Langkah Mempelajari Meditasi Hening
Daftar Isi
Menggeluti dunia teknologi pikiran dan kesadaran diri, sudah tentu topik tentang pengendalian pikiran menjadi satu tema pembicaraan yang tidak asing untuk dibahas dalam aktivitas sehari-hari saya bersama para klien.
Manusia dikatakan tercipta sebagai makhluk yang paling sempurna karena adanya akal pikiran, yang membedakan kita dengan makhluk lainnya, namun sebagaimana kalimat legendaris dalam film Spiderman berbunyi: “Bersama kekuatan yang besar, tersimpan juga tanggungjawab yang besar,” maka demikianlah kita ‘diamanati’ sebuah tanggungjawab untuk bisa mengendalikan pikiran ini sebaik mungkin untuk bisa menghasilkan kualitas hidup terbaik, kualitas hidup yang membawa manfaat bagi diri kita sendiri dan orang lain di sekitar kita.
“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang bermanfaat bagi sesamanya”, saya setuju sekali dengan kalimat itu, jika memungkinkan bagi kita untuk bisa memberi manfaat bagi sesama melalui pemikiran kita maka tentu baik sekali adanya, namun kalau pun tidak, seminim-minim yang bisa kita lakukan upayakanlah agar paling tidak pemikiran kita tidak membawa masalah atau pun menyulitkan sesama.
Pikiran yang – terkendali dengan – baik adalah modal dasar menjalani hidup yang berkualitas dan terkendali. Dengan pikiran yang terkendali dengan baiklah kita mampu menampilkan respon terbaik untuk merespon berbagai tuntutan situasi di sekitar kita dengan lebih penuh kendali.
Terbukti, mereka yang memiliki pengendalian pikiran yang baiklah yang mampu tetap mengendalikan perilakunya dalam berbagai situasi genting – atau situasi tidak menyenangkan lain – yang bagi kebanyakan orang menjadi ancaman atau ketidaknyamanan. Di saat orang lain sedang ‘kewalahan’ merespon situasi yang ‘tidak berpihak’, mereka yang mampu mengendalikan pikirannya dengan lebih terkendali akan lebih mampu mengendalikan respon-perilakunya, sehingga lebih mampu mengimbangi situasi untuk mendapatkan hasil yang lebih terkendali juga.
‘Pengendalian pikiran’ bukanlah suatu hal yang instan, di balik dua kata sederhana yang kita bicarakan sebenarnya tersimpan proses berkelanjutan yang perlu dilakukan untuk melatihnya secara bertahap sampai ‘kendali’ ini menjadi sesuatu yang kita dapatkan karena sudah terbiasa
Salah satu cara melatih pengendalian pikiran ini adalah sebuah aktivitas yang sudah biasa kita kenal sebagai: meditasi.
TENTANG MEDITASI
Membicarakan meditasi adalah sesuatu yang unik, jika ditanya apa yang muncul dalam pikiran ketika mendengar kata ini, jawaban yang kerap kali terdengar adalah gambaran tentang seseorang yang sedang duduk dalam posisi bersila, menutup mata, mengheningkan cipta dan mendapatkan kekuatan spiritual atau kesaktian tertentu.
Well, gambaran tersebut tidak sepenuhnya salah, dari segi postur dan aktivitas yang dilakukan memang yang digambarkan tersebut ada benarnya, namun yang tidak sepenuhnya tepat adalah soal ‘mendapatkan kekuatan spiritual atau kesaktian tertentu’.
Meditasi adalah salah satu bentuk aktivitas melatih pengendalian pikiran, namun ia berbeda dengan ‘bertapa’ atau ‘bersemedi’ untuk mendapatkan kesaktian tertentu. Dari segi peruntukkan, meditasi bukan dimaksudkan untuk mendatangkan kesaktian atau keajaiban tertentu, kalau pun ada ‘kesaktian’ atau ‘keajaiban’ dalam hal ini, maka ‘pikiran yang lebih terkendali’-lah yang akan saya golongkan sebagai kesaktian atau keajaiban sebagai hasil dari meditasi.
