Memahami Cara Kerja & Logika di Balik Tarot
Daftar Isi
Di luar sana ada begitu banyak orang yang memandang Tarot sebagai suatu perkara magis, semata karena ketidaktahuan mereka untuk memahaminya dari sudut pandang yang logis, padahal batasan antara magis dan logis sangatlah tipis sekali, sama dengan batas antara sihir dan sulap, ketika orang belum mengetahui logika di baliknya maka dinamainya fenomena itu sebagai magis atau sihir, tapi ketika logika yang membentuknya diketahui maka berganti juga namanya, menjadi sulap, atau fenomena logis.
Tarot adalah keilmuan yang unik, di satu sisi ia menyimpan sejarah tradisi panjang yang membuatnya menjadi bagian dari keilmuan berbasis budaya, namun pembelajaran dan penelitian terkini justru juga mengungkap berbagai sisi-sisi logis di balik Tarot, yang dijembatani oleh sebuah pemahaman yang disebut archetype.
Memahami archetype adalah kunci untuk bisa memahami Tarot secara logis, bahkan bukan hanya Tarot, melainkan juga berbagai keilmuan esoterik lainnya, itulah mengapa memahami archetype dan cara kerjanya ini menjadi prioritas pertama ulasan kita di artikel ini.
MEMAHAMI ARCHETYPE
Meski pada dasarnya bersifat logis, tidak bisa dipungkiri Tarot masih dianggap sebagai fenomena yang bersifat magis dan mistis, di kalangan masyarakat kita, hal ini bisa sepenuhnya dimaklumi, ada begitu banyak orang yang terheran bagaimana bisa dengan hanya bermodalkan setumpuk kartu, seseorang bisa membaca begitu banyak aspek kehidupan dari orang yang dibacanya.
Untuk itu, penting bagi kita dalam mengawali bahasan Tarot ini menyadari lebih dahulu pemahaman mendasar yang melandasi keilmuan Tarot dan berbagai keilmuan esoterik lainnya, semua ini agar kita bisa meletakkan berbagai pemahaman yang kita temukan sepanjang artikel ini dalam perspektif ilmiah yang bisa dijelaskan secara logis.
Mengawali bahasan kita ini, luangkan waktu sejenak untuk memikirkan kata ‘IBU’, ada kesan-kesan apa sajayang menurut Anda mewakili sosok ‘IBU’?
Kali ini, luangkan waktu sejenak untuk memikirkan kata ‘AYAH’, ada kesan-kesan apa yang menurut Anda mewakili sosok ‘AYAH’?
Sekarang tanyakan pertanyaan yang sama pada orang lain yang Anda kenal, baik kenal dekat atau pun baru pertama kali bertemu.
Akankah Anda dapati persamaan jawaban yang kurang lebih sejenis antara satu orang dengan orang lain ketika membicarakan makna di balik kedua kata tadi?
Pertanyaannya adalah: bagaimana bisa tercipta kesepahaman kesan antara Anda dan orang lain yang Anda tanya, yang padahal berbeda latar belakang, baik budaya dan pola asuh masa lalu?
Sebelum menjawabnya, mari sadari bahwa bukan hanya Anda dan orang yang Anda tanya yang berpikiran demikian adanya, masih ada banyak orang lain di luar sana yang memiliki persepsi yang sama atas hal-hal yang dibahas sebelumnya di atas.
Bahkan lebih meluas lagi, ada begitu banyak hal-hal yang dipersepsikan sama oleh orang dengan latar belakang berbeda, misalnya saja unsur alam, seperti api, air, angin dan tanah.
Dari mana pun seseorang berasal maka ia akan memiliki persepsi yang sama atas karakteristik dari benda-benda tersebut, termasuk ketika hal tersebut digunakan untuk menggambarkan sifat seseorang, seseorang yang digambarkan memiliki sifat api misalnya, tanpa harus menjelaskannya pun sangat mungkin Anda sudah bisa mengira-ngira seperti apa sifat positif dan negatif yang dimilikinya, yang bisa banyak digambarkan hanya dengan frasa singkat tersebut.
Mari kita coba, apa yang muncul di pikiran Anda jika mendengar bahwa seseorang memiliki sifat seperti air? Apa yang muncul di pikiran Anda jika mendengar bahwa seseorang memiliki sifat seperti angin? Apa yang muncul di pikiran Anda jika mendengar bahwa seseorang memiliki sifat seperti tanah?
Silakan samakan pendapat dengan teman lain yang bisa Anda tanya, sangat mungkin lagi-lagi Anda akan menemukan kesamaan pendapat dalam memaknai penjelasan dari unsur-unsur tersebut.
Kesamaan persepsi atas hal-hal yang bersifat simbolis ini sering kali terangkat dalam aktivitas komunikasi sehari-hari dalam bentuk kata sifat, seperti: “Orangnya angin-anginan”, atau “Dia sungguh keibuan”, atau “Semangatnya begitu membakar (api) suasana”, dan banyak lagi perumpamaan lainnya.
Kesamaan persepsi inilah yang seringkali disebut sebagai collective perception atau persepsi kolektif, yang tercipta dari pikiran bawah sadar kolektif (collective unconscious mind).
Perwujudan dari keyakinan kolektif inilah yang dikenal sebagai archetype, sedemikian pentingnya pemahaman mendasar akan hal yang satu ini, maka pembahasan dasar dari pemahaman archetype ini akan menjadi awal dari perjalanan kita dalam artikel ini dan melandasi keseluruhan prosesnya.
