Episode 77 – Petunjuk Alam Itu Berupa…
Seiring membaiknya kondisi di masa pemulihan stamina fisik pasca penurunan kondisi kemarin, mulai kembali mengunggah episode Life Restoration Podcast.
Episode kali ini mengangkat pembelajaran yang didapat di periode pemulihan kemarin, sambil juga menginformasikan beberapa pembaharuan yang diharapkan menghadirkan warna tersendiri di kumpulan inspirasi yang dibagikan di media sosial.
Tidak lupa, episode kali ini juga mengemas sebuah pembelajaran yang cukup unik, yaitu bagaimana membaca “petunjuk alam” untuk kita sikapi agar niat dan perencanaan yang kita buat bisa sejalan dengan momentum alam.
Mari simak bahasannya di Audio Podcast ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode ketujuhpuluhtujuh Life Restoration Podcast berjudul ‘Petunjuk Alam Itu Berupa…’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Petunjuk Alam Itu Berupa...
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode tujuh puluh tujuh.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para sahabat sekalian dimana pun Anda berada, kembali berjumpa di Life Restoration Podcast, seperti biasa bersama saya, Alguskha Nalendra, namun kali ini dengan “pembaharuan yang tidak biasa”.
Lho ini maksudnya bagimana ya, kok baru mulai sudah ada kata-kata “pembaharuan yang tidak biasa” he..he…?
Tenang dulu, pertama-tama kita mulai dengan doa dan harapan terbaik dulu dong, seperti biasa, mengawali episode kali ini saya ingin memulai dengan doa terbaik, semoga Anda sekalian selalu dalam keadaan sehat, berkah-berlimpah dan damai-berbahagia, dimana pun Anda berada, bersama mereka yang Anda kasihi.
Nah, ngomong-ngomong, apa kabar Anda sekalian? Seperti apa saja kabar dan berita yang terjadi selama dua minggu terakhir ini?
Hmm…dua minggu? Agaknya ini saja sudah menandakan ada sesuatu yang berbeda di episode kali ini ya, kok tumben-tumbenan jaraknya dua minggu, bukankah biasanya episode di Life Restoration Podcast ini diunggah setiap satu minggu sekali?
Yes itu dia salah satu “pembaharuan tidak biasa” yang saya maksudkan di awal pembukaan tadi, yaitu pembaharuan jadwal posting di media sosial saya, termasuk juga pembaharuan jadwal unggahan episode Life Restoration Podcast, yang kali ini diluncurkannya menjadi dua minggu sekali, dan akan ada variasi konten inspiratif baru menyertai media sosial saya nanti.
Seperti Anda sudah biasa mendengar saya mengucapkannya, tidak ada yang kebetulan pastinya, termasuk juga di pembaharuan jadwal dan penataan ulang media sosial ini, pastinya ada alasan atau kisah yang melatarinya.
Begini, beberapa hari kemarin saya memasuki mode “pemulihan” fisik, yang menjadikan – jujur saja – unggahan di media sosial saya jadi agak “bolong”, unggahan yang seharusnya dijadwalkan setiap hari ada menjadi tidak bisa terlaksana, karena saya kesulitan mengelola aktivitas fisik dengan baik.
Bulan Juni menjadi bulan yang jujur saja cukup menantang, saya rupanya kurang mengantisipasi padatnya jadwal yang masuk dan kurang mempersiapkan stamina fisik dengan baik, terutama di tengah periode perubahan cuaca yang – agaknya – cukup signifikan, sehingga kondisi fisik mengalami penurunan, berbicara dengan jelas saja sempat cukup sulit jadinya karena kondisi kerongkongan dan tenggorokan terganggu.
Yes, saya tetap akan menegaskan bahwa sayalah yang kurang mengantisipasi semua hal itu, memang bisa saja saya mengatakan padatnya jadwal dan perubahan cuacalah yang mengakibatkan semua itu jadi tertunda, tapi saya memilih untuk tidak menggunakan hal itu sebagai alasan, bagi saya terlepas dari apa pun faktor eksternal yang terjadi tetap saja penentu akhirnya ada pada kesiapan kita sebagai yang menjalaninya.
Bukankah kita tidak mengetahui hal itu akan terjadi? Ya justru itu, “ketidaktahuan” kita kan yang ikut mempengaruhi hasil akhirnya? Ketidaksiapan kita juga ikut berperan.
