“Dedicated Failure” – Sindrom Perusak Kesuksesan
“Dedicated failure” atau “kegagalan yang dipersembahkan” adalah frasa yang saya gunakan untuk menggambarkan kondisi ketika seseorang berulang kali mengalami kegagalan dalam hidupnya dimana kegagalan itu bersumber dari kemarahan yang tidak terselesaikan di pikiran bawah sadar (PBS).
Masalah ini biasa dialami oleh mereka yang di masa dewasa mengalami kualitas hidup yang tidak karuan. Mulai dari hubungan (relationship) yang bermasalah dengan pasangan, keluarga atau lingkar sosialnya, sampai ke masalah karir, keuangan dan banyak lagi, yang intinya menyiratkan “kualitas hidup yang kacau”.
Kemarahan yang melatari masalah dedicated failure biasanya adalah kemarahan yang ditujukan pada kalangan dekat, bisa berupa orang tua, pasangan, keluarga, atau siapa pun itu, yang menurut kita adalah sosok yang seharusnya memperlakukan kita dengan baik, namun dalam kenyataannya malah melakukan hal yang sebaliknya, yaitu menyakiti dan mengkhianati harapan kita.
Dalam dedicated failure, ada kemarahan yang sedemikian bergejolak, yang tertuju pada sosok yang dirasa menyakiti, namun kemarahan itu tidak bisa terekspresikan dengan leluasa, bisa karena seseorang merasa takut, merasa itu adalah hal tabu, atau tidak bisa mengekspresikannya karena memang tidak memungkinkan, misalnya tidak bisa lagi bertemu dengan sosok yang dirasa menyakiti (sudah meninggal atau pindah daerah dan tidak bisa lagi ditemui).
Di satu sisi ada gejolak reaksi kemarahan, di sisi lain ada keterbatasan untuk mengekspresikan reaksi kemarahan itu.
Emosi, yang dalam Bahasa Inggris adalah “emotion“, kerap kali diartikan sebagai “energy in motion” atau “energi yang bergerak/mengalir”.
Artinya, sebagai satu bentuk energi, emosi perlu mengalir dengan leluasa, menjadi sebuah energi kehidupan (life force) yang bisa kita pergunakan secara sehat, dimana “ekspresi” adalah salah satu cara mengalirkan energi yang bersumber dari emosi ini.
Manusia adalah makhluk yang tidak bisa lepas dari reaksi dan gejolak emosi. Dalam keseharian yang kita lalui tentu akan ada saja kejadian-kejadian yang memancing reaksi emosi dalam diri kita, yang ada kalanya menimbulkan “gejolak”. Gejolak inilah yang menjadi “beban” bagi sistem energi diri kita.
Disinilah ekspresi yang sehat, bisa dalam bentuk kegiatan fisik seperti olahraga atau aktivitas fisik lainnya, atau kegiatan yang bertemakan seni dan ekspresi diri, menjadi salah satu media mengalirkan kembali energi yang tadi terbebani itu, sehingga dampak dari gejolak yang sebelumnya muncul teringankan.
Ketika seseorang menjalani gaya hidup yang tidak memberikan ruang untuk berekspresi secara sehat, gejolak emosi yang terbentuk tadi jadi tidak mengalir dan menimbulkan “kemacetan energi”. Semakin banyak gejolak emosi yang tidak terekspresikan maka semakin besar juga tingkat kemacetan energinya.
Jika hal ini dibiarkan berlarut-larut maka akan ada dampak kerusakan yang fatal bagi diri kita, baik secara fisik (sakit-sakitan, gangguan pada tubuh fisik), atau pun secara mental (gangguan kejiwaan). Disinilah sistem proteksi (defense mechanism) diri kita bekerja untuk meringkankan beban itu agar tidak menimbulkan kerusakan berlebih, muncullah ekspresi yang tidak sehat sebagai cara mengalirkan energi yang macet itu.
Dedicated failure adalah salah satu ekspresi energi yang tidak sehat ini. Dalam dedicated failure seseorang mengekspresikan kemarahan di PBS-nya pada mereka yang dirasa menyakitinya dengan mengalami rangkaian kegagalan.
Harapannya, kegagalan itu menjadi “pesan” yang ditujukan pada mereka yang dirasa menyakiti, yang kurang lebih berbunyi “Aku begini gara-gara kamu.”
Meski memiliki energi dan daya yang besar, cara kerja PBS ada kalanya seperti anak kecil. Dalam dedicated failure, PBS ingin membuat orang yang dirasa menyakiti menyesali perbuatannya atau jadi “tidak enak hati” karena sudah pernah menyakiti.
