Episode 13 – Berdamai Dengan Topeng Kehidupan
Melanjutkan episode sebelumnya di minggu lalu yang menyoal ‘Topeng Kehidupan Perusak Kebahagiaan’, mari melanjutkan bahasan kita ke topik yang menyajikan solusi atas topeng kehidupan ini, yaitu bagaimana berdamai dengan topeng kehidupan ini.
Di kadar yang tidak proporsional, topeng kehidupan menjadi salah satu ‘sabotase tidak kasat mata’ yang menggerogoti sendi-sendi kebahagiaan diri, menjadikan kita menjalani kehidupan yang bukan kehidupan otentik kita. Namun demikian, di kadar yang proporsional keberadaan topeng ini juga masihlah diperlukan untuk menjalani kehidupan bermasyarakat yang seimbang.
Kalau begitu…seberapa jauh dan seberapa sadar kita masih perlu mengenakan topeng ini? Apa saja yang harus kita lakukan agar bisa berdamai dengan topeng kehidupan ini ketika diperlukan? Bagaimana kita menjembatani kesadaran diri dan tuntutan bermasyarakat?
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode ketigabelas Life Restoration Podcast berjudul ‘Berdamai Dengan Topeng Kehidupan’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Berdamai Dengan Topeng Kehidupan'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode tiga belas.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, semoga Anda sekalian selalu dalam kondisi sehat, berlimpah dan bahagia, seperti biasa tentunya.
Berjumpa kembali di episode ketiga belas kali ini dan memasuki awal bulan keempat, bulan April tahun 2021.
Menyambung bahasan episode terakhir sebelumnya, yaitu tentang ‘Topeng Kehidupan Perusak Kebahagiaan’, tibalah waktunya kita mulai membahas tentang solusi atau cara berdamai dengan topeng-topeng kehidupan ini.
Ngomong-ngomong, episode kali ini akan fokus membahas esensi dari pentingnya berdamai dengan topeng-topeng kehidupan ini dan langkah-langkah praktis melakukannya, jika Anda belum sempat memahami apa yang dimaksud ‘topeng kehidupan’ ini, bahasan tentang ini ada di episode podcast saya sebelumnya minggu kemarin, silakan menemukan dan mendengarkannya terlebih dahulu agar Anda bisa memahami apa yang saya bahas di episode kali ini dengan baik.
Oke mari kita mulai saja.
Sebagaimana sudah saya bahas di episode sebelumnya, bahasan tentang topeng kehidupan ini sangat berhubungan erat dengan bahasan ‘mengenali diri’.
Bagi saya ‘mengenali diri’ adalah kunci penting menjalani kehidupan terbaik yang layak kita dapatkan. Bagaimana mungkin kita bisa menjalani kehidupan terbaik yang layak kita dapatkan, jika kita sendiri tidak tahu siapa diri kita dan jenis kehidupan seperti apa yang sebetulnya menjadi desain kehidupan terbaik untuk kita jalani sesuai profil diri sejati kita?
Tanpa mengenali diri kita sendiri, maka yang terjadi adalah bisa saja kita malah sibuk menjalani kehidupan yang lingkungan definisikan untuk kita, artinya kita menjalani kehidupan yang sebetulnya bukan kehidupan milik kita sendiri, ironis bukan?
Tapi bagaimana jika menjalani kehidupan seperti itu membuat kita bahagia? Itu lain soal, pada akhirnya yang kita cari dalam kehidupan ini adalah kebahagiaan, jika menjalani kehidupan yang bukan kehidupan diri sendiri bisa mendatangkan kebahagiaan maka silakan saja, itu semata adalah pilihan.
Dari pengalaman saya pribadi memfasilitasi sesi konseling dan terapi profesional, mereka yang menjalani kehidupan yang berbahagia sebetulnya – kebanyakan – bisa dipastikan – baik disadari atau tidak – menjalani kehidupan yang memang desain kehidupan otentiknya, mereka merasa berbahagia yaitu karena mereka memang menjalani kehidupan yang mengekspresikan desain otentik dirinya, sebagai dirinya sendiri.