ARCHETYPE DAN KESADARAN
Membahas archetype mau tidak mau akan mengantarkan kita ke pemahaman mendasar tentang cara kerja pikiran dan kesadaran manusia, hal ini penting sebagai landasan awal untuk kita memahami segala hal yang akan tertuang di dalam program ini secara matang, pemahaman yang tidak memadai akan konsep archetype ini akan membuat program ini seolah bersifat mistis adanya dan mengaburkan kembali pemahaman dasar teknologi pikiran modern yang melandasi cara kerjanya.
Carl Gustav Jung, seorang psikiater legendaris asal Swiss yang menelurkan banyak landasan psikologi transpersonal memetakan konsep kesadaran sebagai berikut:
Pikiran Sadar Pribadi (Personal Conscious)
Merupakan bagian dari pikiran kita yang kita sadari, di dalamnya berisikan kehendak bebas, kemampuan berpikir kritis-analitis dan memori jangka pendek. Sehari-hari, secara sadar kita berpikir menggunakan kemampuan dari pikiran sadar ini.
Pikiran Bawah Sadar Pribadi (Personal Unconscious)
Merupakan bagian dari pikiran kita yang tidak kita sadari cara kerjanya namun justru menggerakkan 90% kehidupan kita. Pikiran bawah sadar pribadi mengendalikan fungsi fisiologi kita, seperti detak jantung, aliran darah dan gerak reflek.
Pikiran bawah sadar pribadi juga yang menyimpan memori jangka panjang dan emosi, namun berbeda dengan pikiran sadar yang menyimpan memori jangka pendek, pikiran bawah sadar pribadi menyimpan memori jangka panjang dan bahkan permanen. Segala detail memori dari sejak kita berada dalam kandungan tersimpan di pikiran bawah sadar.
Pikiran Bawah Sadar Kolektif (Collective Unconscious)
Inilah bagian dari pikiran yang dalam pemaparan Jung menyimpan misteri terbesar kehidupan, yaitu bagian dari pikiran manusia yang terhubung satu sama lain. Jika personal unconscious masih merupakan bagian dari kesadaran pribadi, collective unconscious mewakili kesadaran kolektif, artinya pemikiran yang dimiliki secara kolektif oleh manusia dan saling mempengaruhi.
Di ‘alam’ pikiran bawah sadar kolektif inilah secara tidak disadari kita terhubung dan berbagi pemikiran serta perasaan dengan orang lain. Apa yang dipikirkan secara pribadi mempengaruhi pemikiran kolektif dan begitu juga sebaliknya, apa yang dipikirkan secara kolektif mempengaruhi diri kita pribadi, meski tidak disadari cara kerjanya
ARCHETYPE SEBAGAI PROYEKSI KESADARAN
Alam semesta ini telah tercipta jutaan tahun, terdapat trilyunan umat manusia yang telah menjalani kehidupannya di dunia ini dan kembali ‘pulang’. Namun justru disinilah terjadi fenomena unik yang perlu kita pahami, mari ingat kembali bunyi dari Hukum Kekekalan Energi: “Energi tidak bisa diciptakan dan tidak bisa dimusnahkan, ia hanya bisa berubah dari satu bentuk ke bentuk lainnya.”
Lalu apa hubungannya dengan dunia kesadaran?
Begini, berpikir adalah sebuah proses yang menggunakan energi, ketika seseorang memikirkan sesuatu terus-menerus secara berkepanjangan, baik disadari atau pun tidak maka kesanalah energi terarah – dan membentuk medan energi (energy field) – dimana fenomena ini diwakili oleh kalimat: “Energy flows where attention and intention go.”
Satu orang saja yang terus-menerus memikirkan suatu hal secara intens sudah akan menghasilkan medan energi yang memadat dan membentuk karakter energi tertentu sebagaimana yang dipikirkannya, lalu bagaimana jika ada banyak orang yang memikirkan hal yang sama? Bukankah sudah tentu kepadatan energi dan karakternya semakin solid?
Secara fisik, manusia akan kembali berpulang pada Sang Maha Pencipta, namun sebagaimana Hukum Kekekalan Energi berbunyi, jejak medan energi dari pemikirannya yang sudah terlanjur tercetak akan tetap ada di alam semesta ini,
Nah, energi dari pemikiran kolektif yang memadat dan membentuk karakter yang solid inilah yang secara sederhana bisa kita artikan sebagai archetype, dimana keberadaan medan energi archetype ini tersimpan di medan kesadaran kolektif (collective unconscious mind), yang juga sering disebut sebagai Akashic Record, Morphic Field atau Astral Plane.
Beberapa hal yang perlu kita bahas di awal pemahaman archetype ini adalah:
Archetype Yang Lebih Dulu Ada Adalah Misteri Semesta
Dalam hubungannya dengan definisi ‘pemikiran kolektif yang memadat dan lalu membentuk karakter yang solid’, hal ini seolah menyiratkan bahwa pikiran pemikiran manusialah yang membentuk archetype.
Terlepas dari apakah hal ini benar atau tidak, beberapa pakar spiritual menyatakan bahwa alam semesta ini sudah memiliki sifat-sifat alami yang ketika manusia tercipta maka sifat-sifat alami ini masuk ke dalam diri manusia dan menjadi bagian alami dalam diri manusia, dalam perjalanannya pemikiran manusia ikut berkontribusi menambah jumlah archetype yang ada.
Jadi mana yang lebih dulu ada? Pertanyaan ini sama dengan pertanyaan “Lebih dulu ayam apa telur?” Tidak perlu terlalu memusingkannya, cukup pahami saja cara kerjanya bahwa keduanya saat ini saling terhubung satu sama lain dan terus-menerus saling mempengaruhi komposisi satu sama lain.