Perhatikan perilaku anak kecil yang kesal pada teman atau orang tuanya. Bukankah ada kalanya cara mereka “membalas dendam” adalah dengan membuat teman atau orang tua yang dirasa menyakiti merasa “bersalah” atau salah tingkah? Respon bersalah atau salah tingkah itulah yang oleh anak kecil itu dianggap menjadi “bayaran yang impas”, seolah ada pemikiran “Kamu sudah menyakitiku, maka sekarang kamu pun merasa sakit, maka kita impas.”
Salah satu klien saya pernah mengalami fenomena dedicated failure tidak berkesudahan ini. Di masa dewasanya apa-apa yang ditekuninya kerap kali berantakan, mulai dari bisnis sampai ke hubungan bersama pasangan, hidup yang dijalaninya penuh nuansa “chaotic“.
Selidik punya selidik, ia tumbuh dengan dendam yang luar biasa pada orang tuanya yang dianggapnya egois, otoriter, dan banyak lagi anggapan negatif lainnya. Sepanjang hidupnya juga ia tidak pernah bisa mengekspresikan ketidaksukaannya pada orang tuanya karena takut.
Sekian lama memendam gejolak emosi, disinilah PBS yang memendam ketidaksukaan pada orang tua menciptakan dedicated failure, dengan terus-menerus mengalami rangkaian kegagalan dan kepahitan. PBS merasa dengan mengalami rangkaian kegagalan dan kepahitan, orang tuanya akan merasa malu, sedih dan bingung, semua reaksi emosi orang tua itulah yang bagi PBS dianggap sebagai “bayaran yang impas” atas gejolak emosi yang tidak pernah bisa diekspresikannya.
Uniknya, ketika ia bisa melepaskan dendam dan kemarahannya satu-persatu, kualitas hidupnya perlahan membaik. Bisnis dan hubungannya bersama pasangan ikut membaik. Terjadi “efek domino” yang membuat ia bisa mulai menata hidup dengan lebih teratur kali ini.
Meski nampak ajaib, hal ini bisa dijelaskan secara logis. Bagaimana pun juga seiring dendam dan kemarahannya hilang reaksi gejolak emosi yang ada di PBS sudah ternetralisir, sehingga PBS tidak lagi merasa dedicated failure sebagai suatu hal yang masih diperlukan, maka mekanisme kegagalan yang biasa dialami pun bisa dihentikan dan ia jadi lebih punya peluang kali ini untuk menata hidupnya sebagaimana ia menginginkannya.
Dedicated failure adalah sabotase tidak kasat mata yang bisa sedemikian menghambat kualitas hidup kita. Ironisnya lagi, ia sering kali bersifat halus dan tidak disadari.
Tiga pertanyaan yang bisa kita gunakan untuk mengenali keberadaan dedicated failure di kehidupan kita saat ini adalah:
- Adakah hal yang saat ini secara berulang terus berantakan, tidak berjalan sebagaimana seharusnya atau sebagaimana diharapkan, dalam hidup ini? Hal ini bisa kondisi kesehatan atau fisik yang kacau, hubungan yang berantakan, proyek yang macet, keuangan yang tidak karuan, dan sebagainya.
- Lihat riwayat masa lalu, adakah rangkaian pengalaman yang bertemakan kemarahan yang tidak terekspresikan? Kemarahan yang melatari dedicated failure bisa kemarahan yang kompleks, yang penuh dendam, karena perlakuan menyakitkan berkepanjangan, bisa juga kemarahan yang tidak terlalu kompleks, namun gejolaknya besar, misalnya kemarahan karena dikhianati.
- Jujurlah bertanya pada diri: dengan mengalami rangkaian kegagalan itu, apa pesan yang coba disampaikan pada mereka yang dirasa menyakiti? Apa yang diharapkan untuk mereka rasakan dengan kita terus mengalami rangkaian kegagalan ini? Seberapa kuat kita ingin mereka merasa bersalah atau tidak enak hati menyaksikan rangkaian kegagalan yang dialami?
Jika ketiga pertanyaan itu membuahkan jawaban yang menyiratkan gejala dedicated failure maka tidak ada salahnya untuk benar-benar menseriuskan diri membereskan persoalan ini dari sekarang sebelum dampaknya semakin memburuk di kemudian hari.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang konseling-hipnoterapi? Memerlukan layanan konseling-hipnoterapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari konseling-hipnoterapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.