Episode 46 – Kenikmatan Tersembunyi di Balik Sebuah Masalah
‘Kenikmatan tersembunyi di balik sebuah masalah’…itulah istilah yang seringkali saya lekatkan pada fenomena ‘secondary gain‘, atau ‘perolehan sekunder’.
Apa maksudnya?
Begini, ketika seseorang dilanda permasalahan reflek alami yang muncul tentunya adalah keinginan dan upaya untuk lepas dari masalah itu karena bagaimana pun hal itu tentu menimbulkan ketidaknyamanan.
Namun demikian, sering kali tanpa disadari ada kenyamanan yang yang melekat pada permasalahan itu, yang menjadikan munculnya resistensi atau hambatan tersendiri ketika kita berjuang untuk lepas dari masalah itu, semata karena pikiran bawah sadar tidak rela melepaskan kenyamanan yang melekat pada permasalahan itu, inilah yang saya maksudkan sebagai ‘kenikmatan tersembunyi di balik sebuah masalah’.
Simak ulasannya di Audio Podcast berikut ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode keempatpuluhlima Life Restoration Podcast berjudul ‘Kenikmatan Tersembunyi di Balik Sebuah Masalah’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Transkrip Audio Podcast 'Kenikmatan Tersembunyi di Balik Sebuah Masalah'
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode empat puluh enam.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para pendengar sekalian dimana pun Anda berada, semoga sehat, berkah-berlimpah, damai dan berbahagia selalu.
Kembali berjumpa di Life Restoration Podcast bersama saya, Alguskha Nalendra, di episode ke-46 kali ini, di pertengahan bulan November 2021.
Episode podcast ini juga diunggah perdana dari ruangan baru saya di kantor praktik saya, yang kali ini secara sengaja ditata menjadi ruang perekaman, baik audio atau pun video.
Yes, saya baru saja menyiapkan ruangan baru di kantor praktik saya yang memang dikhususkan untuk menyiapkan berbagai konten inspiratif yang diunggah mingguan di channel Youtube dan Spotify saya.
Kalau Anda termasuk follower atau subscriber yang rutin menyimak tayangan Life Restoration Serial Video saya setiap akhir minggu sangat mungkin Anda sudah cukup familiar dengan tampilan ruang praktik coaching dan hipnoterapi saya di Bandung, karena memang pengambilan video dilakukan di ruang praktik saya itu, nah…kali ini saya berpindah ruangan ke ruangan lain yang memang dikhususkan untuk pengambilan audio dan video, jadi penataannya juga agak berbeda.
Nanti Anda bisa melihatnya di episode Life Restoration Serial Video minggu ini lah ya di Youtube Channel saya. Memang ruangannya juga belum selesai 100%, tapi paling tidak cukup lah untuk pengambilan gambar sederhana, esensinya tetap ada pada muatan inspirasi yang diunggah kan, bukan semata gambar yang dilihat he…he…
Oh iya, siapa tahu ada yang belum mendapatkan informasinya, untuk menemukan kumpulan inspirasi yang saya bagikan Anda bisa menemukannya di Youtube Channel saya ya, yaitu ‘Alguskha Nalenda’, lalu di Instagram saya, @alguskha, dan juga di Spotify Channel saya, yaitu ‘Life Restoration Podcast’.
Kadang-kadang ada juga yang menanyakan informasi layanan yang saya sediakan, kalau informasi yang satu itu Anda bisa menemukannya di website saya ya, yaitu www.alguskha.com.
Nah itu informasi pengantar dulu ya, biar ada sedikit pembuka ringan lah, sudah mau 11 bulan podcast ini berjalan soalnya, siapa tahu ada yang baru-baru mengikuti bahasan di podcast ini, agar tetap update juga dengan perkembangan dan apa saja yang saya bagikan di media sosial saya.
Oke baiklah, waktunya kita mulai masuk ke bahasan di episode kita kali ini.
