Episode 89 – Ada Tujuan, Ada Prioritas
Kurang lebih satu tahun “menyepi” dari dunia audio podcast, awal tahun 2025 ini menjadi momen dimana audio podcast kembali mewarnai media sosial saya.
Episode kali ini menyoroti pengaruh dari adanya tujuan yang jelas pada perilaku kita dalam bergerak maju dalam hidup.
Bukan kebetulan, awal tahun kerap menjadi momen dimana banyak orang menetapkan resolusi tahunannya. Terlepas dari penting atau tidak pentingnya keberadaan resolusi tahunan ini bagi banyak orang, tetap saja keberadaan tujuan yang jelas menjadi salah satu hal yang mempengaruhi cara seseorang berkehidupan.
Mari simak bahasannya di Audio Podcast hari ini.
Anda bisa menemukan koleksi Audio Podcast Alguskha Nalendra di Podcast Channel ini, dan koleksi podcast tersebut dalam bentuk video-audiogram di Youtube Channel Alguskha Nalendra.
Berikut di bawah ini adalah transkrip dari Episode kedelapanpuluh sembilan Life Restoration Podcast berjudul ‘Ada Tujuan, Ada Prioritas’ di atas, silakan klik tulisan di bawah untuk memunculkan transkrip.
Ada Tujuan, Ada Prioritas
Daftar Isi
Intro:
Anda sedang mendengarkan Life Restoration Podcast dari Alguskha Nalendra, episode delapan puluh sembilan.
Selamat datang di Life Restoration Podcast, inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.
Life Restoration Podcast menghadirkan berbagai inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri, yang juga diadaptasi dari kisah nyata para individu yang menjalani program terapi, konseling dan Life Restoration Coaching, bersama Coach Alguskha Nalendra.
Podcast:
Halo para sahabat sekalian dimana pun Anda berada … berjumpa bersama saya, Alguskha Nalendra. Episode yang juga menjadi episode pembuka di tahun 2025 ini, yang juga menjadi “penebus” kerinduan ekstrim he … he …
Begitulah … tidak rindu bagaimana … hampir satu tahun sudah saya tidak menyapa para pendengar sekalian podcast ini. Padahal ada begitu banyak cerita yang sebenarnya ingin saya bagikan. Karena memang di tahun 2024 sendiri ada begitu banyak kisah yang sebenarnya menarik untuk di bagikan.
Bahkan … bahkan bukan hanya menjadi wacana, berbagai kisah itu sebenarnya sudah saya rencanakan untuk bagikan, sudah disiapkan kerangka pemikirannya, sudah sempat akan menjadi ide yang memperkaya podcast channel saya ini. Namun begitulah … apa daya, waktu dan atensi saya ternyata masih harus saya lebih arahkan untuk prioritas lain yang saya sadar masih harus lebih saya kawal karena ia berhubungan dengan kepentingan orang banyak di sekitar saya.
Bukan hanya di podcast saja sebenarnya. Bagi yang mengikuti berbagai media sosial saya lainnya kemungkinan akan mendapati bahwa memang di berbagai media sosial itu pun aktivitas saya berbagi ikut terhenti, terutama yang melibatkan konten digital berbasis video, seperti di Youtube, termasuk dalam membersamai para subscriber di live streaming rutin.
Kalau di Instagram dan Facebook Page, masih cukup lebih terkawal lah ya, karena memang mengunggah konten di kedua platform itu relatif lebih sederhana. Hanya saja karena memang pada dasarnya di kedua platform itu pun saya agak “menyepi” jadinya ya tetap saja tidak seramai sebelumnya he … he …
Ngomong-ngomong, terkait kabar pembaharuan apa saja yang sudah mewarnai tahun 2024 dan akan mewarnai tahun 2025, hal itu sudah saya bagikan di video minggu kemarin di Youtube Channel saya ya.
Menjadi video pertama saya di tahun 2025, saya secara khusus dan sengaja menjadikan video itu video “pengumuman”. Di dalamnya tidak ada materi apa pun, isinya memang secara khusus hanya diperuntukkan untuk mengumumkan berbagai informasi pembaharuan terkini.