Catatan: saya katakan sebagai ‘kesaktian’ atau ‘keajaiban’ karena pikiran yang terkendali ini bukanlah perkara umum, tidak banyak orang yang mampu mengendalikan pikirannya dengan ideal, bahkan lebih banyak orang yang dikendalikan oleh pikirannya yang sedemikian liarnya dan membawanya pada berbagai jenis ekspresi serta pelarian yang tidak terkendali dan membawa dampak negatif secara moril dan materil.
Meditasi mengacu kepada sebuah proses dimana kita mengarahkan atensi kita pada suatu objek dan memertahankan atensi kita pada objek tersebut selama jangka waktu tertentu, diarahkan dan dipertahankannya atensi kita pada objek tersebutlah yang melatih kendali kita terhadap pemikiran kita sendiri.
Esensi dari meditasi ada pada pengendalian pikiran kita yang diniatkan untuk ditujukan pada satu hal tertentu. Sebagai manusia biasa sangat lumrah jika pikiran kita bisa begitu liar adanya, ia bisa memikirkan berbagai hal dalam satu waktu – baik disadari atau pun tidak disadari – yang menjadikan kita pada akhirnya dikendalikan oleh liarnya pikiran ini. Dalam meditasi, dinamika pikiran inilah yang setiap kali ia bergerak ke arah tertentu maka kita secara sadar berupaya mengendalikannya dengan mengembalikannya ke hal yang kita arahkan.
Stabilnya pikiran dalam kendali kita, menandakan pikiran kita memasuki gelombang otak Alpha atau Theta, yang menjadikan kondisi meditasi serupa dengan kondisi trance dalam hipnosis.
MISKONSEPSI YANG SALAH TENTANG MEDITASI
Membicarakan meditasi sebagai sebuah proses mensyaratkan kita untuk pertama-tama memahami dulu esensi dari meditasi, yang akan berhubungan juga dengan pentingnya meluruskan miskonsepsi – atau persepsi yang salah – tentang meditasi.
Apa saja persepsi yang salah tentang meditasi ini? Ada beberapa jenis, namun saya akan merangkumnya dalam 3 miskonsepsi saja.
Miskonsepsi pertama, meditasi mengharuskan kita untuk berada di posisi duduk bersila seperti ‘bertapa’ – yang nampak seperti tegang dan melelahkan.
Sekali lagi, esensi dari meditasi ada pada pengendalian pikiran, kondisi ketika pikiran ini sudah lebih terkendali adalah kondisi yang kita kenal sebagai kondisi ‘meditatif’. Karena yang menjadi sorotan utama dalam meditasi adalah pengendalian pikiran, maka tidak ada posisi tubuh yang baku untuk melakukannya, yang ada adalah posisi tubuh yang ‘direkomendasikan’.
Ya, posisi tubuh bersila dengan posisi tangan membentuk mudra (postur jari) tertentu adalah yang direkomendasikan, pada akhirnya nanti setiap posisi tubuh dan setiap posisi mudra memiliki fungsi dan peruntukkannya masing-masing jika kita hubungkan dengan ‘sirkuit energi’ dalam diri yang diaktifkan oleh posisi tersebut, namun yang satu ini sudah mengacu kepada teknik meditasi yang lebih mendalam, yang sudah melampaui esensi dasar dari meditasi itu sendiri.
Jika kita kembali ke esensi meditasi sebagai sebuah proses mengendalikan pikiran, maka bahkan dalam posisi bersandar atau berbaring pun sah-sah saja, namun posisi ini sering kali menjadikan sistem tubuh terlalu rileks, yang menjadikan kita akan lebih sulit mengarahkan atensi, yang terjadi malah mengantuk dan tertidur.