Seperti biasa, bahasan di setiap episode podcast ini tidak akan jauh-jauh dari apa yang saya temukan dalam kehidupan sehari-hari, utamanya dalam membantu para klien mengatasi berbagai permasalahan emosi dan perilakunya, juga dalam mendapati berbagai temuan di kelas-kelas pelatihan yang saya bawakan.
Yang ingin saya angkat di episode kali ini adalah fenomena ‘kenikmatan tersembunyi di balik sebuah masalah’.
Mengapa saya mengangkat tema itu di episode kali ini? Tidak lain dan tidak bukan karena memang hal ini sering kali saya temukan dalam berbagai kasus yang klien alami.
Begini, ketika seseorang mengalami permasalahan perasaan, pikiran atau perilaku berkepanjangan yang sedemikian merusak kualitas hidupnya, pada umumnya akan ada dua jenis fenomena.
Fenomena pertama, orang yang bermasalah itu mencari pertolongan agar ia bisa keluar dari masalahnya, semata-mata karena memang ia terganggu dan ia tahu harus lepas dari masalahnya.
Misalnya saja dialami oleh mereka yang terganggu dengan gejolak emosi berkepanjangan, seperti kecemasan, kesedihan, kemarahan, atau keterpurukan emosi berkepanjangan lainnya, karena gejolak emosi itu sedemikian mengganggu dan menyiksa maka mereka mencari pertolongan untuk bisa lepas dari masalahnya.
Bisa juga dialami oleh mereka yang mengalami permasalahan perilaku atau kebiasaan buruk, mereka tahu yang mereka lakukan tidaklah benar dan merugikan, tapi mereka sulit mengendalikan perilaku itu, ada dorongan yang tidak bisa mereka kendalikan yang menjadikan mereka terus terjebak berlarut-larut dengan kebiasaan buruknya itu, sampai kemudian mereka mencari pertolongan agar bisa lepas dari kebiasaan buruknya itu.
Fenomena kedua, orang-orang di sekitarnyalah yang mencarikan pertolongan untuk si orang yang sedang mengalami permasalahan ini, karena mereka peduli padanya dan ingin ia lepas dari masalahnya.
Misalnya saja seperti yang dialami mereka yang terjebak di dua ilustrasi sebelumnya tadi, yaitu mereka yang terganggu dengan gejolak emosi berkepanjangan atau kebiasaan buruk, tapi mereka ini tidak mencari pertolongan, bisa karena mereka tidak tahu bahwa masalahnya bisa diatasi dengan cara yang tepat, bisa juga karena mereka tidak mau.
‘Tidak mau ditolong’ ini bisa karena banyak hal ya, bisa karena mereka tidak merasa itu masalah yang perlu ditangani misalnya. Ya ini yang paling bikin ruwet sih, ada masalah tapi tidak merasa bermasalah.
Bisa juga karena ragu atau takut…takut karena merasa masalah itu sedemikian sensitif misalnya…ragu untuk memercayakan masalahnya untuk diceritakan pada orang lain karena merasa itu aib.
Bisa juga karena tidak mau keluar upaya atau biaya untuk keluar dari masalahnya, mereka tahu bahwa mereka bermasalah dan sudah seharusnya mencari pertolongan, tapi begitu mengetahui bahwa mereka harus mengeluarkan biaya atau mengupayakan proses tertentu untuk bisa sembuh dari masalahnya mereka merasa sayang untuk mengeluarkan biaya tadi, atau malas untuk mengupayakan prosesnya, sehingga lebih memilih untuk menahan-nahan masalahnya dengan harapan suatu waktu nanti keajaiban terjadi dan masalahnya bisa terselesaikan dengan sendirinya.
Naif? Ya bisa saja dikatakan demikian, tapi kita tidak sedang mengatakan itu salah atau benar, baik atau buruk, semua itu pilihan, setiap pilihan pasti ada konsekwensinya, selama mereka siap dengan konsekwensi dari pilihannya maka biarlah mereka menjalani pilihan dan konsekwensinya sendiri.
Jadi…motivasi untuk lepas dari masalah…apakah itu yang menjadi modal dasar perubahan, agar seseorang bisa lepas dari masalahnya?
