, yang di kemudian hari mempertemukan Erickson pada Richard Bandler dan John Grinder, dua orang penemu NLP.
Berawal dari pertemuan itulah Bandler dan Grinder mengamati cara kerja Erickson dalam memfasilitasi sesi terapi para pasiennya dan merumuskan pemahaman yang kelak dikenal sebagai Milton Model.
Cara mudah memahami Milton Model adalah dengan menyikapinya sebagai kebalikan dari Meta Model (silakan temukan ulasan tentang Meta Model di artikel sebelumnya: ‘The Patterns of Meta Model‘), namun tidak sebatas itu tentunya kita hendaknya memahami esensinya. Karena di kadar pemahaman yang tepat kita akan menyadari baik itu Meta Model atau pun Milton Model, keduanya terhubung dengan cara kerja Pikiran Bawah Sadar (PBS).
Memahami Milton Model hendaknya diawali dengan memahami cara berpikir Erickson yang berkembang dari pengalaman pribadinya dan pengalaman profesionalnya dalam berurusan dengan PBS, baik dirinya atau pun para pasiennya.
Menurut Erickson, fenomena perpindahan kesadaran (trance) dimana PBS kemudian terakses ke permukaan Pikiran Sadar (PS) adalah sebuah fenomena yang umum terjadi dan dialami oleh manusia, masih menurut Erickson juga PBS manusia selalu mendengarkan dan menyimak berbagai interaksi di sekitarnya, oleh karenanya sugesti hipnosis tidak selalu harus diberikan dalam kondisi trance hipnosis, yang penting sugesti itu bisa beresonansi dengan PBS meski tidak menggunakan teknik hipnosis formal.
Disinilah Erickson mengembangkan kemampuan berkomunikasi verbal dan non-verbal yang bertujuan beresonansi dengan PBS agar menghasilkan dampak di dalamnya.
Pola-pola komunikasi Erickson ini diamati dan dipetakan oleh Bandler dan Grinder sampai kemudian diformulasikan menjadi Milton Model dalam NLP.
Selain diformulasikan dalam NLP sebagai Milton Model, cara kerja dan pemikiran Erickson juga dilestarikan dalam bentuk Ericksonian Hypnosis oleh para murid-muridnya.
Berbeda dengan Meta Model yang bertujuan ‘mengangkat’ informasi dari PBS secara kognitif ke PS dan memahami maknanya bagi PBS sehingga menghasilkan perilaku spesifik, Milton Model justru bertujuan ‘menyamarkan’ informasi yang kita berikan ke PS seseorang agar bersifat multi tafsir, selebihnyaPBS-lah yang menjalankan fungsinya untuk menafsirkannya dan menjalankan instruksi terselubung yang memang diselipkan di dalamnya.
THE PATTERNS OF MILTON MODEL – THE INVERSE META MODEL
Merupakan pola atau seri pertama dari Milton Model, pola ini secara langsung merupakan kebalikan dari Meta Model, sehingga untuk memahaminya pun dimulai dengan membedah Meta Model, baru disusul mengeksplorasi sisi Milton Model di dalam pola kalimat itu.
Nominalization
Seperti dalam Meta Model, nominalization adalah proses mengkonversi sebuah rangkaian proses/peristiwa menjadi seperti sebuah kata benda.
Misalnya saja, seseorang mengatakan “Saya tidak tahan dengan kesulitan ini.” Dalam bahasan ini kata ‘kesulitan’ menjadi seolah seperti kata benda, namun bersifat multi tafsir, karena tidak ada penjelasan lebih lanjut tentang kesulitan ini, setiap orang akan memaknai ‘kesulitan’ dengan caranya sendiri.
Menggunakan Meta Model, kita mengklarifikasi maknanya dengan kalimat “Apa yang kamu maksud dengan ‘kesulitan’ tepatnya?” contohnya saja jawaban yang terlontar adalah “Orang tua saya tidak memahami saya, suami saya pun demikian adanya.”
Maka kalimat ‘kesulitan’ yang awalnya seperti kata benda yang kaku, berubah menjadi sebuah rangkaian proses atau peristiwa, yaitu bahwa: Kesulitan = orang tua dan suami tidak memahami.
Dalam persuasi, kita bisa mengemas nominalization dalam contoh kalimat bijak: “Jadikan kegagalan masa lalu sebagai pembelajaran masa depan.”