Apa yang dimaksud ‘desain otentik diri’ ini? Yang satu ini agak panjang uraiannya, tapi intinya adalah kita semua terlahir bukan karena sebuah kebetulan semata, betul?
Seperti petikan kalimat yang dikatakan oleh Mark Twain: “Dua hari terpenting dalam hidupmu adalah hari ketika kau dilahirkan, dan hari ketika kau tahu mengapa kau dilahirkan.”
Ya, kita semua terlahir dengan membawa desain otentik diri masing-masing, di balik keberadaan diri kita di kehidupan yang kita jalani ini ada sebuah peran atau misi yang kita bawa untuk kita tunaikan agar menjadikan kehidupan kita penuh makna.
Dari mana desain otentik diri ini bisa kita ketahui? Ada banyak caranya, namun yang paling sering saya gunakan adalah seperti yang saya bahas di episode ketiga podcast saya bulan Januari 2021 lalu, yaitu melalui ‘analisa waktu kelahiran’.
Di balik sebuah waktu kelahiran, bersama dengan posisi dan formasi planet spesifik yang terbentuk di momen kelahiran kita, terbentuk medan energi otentik yang kelak kita hirup di tarikan napas pertama kita, dimana medan energi ini membawa algoritma spesifik yang terhubung dengan algoritma semesta, di dalam algoritma ini tersimpanlah sebuah tema energi yang menyertai keberadaan diri kita di semesta ini, yaitu siapa diri kita, apa peran yang kita bawa dan apa yang harus kita lakukan untuk menunaikan peran ini.
Karena tema yang satu ini agak panjang jika kita bahas ulang, jika Anda belum cukup memahaminya maka saya menyarankan Anda untuk mendengarkan terlebih dahulu episode ketiga podcast saya sebelumnya di bulan Januari 2021, yang berjudul ‘Hari Kelahiran dan Tema Kehidupan’.
Mari kembali ke bahasan tentang topeng kehidupan ini, terlepas dari apa pun desain kehidupan otentik yang kita emban, dalam kehidupan ini tetap saja kita akan – dan harus – mengalami berbagai pengalaman yang memang diperuntukkan untuk mendewasakan jiwa kita, dimana pengalaman yang mendewasakan ini sering kali muncul dalam bentuk kejadian tidak menyenangkan, yang memang diperuntukkan agar kita melatih kesabaran, ketabahan dan keikhlasan kita, sehingga jiwa kita semakin murni.
Namun demikian, dalam prosesnya apakah kita semua bisa dengan mudah menerima berbagai ketidaknyamanan atau kepahitan yang terjadi dalam hidup kita? Anda tentu tahu jawabannya, tidak semua itu bisa kita terima dengan mudah, akan selalu ada saja hal-hal yang sulit untuk kita terima dan ikhlaskan, berbagai hal ini juga yang kelak memberikan dampak traumatis tersendiri dalam bentuk emosi negatif, atau kita biasa menyebutnya sebagai ‘luka batin’.
Ada kalanya luka batin ini terakumulasi dan bertumpuk, membentuk lapisan-lapisan yang kemudian saling terhubung satu sama lain. Namun demikian, bisa saja terjadi ‘konflik internal, yaitu di antara lapisan perasaan yang lebih dalam dan lapisan perasaan yang ada di permukaan, dimana keduanya justru menunjukkan respon yang berkebalikan.
Seperti yang sudah saya bahas di episode sebelumya, ‘kemarahan’ adalah contoh yang paling sederhana, di lapisan permukaan emosi kemarahan nampak sebagai emosi yang agresif dan bahkan aktif, betul? Yang dimaksudkan aktif, yaitu ditujukan ‘keluar’ dalam bentuk ekspresi yang seolah ‘siap menyerang’.