Kalau Anda ternyata belum sempat menonton video itu, maka di kesempatan ini saya juga mengundang Anda untuk mengunjungi Youtube Channel saya dan menyempatkan untuk menonton video itu sebentar saja, siapa tahu ada informasi yang bisa bermanfaat untuk Anda sesuai prioritas ketertarikan Anda.
Di episode kali ini saya ingin mengangkat sebuah tema yang agaknya sesuai dengan tema pembuka awal tahun, yaitu tema “menetapkan tujuan”.
Alasan saya mengangkat tema yang satu ini sebenarnya bukan sebatas karena sekarang ini adalah awal tahun dimana awal tahun sendiri menjadi waktu yang identik dengan momentum penetapan resolusi tahunan.
Bukan … bukan itu. Lagi pula membicarakan “resolusi tahunan” tidak semua orang punya cara pandang yang sama tentang manfaat dari hal yang satu ini. Ada yang mungkin setuju dan mendukung, yang meyakini bahwa resolusi tahunan itu penting. Ada juga yang mungkin tidak setuju dan menganggap resolusi tahunan itu tidak penting. Ya keduanya punya sudut pandangnya masing-masing lah ya, jadi saya memilih untuk tidak mengatakan mana yang benar atau sebaliknya.
Alasan saya mengangkat tema ini sebenarnya sederhana, karena tema ini menjadi tema yang sebenarnya sangat mendasar, tapi ia mempengaruhi begitu banyak hal dalam hidup kita.
Kita langsung masuk saja ke inti bahasan di episode ini untuk memahaminya ya.
Saya ingin menggunakan satu ilustrasi untuk memahami pengaruh dari menetapkan tujuan ini pada berbagai hal, yaitu ilustrasi perjalanan sebuah perahu.
Begini … bayangkan sebuah perahu akan berangkat dari pulau A ke pulau B. Jarak kedua pulau itu adalah kurang lebih 100 km. Perahu akan berangkat pukul 1 siang dari pulau A dan ditargetkan tiba di pulau B pada pukul 5 sore. Dengan kata lain: durasi keberangkatan adalah 4 jam.Cukup jelas ya?
Nah sekarang beberapa pertanyaannya … berapa kecepatan rata-rata yang perlu dipertahankan perahu itu agar ia bisa sampai di tempat tujuan sesuai target … berapa km/jam?
Dengan mengikuti ilustrasi itu, maka di jam 3 seharusnya perahu sudah bergerak berapa km?
Berikutnya. Kalau ternyata pada jam 4 sore perahu baru bergerak sejauh 50 km, maka apa yang perlu dilakukan agar ia bisa sampai di tempat tujuan sesuai target?
Coba kita cermati dan jawab pertanyaan pertama dulu ya… jarak 100 km dan durasi 4 jam. Kalau dikira-kira maka berarti bukankah kecepatan yang perlu dijaga agar perahu sampai di tujuan tepat waktu adalah 25 km/jam?
Berikutnya … di jam 3 seharusnya perahu sudah bergerak berapa km? Ya lanjutkan bahasan sebelumnya saja. Karena dalam 4 jam seharusnya sudah mencapai 100 km maka dalam 2 jam di jam 3 seharusnya perahu sudah bergerak sejauh 50 km kan.
Terakhir … kalau ternyata karena satu dan lain hal pada jam 4 perahu baru bergerak 50 km, apa yang harus dilakukan? Lagi-lagi kita hitung-hitungan. Karena di jam 4 menunjukkan sudah 3 jam berlalu, maka seharusnya di titik ini perjalanan sudah bergerak 75 km kan? Lha ini baru 50 km, masih sisa 50 km lagi lho. Jadi apa langkah tindak lanjut yang perlu diambil? Yes, tambah kecepatan jadi 50 km/jam kan?
Kali ini kita evaluasi ilustrasi yang digunakan tadi. Terlepas dari pertanyaan yang tadi kita bahas, kira-kira, apa yang menjadikan berbagai keputusan tadi bisa diambil, yaitu keputusan untuk mempertahankan kecepatan 25 km/jam, lalu keputusan untuk menambah kecepatan menjadi 50 km/jam kalau ternyata dalam 3 jam perahu baru bergerak 50 km?