Postur meditasi yang ideal adalah postur tubuh dimana tulang punggung bisa tegak lurus, tidak menekuk dan tidak bersandar. Jika Anda termasuk seseorang yang kesulitan duduk bersila di lantai silakan pilih kursi untuk Anda duduk di posisi yang rileks dengan kaki menapak ke lantai, namun jangan duduk bersandar (jika kursinya memiliki sandaran), cukup duduk saja di bagian ujung kursi tersebut, biarkan hanya bagian pantat Anda yang duduk di kursi, sementara paha atas sampai kaki bagian bawah tidak mengenai kursi, otot paha dan kaki rileks menapak ke lantai, punggung dalam posisi tegak lurus dan kedua tangan diletakkan di atas paha dengan telapak tangan posisi membuka ke atas, rileks tanpa tenaga.
Miskonsepsi kedua, bahwa meditasi memberikan kita ‘kesaktian dan keajaiban’, meski kedua hal ini bisa saja tercapai karena dalam meditasi sirkuit energi kita menjadi terlatih (yang bisa berdampak pada meningkatnya intuisi dan kepekaan, yang diidentikkan dengan kekuatan magis), tetap saja bukan itu esensi dari meditasi.
Meditasi tidak ditujukan untuk Anda mendapatkan kesaktian atau keajaiban, melainkan memiliki pikiran yang lebih terkendali, pun demikian meditasi bukan proses dimana Anda akan ‘kesurupan’ karena adanya ‘makhluk gaib’ masuk ke dalam diri. Kondisi terarahnya atensi dengan baik dalam meditasi justru melatih fokus Anda agar lebih bisa ‘membentengi diri’ dari pengaruh negatif dari luar.
Catatan: tulisan tentang fenomena ‘kesurupan’ ini akan ditulis di kesempatan lain.
Miskonsepsi ketiga, meditasi mengharuskan kita untuk langsung fokus sampai tidak memikirkan hal lain, karena sedemikian fokusnya, bahkan sampai seolah ‘kosong’ (dalam Bahasa Inggris: blank).
Saya tidak mengatakan hal ini salah, pada akhirnya kondisi meditatif yang sangat dalam bisa saja menghadirkan sensasi kosong yang ‘hampa’, atau dalam Bahasan Inggris dikenal sebagai ‘void’ atau dalam bahasa tradisional sering disebut ‘suwung‘, yang menandakan pengendalian pikiran sudah terjadi di titik yang sangat mendalam, namun kondisi ini bukan sebuah kondisi yang terjadi dalam seketika dan harus dicapai oleh setiap orang yang mempelajari meditasi.
Bahkan mereka yang sudah bermeditasi tahunan lamanya pun memerlukan waktu untuk bisa memasuki kondisi ini dan ‘bertahan’ di kondisi ini selama beberapa saat lamanya secara stabil.
Saya biasa menjelaskan bahwa manfaat utama dari meditasi adalah ‘ketenangan batin’.
Batin yang tenang dan stabil adalah kunci menjalani kehidupan yang berkualitas, yang menjadikan kita tidak mudah menjadi pribadi reaktif oleh stimulus lingkungan dan bahkan sebaliknya, mampu menampilkan respon terbaik di setiap situasi yang mengharuskannya, disinilah melatih pengendalian pikiran melalui meditasi menjadi kunci pertama memperoleh batin yang tenang dan stabil.
Dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas hidup melalui pemrograman pikiran yang berkualitas, ketika seseorang memasuki kondisi meditatif yang dalam dan stabil, terjadi perubahan gelombang otak memasuki kondisi Alpha atau Theta, kondisi ini sejenis dengan trance dalam hipnosis. Kondisi trance memungkinkan pikiran bawah sadar lebih reseptif dalam menerima pesan mental (sugesti), maka di kondisi meditatif yang dalam ini juga kita bisa melakukan afirmasi mandiri untuk memprogram ulang isi pikiran kita dengan program yang lebih sejalan dengan harapan kita dalam menjalani kehidupan.