Sekarang begini, kita tidak tahu sekali pun, seandainya kita “siap”, maka bukankah dampaknya seharusnya masih bisa lebih terkelola?
Misalnya begini, sehubungan dengan perubahan cuaca yang sempat saya singgung tadi, memang kita tidak tahu kapan tepatnya perubahan cuaca itu akan mulai terjadi, kapan energi alam mulai akan berpindah ke siklus energi berikutnya, kita tidak tahu pastinya, tapi seandainya kondisi fisik kita fit, sehat, bugar, daya tahan tubuh kita terjaga – sebagai akibat dari menjaga pola makan yang sehat, berolahraga dengan baik dan teratur, dan gaya hidup yang sehat lainnya – bukankah meski perubahan cuaca itu terjadi sekali pun maka kondisi fisik kita tidak akan terlalu terpengaruh secara negatif jadinya?
Nah maka itulah, daripada memilih “menyalahkan cuaca”, saya memilih untuk meletakkan tanggungjawab pada diri saya sendiri, bukan soal “cuaca yang tidak kondusif” yang berperan di balik penurunan kondisi fisik saya kemarin, melainkan karena saya sendiri yang kurang menjaga gaya hidup dan kondisi fisik dengan baik, sehingga perubahan cuaca yang terjadi bisa mempengaruhi saya sedemikian rupa sampai kondisi fisik ikut menurun.
Bahasan yang satu itu harusnya sudah tidak asing lagi Anda pahami di podcast saya ini lah ya, karena bahasan itu menjadi esensi dari “penguasaan diri dalam menjalani kehidupan” di tingkat yang paling mendasar, yaitu “bertanggungjawab atas diri kita sendiri”, dan hal itu sudah sering sekali saya bahas di podcast ini.
Memang saya bisa saja “menyalahkan” faktor-faktor eksternal di luar diri saya, terutama yang tidak bisa saya kendalikan, seperti cuaca tadi, tapi kalau pun saya lakukan itu terus dampak positifnya apa? Tidak ada yang berubah kan? Saya akan tetap saja menjadi “pribadi yang tidak berdaya” dan terus kalah oleh faktor yang tidak bisa dikendalikan tadi, padahal, namanya faktor yang tidak bisa dikendalikan maka ia masih mungkin terjadi lagi di kemudian hari, dengan kondisi tidak berdaya itu maka ya siap-siap saja, kalau itu terjadi lagi maka harus siap mengalami kembali masalah yang sama.
Dengan mengubah fokus, menjadi bertanggungjawab atas diri sendiri, kita tidak masuk ke mode tidak berdaya itu, sebaliknya, kita justru masuk ke mode berdaya, fokus mencari tahu hal apa dalam diri kita yang harus kita benahi, agar kalau nantinya situasi eksternal yang tidak bisa dikendalikan itu terjadi lagi kita tidak otomatis terpengaruh secara negatif atau tidak berdaya nantinya, memang hal itu tidak bisa kita kendalikan dan belum tentu bisa kita ubah, atau menangkan, tapi paling tidak hal itu tidak terlalu mempengaruhi diri kita secara negatif, bukankah hal itu menjadikan diri kita selangkah lebih maju dalam hidup ini?
Ya intinya itulah yang terjadi kemarin-kemarin, ketidaksiapan saya dalam mengantisipasi yang terjadi ternyata berdampak cukup mahal, arti “mahal” di sini maksudnya ternyata kondisi fisik jadi ikut terpengaruh dan berdampak pada “waktu yang hilang”.
Yes, bukan soal penurunan kondisi fisiknya saja yang saya artikan sebagai “dampak yang cukup mahal”, melainkan “waktu yang hilang”-nya itu.
Kalau Anda sudah sering mengikuti podcast ini, pasti sudah cukup familiar dengan yang saya maksudkan itu lah ya, bahwa saya sering kali menegaskan “waktu lebih berharga daripada uang”, karena memang demikian adanya, kalau kita kehilangan uang, sebut saja kehilangan lima ratus ribu misalnya, maka kita masih bisa mencari atau mendapatkannya lagi, tapi kalau kita kehilangan waktu, waktu berlalu lima menit saja, maka ia tidak bisa kembali lagi, sudah hilang itu hitungannya.