Terdengar bijak bukan? Pertanyaannya adalah: ‘kegagalan’ yang bagaimana dan ‘pembelajaran’ yang bagaimana? Tidak ada kejelasan atas proses spesifik atau peristiwanya.
Dalam coaching kita bisa mengemas nominalization seperti:
“Coaching adalah ‘proses’, saya punya ‘bagian’ tersendiri dalam menemani Anda menjalani prosesnya, begitu juga Anda punya bagian tersendiri. Kira-kira menurut Anda apa ‘bagian’ Anda dalam ‘proses’ ini?”
Selebihnya biarkan pikiran klien menafsirkannya dengan caranya sendiri, tujuan utama kita adalah memancing jawaban darinya dan mengidentifikasi makna yang tersimpan di PBS.
Unspecified Verbs
Hampir sama seperti nominalization, hanya saja unspecified verbs menyamarkan sebuah proses di balik kata kerja.
Misalnya saja dalam kalimat: “Saya sudah melakukan yang terbaik.” Maka seperti apa yang dimaksud ‘melakukan’ dalam kalimat itu? Apa saja yang sudah dilakukan? Bukankah tidak ada kejelasan di dalamnya?
Dalam persuasi kita menggunakan ini untuk memberikan instruksi yang akan ditafsirkan secara bebas oleh pendengarnya, seperti: “Persembahkan yang terbaik untuk orang yang Anda cintai sekarang juga.”
Apa yang dimaksud ‘persembahkan’? Kata ini bermakna samar dan bisa ditafsirkan secara bebas, para pendengarnya akan memaknai kalimat ini sendiri dan melakukan tindakannya masing-masing sesuai dengan kriteria ‘terbaik’ yang ada di dirinya.
Unspecified Referential Index
Banyak digunakan dalam pemasaran, kalimat ini menyamarkan referensi (orang dan jumlah) yang menjadi bagian dari kalimat ini.
Misalnya saja dalam kalimat: “Banyak orang ingin sukses.” Seberapa banyak? Siapa saja? Bukankan tidak ada kejelasan tentang siapa dan berapa banyak?
Kalimat ini bisa kita gunakan dalam persuasi untuk mengemas sesuatu agar terdengar seperti sebuah kebenaran, misalnya:
“Banyak orang terjebak dengan keputusan yang salah dalam hidupnya, pastikan Anda membuat keputusan yang tepat.”
Ngomong-ngomong, kalimat di atas tadi sebenarnya menggabungkan unspecified referential index dengan unspecified verbs dan nominalization.
Nominalization = ‘keputusan yang salah’.
Tidak ada kejelasan lebih lanjut di balik kata ‘keputusan’ ini bukan? Dalam Meta Model, kita bisa mengklarifikasinya dengan pertanyaan: Apa tepatnya keputusan yang salah yang dimaksud?
Unspecified verbs = ‘pastikan Anda membuat keputusan yang tepat’.
Setali tiga uang, tidak ada kejelasan di balik kata membuat keputusan ini. Dalam Meta Model kita bisa mengklarifikasinya dengan pertanyaan: Seperti apa tepatnya cara membuat keputusan yang tepat itu?
Kita menggunakan Milton Model dengan menggabungkan pola-pola yang ada di dalamnya.
Kekuatan dari Milton Model adalah dalam mengemas kalimat secara samar namun meminimalisir resistensi, sedemikian multi tafsirnya sehingga seolah-olah para pendengarnya bisa menerima dan merasa tidak perlu mengkritisinya.
Comparative Deletion
Kalimat yang tidak menyiratkan makna dari sebuah kondisi ‘sebelum’ dan ‘sesudah’, atau tidak ada pembandingnya, misalnya dalam kalimat: “Mari jadikan hari esok lebih baik.”
Pertanyaannya: ‘lebih baik’ yang seperti apa? ‘Lebih baik’ dari kapan tepatnya?
Namun demikian, ketika dinyatakan dengan tepat dalam konteks yang sesuai dan mengandung isi kalimat yang memang normatif, kalimat ini punya kecenderungan yang kuat untuk bisa diterima begitu saja oleh pendengarnya tanpa harus dikritisi.