Kita Memiliki Archetype Pribadi Dalam Diri Kita
Pernah melihat seseorang yang sekali atau kebapakan sekali? Itulah karakter archetype pribadi dirinya yang terlihat di permukaan. Dikatakan ‘di permukaan’ karena sebetulnya ada lebih dari itu, ada banyak archetype lain dalam diri kita yang dari perpaduan semua jenis archetype itulah lahir komposisi kepribadian dalam diri kita.
Archetype pribadi ini ada yang bersifat alami (nature), yaitu turunan dari genetik leluhur, yang disebut genetic consciousness, dan ada juga yang bersifat bentukan (nurture), bisa dari proses identifikasi diri dengan budaya, lingkungan, orang tua dan keluarga, juga berasal dari proses imprint atau penanaman keyakinan dalam proses tumbuh-kembang seseorang.
Archetype Kolektif Tercipta Dari Pemikiran Kolektif
Alam semesta ini sudah memiliki archetype alami, jumlah archetype alami yang dikatakan sebagai ‘cetakan kesadaran’ ini tidak bisa dipastikan dengan akurat karena masih merupakan rahasia Illahi. Namun sesuai dengan bahasan sebelumnya, sebagai manusia ada kalanya kita memikirkan sesuatu secara intens dalam jangka waktu yang lama, energi yang terbentuk dari atensi dan intensi ini kemudian membentuk sebuah medan energi yang solid, maka itulah hal-hal yang bersifat mitos sekali pun jika diyakini secara kolektif dan secara intens maka lambat-laun karakter dari energinya akan terbentuk dan menjadi archetype.
Kekuatan Dari Archetype Bisa Kita ‘Pinjam’
Mengikuti paham ‘Energi mengalir ke mana perhatian dan niat terarah’, ketika kita memfokuskan perhatian pada archetype tertentu maka saat itu sebenarnya kita sedang ‘terhubung’ dengan archetype itu, keterhubungan ini bersifat 2 arah, atensi kita membuat keberadaan archetype itu semakin eksis dan di sisi lainnya energi dari archetype itu pun bisa kita pinjam untuk kita gunakan sesuai dengan keperluan yang sejalan dengan karakter energinya.
Itulah mengapa beberapa bangsa memiliki ritual untuk selalu mengingat leluhurnya, di satu sisi archetype dari leluhurnya tetap terjaga dan mereka pun bisa meminjam kekuatan dari archetype itu untuk mereka pinjam sesuai keperluannya. Adapun kualitas energi archetype yang kita akses bergantung pada beberapa hal:
- Semakin kita terhubung secara kultural dan genetik dengan archetype tersebut, maka semakin besar kualitas energi mereka yang bisa kita akses.
- Semakin kita memaknai archetype yang ingin kita akses secara positif maka semakin besar kualitas energi yang bisa kita akses.
- Semakin kita menyediakan berbagai material fisik yang identik dengan archetype tersebut maka semakin besar frekuensi energi yang kita pancarkan untuk bisa terhubung dengan archetype itu, di Indonesia hal ini biasa disebut dengan ‘sesajen’.
Disinilah memahami archetype sebagai medan energi, karakter dan berbagai proses yang menghubungkan kita dengan mereka akan membuka mata kita dari berbagai fenomena ‘mistis’ yang selama ini tak kita sadari.
Archetype Pribadi dan Archetype Kolektif Saling Mempengaruhi
Perlu kita sadari bahwa dalam diri kita terdapat archetype dengan beragam karakter dan fungsinya, dimana semua ini membentuk kepribadian kita yang terefleksikan (projected) ke luar diri kita, ada kalanya terjadi persinggungan antar archetype kita dengan orang lain karena ketidakcocokan karakter di antara kita dengan mereka.
Secara kolektif, pemikiran kolektif masyarakat akan memperkuat karakter archetype yang sedang dipikirkan secara kolektif tersebut, lama-lama archetype ini akan menjadi ‘iklim’ yang menyelimuti daerah tersebut, ada kalanya archetype ini berbenturan dengan archetype dalam diri orang tertentu yang menyebabkan terjadinya ‘resistensi’ yang membuat orang-orang itu mengalami siklus emosional tertentu, atau masalah-polemik dalam hidupnya, atau berkonflik dengan sekitarnya.
Memahami Kerja Archetype Memungkinkan Kita Memprediksi ‘Kejadian’
Alam memiliki archetype -nya sendiri yang menjadi ‘tema’ dari karakter energi kolektif alam yang sedang melanda alam raya ini.
Tema dari archetype kolektif yang mendominasi di suatu waktu tertentu selalu berganti dengan perhitungan waktu tertentu, pergantian dari iklim archetype ini oleh para leluhur jaman dulu dipelajari dan dipetakan polanya menjadi sebuah perhitungan, dari sinilah berkembang keilmuan Astrologi, Numerologi, feng shui, I-Ching, weton dan lain sebagainya.
Begitu juga diri kita, memiliki tema medan energi yang mendominasi permukaan kesadaran dan respon kita dalam menyikapi kehidupan, yang muncul berganti-ganti dengan sebuah pola pergantian waktu tertentu.