Yes, jawabannya adalah karena adanya “target waktu” yang menyertai tujuan, betul? Semua pertanyaan tadi akan mendapatkan jawaban yang berbeda jika ternyata perahu ditargetkan sampai di tempat tujuan jam 8 malam, atau bahkan tidak ada tenggat waktu khusus, bebas kapan saja, yang penting sampai.
Ternyata tujuan yang jelas, yang dalam hal ini disertai tenggat waktu menjadikan berbagai keputusan lanjutan bisa dihasilkan dengan lebih jelas, betul?
Sekarang coba kita hubungkan dengan kehidupan kita sehari-hari. Apa sih pentingnya punya tujuan yang jelas ini? Bagi saya ada tiga hal penting.
Pertama. Adanya tujuan yang jelas menjadikan kita bisa merumuskan rencana dan tindakan yang jelas, yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang jelas itu. Semakin jelas tujuannya maka semakin jelas juga rencana dan tindakan yang bisa dibuat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan itu.
Misalnya ada orang yang menetapkan tujuan: yang penting tahun 2025 ini lebih baik dari sebelumnya. Meski terdengar baik, tapi bisa kita lihat bahwa di kalimat tadi tidak ada kejelasan atas yang dimaksudkan sebagai “lebih baik” ini kan?
Akan lain ceritanya kalau misalnya tujuan itu dinarasikan lebih mendetail. Misalnya, “Di tahun 2025 ini saya menetapkan tujuan untuk menjadi pribadi lebih baik dalam hal pencapaian, yaitu memiliki rumah sendiri pada bulan Juli 2025.”
Lihat, kalimat “lebih baik” tadi kali ini sudah lebih jelas kan, yaitu terdefinisikan dalam bentuk “pencapaian”, yang lebih didetailkan lagi, yaitu “memiliki rumah sendiri pada bulan Juli 2025”.
Sekarang tujuan “memiliki rumah sendiri pada bulan Juli 2025” ini bisa lebih didetailkan lagi tidak? Yes, bisa. Kita bisa detailkan lagi lebih jauh, ingin di area mana, di daerah mana, seperti apa bentuk rumahnya, kriterianya, dan lain sebagainya, sampai ke komponen yang lebih mendasar lagi, yaitu: “harga”, untuk bisa memiliki rumah itu akan memerlukan biaya berapa.
Kalau tujuan ini sudah jelas, maka menjadikannya rencana-aksi pun bisa jadi lebih jelas kan? Kita lihat kondisi kita saat ini seperti apa, seberapa jauh kondisi kita saat ini dari tujuan yang kita tetapkan, barulah kita susun rencana aksi untuk mencapainya.
Seperti dalam contoh rumah tadi. Setelah jelas kriteria rumah yang kita targetkan capai dan jelas juga besaran biaya yang diperlukan untuk memilikinya, kita lalu menakar kondisi kita saat ini, menakar berapa selisih biaya yang diperlukan untuk bisa memiliki rumah itu. Maka selanjutnya kita menyiapkan rencana-aksi spesifik agar biaya yang diperlukan itu bisa terkumpul dan digunakan untuk memiliki rumah itu sesuai target waktu yang kita tetapkan.
Dalam praktik lebih detailnya ya ada panduan yang lebih jelas, mendetail dan terstruktur tentang cara menetapkan tujuan ini sampai ke detail terjelasnya, tapi di episode podcast kali ini hal itu tidak kita bahas dulu ya. Bahasan utama dari episode kali ini lebih ditujukan untuk mengulas alasan penting kenapa penting untuk menetapkan tujuan yang jelas, dimana dalam hal ini alasan pertama adalah yang baru saja kita bahas, yaitu ia menjadikan kita bisa merumuskan rencana dan tindakan yang jelas untuk mencapainya.