Mind Reading
Kalimat yang menyiratkan sebuah pesan seolah-olah kita mengetahui yang orang lain pikirkan dan mereka pun sulit membantahnya, seperti Milton Model yang lain, jika ingin diungkapkan secara samar maka kalimat ini sebaiknya bersinggungan dengan sebuah fenomena yang orang lain sulit bantah atau menggunakan kata bantu ‘mungkin’, sehingga pikirannya langsung membenarkannya atau paling tidak, tidak mengkritisinya.
Contohnya saja pada kalimat “Mungkin saja Anda penasaran untuk mengetahuinya lebih jauh, lantas mengapa tidak menghubungi kami sekarang juga untuk mengetahuinya langsung?”
Meski kalimat di atas sebenarnya berpotensi dikritisi, namun adanya kata ‘mungkin’ membuat potensi kritis itu berkurang, ketika ditempatkan di bagian pembicaraan yang tepat dengan pengucapan (intonasi) yang tepat maka pikiran pendengar pun tidak terlalu memusingkan kalimat itu untuk dikritisi melainkan fokus pada kalimat lain yang sedang disimaknya.
Lost Performative
Kalimat yang menyiratkan sebuah keyakinan namun tidak jelas sumber asal-muasalnya, biasanya dihubungkan dengan kebiasaan setempat, yang membuat kalimat itu lolos untuk dikritisi.
Contohnya pada kalimat “Sebagai kepala keluarga, Anda tentu menyadari tanggung jawab Anda untuk menjaga keluarga.” Kalimat ini jika kita telaah sulit untuk kita kritisi karena budaya yang umum berlaku di Indonesia memang kebanyakan demikian adanya. Meskipun jika diperdalam lagi, bisa saja muncul pertanyaan tersendiri, apakah memang demikian adanya? Dari mana keyakinan ini disuarakan dan oleh siapa? Apakah semua orang dari lintas budaya menyetujuinya? Dan banyak lagi kemungkinan lainnya.
Universal Quantifiers
Pernyataan yang menyiratkan penyamarataan, seolah kalimat itu benar adanya dan berlaku di setiap saat atau bagi setiap orang.
Contohnya: “Setiap orang pasti ingin bahagia.” Kalimat ini sulit ditangkal karena bersinggungan dengan sesuatu yang sangat mendasar dalam diri kita, maka dengan cara inilah universal quantifier digunakan.
Dalam persuasi kita bisa gunakan ini dalam bentuk “Setiap orang punya impiannya sendiri, baik untuk dirinya atau untuk orang yang mereka cintai.” Lalu disambung dengan pola kalimat lainnya yang sesuai kebutuhan.
Modal Operators
Kalimat yang menyiratkan sebuah ‘keharusan’ atau ‘kebutuhan’, dalam Meta Model kalimat ini kita klarifikasi untuk menilai keterhubungannya dengan kepentingan seseorang, namun dalam Milton Model kalimat ini kita samarkan agar terasa benar tanpa merasa terpaksa, salah satunya dengan menggabungkannya dengan kalimat lain (biasanya dengan universal quantifier atau lost performative, bisa juga dengan yang lain) agar terasa lebih halus.
Contoh: “Siapa pun memiliki impian harus memperjuangkan impiannya, karena itulah yang menjadikannya spesial.”
Sekali lagi, dalam konteks yang tepat, dalam seminar motivasi misalnya dan digabung dengan pola kalimat lain yang ada (dalam kalimat di atas kita menggabungkannya dengan Universal Quantifier dan Cause-Effect, yang akan dibahas berikutnya), kalimat ini memiliki efek yang dahsyat untuk mengarahkan persepsi seseorang dalam memandang kalimat itu sebagai keharusan.
Cause-Effect
Pernyataan yang menunjukkan keterhubungan makna seolah suatu hal menyebabkan suatu hal lainnya terjadi. Contohnya saja: “Bekerja keras adalah kewajiban, karena dengan bekerja keraslah kunci sukses terbuka.”
Kalimat yang jika kita bongkar akan menyiratkan banyak tanda tanya, kerja keras yang seperti apa dan apa yang membuatnya bisa membuka kunci sukses? Apakah hanya kerja keras saja? Cause-effect memiliki ilusi untuk seolah meniadakan pilihan lain, karena itu dalam persuasi kalimat ini sangat kuat perannya, seperti ketika saya mengatakan “Mengikuti kelas NLP memudahkan Anda menjalani kehidupan karena yang berubah adalah cara berpikir Anda dalam menjalani kehidupan.”