Nah itu yang menjadikan saya mengatakan ketidaksiapan saya “berdampak mahal”, dengan menurunnya kondisi fisik secara cukup signifikan, saya jadi harus mengelola prioritas dengan lebih baik, menurunnya kondisi fisik itu bukan terjadi di masa senggang, melainkan di masa yang cukup intens dimana saya masih harus juga memfasilitasi pembelajaran atau training untuk para SDM di sebuah perusahaan otomotif.
Kalau Anda juga masih ingat, di beberapa episode podcast ini ke belakang saya sudah sempat mengabarkannya juga ya, bahwa sampai akhir bulan Juli ini kesibukan saya akan cukup banyak diwarnai aktivitas mengajar atau memberikan training di sebuah perusahaan otomotif internasional.
Mengajar atau memberikan training, bukan perkara kecil, ada banyak sekali atensi yang harus dikerahkan untuk memastikan pembelajaran berjalan lancar dan menghasilkan dampak yang sejalan dengan tujuan yang ditetapkan.
Nah, sekarang terbayang kan, di satu sisi kondisi fisik mengalami penurunan, di sisi lain tuntutan situasi di luar diri tetap harus dipenuhi dengan baik. Maka disinilah pengelolaan prioritas – yang saya sebutkan tadi – menjadi penentunya.
Di situasi itu, dengan keterbatasan energi fisik yang saya miliki, saya harus menentukan pilihan, akan memilih untuk fokus ke unggahan media sosial saya, atau fokus ke jalannya program pembelajaran.
Seperti yang saya pernah katakan juga, ketika sesuatu itu penting maka kita akan temukan cara, jika tidak penting maka kita akan temukan alasan.
Yes…saya harus mengakui, disinilah ada kepentingan yang harus saya korbankan, yaitu menjaga unggahan media sosial saya.
Meskipun berat, saya harus mengakui bahwa di situasi itu – dengan keterbatasan yang ada – ada perkara yang lebih penting yang harus saya jaga, yaitu menjaga fokus pembelajaran yang sedang saya fasilitasi, karena ada kebutuhan dan kepentingan lebih banyak kalangan yang lebih penting dan lebih sensitif yang harus saya jaga disana, sehingga ada pilihan yang harus saya korbankan dalam hal ini, yaitu unggahan di media sosial.
Maka…saya juga memohon maaf ya, kalau di situasi kemarin saya harus membuat pilihan berat itu, saya harus menempatkan prioritas lain di atas unggahan media sosial saya, bukan soal “tidak ada pilihan”, Anda yang sudah sering mengikuti media sosial saya pasti sudah tahu betul bahwa saya tidak menyetujui kalimat “tidak ada pilihan”, bagi saya “selalu ada pilihan”, hanya saja belum tentu kita siap dengan konsekwensinya, maka ketika kita menentukan sebuah pilihan yang berat, hal itu bukan karena tidak ada pilihan lain, pilihan lain tetap ada, hanya saja kita tidak siap dengan konsekwensinya, pilihan yang kita pilihlah yang menurut kita lebih bisa kita tanggung konsekwensinya, maka itu yang kita ambil.
Dan itulah yang terjadi ya, paling tidak, semoga “rekap” kisah atas apa yang terjadi itu menjadi sebuah pembelajaran tersendiri, karena memang yang sudah terjadi tidak bisa dirubah kan? Tapi bagaimana kita bisa belajar dari yang terjadi itu, agar kita menjadi pribadi yang lebih baik, itu yang lebih penting bagi saya.
Dan bukan kebetulan juga, rekap kisah itu ternyata mengangkat dan merangkum ulang berbagai muatan pembelajaran yang pernah – dan bahkan sering – saya bagikan di podcast ini, bagi Anda yang sudah terbiasa mengikuti podcast ini, semoga hal itu menjadi sebuah pengingat, dan bahkan penghubung, untuk semakin merangkai berbagai isi bahasan di podcast ini sebagai satu kesatuan inspirasi yang lebih utuh.
Sementara bagi Anda yang mungkin masih tergolong baru mengikuti podcast ini, semoga hal itu bisa menjadi sebuah inspirasi tersendiri untuk menyempatkan diri menyimak ulang berbagai episode dan muatan pembelajaran yang ada di berbagai unggahan sebelumnya, tidak ada ruginya kan he…he…
Nah, pembelajaran pertama sudah saya bagikan tadi, sekarang waktunya memasuki pembelajaran kedua, yaitu apa saja yang terjadi sepanjang periode “menghilang” kemarin.