Dengan memahami siklus perputaran archetype ini kita bisa mempelajari pengaruh dari pertemuan antara medan energi ini, yaitu archetype kolektif alam dengan archetype pribadi. Ingatlah bahwa archetype pribadi membentuk siklus kepribadian kita, termasuk di dalamnya yaitu siklus kesehatan fisik dan siklus emosional, dari sinilah kita bisa ‘memprediksi’ perkiraan seperti apa kejadian yang akan kita alami jika siklus fisik-emosional dalam diri kita di waktu tertentu bertemu dengan archetype kolektif alam di waktu tersebut.
Apakah ini merupakan ramalan? Tentu tidak, karena melibatkan perhitungan yang matang di dalamnya, semakin tinggi pengalaman, pengetahuan dan kecakapan seseorang dalam melakukan perhitungan ini maka semakin akurat kemungkinannya (ingat: masih tetap kemungkinan).
Dengan memahami kemungkinan-kemungkinan inilah kita bisa mempersiapkan dan merancang strategi perilaku yang sejalan dengan prediksi pertemuan antar archetype tersebut, sehingga besar harapan kita, irama kehidupan yang kita jalani bisa lebih mulus adanya, itu juga yang melandasi munculnya Analisa Numerologi dan Astrologi yang bersifat Analisa prediktif untuk membaca potensi peristiwa yang akan terjadi di masa depan (biasa disebut Horary Astrology dan Horary Numerology).
TAROT & ARCHETYPE
Jadi apa hubungannya antara archetype dengan program ini? Mari sadari satu jenis archetype yang sedemikian kuatnya energinya di dunia ini, yaitu simbol, yang dalam berbagai budaya diwariskan dalam bentuk gambar, aksara simbolis, relif dan bahkan ‘rajah’, dimana kesemua ini diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi, ada kalanya generasi berikutnya hanya meneruskan penggunaan simbol itu tanpa menyadari artinya, tapi uniknya energi yang terkandung dalam simbol itu tetap bekerja.
Ya, simbol menjadi ‘penghubung’ atau ‘kunci’ antara medan kesadaran alam fisik (physical plane) dengan medan kesadaran alam astral (astral plane), dalam sebuah simbol tersimpan sebuah medan energi yang mengandung archetype, tergantung dari jenis archetype yang ada di dalamnya, maka lain juga cara kerja simbol tersebut.
Yang terjadi adalah para leluhur di jaman dahulu mengakses atau memadatkan archetype tertentu untuk kegunaan tertentu, lalu ‘menguncinya’ dalam bentuk simbol, nantinya ketika simbol itu dipakai ulang maka archetype yang melekat pada simbol itu ikut terakses lagi, sehingga memudahkan prosesnya.
Di luar dari archetype yang dilekatkan pada simbol secara sengaja, ada banyak juga archetype lain yang melekat pada simbol tertentu tanpa disengaja, mereka melekat pada simbol itu karena memang apa yang terkandung dalam simbol itu (warna, sosok, bentuk, atau detail lainnya) memang mewakili karakter dari archetype itu.
Tarot adalah keilmuan yang mempelajari keterhubungan dari archetype dalam simbol dengan ekspresi pikiran bawah sadar manusia, Studi psikologi transpersonal meyakini bahwa pikiran bawah sadar manusia berkomunikasi secara simbolis dengan kita, yaitu dengan menyampaikan simbol-simbol tertentu ke pikiran sadar dimana di dalam simbol ini tersimpan archetype dengan isi pesannya yang khas.
Proses ‘penyampaian pesan simbolis’ ini bisa terjadi melalui mimpi atau kejadian di luar diri kita yang memiliki makna simbolis, contohnya ketika kita mengalami pengalaman beruntun melihat angka tertentu secara berulang, atau melihat objek tertentu secara berulang (seperti melihat ambulan, atau binatang tertentu), lalu merasakan sensasi yang khas, yang sulit dijelaskan, kita menyadari bahwa seolah ada sesuatu di balik semua itu namun tidak bisa menjelaskannya secara logis.
Pikiran bawah sadar kita sebetulnya selalu berkomunikasi dan menyampaikan pesan pada kita, namun karena cara kerjanya tidak kita sadari dan kemampuannya yang hanya bisa berkomunikasi secara simbolis, hal ini menjadi sulit untuk kita pahami, terlebih ketika pikiran sadar tidak memiliki pengetahuan yang memadai untuk memahami makna simbol ini, maka pikiran bawah sadar terus berusaha memberitahu kita, yaitu dengan 3 cara:
- Memberikan pesan itu secara simbolis melalui mimpi, dimana segala simbol visual dan suara yang kita alami menyiratkan archetype yang khas dengan isi pesannya.
- Mengarahkan atensi kita pada berbagai objek yang seolah tidak sengaja kita tangkap dengan penginderaan kita, misalnya melihat angka tertentu berulang, melihat hewan tertentu berulang, melihat warna tertentu berulang, bukan berulangnya yang dilihat yang menjadi tanda, melainkan sensasi yang khas yang muncul ketika atensi kita terarahkan pada objek-objek tersebut, seperti ada kesadaran yang menyadari ada sesuatu di balik semua itu tapi kita tidak bisa menjelaskannya secara logis.
- Pikiran bawah sadar ‘mengirimkan vibrasi’ keluar diri kita untuk beresonansi dengan hal-hal yang frekwensinya sejenis, membentuk momentum yang menghasilkan kejadian tertentu yang berulang, lagi-lagi ada sebuah sensasi yang khas yang muncul ketika kita mengalami kejadian itu, ada kesadaran yang menyadari ada sesuatu di balik semua kejadian itu tapi kita tidak bisa menjelaskannya secara logis.