Namun demikian, perlu kita sadari bahwa di balik emosi kemarahan yang kita rasakan di permukaan, yang kita tujukan pada dunia luar, sebenarnya tersimpan juga penyesalan yang kita tujukan pada diri kita sendiri, yaitu rasa menyesal atas berbagai hal yang kita lakukan atau pun yang tidak kita lakukan.
Penyesalan sering kali berhubungan dengan apa yang kita anggap sebagai kebodohan, keterbatasan atau ketidaktahuan kita di peristiwa masa lalu yang tanpa bisa dicegah akhirnya menyakiti kita, namun karena hal itu tidak kita sukai dan sulit kita akui dalam diri kita, maka kita kelak menutupinya dalam bentuk reaksi lain yang ditujukan keluar diri kita.
Hal ini karena menyadari, mengakui dan menerima yang kita rasakan dalam diri tidaklah mudah, akan ada rasa sakit yang sulit sekali kita terima begitu saja, sehingga sebagai wujud ‘pelarian’ yang dirasa lebih nyaman, kita kemudian menampilkan respon perasaan lain yang lebih aktif yang ditujukan keluar diri kita, termasuk dalam berbagai bentuk sikap dan perilaku negatif yang bisa mengalihkan kita dari menyadari dan mengakui keberadaan luka dalam diri.
Respon perasaan dan sikap negatif yang mengalihkan kita agar tidak menyadari keberadaan rasa sakit itulah yang saya maksudkan dalam podcast ini sebagai ‘topeng kehidupan’.
Diri kita yang sejati pada dasarnya terlahir murni dan bersih, namun berbagai luka kemudian ‘hinggap’ dalam hidup kita dan membuat diri kita yang murni itu seolah ditutupi luka yang tidak menyenangkan, yang kemudian kita tutupi lagi dengan keberadaan ‘topeng kehidupan’ tadi, sehingga semakin teballah lapisan yang menutupi diri sejati kita, semakin jauh juga kita dari diri sejati kita. Apa yang kita tampilkan di luar hanya menjadi bentuk-bentuk respon dan sikap yang mencerminkan diri kita yang palsu, yang sedang melarikan diri dari berbagai kepahitan yang kita rasakan dalam diri kita.
Itulah kenapa saya mengatakan di episode sebelumnya bahwa awal dari mengenal diri dimulai dari mengenali dulu lapisan pikiran dan perasaan dalam diri kita, mengenali lapisan respon dan sikap yang kita tampilkan di permukaan sebagai topeng lalu mengenali lapisan luka yang tersimpan di balik respon dan sikap itu, setiap kali mengenali lapisan itu, berdamai dengannya, dan masuk ke lapisan lain yang lebih dalam kita sebenarnya sedang ‘menelanjangi’ diri kita sendiri, kita mengenali lapisan demi lapisan topeng yang kita kenakan dan melepaskannya, semakin kita masuk lebih dalam maka semakin kita dekat dengan diri kita yang sebenarnya, yang tersimpan di balik lapisan topeng itu.
Mengenali dan berdamai dengan topeng kehidupan dan setiap lapisan luka di baliknya, bukankah itu yang menjadi kunci mengenali diri, yang juga memungkinkan kita menjalani kehidupan terbaik sebagai diri sendiri?
Yes, hal itu juga yang menjadi bahasan utama dalam episode kali ini.
Tapi sebelum melanjutkan lebih jauh, tidak bosan-bosannya saya kembali mengingatkan, jika Anda langsung mendengarkan episode ini tanpa sempat mendengarkan episode sebelumnya, apa yang saya bahas di episode kali ini adalah lanjutan dari episode sebelumnya, maka sekali lagi saya sarankan bahwa untuk menghindarkan diri dari kebingungan yang tidak perlu dalam memahami isi episode ini silakan sempatkan diri untuk mendengarkan bahasan di episode sebelumnya terlebih dahulu.