Alasan kedua, penetapan tujuan yang jelas akan membantu kita untuk mengelola prioritas dengan lebih baik. Prioritas ini akan sangat berhubungan dengan prioritas kita dalam berperilaku dan mengelola berbagai hal.
Kembali ke contoh penetapan tujuan untuk memiliki rumah sendiri tadi. Karena tujuannya sudah jelas dan rencana-aksinya juga sudah jelas, maka kita jadi tahu apa yang harus kita lakukan dengan uang yang kita pegang kan.
Sederhananya begini, kalau tidak ada tujuan yang jelas untuk memiliki rumah, yang punya besaran biaya tersendiri, maka setiap kali ada uang masuk ya uang itu bisa dipakai untuk hal apa pun, bisa jadi boros malahan. Tapi karena ada tujuan untuk memiliki rumah sendiri di tenggat waktu yang ditetapkan, maka akan ada kesadaran untuk menempatkan uang itu di tabungan tersendiri, karena dengan uang yang ada di tabungan itulah target memiliki rumah itu bisa kita capai.
Kalau pun ada keinginan tertentu untuk menggunakan uang untuk hal yang kita inginkan, maka kita bisa mengelola prioritas dengan lebih baik sehubungan penggunaan uang ini, kapan uang itu bisa atau boleh kita gunakan dan kapan ia tidak bisa atau tidak boleh kita gunakan, karena lagi-lagi: ada tujuan yang jelas yang kita ingin capai. Kita tahu bahwa kalau penggunaan uang ini sembrono maka tujuan yang jelas itu jadi tidak akan tercapai.
Mereka yang tidak punya tujuan yang jelas ya bisa saja tidak punya kegiatan yang jelas juga, karena memang tidak ada prioritas atas hal yang harus mereka kelola. Jadinya semua kegiatan ya rasanya oke-oke saja, toh tidak ada tujuan yang jelas ini. Kalau menggunakan ilustrasi perahu tadi, mau perahu ini bersantai di pantai, diam di tengah laut, atau mau melakukan apa pun sekali pun, ya tidak masalah, kan memang tidak ada tujuan juga.
Alasan ketiga, tujuan yang jelas menjadi acuan untuk kita menilai “benar” atau “salah”.
Maksudnya begini. Ada kalanya soal “benar” dan “salah” ini jadi sesuatu yang subjektif. Apa yang menurut kita benar tidak selalu benar menurut orang lain, begitu juga sebaliknya.
Tujuan yang jelas menjadi sebuah acuan, yang kita lakukan benar atau salah tergantung pada apakah ia membantu kita mencapai tujuan yang kita tetapkan atau menjauhkan kita. Kalau yang kita lakukan mendekatkan kita dengan tujuan yang ditetapkan maka ia menjadi hal yang “benar”, tapi kalau yang kita lakukan malah menjauhkan kita dari tujuan yang ditetapkan menjadi “salah”.
Contohnya kembali ke ilustrasi tadi. Punya tujuan ingin memiliki rumah sendiri dan sudah menetapkan rencana-aksi untuk memiliki rumah itu dengan mengelola tabungan, kita lalu menyimpan uang agar rumah itu bisa kita miliki sesuai waktu yang ditetapkan, hal ini kira-kira menjauhkan atau mendekatkan kita dengan tujuan kita? Mendekatkan kan? Maka ia menjadi hal yang “benar”.
Lain kalau sebaliknya, kita punya tujuan ingin memiliki rumah sendiri dan sudah menetapkan rencana-aksi untuk memiliki rumah itu dengan mengelola tabungan, tapi kita lalu memboroskan uang, tidak bisa mengelola tabungan, malah menghamburkan uang untuk hal yang tidak jelas, hal ini kira-kira menjauhkan atau mendekatkan kita? Menjauhkan kan? Maka kali ini ia menjadi hal yang “salah”.
Lho, tapi namanya hidup boros kan “salah”, mau ada tujuan atau tidak? Tergantung dari kaca mata siapa, dari kaca mata kita sebagai yang punya tujuan dan prioritas yang jelas ya itu salah. Tapi bagi mereka yang tidak punya tujuan dan prioritas ya apa salahnya, karena tujuan saja tidak ada maka apa yang mereka miliki tidak jelas peruntukkannya kan? Makanya jangan heran kalau mau dihamburkan sekali pun hal itu tidak menjadi sesuatu yang salah bagi mereka.