Kesamaan di balik semua tanda simbolis yang pikiran bawah sadar hadirkan adalah adanya archetype yang terlibat di balik semua itu. Melalui ratusan tahun pembelajaran dunia esoteric dan transpersonal, simbol-simbol yang mewakili archetype ini kemudian dipetakan menjadi gambar dalam kartu Tarot yang secara spesifik didesain sebagai media untuk membaca pesan apa yang ingin disampaikan oleh pikiran bawah sadar sehubungan dengan archetype pribadinya dan archetype kolektif yang sedang dihadapi di luar dirinya.
SEJARAH SINGKAT TAROT
Beberapa legenda menyatakan Tarot bermula dari Mesir, India atau Cina, namun penelitian terkini menyatakan bahwa Tarot berkembang di daerah Utara Italia pada abad ke-15 dan dikenal dengan nama Tarocchi.
Asal-muasal kemunculan Tarot untuk pertama kali beserta simbol-simbol yang ada di dalamnya masih menjadi misteri yang belum terdefinisikan jelas, bahkan di awal penyebarannya dulu ada kartu Tarot yang digunakan untuk permainan (sampai sekarang masih ada beberapa kartu Tarot yang digunakan untuk permainan, sama halnya seperti kartu permainan remi biasa).
Standar susunan kartu Tarot yang dikenal luas saat ini terdiri dari 78 kartu, 22 merupakan kartu Arcana Mayor (akan dijelaskan kemudian bersama Arcana Minor) dan 56 Arcana Minor yang terdiri dari 4 seri kartu, dimana setiap serinya memiliki nomor 1-10 dan Court Card (sejenis dengan Jack, Queen dan King di kartu permainan biasa).
Penamaan jenis kartu Tarot disebut sebagai Deck, ada banyak sekali ragam Deck yang beredar saat ini dengan segala ciri khasnya, namun satu yang paling menjadi standar penggunaan Tarot internasional adalah yang disebut sebagai Rider-Waite Deck.
Pada tahun 1781 Antoine Court Gebelin, seorang berkebangsaan Swiss menerbitkan sebuah buku berjudul Le Monde Primitif, yang mengulas bahasan simbol-simbol kuno agama dan budaya. Dalam buku itu De Gebelin menuliskan bahwa simbol-simbol yang ada di dalam Tarot sebetulnya mewakili simbol misterius Dewa-Dewi Mesir: Isis dan Thoth, dia juga mengulas bahwa istilah Tarot bermula dari bahasa Mesir: Tar (khusus) dan Ro (jalan), sehingga Tarot hendaknya diartikan sebagai ‘jalan khusus menuju kebijaksanaan’.
Sejak saat itu Tarot semakin terhubung dengan keilmuan Occultism, namun baru pada abad ke-19 seorang Occultist berkebangsaan Prancis yang bernama Eliphas Levi mengulas keterhubungan dari Tarot dengan Kabbalah, menurut Levi 22 kartu Arcana Mayor dalam Tarot mewakili 22 abjad kuno Ibrani yang tergambar di dalam Tree of Life dalam Kabbalah, Levi meyakini bahwa Tarot mewakili 22 abjad kuno Ibrani yang diberikan pada Enoch atau biasa dikenal sebagai Nabi Idris dalam budaya Islam.
Penemuan ini seolah menjelaskan betapa Tarot memiliki sejarah panjang yang mengungkap rahasia peradaban manusia, konsep pemahaman Tarot pun terus berkembang sampai bermuara pada lahirnya Rider-Waite Deck yang dikeluarkan oleh Arthur Edward Waite dan Pamela Coleman Smith, yang sejak saat itu menjadi standar dari pembelajaran Tarot modern sampai saat ini.
Pada tahun 1888 tersebutlah sebuah organisasi atau ordo yang dikenal sebagai Hermetic Order of the Golden Dawn, sebuah komunitas Rosicrucian di Inggris. Ordo ini dikenal sebagai ordo yang mempelajari dan memetakan berbagai pembelajaran esoterik kuno lalu dijadikan satu alur pembelajaran.
Berawal dari pembelajaran atas berbagai sejarah peradaban dan esoterik, dua orang anggota dari ordo ini yang bernama Arthur Edward Waite dan Pamela Coleman Smith mendesain sebuah Deck yang mewakili berbagai simbol esoterik, Astrologi dan Numerologi, Deck inilah yang kelak dan sampai saat ini dikenal sebagai Rider-Waite Deck.
Pada periode 1938-1943 salah seorang anggota ordo ini yang bernama Aleister Crowley mendesain sebuah Deck yang bernama Thoth Deck, dimana Deck ini pun menjadi salah satu Deck legendaris yang berkembang dan memiliki peminat tersendiri.
Struktur dasar dari kartu Rider-Waite Deck adalah 22 kartu Arcana Mayor yang melambangkan proses evolusi archetype dalam diri yang beresonansi dengan archetype kolektif alam serta 56 kartu Arcana Minor yang melambangkan dinamika archetype dalam beresonansi dengan archetype kolektif alam di tingkat yang lebih kecil/minor.
Semua simbol yang ada dalam Tarot melambangkan archetype, pada akhirnya yang kita ‘baca’ dalam kartu bukanlah gambarnya, namun archetype yang ada di balik setiap kartu tersebut. Lain Deck maka lain juga sejarah yang mengiringi dibuatnya Deck tersebut, maka lain juga archetype yang sedang dicoba disampaikan oleh pencipta Deck itu, itulah kenapa ketika menggunakan satu Deck tertentu penting bagi kita untuk memahami isi dari Deck itu, yaitu penciptanya dan sejarah lahirnya Deck tersebut, dengan memahami semua itu kita akan lebih mudah terkonensi dengan archetype yang terkandung di dalamnya.