Esensi dari berdamai dengan topeng kehidupan adalah memungkinkan kita untuk mengenali diri kita yang sebenarnya, ketika kita mengenali diri kita yang sejati maka lebih mudah bagi kita untuk menjalani kehidupan yang otentik, sesuai desain sejati diri kita.
Tanpa mengenali diri sejati kita, akan terlalu banyak waktu terbuang yang kita gunakan untuk menjalani kehidupan yang bukan kehidupan kita sendiri, belum lagi akumulasi luka yang semakin menumpuk karena menjalani kehidupan yang bukan kehidupan kita sendiri itu, semakin hal ini dibiarkan maka semakin kita berpotensi larut dengan sisi gelap kehidupan yang membuat hidup ini menjadi tidak karuan karenanya.
Jadi seberapa penting berdamai dengan topeng kehidupan ini? Saya rasa Anda sudah bisa mengira-ngira jawabannya sendiri kali ini.
Saya akan langsung saja melanjutkan ke bahasan inti dari episode ini, yaitu langkah-langkah berdamai dengan topeng kehidupan ini, agar kita bisa lebih dekat mengenal diri sejati kita dan bisa menjalani kehidupan terbaik sesuai jati diri otentik kita.
Terdapat lima langkah penting yang saya tuangkan dalam episode kali ini untuk bisa berdamai dengan topeng kehidupan ini, mari kita mulai saja.
Langkah pertama, mulailah dengan memahami realita yang ada, bahwa topeng dalam menjalani kehidupan bukan hal yang sepenuhnya buruk. Topeng juga merupakan perwujudan dari norma sosial yang ada di masyarakat.
Sederhananya begini, sebagai manusia kita tentu punya keinginan untuk memuaskan apa pun yang kita ingin puaskan, betul? Kita punya hasrat untuk bisa berperilaku sesuai dengan keinginan kita, tapi apakah semua itu bisa kita lakukan begitu saja? Tentu tidak, akan ada aturan bermasyarakat yang harus kita hormati, misalnya saja kita suka makan dengan posisi yang seenaknya, tidak memperdulikan pose dan aturan, jika kita sedang sendirian kita mungkin bisa melakukannya, tapi kita tentu tidak bisa melakukan itu ketika bersama lapisan masyarakat umum, ada aturan yang harus kita jaga dan tampilkan agar kita bisa menunjukkan rasa hormat pada orang lain di sekitar kita, begitu juga orang lain akan menampilkan perilaku yang sama sebagai rasa hormatnya pada sesama.
Dengan kata lain, topeng juga bisa menjadi satu wujud kesepakatan kolektif masyarakat untuk menampilkan perilaku yang disepakati bersama sebagai perilaku ideal, sopan dan menunjukkan rasa hormat.
Artinya, menjadi diri sendiri nantinya bukan berarti kita bisa seenaknya, menjadi diri sendiri adalah mengenali diri sambil bisa menghargai lingkungan sekitar dan menghormati aturan-aturan yang berkembang di lingkungan itu.
Hanya karena kita merasa diri kita adalah pribadi yang santai dan apa adanya, bukan berarti kita bisa datang ke forum resmi dengan stelan yang santai dan apa adanya tanpa memperdulikan lingkungan, hal itu mungkin akan memuaskan diri kita yang merasa bahwa kita adalah pribadi otentik, namun hal itu malah berpotensi membuat gesekan dengan lingkungan yang merasa hal itu tidak pantas, bisa jadi juga hal itu malah membuat topeng baru, yaitu topeng yang sedemikian ingin dikenal sebagai pribadi yang ‘khas’.