Saya punya kebiasaan untuk “membaca tanda”, maksud dari “membaca tanda” ini agak filosofis memang, dan bukan untuk menjadi bahasan yang harus Anda setujui juga, ini sudut pandang dan cara saya pribadi lho ya.
Jadi begini, saya punya sebuah kebiasaan dan pola, yaitu kalau saya sudah menetapkan sebuah niat dan rencana maka setelah niat itu saya bulatkan saya akan “melemparkan” atau “menyerahkan” niat itu pada alam, artinya “menyerahkan” ini maksudnya sebenarnya saya mengerahkan atensi untuk “membaca” kapan waktu terbaik untuk memulai pelaksanaannya.
Ya itu untuk hal-hal besar lah ya, atau hal-hal yang saya anggap akan menimbulkan pembaharuan yang cukup signifikan, karena akan mengubah pola-pola lama yang sudah ada selama ini, karena ada perubahan pola yang cukup signifikan maka saya memilih untuk mempersiapkan diri dan memilih untuk menyelaraskan diri dengan momentum alam, menyelaraskan diri dengan momentum alam ini yang saya maksudkan “membaca tanda alam”, kalau untuk hal-hal kecil ya tidak perlu begitu, jalankan saja sudah dengan menimbang-nimbang potensi dan konsekwensi yang ada.
Kalau di antara Anda ada yang familiar dengan keilmuan Human Design, tipe Human Design saya adalah Manifesting Generator, dimana salah satu strategi pembuatan keputusan yang seorang Manifesting Generator tetapkan adalah hendaknya pembuatan keputusan yang dibuat dengan merespon tanda alam.
Maka itu juga yang saya lakukan dalam hal ini, membaca tanda alam untuk menyelaraskan pelaksanaan dari niat dan rencana yang saya buat sebelumnya.
Mengenai tata cara pembuatan niat dan rencana ini sudah saya pernah bahas juga lho ya di episode-episode sebelumnya podcast ini.
Nah betul kan penting sekali untuk sudah turut menyimak berbagai episode yang ada di podcast ini he…he…karena memang bahasan yang ada dalam podcast ini selalu saling terhubung satu sama lain he…he…
Kembali ke bahasan tadi, bagaimana “membaca tanda alam” ini saya lakukan? Ada banyak cara tentunya, dari mulai “merasa-rasakan yang terjadi dalam diri kita sendiri”, termasuk juga untuk bisa “mengambil hikmah” atas kejadian yang kita alami di sekitar kita.
Nah, mulai bisa membaca maksud dari penjelasan saya kan? Yes, kejadian yang saya alami beberapa waktu kemarin bagi saya menjadi sebuah “tanda” dari alam untuk mulai melaksanakan yang saya niatkan dan rencanakan sebelumnya, yaitu perubahan susunan unggahan di media sosial saya.
Sudah kurang lebih satu setengah tahun berlalu sejak media sosial saya ditata ulang, sejak tahun 2021 lalu, tentunya ada berbagai umpan balik, atau feedback, yang saya dapatkan dari mekanisme pengelolaan media sosial ini, baik feedback yang saya temukan sendiri, feedback dari tim saya, dan juga feedback dari para follower dan subscriber.
Berbagai umpan balik itu membuahkan satu kesimpulan, bahwa saya perlu melakukan perubahan pada penataan dan penjadwalan unggahan di media sosial saya, baik dari segi isi, atau pun juga variasinya.
Tapi kapan memulainya? Nah itu pertanyaan yang saya lemparkan pada diri saya sendiri, tapi pertanyaan itu tidak saya simpan untuk diri saya sendiri juga, saya “serahkan” pada kehidupan untuk kemudian saya baca tandanya.
Bukan kebetulan fenomena kemarin terjadi, fenomena ketika fisik mengalami penurunan itu – dan masih ada lagi berbagai kejadian lain yang menyertainya – yang membuat saya kemudian lebih banyak merenungkan yang terjadi, bukan kebetulan juga intuisi dalam diri saya kemudian menyadari bahwa ada sebuah tanda yang harus saya pahami dalam hal ini, ya itu tadi, tanda dari alam, untuk memulai pembaharuan pada mekanisme unggahan di media sosial saya.