Rider-Waite adalah salah satu Deck yang archetype di dalamnya dipetakan secara universal dan mudah dipahami dari sudut pandang psikologi modern, itulah mengapa Deck ini sering digunakan di awal pembelajaran seseorang mendalami Tarot. Nantinya seiring seseorang familiar dengan archetype, mereka akan dengan lebih mudah terhubung dengan berbagai jenis Deck mana pun, sehingga mereka bisa mengumpulkan berbagai varian Deck untuk dipakainya.
KEBETULAN YANG BUKAN KEBETULAN
Beberapa orang merasa aneh mereka menemui rentetan angka yang sama berulang kali, mengalami mimpi yang sama berulang kali dan bahkan beberapa orang merasa janggal karena mengalami kejadian yang sama – yang biasanya tidak mereka sukai/inginkan – dan sering kali sampai terus-menerus dalam hidupnya.
Terdengar dan terasa seperti kebetulan bukan? Tunggu dulu, jika itu memang hanya sekedar kebetulan tentu tidak akan ada kejanggalan di dalamnya. Kejanggalan itu muncul dalam 2 hal:
- Adanya perasaan atau sensasi aneh ketika menemui rentetan simbol yang muncul berulang, padahal bisa jadi kita juga menemui simbol-simbol lain berterusan dalam hidup kita di kesempatan lain tapi kita tidak merasakan perasaan atau sensasi aneh tersebut. Perasaan atau sensasi aneh itu tak ubahnya seperti sebuah kesadaran atau firasat dalam diri kita yang menyadari ada sesuatu yang aneh secara intuitif namun tidak bisa kita pahami secara logis.
- Adanya kesadaran bahwa kejadian yang dialami terus-menerus ini memiliki pola yang spesifik, ia terjadi ketika ada pola lain mendahuluinya. Jika tidak ada kesadaran yang menyadari hal ini maka bukankah rangkaian kejadian ini tak ubahnya sebatas kebetulan, namun adanya kesadaran yang menyadari kejanggalan inilah yang mengetahui bahwa ini terlalu aneh sebagai sebuah kebetulan.
Fenomena kebetulan yang bukan kebetulan inilah yang disebut sebagai synchronicity. Carl Jung menjelaskan synchronicity sebagai bertemunya kejadian di dalam dan di luar diri kita dengan cara yang tidak bisa dijelaskan sebab-akibatnya sehingga hanya terlihat seolah seperti sebuah kebetulan bagi yang mengamatinya.
Jadi apa maksudnya kejadian di dalam dan di luar diri kita ini? Inilah yang disebut bertemunya personal archetype di dalam Personal Unconscious dengan collective dan progressive archetype yang ada di collective unconscius.
Karena satu dan lain hal, ada kalanya personal archetype dalam diri kita tidak bisa bertumbuh secara sehat, bisa karena luka batin, trauma dan lain sebagainya. Disinilah terjadi sebuah keunikan, luka batin dalam diri yang belum terselesaikan, yang merusak keseimbangan archetype dalam diri ini keberadaannya disadari oleh kesadaran kita yang bertugas melindungi kita, kesadaran kita yang tidak menginginkan hal ini terjadi lalu berusaha memberitahu kita, namun karena pikiran sadar kita tidak bisa memahami pesan darinya maka kesadaran kita ini mencoba untuk memberitahu kita dengan cara yang lain, yaitu dengan mengirimkan pesan simbolis, biasanya berupa mimpi atau diarahkannya atensi kita pada hal-hal tertentu yang entah kenapa kita pun heran karenanya.
Pikiran sadar kita sebenarnya menyadari juga munculnya desakan pesan ini, yang ditandai dengan munculnya keheranan untuk menyadari munculnya pesan simbolis berulang ini. Ekspresi heran ini sebenarnya mewakili bertemunya pesan dari pikiran bawah sadar dengan pikiran sadar namun pesan ini belum bisa dipahami penuh oleh pikiran sadar, kondisi inilah yang memicu personal unconscious untuk ‘menggetarkan’ collective unconscious yang membuat kita bertemu dengan kejadian yang serupa dengan kejadian di masa lalu kita yang menjadi penyebab munculnya luka batin yang merusak keseimbangan archetype, ketidaksadaran kita untuk memahami pesan ini membuat lagi-lagi kejadian ini muncul berulang dalam hidup, tak ubahnya seperti nasib.
Sudah mulai bisa menebak kemana arah dari semua ini? Ya, resonansi personal & collective archetype ini disadari oleh pikiran bawah sadar kita namun tidak disadari oleh pikiran sadar kita, maka pikiran bawah sadar ini mengirimkan pesan berulang untuk kita pahami dalam bentuk simbolis, awalnya berupa angka dan mimpi, ketika tidak kunjung dipahami maka pesan simbolis ini berubah menjadi kejadian yang menyimbolkan pesan tertentu yang menyiratkan detail peristiwa tertentu dalam hidup kita.
Bagi yang tidak memahami pesan simbolis ini akan memaknainya sebagai kebetulan yang sulit dipahami, karena terjadi berulang-ulang, padahal hal ini terjadi karena getaran dari personal unconscious yang tidak dipahami ini ‘merambat’ ke collective unconscious dan beresonansi menyebabkan kejadian di luar terkondisikan merespon pesan dari personal unconscious ini, jika dibiarkan maka hal ini akan terlihat seperti nasib, maka itulah penting bagi kita untuk bisa memahami pesan simbolis ini dengan mengekspresikannya ke simbol yang khusus didesain untuk itu, dalam hal ini yaitu Tarot.