Jadi kesimpulannya, mari menjadi diri sendiri yang menyadari posisi kita sebagai makhluk sosial, bahwa dalam konteks kehidupan sosial ada topeng-topeng norma sosial yang harus kita hormati agar tatanan kehidupan bermasyarakat terjaga, jangan sampai hanya karena setiap orang mengklaim hidup sebagai dirinya sendiri lalu setiap orang berlaku seenaknya karena merasa itulah kehidupan otentiknya, jika sampai seperti itu akan terciptalah tatanan kehidupan yang liar dan tidak karuan!
Sudah bisa dengan bijak memahaminya? Mari kita lanjutkan.
Langkah kedua, mulailah dengan mengidentifikasi jenis-jenis topeng yang tanpa kita sadari melekat pada diri kita, terdapat tujuh topeng kehidupan yang sudah saya bahas di episode sebelumnya dengan ciri yang khas yang ditampilkan oleh masing-masing topeng, silakan pahami karakter dari setiap topeng lalu pahami jenis-jenis topeng apa saja yang kita kenakan.
Kita semua memiliki ketujuh topeng itu, lagi-lagi karena kita memerlukan keberadaan dari topeng itu untuk menjalani kehidupan bermasyarakat secara layak dan pantas, namun kita memiliki ketujuh topeng itu dalam komposisi yang berbeda, ada topeng tertentu yang komposisinya bisa sedemikian dominan dan membuat kita fokus menampilkan perilaku topeng itu dalam keseharian kita.
Selama topeng itu tidak terlalu menimbulkan gangguan kehidupan yang merusak kebahagiaan, maka sejauh itulah topeng itu diperlukan untuk menjalani kehidupan bermasyarakat yang ideal, namun jika topeng itu mulai menimbulkan gangguan dalam perilaku dan membuat kita tidak bahagia maka saat itulah kita harus menyadari bahwa keberadaan topeng itu sudah menyabotase hidup kita dan kita harus menyadari jenis topeng itu untuk memudahkan kita dalam berdamai dan melepaskannya nanti.
Sekali lagi, kenali jenis topeng yang kita kenakan dan sadari seperti apa wujud dari topeng itu kita ekspresikan dalam hidup kita, jika ada lebih dari satu tidak apa-apa, sadari saja keberadaan topeng-topeng itu sejujurnya.
Langkah ketiga, yaitu mengenali ada lapisan luka apa di balik topeng itu, apa jenis-jenis emosi negatif atau luka batin yang jika kita dengan jujur akui ada di balik topeng itu, yang membuat kita harus mengenakan topeng itu untuk menutupi keberadaan rasa sakit itu.
Yang satu ini agak memerlukan waktu, dan bahkan mungkin juga memerlukan bantuan profesional yang memahami prosesnya dengan baik.
Kita semua memiliki sisi buta atau blind spot yang kita tidak sadari, hal ini juga bisa terjadi dalam mengenali luka di balik topeng kehidupan ini, karena sudah sedemikian lamanya topeng itu kita kenakan dan atensi kita terfokus pada topeng itu kita jadi tidak menyadari luka apa yang ada di balik topeng itu.
Satu hal yang saya sering sarankan pada para klien saya adalah berkontemplasi atau bermeditasi ringan untuk mendapatkan jawaban dari pikiran bawah sadar tentang keberadaan dari luka ini.
Cara melakukannya sederhana, luangkan waktu khusus untuk melakukan hal ini, dalam posisi meditasi atau kontemplasi hadirkan dalam pikiran Anda berbagai wujud respon atau sikap yang mewakili topeng yang Anda kenakan dalam keseharian, munculkan semua bayangan atas perilaku itu sejelas mungkin, lalu tanya diri Anda: “Hal apa yang pernah terjadi pada diriku di masa lalu sampai aku harus menutupi luka atas kejadian itu dengan perilaku ini?”
Setelah itu tunggu saja sesaat, pikiran bawah sadar akan memunculkan jawabannya, bisa dalam bentuk kilasan gambar atas kejadian masa lalu, bisa juga dalam bentuk suara-suara yang memberitahu kita tentang detail kejadian tertentu, apa pun itu, terima tanda dan pesan dari pikiran bawah sadar dan berterimakasihlah padanya atas jawabannya.