Bisa dikatakan demikian, tapi bagi saya hal itu belumlah cukup, atau dengan kata lain: bukan satu-satunya.
Adanya motivasi menandakan seseorang sudah punya ‘motif’ untuk berubah, tapi baru sebatas ‘motif’, belum menjadi ‘tekad’.
Ketika motivasi ini menjadi tekad, atau ‘determinasi’, barulah daya dorong dari kesadaran untuk berubah ini menjadi jauh lebih kuat dan menjadi modal dasar yang mendobrak batasan zona lama, yang selama ini menghambat diri untuk berubah.
Deteminasi, atau kata dasar dalam Bahasa Inggrisnya: ‘determine’, menandakan kita bukan hanya sekedar ‘ingin’, tapi sudah ‘benar-benar memutuskan’ dan keputusan ini sudah benar-benar membuat kita tidak lagi mentoleransi alasan apa pun untuk tidak berubah atau bahkan sekedar menunda-nunda untuk berubah.
Tapi mari kembali dulu ke bahasan sebelumnya tadi, yaitu fenomena ‘kenikmatan tersembunyi di balik sebuah masalah’, apa kira-kira hubungan dari bahasan soal determinasi ini dengan ‘kenikmatan tersembunyi di balik sebuah masalah’?
Begini, determinasi menjadi sebuah titik dimana kita sudah lepas dari ‘kenikmatan tersembunyi di balik sebuah masalah‘ ini.
Tapi lagi-lagi, pertanyaan yang masih kurang lebih senada adalah “Apa yang dimaksud kenikmatan tersembunyi di balik sebuah masalah” ini? Memangnya ada kenikmatan tersembunyi di balik sebuah masalah?
Ya…ada, yang satu ini dalam dunia terapi, konseling dan coaching sering kali disebut sebagai secondary gain, atau perolehan sekunder.
Begitulah, secondary gain adalah sisi lain dari sebuah dampak permasalahan, jika pada umumnya sebuah permasalahan membawa kerugian, secondary gain adalah sisi positif atau sisi manfaat yang tidak disadari dari sebuah permasalahan, yang saya katakan tadi sebagai ‘kenikmatan tersembunyi’.
Begini saja contohnya, saya sebut saja contoh yang dialami beberapa klien saya ya. Ada salah seorang klien saya yang mengalami sakit kepala, yang bisa sangat mengganggu sekali kalau sudah terasa, ia sudah memeriksakan diri ke Dokter tapi menurut Dokter tidak ada yang salah dengan kondisi fisiknya, yang berarti sangat mungkin masalahnya terjadi pada kondisi psikis atau mentalnya, atau istilah umumnya: psikosomatis.
Karena Dokter yang menanganinya ini mengenal saya sebagai hipnoterapis, Dokternya ini akhirnya merujuknya untuk mendapatkan layanan hipnoterapi dari saya.
Di awal perjumpaan dengannya, seperti biasa saya melakukan pengumpulan informasi terlebih dahulu, dari proses ini didapatlah informasi menarik yang bahkan sebetulnya sudah cukup banyak memberikan jawaban atas permasalahannya.
Singkat cerita saja, klien saya ini wanita, dalam pernikahan yang dijalaninya ia sering sekali merasa kesepian karena suaminya terlalu sibuk bekerja, yang menjadikan ia merasa tidak diperhatikan. Dengan rasa sakit yang dialaminya suaminya jadi lebih memerhatikannya, ia jadi lebih sering memeriksa kondisi kesehatan istrinya dan menyempatkan diri untuk sering-sering mengantarnya memeriksakan kesehatannya.
Meskipun cukup jelas, tetap saja seorang hipnoterapis tidak boleh berasumsi, pada akhirnya informasi yang lebih spesifik baru bisa didapatkan dari proses terapi yang dilakukan langsung pada pikiran bawah sadar.