Ada berbagai macam cara untuk membaca pesan simbolis ini,beberapa kebudayaan di Cina mengadaptasi penggunaan Tea Leaf Reading (membaca daun teh) atau kadang menggunakan lemparan koin dalam I-Ching, esensi dari semua itu adalah sama, yaitu memusatkan atensi pada proyeksi pikiran bawah sadar dan menuangkannya ke suatu objek tertentu yang memiliki kapasitas untuk memetakan isi pesan itu.
Dalam prosesi Tarot Reading, ketika Querent (seseorang yang meminta kita untuk membacakan Tarot untuk mereka) menyatakan niatnya maka getaran dari personal unconscious-nya terekspresikan ke simbol yang ada di kartu Tarot, simbol-simbol yang ada di Tarot inilah yang ‘menceritakan’ kondisi resonansi personal archetype dari Querent dengan collective archetype di luar dirinya, Tarot Reader sebagai seorang interpreter yang memahami ekspresi simbolis ini kemudian ‘mengangkat’ pesan ini dengan berbagai cara, termasuk menginterpretasikannya secara interaktif pada Querent, di momen ketika pikiran sadar Querent menerima pesan ini maka saat itulah synchronicity terekspresikan secara sehat dan efeknya bisa kita sikapi secara positif.
Maka sadarilah, seorang Tarot Reader hendaknya bukan hanya membacakan Tarot untuk Querent, melainkan mengangkat informasi yang lebih dalam di dalam dimensi kesadarannya, maka itulah dengan teknik yang tepat Tarot bisa digunakan sebagai media konseling yang menyadarkan seseorang tentang banyak hal yang harus disadarinya di dalam kesadarannya sendiri.
SYNCHRONICITY & TAROT
Sejarah dasar tentang Tarot sudah sempat kita ulas di bagia atas sebelumnya, kali ini kita akan fokus pada bagaimana Tarot bisa sedemikian jauh terhubung dengan fenomena synchronicity.
Begini, pada dasarnya media yang digunakan untuk pembacaan simbol secara intuitif bisa berupa apa pun, baik itu menggunakan daun teh, lemparan koin atau apa pun, yang terpenting di balik semua itu adalah adanya niat dan atensi dari sang Querent untuk lantas memproyeksikan pikiran bawah sadarnya ke simbol atau objek tertentu, namun pola dari simbol atau pun objek yang digunakan tidaklah bisa sembarangan, perlu pemetaan akan collective archetype yang bisa diproyeksikan menjadi pola-pola tertentu dari objek yang digunakan untuk memproyeksikan pesannya.
Tarot adalah salah-satunya, dengan sejarah kelahirannya yang banyak disertai bumbu dan fenomena esoterik, Tarot menjadi refleksi dari perjalanan panjang para leluhur untuk memetakan pola pergerakan collective archetype dan resonansinya dengan personal archetype, dimana proyeksi ini dipetakan menjadi susunan berbagai kartu Deck Tarot yang dikenal luas saat ini.
Ada banyak sekali ragam Deck yang beredar saat ini dengan segala ciri khasnya, beberapa kartu Tarot yang terkenal di jamannya dulu adalah:
- Tarocchi of Venice, biasa dikenal sebagai Lombardi Deck, memiliki struktur yang sama dengan kartu Tarot modern saat ini.
- Tarocchi of Mantegna, berisikan 5 seri kartu dengan 10 kartu masing-masing serinya.
- Tarocchino of Bologna, ditemukan oleh Francois Fibbia, memiliki struktur yang berbeda dengan kartu modern saat ini, kartu ini tidak memiliki Court Card, sehingga hanya berjumlah 62.
- Minchiate of Florence, memiliki struktur yang unik, terdiri dari 78 kartu standar yang dipadankan dengan 20 kartu tambahan, yang melambangkan 12 Zodiac Astrologi, 4 Elemen (api, angin, air & tanah) dan 4 sifat Kardinal (kebijaksanaan, kesederhanaan, keberanian dan keadilan).
Selepas perioe 1440 bermunculan berbagai Deck baru, seperti Brela-Brambilla dan Cary-Yale-Tarocchi dan banyak lagi Deck lain yang berkembang sampai saat ini. Hal unik yang tetap terjadi sepanjang perkembangan dan modifikasi Tarot adalah struktur 78 kartu dengan simbol-simbol yang menjadi ciri khas dari setiap kartu ini tetap terjaga.
Apa pun jenis Deck yang digunakan, esensinya selalu sama, yaitu membaca pola sychronicity yang berpotensi terjadi antar archetype.
DEEPER PERSPECTIVE OF TAROT DECK & ARCHETYPE
Jika kita amati pola yang melandasi perkembangan Tarot dari masa ke masa, apa kiranya makna simbol yang tertuang di dalam kartu Tarot dan mengapa setumpuk kartu bisa menjelaskan banyak hal tentang diri dan kehidupan? Jawabannya adalah Archetype. Ya, simbol-simbol yang tertuang di dalam kartu Tarot mewaliki simbol dari berbagai archetypal energy yang ada di muka bumi ini, yang berevolusi dari masa ke masa. Simbol dari archetypal energy ini di dalam kartu akan terwakili oleh objek, warna, angka serta posisi objek di dalam kartu.