Pikiran bawah sadar kita selalu akan bekerja sama dengan kita untuk kebaikan dan kemajuan diri kita, hanya saja kitalah yang sering kali tidak menyadari cara kerjanya, pikiran bawah sadar kita selalu hadir memberikan pesan untuk kita pahami jika kita mau membuka diri untuk mendengarkannya.
Jika Anda melakukan proses ini, yaitu meditasi-kontemplasi untuk berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar dan tidak mendapatkan jawaban apa pun, maka bukan jawaban itu tidak muncul, Andalah yang tidak tahu cara mendengarkannya, bisa jadi karena terlalu kritis, terlalu merumitkan prosesnya, atau karena menganggap hal itu adalah hal yang sia-sia.
Mari kita lanjutkan ke langkah keempat, setelah kita mengetahui keberadaan luka itu dan kejadian yang menyebabkannya, maka waktunya kita melepaskan luka itu, cara melepaskan luka itu sudah pernah saya ulas di episode sebelumnya yang berjudul ‘Cara Melepaskan Luka Batin dan Berdamai Dengan Masa Lalu’, silakan kunjungi episode itu untuk memahami cara-caranya.
Dalam mendapatkan jawaban dari pikiran bawah sadar di langkah ketiga dan melepaskannya di langkah keempat ini, perlu kita sadari bahwa ada kalanya luka itu bukan bersumber dari satu kejadian, melainkan banyak kejadian, yang membuat topeng yang tercipta pun cukup kompleks strukturnya. Maka yang perlu kita lakukan adalah kontemplasi bertahap, setiap kali kita menemukan satu luka dan menyembuhkan luka itu kita perlu meninjau ulang perubahannya dalam hidup kita, seberapa jauh penyembuhan itu berdampak pada perubahan perilaku kita sehari-hari.
Jika kita masih merasa ada luka lain di balik topeng itu yang perlu kita sembuhkan maka luangkan waktu yang lebih intens dan proses yang lebih mendalam lagi untuk menyadari keberadaannya, atau minta bantuan profesional yang memahami jalannya proses ini untuk membantu diri Anda mengenali dan menyembuhkannya dengan lebih efektif.
Langkah kelima dan terakhir, yaitu dengan menetapkan tindakan apa yang akan Anda lakukan untuk menyeimbangkan sisi dalam diri Anda dan tuntutan kehidupan di luar sana yang masih mensyaratkan topeng untuk Anda ‘lakonkan’.
Sekali lagi, ingat bahwa topeng tidak sepenuhnya buruk, ia menjadi satu bentuk perilaku yang dibutuhkan oleh masyarakat untuk kita tampilkan sebagai formalitas dalam menunjukkan rasa hormat pada sesama.
Ketika luka yang tersimpan di balik topeng berhasil kita sembuhkan, kita perlu sadar bahwa bukan berarti topeng itu harus kita lepaskan sepenuhnya, karena dalam kenyataannya masyarakat masih memerlukan topeng itu di situasi tertentu, maka kita hanya perlu menetapkan seberapa jauh dan di situasi apa saja kita akan masih harus mengenakan topeng itu secara sadar.
Mengapa ada kata ‘secara sadar’, karena perbedaannya adalah ketika topeng itu kita kenakan, kita mengenakannya dengan kesadaran bahwa itu bukan diri kita, itu adalah wujud dari respon yang kita tampilkan untuk menghormati sesama dan norma yang berlaku di lingkungan itu.
Menjadi diri sendiri sambil tetap memposisikan diri dengan baik di lingkungan sekitar, agar bisa menginspirasi sesama secara bertahap, bukankah itu wujud menjadi diri sejati yang otentik dan ideal?
Sampai jumpa di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.