ILUSTRASI MEDITASI
Bayangkan sebuah botol yang berisikan air dan pasir, botol ini kemudian dikocok dengan kuat, apa yang menurut Anda terjadi pada air dalam botol itu, seperti apa ia terlihat? Anda tentu tahu jawabannya, yaitu keruh dan tidak karuan!
Namun cobalah meletakkan botol itu tanpa mengusik atau menyentuhnya sama sekali, perlahan-lahan air dan pasir dalam botol itu akan terpisah dengan sendirinya, pasir akan bergerak turun dan lama-lama kita bisa mendapati bahwa air dalam botol itu akan kembali terlihat lebih bersih, karena pasir dan kotoran yang asalnya mengotorinya sudah turun ke dasar botol itu.
Botol berisi air dan pasir adalah diri kita, air adalah pikiran dan pasir adalah segala hal yang berpotensi memicu stres dalam pikiran kita. Botol yang dikocok sampai air dan pasir menjadi keruh adalah perlambang dari diri kita ketika pikiran kita terganggu oleh stres, kita ‘terkocok’ oleh berbagai stimulus yang membuat stres itu semakin memperkeruh kondisi pikiran kita. Dengan banyaknya potensi stres dalam diri dan stimulus yang penuh tekanan dewasa ini, bisa kita dapati bahwa kondisi ini terjadi setiap hari, tidak heran jika ketahanan kita untuk menyikapi persoalan menjadi rendah, karena isi dalam diri kita sendiri keruh karena ‘kocokan’ kehidupan tadi.
Momen ketika botol kita diamkan, lalu air serta pasir menjadi terpisah adalah momen dimana kita dengan sengaja mengarahkan atensi untuk mendiamkan botol itu (yes: meditasi), tidak mengusiknya sama sekali, memasuki kondisi hening, yang menjadikan seiring dengan heningnya diri maka pikiran dan masalah dalam pikiran pun terpisah, kita jadi lebih bisa memandang dan menyikapi segala-sesuatu dengan pikiran yang lebih jernih.
Tapi bukankah keesokan harinya ‘botol pikiran’ itu kembali terkocok? Betul, itulah mengapa kita perlu membiasakan diri memberikan waktu khusus untuk mendiamkannya lagi dalam keheningan, sampai si pasir dan air itu kembali terpisah dan lagi-lagi kita bisa menyikapi segala-sesuatu dengan lebih jernih.
Seiring waktu, karena saking seringnya botol itu ‘terlatih’ untuk menstabilkan diri, maka lambat laun botol itu menjadi tidak mudah ‘goyah’, situasi di luar diri tetap tidak berubah, tetap memberikan ‘kocokannya’, namun botol itu tidak ‘terkocok’ atau isi dalamnya tidak tergoyahkan oleh kocokan itu, inilah tanda pikiran sudah lebih terlatih dalam menyikapi kehidupan, kita memiliki tingkat kesadaran yang berbeda karenanya, lebih mudah untuk mengendalikan respon dan lebih mudah untuk mengendalikan bagaimana pikiran akan dioperasikan, termasuk memprogramnya ulang.
Menarik bukan? Yes, itulah kenapa saya menyarankan sekali melatih meditasi ini secara rutin. Dari sekian banyak jenis meditasi yang ada, satu jenis meditasi paling mudah yang saya selalu ajarkan pada para klien saya adalah yang saya sebut sebagai ‘meditasi hening’.
MEDITASI HENING DAN LANGKAH MEMPELAJARINYA
Mari kembali ke ilustrasi botol, air dan pasir tadi, meditasi hening adalah proses dimana botol yang terkocok dengan air dan pasir di dalamnya menyatu menjadi satu ditenangkan, didiamkan tanpa diusik sampai lama-lama ia kembali jernih, kali ini kita akan mulai membahas langkah-langkahnya.