Penggunaan kata bantu dalam pola cause-effect adalah ‘karena’, kalimat setelah ‘karena…’ biasanya mengedepankan kalimat yang sulit untuk dikritisi, bisa karena memang kalimat itu diyakini secara universal atau pun karena memiliki nilai kepentingan tersendiri bagi pendengarnya.
Complex of Equivalance
Kalimat yang menghubungkan dua pemikiran yang tidak berhubungan menjadi seolah berhubungan, sedemikian halusnya keduanya digabungkan maka kita pun sungkan mengkritisinya.
Contoh: “Jika perubahan adalah hal penting bagi Anda, maka Anda pun tentu sadar bahwa inilah waktu yang tepat untuk membuat keputusan yang tepat.”
Dalam kenyataannya, kalimat kedua setelah ‘maka…’ sebetulnya tidak berhubungan dengan kalimat pertama, namun penggunaan di waktu yang tepat membuat kalimat ini seolah menjadi kebenaran untuk dijalankan.
THE PATTERNS OF MILTON MODEL – INDIRECT ELICITATION PATTERNS
Pola lanjutan dari Milton Model dimana pola-pola ini digunakan untuk mendapatkan respon tertentu dari pendengarnya dan respon ini yang akan digunakan sebagai landasan dari komunikasi berikutnya. Dalam penggunaannya, tentu saja indirect elicitation patterns akan terhubung dengan inverse Meta Model dan pola-pola lainnya.
Embedded Commands
Menyamarkan sebuah instruksi langsung menjadi sebuah kalimat yang lebih bersifat informatif.
Seperti dalam contoh: “Anda bisa istirahat sekarang.” Kalimat ini sebenarnya menyiratkan sebuah instruksi untuk ‘Istirahat sekarang!’ namun ketika dikemas dalam kalimat seperti ini menjadi seperti saran semata dan tidak menyiratkan instruksi.
Penggunaan embedded commands selalu disertai penggunaan analogue marking (dijelaskan berikutnya).
Analogue Marking
Merupakan bagian yang memiliki keterhubungan langsung dengan embedded command, analogue marking adalah ‘cara’ Anda menggunakan Milton Model, mulai dari penekanan nada suara, intonasi, bahasa tubuh dan sinyal-sinyal lain yang membuat pesan itu lebih kuat jadinya.
Contoh kalimat di atas akan menjadi lebih kuat dengan penekanan kata pada ‘istirahat sekarang’, sambil memberikan penekanan nada atau bahasa tubuh, seperti mengangkat alis atau apa pun itu, karena instruksi terselubung itu tidak dipahami oleh PS namun dipahami oleh PBS.
Embedded Question
Menyamarkan perintah dalam bentuk rasa keingintahuan, seolah bertanya padahal mengharapkan respon. Misalnya:
“Saya ingin tahu mengapa Anda datang menemui saya.”
“Saya penasaran jam berapa sekarang.”
Kalimat ini menjadi sebuah rasa ingin tahu yang disamarkan dalam informasi, namun sebenarnya berisikan arahan terselubung bagi pendengar untuk memberikan jawaban atas instruksi tesebut. Yang mendapatkan kalimat ini pun sangat mungkin akan memberikan respon tertentu dalam bentuk jawaban “Sekarang jam…” tanpa disadarinya, meski itu bukan pertanyaan baginya.
Negative Commands
Memberikan sebuah instruksi dalam bentuk larangan, padahal di balik larangan itu tersimpan makna ganda. Seperti dalam contoh: “Anda tidak harus memutuskan sekarang, memikirkannya matang-matang tentu akan lebih baik.”
Ada dua makna disana: (1) Pada akhirnya ia tetap harus memutuskan (2) Ia harus mulai memikirkannya sekarang.
Conversational Postulates
Menyamarkan sebuah instruksi langsung dalam bentuk pertanyaan yang membuahkan tindakan. Contohnya “Boleh tahu jam berapa sekarang?”
Yang mendengar kalimat ini kebanyakan akan memberikan respon berupa tindakan melihat jam dan memberitahukan jam berapa. Atau dalam contoh lain, dalam kalimat “Bisa ambilkan barang itu?”