Akhirnya proses terapi pun kita lakukan, dan ternyata memang demikian adanya, dari proses penelusuran informasi di pikiran bawah sadar didapatlah informasi bahwa pikiran bawah sadar sengaja memunculkan rasa sakit ini sebagai solusi agar klien ini bisa mendapatkan perhatian yang diperlukannya, dengan kata lain: ada kenikmatan tersembunyi di balik permasalahan yang dialaminya.
Dikatakan sebagai ‘kenikmatan tersembunyi’ karena memang hal ini tidak disadari, kesadaran logisnya tentu tidak ingin ia sakit, inginnya ia sembuh dan dalam kondisi baik-baik saja, tapi kesadaran emosionalnya, atau kesadaran pikiran bawah sadarnya tahu bahwa ia memerlukan perhatian – karena selama ini merasa kesepian -, dari sini terjadilah konflik internal, antara kesadaran logis dan kesadaran emosional.
Meski rasa sakit yang menjadi permasalahan baginya adalah sebuah ketidaknyamanan, tapi tetap saja ada sebuah kenyamanan tersembunyi yang jadinya didapatnya karena dengan adanya ketidaknyamanan ini ia jadi mendapatkan perhatian yang secara emosional dibutuhkannya.
Nah, itu baru satu contoh dari kenikmatan tersembunyi di balik sebuah permasalahan, dalam praktiknya ada banyak lagi contoh lain dari kenikmatan tersembunyi ini, bisa berupa empati, belas-kasihan, atau apa pun jenis kenyamanan emosional lainnya.
Intinya begini, ketika seseorang mengalami permasalahan lalu bersama permasalahannya itu ia malah jadi mendapatkan kenyamanan emosional, maka itulah secondary gain atau kenikmatan tersembunyi.
Hal ini bisa kita dapati dalam diri orang-orang yang mengalami permasalahan, tapi sambil mengalami permasalahan itu ia jadi mendapatkan belas kasihan orang di sekitarnya, baik disengaja atau tidak disengaja.
Versi tidak disengaja dari fenomena ini terjadi ketika seseorang dilanda permasalahan berkepanjangan, lalu tanpa disengaja menceritakan persoalannya dan hasil dari diketahuinya persoalan itu oleh orang-orang di sekitarnya jadi memberikan kenyamanan emosional baginya, orang-orang jadi kasihan padanya, lebih peduli padanya, lebih memberikan keringanan atau fasilitas apa pun yang membuatnya jadi lebih mendapatkan kenyamanan emosional lainnya.
Meski awalnya tidak disengaja tapi hal ini tetap saja dirasa memberikan kenikmatan bagi pikiran bawah sadar, maka jangan heran kalau pikiran bawah sadar mulai ‘ketagihan’ untuk terus mendapatkan kenikmatan yang sama, maka dimulailah akhirnya proses permasalahan berkepanjangan ini, agar kenikmatan ini bisa tetap ia dapatkan.
Sementara versi disengaja dari fenomena ini terjadi ketika seseorang memang menujukan penderitaannya untuk diketahui orang lain, ia memang dengan sengaja ingin menunjukkan bahwa ia sedang menderita untuk mendapatkan perhatian orang tersebut, harapannya dengan menunjukkan penderitaannya maka orang yang ia tujukan penderitaannya itu bisa jadi bersimpati, berbelaskasih dan bahkan jadi menyesal, lalu akhirnya melakukan tindakan yang diharapkan oleh si penderita permasalahan itu.
Versi disengaja ini pun belum tentu disadari, hal ini karena memang seperti itulah cara kerja pikiran bawah sadar manusia, ia memunculkan berbagai persoalan dari lapisan kesadaran yang tidak kita sadari, sehingga secara logis kita tahu bahwa kita bermasalah dan kita ingin lepas dari masalah itu, tapi secara emosional kita tidak menyadari adanya kebutuhan atas kenyamanan emosional yang minta dipuaskan tadi, karena memang dorongan itu berlangsung di pikiran bawah sadar.