Archetypal energy yang diwakili dari setiap simbol dalam Tarot akan mengacu kepada pemahaman dasar elemen serta sifat-sifatnya, pemahaman dasar Astrologi serta interpretasinya, Numerologi dan Kabbalah, itulah mengapa memahami semua keilmuan ini akan mempertajam keahlian Anda dalam menginterpretasikan kartu Tarot, hal ini menjawab mengapa Anda mempelajari Transformational Numerology terlebih dahulu baru kemudian mempelajari Tarot. Pembelajaran Astrologi dan Kabbalah tidak Anda pelajari dalam program ini karena keduanya merupakan subjek yang jauh lebih kompleks.
Interpretasi simbol yang digunakan dalam Tarot mengacu kepada pemahaman yang kurang lebih serupa dalam aliran psikologi klasik Psychodynamic dimana di dalamnya berisikan proses yang disebut Dream Interpretation, itulah mengapa memahami Tarot juga memudahkan Anda melakukan proses Dream Interpretation karena keduanya membahas resonansi Archetype dalam diri.
Dengan mempertimbangkan banyak faktor yang melatari personal archetype Anda, dari situlah akan muncul kecocokan Anda dengan Deck yang Anda gunakan. Rider-Waite Deck termasuk ke dalam Deck universal yang bisa diterima semua orang, namun dalam perjalanannya Anda bisa memilih Deck Anda sendiri, kecocokan adalah kuncinya. Nantinya, silakan meluangkan waktu untuk mengakrabkan diri dengan Deck tertentu sebelum Anda memilihnya, selama Anda merasa cocok maka Deck itu akan beresonansi dengan Anda.
Mengacu kepada pemahaman synchronicity yang sudah dibahas sebelumnya, membaca Tarot menjadi sebuah media yang menghubungkan media synchronicity dengan archetype. Ingatllah bahwa personal archetype kita selalu beresonansi dengan progressive archetype, resonansi ini sebenarnya disadari oleh personal dan collective unconscious dalam diri kita, hanya saja hal ini tidak disadari oleh conscious mind yang bekerja di gelombang otak yang berbeda.
Beberapa orang melatih kesadarannya melalui meditasi dan aktivitas sejenis lainnya, semua ini mereka lakukan agar cara kerja pikiran bawah sadar ini bisa semakin disadari dan dikendalikan oleh pikiran sadar.
Resonansi personal dan progressive archetype ini melahirkan vibrasi yang kemudian oleh para leluhur diinterpretasikan melalui berbagai media, seperti daun teh (Tea Leaf Reading), koin (digunakan dalam I-Ching) dan media lainnya. Dari berbagai media yang digunakan, bisa dikatakan cukup sulit untuk memahami pesan dari media itu karena terbatasnya landasan interpretasi yang bisa dipelajari secara simbolis. Membaca daun teh misalnya, cukup menyulitkan karena data base tentang posisi dan bentuk daun teh tidak terlalu kuat keberadaannya dalam collective unconscious kita.
Lain dengan Tarot, bisa dikatakan Tarot merupakan media yang paling mudah digunakan untuk menginterpretasikan resonansi personal & progressive archetype ini karena menggunakan simbol visual. Sejak berabad-abad lamanya simbol visual menyimpan sebuah bahasa universal yang bisa dipahami oleh sesama dengan hanya melihatnya, itulah mengapa para manusia purba dan leluhur kita meninggalkan jejak kisah mereka dalam bentuk gambar di gua dan relief di candi. Meski para leluhur sudah tidak ada, archetype dari gambar itu masih ada, archetype itulah yang membantu generasi berikutnya untuk memahami isi pesan dari simbol-simbol visual itu.
Simbol visual ini berevolusi dari jaman ke jaman sampai ia terpetakan menjadi warna, objek dan posisi yang direpresentasikan dalam bentuk visual di masa kini. Gambar-gambar yang ada dalam kartu Tarot mewakili simbol-simbol visual yang telah berevolusi ini, yang akan beresonansi dengan personal unconscious ketika dipicu oleh sebuah niat (intensi) yang diproyeksikan padanya.
Ya, ketika seseorang menyatakan niatnya serta mengajukan pertanyaan pada seorang Tarot Reader dan Tarot Reader itu sendiri bersedia membacakan Tarot untuknya, maka saat itu juga intensi dari keduanya beresonansi dengan Deck yang akan digunakan, saat itu terbentuklah sebuah medan energi dari keduanya yang beresonansi dengan Collective Unconscious, Querent ‘menyerahkan’ kunci dari Collective Unconscious-nya pada Tarot Reader dan Tarot Reader ‘membuka’ kunci itu melalui media kartu Tarot yang digunakan, semakin seorang Tarot Reader memahami bahasa simbolis yang ada di dalam kartu maka semakin banyak informasi dari unconscious mind yang bisa diakses dan kelak dibacakan pada Querent.
Bukankah semua itu tak ubahnya seperti kebetulan? Bagi yang tidak memahami teorinya demikianlah adanya, namun sekali lagi synchroncity-lah kuncinya. Sejak intensi diluncurkan oleh Querent pada Tarot Reader maka saat itu synchronicity sudah terjalin, personal archetype dan progressive archetype sudah mulai terakses. Dengan kata lain, kunci dari membaca kartu Tarot terletak pada intensi, maka seorang Tarot Reader tidak bisa membacakan Tarot untuk orang lain yang tidak bersedia atau tidak meniatkan dirinya untuk dibacakan olehnya, karena tidak ada intensi yang digetarkan pada kartu Tarot sebagai media resonansi archetype antar individu.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang Tarot? Memerlukan layanan Tarot untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari Tarot secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.