Sebetulnya itu adalah kalimat tanya yang cukup hanya dijawab, tapi respon otomatis pikiran yang merasa tidak enak jika mengabaikannya akan menyimpulkan itu sebagai instruksi yang sopan yang sebaiknya direspon.
Double Binds
Memberikan ilusi pilihan pada seseorang agar ia memilih salah satu dari pilihan yang diberikan, yang kesemuanya adalah sesuai harapan kita, tanpa menyadari bahwa sebenarnya ada pilihan lain, yaitu menolak atau memilih di luar pilihan itu.
Contohnya: “Adik mau mandi sekarang atau lima menit lagi?”
Pada akhirnya respon yang diperlukan adalah yang penting ia mau mandi, entah itu sekarang atau lima menit lagi, tidak jadi masalah.
Tag Questions
Menyamarkan sebuah instruksi untuk meminta persetujuan dalam bentuk pertanyaan.
Seperti dalam kalimat: “Kita semua menginginkan yang terbaik bagi keluarga kita, bukankah begitu?”
Pacing Current Experience
Hampir serupa dengan mind reading di bagian sebelumnya, yang berbeda adalah kita fokus pada pengalaman yang sedang dialami pendengar dan bukan sekedar apa yang jadi pemikirannya.
Ketika kita mengucapkan pengalaman-pengalaman itu dalam satu rangkaian kalimat kita mengajak kesadaran pendengar untuk fokus menyadari sensasi dari pengalaman yang kita sampaikan dan membenarkannya.
Pacing current experience biasanya dilakukan dengan melibatkan representational system (V.A.K) dan ditutup dengan kalimat sugesti atau arahan (leading).
Misalnya dalam kalimat: “Ketika kita duduk di ruangan ini (pacing kinesthetic) bersama-sama sambil mendengarkan materi yang diberikan (pacing auditory), sangat mungkin kita pun bisa melihat bagaimana semua ini membantu kita di kehidupan sehari-hari (leading visual).”
Covering All Ranges of Possibilities
Kalimat yang serupa dengan pacing current experience namun dengan melakukan pacing pada berbagai kemungkinan yang ada karena mempertimbangkan para pendengarnya yang berada di situasi dan kondisi yang berbeda.
Misalnya dalam kalimat: “Entah Anda adalah seorang yang sedang mempertimbangkan untuk menempuh perubahan sekarang juga atau pun sudah dalam proses menempuhnya namun masih terkendala hambatan-hambatan internal dalam diri, tentu Anda menyadari bahwa…dst.”
THE PATTERNS OF MILTON MODEL – PRESUPPOSITIONS
Pola yang lebih lanjut dari Milton Model ada dalam pola presuppositions, yaitu kalimat-kalimat dimana di dalamnya banyak berisikan asumsi yang sangat halus sehingga PS pendengarnya tidak merasa bahwa ia sedang diajak menyetujui asumsi yang didengarnya.
Presupposition tidak selalu berbentuk pola kalimat, melainkan terkadang hanya satu atau dua kata sederhana, itulah mengapa makna di balik setiap kata ini menjadi penting untuk dipahami penggunaannya.
Subordinate Clauses of Time
Kata-kata yang termasuk di dalamnya: ‘sebelum…’, ‘sesudah…’, ‘sambil…’, ‘sementara…’, ‘ketika…’
Contohnya pada kalimat: “Sebelum Anda memutuskan membeli produk kami.” Kalimat ini mengasumsikan bahwa meski saat ini belum membeli, pembeli nantinya diasumsikan akan membeli produk yang ditawarkan.
Atau dalam kalimat lain: “Sementara kita menyiapkan keputusan terbaik, mari pahami lebih dalam manfaat produk ini.” Kalimat ini memberikan instruksi terselubung untuk menyiapkan keputusan terbaik dan memberikannya ketika waktunya tiba.
Presupposition bersifat halus sekali dan bagi yang tidak waspada akan dengan mudah menyelinap ke dalam PBS, namun demikian karena bersifat sangat halus, maka dampak dari presupposition juga tidak sekuat pola kalimat lain.
Maka itulah penggabungan bermacam-macam pola kalimat sangat penting untuk mendapatkan manfaat optimal Milton Model.