Sebelum memulai, saya ingatkan bahwa proses melatih meditasi hening ini bukan sesuatu yang instan, Anda harus siap melatih diri untuk membiasakannya secara bertahap sampai merasakan hasil yang ideal.
Pertama, mulailah dari niat dan persiapan siapkan waktu, tempat dan latar khusus dimana Anda sudah siap dan meniatkan diri untuk melakukannya di waktu dan tempat tersebut.
Tidak ada waktu khusus melakukannya, Anda boleh melakukannya kapan pun, namun sebagaimana Anda bisa membayangkannya, malam hari menjadi waktu dimana kebanyakan orang bisa melakukannya dengan tenang tanpa gangguan, karena kebanyakan orang lainnya sudah tidur dan tidak banyak bersuara. Alternatifnya, Anda bisa melakukannya di pagi hari, sebelum orang-orang mengawali hari.
Baik itu di pagi atau malam hari (atau bahkan keduanya, Anda melakukannya dua kali dalam sehari), esensinya sama, yaitu menjernihkan batin dalam beraktivitas.
Tempat melakuan proses ini pun sebagaimana Anda mungkin sudah bisa membayangkannya, yaitu tempat yang bersih, nyaman dan bebas gangguan, tempat dimana Anda bisa bermeditasi dengan tenang.
Anda tidak harus menyiapkan persiapan situasi apa pun, beberapa orang memang menyarankan untuk menggunakan pewangi atau lagu, namun saya tidak merekomendasikannya, agar Anda tidak tergantung pada ‘benda dari luar’ untuk membantu Anda bermeditasi, pengendalian pikiran adalah sesuatu yang hendaknya dilakukan oleh diri Anda, dari diri Anda dan untuk diri Anda sendiri, secara mandiri.
Kedua, putuskan posisi duduk yang akan Anda gunakan, saya menyarankan Anda duduk seperti yang saya jelaskan sebelumnya, yaitu postur tubuh dimana tulang punggung bisa tegak lurus, tidak menekuk dan tidak bersandar.
Anda bisa menggunakan kursi untuk Anda duduk di posisi yang rileks dengan kaki menapak ke lantai, namun jangan duduk bersandar (jika kursinya memiliki sandaran), cukup duduk saja di bagian ujung kursi tersebut, biarkan hanya bagian pantat Anda yang duduk di kursi, sementara paha atas sampai kaki bagian bawah tidak mengenai kursi, otot paha dan kaki rileks menapak ke lantai, punggung dalam posisi tegak lurus dan kedua tangan diletakkan di atas paha dengan telapak tangan posisi membuka ke atas, rileks tanpa tenaga.
Pastikan posisi duduk Anda rileks dan nyaman, jangan sampai meditasi Anda nanti terdistraksi oleh rasa sakit atau pegal karena posisi tubuh yang salah.
Ketiga, di waktu yang ditentukan persiapkan diri Anda memasuki kondisi meditasi dengan posisi duduk yang Anda sudah tentukan, berdoalah atau memusatkan atensi untuk menyatakan niat bahwa Anda akan bermeditasi selama waktu yang Anda tetapkan.
Keempat, siapkan pengatur waktu untuk Anda bermeditasi, seperti timer dan alarm. Stel timer selama waktu yang Anda tetapkan, tidak perlu terlalu lama, 20 menit maksimal setiap hari pun sudah baik adanya. Lebih baik 10 – 20 menit namun rutin setiap hari, daripada melakukannya 1 – 2 jam namun jarang-jarang, ilustrasi ini serupa dengan Anda yang ingin memperbesar atau melatih otot fisik tubuh Anda, lebih baik berolahraga dengan gerakan berjumlah sedang namun setiap hari daripada berlatih dengan gerakan berjumlah banyak-ekstrim namun hanya sekali-sekali.