Maka itulah determinasi menjadi kunci untuk bisa lepas sepenuhnya dari sebuah permasalahan, seseorang yang sekedar termotivasi mungkin saja ingin lepas dari masalahnya, tapi belum tentu ia siap melepaskan kenyamanan emosional yang melekat pada masalahnya itu, karena bagaimana pun hal itu tetap saja sebuah kenikmatan.
Berkali-kali saya menjumpai orang-orang yang menyatakan ingin lepas dari masalahnya, tapi pada akhirnya ternyata mereka bukan ingin lepas dari masalahnya, mereka sedang ingin mencari pengakuan bahwa masalah mereka sedemikian besarnya, sampai-sampai sedemikian sulitnya untuk ditangani.
Pengakuan bahwa masalah mereka sedemikian besar ini yang mereka harapkan bisa mereka kisahkan nanti pada orang di sekitarnya sebagai bukti bahwa masalah mereka sedemikian sulitnya untuk ditangani, sehingga mereka adalah orang-orang yang malang yang harus dikasihani, orang di sekitarnya harus maklum pada mereka, dan harus siap membantu atau mengikuti keinginan mereka.
Dalam kasus seperti ini sering kali konflik internal ini menjadi berlarut-larut, di satu sisi kesadaran logis mereka seolah mendorong untuk lepas dari masalahnya, tapi di sisi lain kesadaran emosional mereka tidak ingin melepaskan kenyamanan emosional yang belum sepenuhnya ia nikmati dari permasalahannya.
Ketika kenikmatan emosional ini juga justru semakin menjadi-jadi, karena mereka terus menunjukkan permasalahannya pada orang lain misalnya, atau karena mereka terus mendapatkan belas-kasihan dari orang lain di sekitarnya misalnya, maka permasalahan yang mereka alami pun akan semakin menjadi-jadi.
Disinilah kesadaran menjadi kunci, kesadaran untuk menyadari sepenuh hati bahwa untuk bisa lepas dari masalah yang selama ini menghambat kemajuan hidup kita maka kita harus siap melepaskan kenyamanan yang terhubung dengan permasalahan itu.
Berhenti mengumbar kisah-kisah kemalangan pada orang di sekitar, berhenti menunjukkan sikap yang seolah-olah sedemikian terpuruk hanya untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, atau agar keinginan kita dipenuhi oleh orang lain.
Ambil tanggungjawab kehidupan dan tanggungjawab perubahan pribadi, bahwa perubahan kita adalah untuk diri kita sendiri, berhenti ingin menunjukkan permasalahan pada orang lain hanya untuk mendapatkan belas kasihan, atau hanya ingin membuat mereka mengikuti maunya kita, karena meski hal itu mungkin saja bisa membawa kenikmatan, tetap saja hal itu tidak membawa perubahan apa pun.
Menutup bahasan di episode kali ini, itulah pentingnya determinasi, yaitu membuat keputusan penting sepenuh hati untuk bisa lepas dari permasalahan atau kondisi lama yang dirasa tidak ideal, siap sepenuh hati untuk bisa melepaskan segala kenyamanan atau kenikmatan tersembunyi yang melekat bersama permasalahan itu, siap sepenuhnya untuk menjadi pribadi yang kuat, dari diri sendiri, oleh diri sendiri dan untuk diri sendiri, agar kita bisa sepenuhnya mengupayakan perubahan dari dalam diri sendiri.
Meski pun ada ketidaknyamanan yang harus kita hadapi tapi ketidaknyamanan itu menghadirkan kenyataan, bukan lagi sebuah kebohongan manis yang tidak jelas pada akhirnya, ingat meski nikmat atau membuat nyaman, tetap saja kenikmatan tersembunyi itu hanyalah sebuah kebohongan.
Mari menjadi pribadi yang kuat, yang memiliki determinasi penuh untuk siap lepas dari masalah yang kita alami, siap mengupayakan waktu, tenaga dan upaya yang diperlukan untuk benar-benar berubah, tanpa harus banyak alasan demi mempertahankan kenikmatan tersembunyi tadi.
Sampai jumpa di episode berikutnya.
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.