Ordinal Numbers
Serupa dengan Presupposition sebelumnya yang mengasumsikan sesuatu akan terjadi, hanya saja menggunakan urutan. Kalimat yang biasa digunakan adalah: ‘pertama-tama…’, ‘berikutnya…’
Contohnya: “Anda bisa merilekskan diri Anda pertama-tama, sebelum meneruskan sensasi rileks ini ke seluruh tubuh.” Kalimat ini memberikan asumsi: ‘jika ada yang pertama tentu ada yang kedua dan yang berikutnya’.
Awareness Predicates
Kalimat ini lebih bersifat mengarahkan seseorang untuk menyadari sesuatu hal yang diasumsikan sedang terjadi, kalimat yang termasuk di antaranya yaitu: ‘menyadari…’, ‘mengetahui…’
Pada awalnya mungkin pendengar tidak menyadari apa yang kita katakan, namun setelah diberikan kalimat ini justru mereka jadi menyadarinya atau menyimpulkannya.
Contohnya pada kalimat: “Setelah menyimak semua penjelasan saya, manfaat apa yang Anda sadari bisa diberikan hipnoterapi untuk menyelesaikan masalah Anda?”
Adverbs and Adjectives
Kalimat yang mengasumsikan pelaksanaan suatu hal, ragam kalimat yang digunakan adalah: ‘dengan mudah…’, ‘dengan cepat…’, ‘dengan…dst’
Contohnya: “Dengan pengalaman yang Anda miliki tentu Anda bisa dengan mudah menerka kemana semua ini mengarah bukan?”
Sekali lagi, penggabungan pola kalimat memegang peranan penting dalam mengoptimalkan pola kalimat ini.
Commentary Adjectives and Adverbs
Kata asumsi waktu, seperti ‘mulai…’, ‘lanjutkan…’
Contohnya pada kalimat: “Anda bisa melanjutkan untuk terus merilekskan diri Anda.” mengasumsikan bahwa sejak awal pun ia sudah rileks hanya saja kita meminta mereka meneruskan prosesnya.
THE PATTERNS OF MILTON MODEL – PATTERNS IN METAPHOR
Salah satu ciri khas dari Erickson adalah kepiawaiannya dalam merangkai metafora sebagai media perubahan kliennya.
Metafora adalah seni menyampaikan pesan secara tidak langsung, melalui perumpamaan, cerita dan kutipan, dengan cara ini kekuatan dari pesan menjadi lebih lembut dan pikiran pendengar akan memaknainya sesuai dengan konteks dan pemahaman yang dia miliki sebelumnya tanpa merasa disuruh atau diperintah.
Selectional Restriction Violations
Mengumpamakan sebuah informasi agar lebih mudah diterima oleh pendengarnya dengan menggunakan perumpamaan yang tidak lazim namun justru bisa dipahami karena disampaikan dalam bentuk majas. Misalnya dalam kalimat “Kepergiannya membuat langit pun bersedih.”
Bagaimana mungkin langit bersedih? Sebetulnya pikiran kita tahu bahwa yang dimaksud bersedih adalah orang di sekitar, namun pemilihan kata ‘langit’ menunjukkan makna yang lebih luas dan filosofis.
Extended Quotes
Mengutip kalimat atau pesan dari kalimat yang diutarakan tokoh berpengaruh, ayat suci atau kalimat apa pun yang memiliki bobot dan makna mendalam untuk disetujui dan dilakukan, disusul dengan pesan kita.
Pemilihan Quotes ini biasanya menggunakan tokoh atau landasan yang memiliki pengaruh dalam benak pendengar.
Contohnya dalam kalimat “Albert Einstein pernah mengatakan ‘Jika aku diberi waktu satu jam untuk menyelamatkan dunia, aku akan menggunakan lima puluh menit untuk memahami masalahnya dan sepuluh menit untuk mengupayakan solusinya’, bukankah hal ini mempertegas bahwa kita sebaiknya memahami situasinya sebelum mencari solusinya? Jadi mari kita pahami secara lebih mendalam sebelum kita mengambil tindakan.”
Milton Model adalah pola bahasa yang banyak digunakan dalam komunikasi persuasif, seperti penjualan, copywriting dan banyak lagi bentuk komunikasi lainnya. Ketika dilakukan dengan Rapport yang optimal, ada banyak sekali manfaat yang bisa Anda peroleh di dalamnya.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang NLP Coaching? Memerlukan layanan NLP Coaching untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari NLP Coaching secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.