Timer menjadi alat bantu yang sangat penting, untuk Anda yang memiliki kekhawatiran tersendiri takut bahwa meditasi Anda terlalu lama atau Anda tertidur dan terlambat beraktivitas karenannya, timer menjadi ‘penenang’ bahwa “Selama alarm belum berbunyi maka saya bisa rileks menikmati jalannya meditasi yang nanti berlangsung”.
Siap dengan waktu, tempat dan situasi, bersiap di posisi duduk yang nyaman, sudah meniatkan dan siap dengan timer yang sudah distel sesuai waktu ideal, maka waktunya memasuki langkah kelima, yaitu memulai.
Mulai saja meditasinya, tutup mata Anda dan mulai fokus pada satu hal yang akan menjadi titik tumpuan Anda untuk mengarahkan fokus, saya menyarankan Anda untuk memfokuskan atensi pada napas Anda, pada tarikan dan hembusan napas Anda, hayati saja setiap tarikan dan hembusannya, seolah Anda benar-benar menghayati setiap detiknya.
Langkah keenam, arahkan dan kembalikan fokus Anda.
Apa maksudnya? Begini, di titik ini sangat mungkin atensi Anda mulai terdistraksi, atensi yang Anda tadi arahkan bisa mulai teralihkan ke pemikiran tertentu yang muncul dalam diri, bisa juga teralihkan pada suara-suara di luar diri (jika kebetulan ada suara lingkungan di luar diri Anda), jika ini terjadi jangan menganggap meditasi Anda gagal, ini adalah hal yang sangat manusiawi adanya, cukup kembalikan atensi Anda pada napas dengan rileks dan lanjutkan fokus pada napas, jika atensi Anda mulai kembali teralihkan maka lakukan hal yang sama: kembalikan atensi pada napas.
Salah satu penyebab banyak orang merasa dirinya sulit bermeditasi adalah karena mereka merasa dirinya ‘gagal’, mereka tidak bisa meletakkan atensinya secara stabil dan konsisten, padahal diibaratkan botol dengan air dan pasir di dalamnya, tahap ini serupa dengan tahap dimana kocokan pada botol sedang kita kurangi bertahap sampai botol itu nanti diam dengan stabil, di tahap ini wajar jika masih ada ‘lompatan-lompatan’ pasir dalam air yang menjadikannya sedikit keruh, tidak perlu menganggap prosesnya gagal, cukup biarkan saja tanpa diganggu, artinya: tidak perlu merasa gagal karena terdistraksi, perasaan gagal dan ‘gemas’ karena merasa tidak mampu adalah salah satu gangguan yang menjadikan prosesnya berisikan ketidaknyamanan.
Setiap orang mengawali meditasi di titik yang berbeda, ada yang mengawali dengan potensi stres sedikit dan ada yang mengawali dengan potensi stres banyak, dalam ilustrasi sebelumnya hal ini dimaksudkan dengan jumlah pasirnya. Artinya, durasi yang diperlukan untuk membiarkan air kembali jernih bisa berbeda setiap orangnya, ada yang hanya mengalami distraksi sebentar saya lalu ia bisa memasuki mode hening dengan baik, ada yang memerlukan waktu lebih lama, ada yang bahkan memerlukan waktu sampai beberapa kali proses agar proses penstabilan ini bisa berjalan baik.
Mode ‘hening’ bukan mode dimana kita memasuki kondisi blank atau void (ini masih sangat jauh dalam perjalanan meditasi), melainkan mode dimana kita memasuki kondisi yang flow, sensasi jernih dan tenang, tetap menyadari segala-sesuatu namun merasa jernih dan tenang tidak terpengaruh oleh apa pun.
Langkah ketujuh, kenali dan kendalikan emosi. Ada kalanya ketika menjalani meditasi muncul distraksi berupa emosi, bisa berupa perasaan yang muncul entah dari mana, bisa juga ‘menyaksikan’ kenangan lama yang muncul entah dari mana, yang mengaktifkan emosi tertentu.