Maka itulah yang akan terjadi, saat ini mekanisme – baik itu isi atau pun jadwal unggahan -media sosial akan mengalami perubahan, finalisasi mekanismenya sudah hampir selesai, semoga bisa terlaksana dalam waktu dekat mulai minggu depan.
Ada yang mungkin juga beranggapan, “Masa baca tanda alam” begitu caranya? Ya seperti yang saya bilang tadi kan, itu cara saya, itu strategi saya, lagipula itu hanya salah satu cara saja, masih banyak cara lain yang belum saya jelaskan.
Berikutnya, seperti saya katakan, belum tentu Anda harus setuju, itu cara saya dan saya merasa itu terbukti bermanfaat, ya saya pakai cara itu, karena cara itu juga bukan cara yang saya dapatkan kemarin sore, melainkan hasil dari pembelajaran kehidupan itu sendiri.
Anda mungkin akan punya cara sendiri untuk membaca petunjuk alam itu, ya selama itu memberikan manfaat silakan saja dipakai, atau Anda bahkan merasa tidak perlu membaca petunjuk alam itu, ya sudah tidak perlu, semua itu pilihan saja kok, sederhana kan he…he…
Tapi paling tidak, bagi saya pilihan itu sudah cukup jelas arahnya, tandanya juga cukup jelas, maka itu yang saya gunakan untuk menandai kapan pelaksanaan itu dilakukan.
Nah, semoga episode kali ini menjadi sebuah tanda tersendiri juga bagi Anda…he…he…bisa menjadi sebuah petunjuk tersendiri, terlepas menjadi tanda atau petunjuk dalam hal apa, atau untuk apa, ya silakan sesuaikan dengan situasi yang Anda hadapi sendiri.
Coba deh kita renungkan, bukankah dalam kehidupan ini, dalam berbagai doa yang sering kali kita panjatkan pada Tuhan, selalunya ada muatan atau permintaan, yang kurang lebih isinya adalah memohon petunjuk dari Tuhan? Kita memohon petunjuk untuk bisa menjalani kehidupan dengan sebaik mungkin.
Sekarang mari kita renungkan, jangan-jangan selama ini petunjuk ini sudah begitu sering diberikan di sekitar kita, jangan-jangan ada begitu banyak petunjuk yang dari waktu ke waktu terus bermunculan, masalahnya adalah kitanya yang tidak tahu cara membacanya atau menyadari keberadaan dari petunjuk itu, akhirnya bingung saja terus.
Wah, ternyata tidak terasa, sampai juga di penghujung episode podcast ini, ya mau bagaimana juga durasi dari episode podcast ini kan memang saya batasi ya, agar tidak terlalu panjang, semoga dengan durasi yang ada ini cukup lah untuk menjadi bahasan pembuka tentang keberadaan dari petunjuk atau tanda alam ini.
Bisa membaca tanda atau petunjuk alam adalah satu hal yang menjadi anugerah tersendiri, bayangkan kita sedang berada di alam liar, lebih mudah mana kita mengarungi perjalanan di alam liar itu dengan memiliki keahlian membaca kompas dan petunjuk alam, atau dengan tanpa keahlian itu, cukup membiarkan diri menjalaninya mengalir saja apa adanya?
Ya itu lagi-lagi pilihan sih ya, kalau saya, akan lebih memilih untuk bisa memiliki keahlian membaca kompas dan petunjuk alam, semata karena saya ingin bisa menjalani perjalanan itu dengan pengerahan atensi sebaik mungkin, untuk bisa menghayati dan mensyukuri prosesnya.
Kira-kira bagi Anda penting tidak untuk bisa membaca petunjuk atau tanda alam ini? Kira-kira perlu dibahas tidak tips dan cara-caranya di episode lanjutan di podcast ini? Hmm…
Episode lanjutannya berarti akan muncul dua minggu lagi ya, karena sebagaimana dibahas tadi di awal podcast ini, jadwal unggahan dari Life Restoration Podcast ini akan menjadi dua minggu sekali, karena ada variasi konten lain yang akan diunggah di media sosial saya sebagai gantinya.
Apa tepatnya? Ya lihat saja di media sosial saya nantinya untuk lebih jelasnya he…he…
Sampai jumpa di episode berikutnya…
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.