Kalau lagi-lagi diibaratkan perahu, ada perahu yang bersantai saja kerjanya, kita lalu bertanya pada perahu itu, kemana arah yang ia tuju, ia lalu menjawab “Tidak kemana-mana, menikmati waktu berlalu saja.” Ya karena tujuannya memang menikmati waktu berlalu maka yang ia lakukan ya menjadi “benar”, karena sejalan dengan yang ia tuju.
Tapi lain cerita kalau ketika perahu yang bersantai ini adalah si perahu di awal tadi yang perlu mencapai jarak 100 km dalam waktu 4 jam, dimana ia harus mempertahankan kecepatan 25 km/jam sepanjang perjalanan. Nah kali ini si aktivitas bersantai ini bisa jadi “salah” karena ia menjadi hal yang menjauhkan si perahu itu dari mencapai tujuan yang ia tetapkan.
Perkara salah atau benar ini memang sesuatu yang bisa bersifat subjektif. Maka itu, saya juga tidak akan terlalu berpanjang lebar membahas “salah” dan “benar” ini, yang ingin saya tekankan adalah bahwa dalam konteks bahasan episode podcast ini, definisi “salah” dan “benar” yang kita bicarakan mengacu pada apakah yang kita lakukan menjauhkan atau mendekatkan kita pada tujuan yang kita tetapkan.
Lalu bagaimana kalau demi mencapai tujuan ini kita jadi “melakukan segala macam cara”, yang penting yang kita tuju tercapai? Kalau seperti itu kan kacau juga jadinya.
Ya kembali ke penetapan tujuan yang kita buat. Perjelas dong penetapan tujuannya. Bukan semata soal apa yang kita ingin tuju, tapi juga “aturan” mencapai yang kita ingin tuju itu.
Misalnya kembali ke ilustrasi penetapan tujuan memiliki rumah sendiri tadi. Kita perjelas yang satu ini, kita perjelas tujuan “memiliki rumah sendiri pada bulan Juli 2025” ini menjadi “memiliki rumah sendiri pada bulan Juli 2025 dengan cara yang benar, yang tidak merugikan siapa pun, yang diberkahi Tuhan Yang Maha Kuasa.” Nah kali ini lebih jelas lagi kan? Hanya menambahkan beberapa kejelasan saja ia sudah mengubah cara kita menterjemahkan dan mencapai tujuan itu.
Jadi … jangan remehkan penetapan tujuan yang jelas, karena ia mempengaruhi banyak hal dalam hidup kita. Ia mempengaruhi kejelasan dari rencana dan tindakan yang kita buat untuk mencapainya, ia juga mempengaruhi cara kita mengelola prioritas, dan ia juga menjadi acuan sesuatu yang kita lakukan menjadi “benar” atau “salah”.
Jadi … jangan salahkah juga kalau ada orang-orang yang terlihat atau dikonotasikan “malas” karena yang mereka lakukan tidak jelas adanya, bisa jadi mereka bukan malas, tapi tidak punya tujuan yang jelas. Tidak punya tujuan yang jelas, maka tidak ada rencana-tindakan yang jelas, tidak ada pengelolaan prioritas yang jelas, tidak ada acuan yang dilakukan “salah” atau “benar”.
Jadi … bahaya tidak hidup tanpa tujuan yang jelas?
Sampai jumpa di episode berikutnya….
Closing Podcast:
Dapatkan lebih banyak inspirasi restorasi kehidupan dan transformasi diri dengan ikuti Instagram @alguskha dan Youtube Channel: ‘Alguskha Nalendra’.
Kunjungi juga website www.alguskha.com untuk temukan lebih banyak informasi menarik lainnya, termasuk untuk memesan layanan profesional bersama Coach Alguskha Nalendra, untuk membantu mendesain kehidupan terbaik yang layak Anda dapatkan sesuai jati diri otentik Anda.