Idealnya Anda tetap bisa kembali fokus pada napas dan membiarkan apa pun yang muncul kembali mereda. Namun terdapat dua hal yang bisa Anda lakukan jika dinamika emosi ini muncul dalam skala yang cukup intens, terutama jika ada kenangan atau gambaran yang mengaktifkan emosi tersebut dengan intens:
- Tidak apa-apa untuk membiarkan kenangan atau gambaran itu hadir, namun selagi kenangan atau gambaran itu ‘bermain’, kita tetap fokus pada napas kita, tidak memikirkan apa pun sehubungan gambaran atau kenangan yang muncul, hanya ‘menonton’ dengan perasaan yang netral.
- Jika emosinya sangat intens, terutama kesedihan, sampai-sampai ia seolah menyeruak naik dan tidak tertahan, niatkan untuk mengekspresikan emosi itu namun dalam mode yang memegang kendali, yang tetap fokus pada napas. Biarkan saja emosi itu menyeruak naik menjadi tangisan atau ekspresi apa pun, namun terus pegang kendali dalam menahan desakan emosi itu, tetap fokus pada napas sampai emosi itu mulai mereda, jika rasanya dorongan emosi itu terlalu besar maka sudahi prosesnya, ini adalah tanda Anda perlu menetralisir emosi itu terlebih dahulu sebelum nanti melanjutkan kembali meditasi Anda, disinilah Anda sebaiknya menguasai teknik penyembuhan mandiri untuk menetralisir emosi negatif ini.
Langkah kedelapan, apa pun yang terjadi, banyak atau sedikit distraksi, tetap lakukan prosesnya sampai alarm berbunyi, jadikan itu tanda bahwa Anda sudah selesai dengan prosesnya. Ingat untuk selalu mengarahkan kembali fokus pada napas kapan pun ada distraksi apa pun.
Tutup prosesnya dengan doa atau ungkapan syukur.
Lakukan pola ini sampai Anda merasa waktu yang Anda biasa masuki terasa ringan dan mudah, jika Anda merasa waktu tersebut sudah terasa ringan dan bahkan terasa ‘sebentar’, maka silakan tambah waktu di timer Anda menjadi lebih lama, persiapkan juga diri Anda untuk bermeditasi lebih lama, semakin lama Anda bisa mengendalikan fokus maka semakin tinggi tingkat pengendalian pikiran Anda nantinya.
Catatan:
- Jika Anda mulai berhasil memasuki mode hening, cukup hayati saja mode itu sampai nanti alarm berbunyi, nikmati senyaman mungkin. Jika Anda sudah bisa berada di mode hening itu lebih lama dan lebih stabil, Anda bisa juga menyatakan afirmasi positif yang mendukung pencapaian Anda ketika berada di mode hening itu nantinya, hal ini akan membantu proses pemrograman ulang pikiran bawah sadar.
- Proses meditasi yang dijelaskan dalam artikel ini adalah meditasi ‘hening’, terdapat beberapa aktivitas yang serupa dengan meditasi, namun ditujukan untuk berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar, maksud dari ‘berkomunikasi’ ini memang memposisikan pikiran bawah sadar secara aktif sebagai ‘rekan bicara’, kita berkomunikasi dan menegosiasikan berbagai hal dengannya, yang satu ini sudah bukan menjadi bagian dari meditasi resmi, melainkan bagian dari teknik transformasi, akan dibahas di tulisan atau podcast lain.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang pengendalian pikiran? Memerlukan layanan konsultasi mental-emosional untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda? Atau ingin mempelajari keahlian teknologi pikiran seperti NLP, hipnoterapi dan lain-lain secara serius sampai bisa menggunakannya secara praktikal dalam hidup Anda? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.