Memahami Algoritma Pesan Pikiran Bawah Sadar Dalam Tarot
Senang sekali mendapati notifikasi bahwa dokumentasi video pembelajaran forum “Inner Evolution – Growth Circle” tanggal 6 Juli 2024 sudah ditonton oleh cukup banyak anggota komunitas ini.
Semoga apa yang dipelajari melalui video itu memperkaya wawasan kita tentang cara kerja pikiran bawah sadar dalam menyampaikan pesan kepada kita, dan bagaimana kita juga bisa berkomunikasi balik dengan pikiran bawah sadar, baik untuk menerima pesannya dengan lebih baik, atau pun untuk menyampaikan pesan pada pikiran bawah sadar.
Mereka yang sudah menonton video tersebut juga tentu sudah memahami bahwa cara berkomunikasi dengan pikiran bawah sadar ini bisa dilakukan melalui “media”, atau pun secara langsung dalam diri melalui proses yang serupa dengan meditasi.
Yang dimaksud “media” dalam hal ini adalah “alat bantu” dimana kita memproyeksikan pesan dari pikiran bawah sadar ke media tertentu yang memiliki pola dimana melalui pola itulah kita kemudian menganalisa pesan yang pikiran bawah sadar kita sampaikan.
Adanya media menjadikan adanya “ruang” antara kita dengan pesan yang disampaikan oleh pikiran bawah sadar. Hal ini yang memudahkan kita untuk memahami pesan itu dengan lebih baik karena pesan itu seolah “hadir di depan kita”, bukan semata “berputar-putar di dalam diri kita”.
Apa saja media itu? Ada banyak tentunya, lain tradisi lain juga media yang digunakan.
Beberapa tradisi menggunakan media koin, ada juga yang menggunakan bebatuan, atau pun tulang-belulang. Ada juga yang menggunakan simbol dan gambar, seperti yang kita kenal dalam “Tarot”.
Ya, berbeda dengan kebanyakan persepsi masyarakat awam yang menganggap Tarot adalah media “meramal”, latar belakang saya sebagai hipnoterapis yang menggeluti dunia pikiran bawah sadar justru membawa saya untuk memahami bahwa Tarot tidaklah berhubungan dengan meramal, melainkan membaca “pola ekspresi pikiran bawah sadar”.
Demikianlah, seperti di jelaskan di video dokumentasi forum pembelajaran Inner Evolution – Growth Circle, pikiran bawah sadar berkomunikasi dalam bentuk pola, dimana pola ini bisa terproyeksikan dalam berbagai bentuk, salah satunya yaitu berupa gambaran dan simbol, seperti yang kita alami ketika bermimpi. Hal ini yang menjadikan adanya proses interpretasi mimpi (dream interpretation) dalam beberapa aliran Psikoterapi klasik sebagai wujud memahami pesan simbolis dari pikiran bawah sadar atas hal-hal yang perlu kita sikapi.
Yang dilakukan dalam Tarot adalah memproyeksikan pola simbolis itu ke media visual yang sarat dengan simbol dan gambar, yaitu kartu Tarot.
Pola ini sendiri bukanlah sembarang pola, melainkan pola yang sangat kuno (archaic), yang berpijak pada konsep pikiran bawah sadar kolektif (Collective Unconscious) dimana frekwensi kesadaran kita semua terhubung satu sama lain di level kesadaran yang satu ini sebagai sebuah manifestasi energi kesadaran yang disebut “archetype“.
Collective Unconscious ada kalanya dikenal dengan sebutan lain, seperti Morphic Field, Archetypal Plane, Akashic Record, atau apa pun nama yang digunakan untuk menamainya. Apa pun nama yang digunakan, ada satu kesamaan konotasi di dalamnya, yaitu ia adalah sebuah level tidak kasat mata dimana berbagai energi kesadaran tersimpan di dalamnya.
Dalam pembacaan Tarot, aktivasi pikiran bawah sadar dimulai dengan adanya intensi yang khusus dan pertanyaan spesifik yang dinyatakan dalam diri dalam kondisi fokus dan rileks. Adanya kondisi fokus dan rileks ini saja sudah menjadi ciri dari kondisi trance dalam hipnosis, yang menjadikan kita mulai memasuki frekwensi pikiran bawah sadar dalam diri kita. Proses ini juga yang menjadi permulaan untuk mengaktifkan mekanisme “Transderivational-Search (TDS)” dalam pikiran kita atas informasi spesifik yang ingin kita akses dari pikiran bawah sadar.
Berikutnya, proses menjalin koneksi dengan pikiran bawah sadar ini kelak lebih jauh terproyeksikan dalam bentuk gerakan tangan ketika memilih kartu, yang dalam hipnosis termasuk ke dalam “Ideo-Motor Response“. Itulah kenapa proses mengacak (shuffling) dan memilih kartu dalam Tarot, termasuk proses “cutting the deck” menjadi proses yang esensial dan mensyaratkan teknik serta pemahaman tersendiri.
Di momen ketika kartu dibuka, maka saat itu penginderaan visual kita menangkap proyeksi gambar dan simbol dalam kartu Tarot yang digunakan, maka terpiculah reaksi di pikiran bawah sadar kita, yaitu dalam bentuk reaksi eksperimental, yang dalam NLP disebut sebagai “State“.
Ketika State aktif, maka akan ada struktur informasi dari pikiran bawah sadar yang ikut teraktifkan menyertainya, yang dalam NLP kerap dikenal sebagai “Submodality”. Namun demikian, karena simbol dan gambar yang digunakan dalam Tarot sendiri adalah simbol yang bersifat archaic dan membawa archetypal energy tertentu, maka reaksi dari State dan Submodality yang diaktifkannya pun lebih dalam, karena ada informasi dari Collective Unconscious yang ikut terakses.
Lain jenis kartu yang digunakan, akan lain juga simbol visual yang digunakan, maka lain juga dampak pengaruh dari resonansi simbol itu bagi pikiran bawah sadar seseorang. Itulah kenapa pemilihan jenis kartu Tarot yang tepat sesuai dengan preferensi kecocokan pikiran bawah sadar kita menjadi satu hal penting yang melandasi kualitas reaksi ini.
Munculnya reaksi State dan Submodality yang terkoneksi dengan Collective Unconscious inilah yang menjadikan pembacaan Tarot seolah bisa mengungkap berbagai hal yang tidak seseorang sadari dalam hidupnya, karena komunikasi dengan pikiran bawah sadar terjalin dengan lebih kuat kali ini.
Ketika pola komunikasi pikiran bawah sadar ini bisa dipahami, maka tercermin jugalah proyeksi dari Collective Unconscious atas potensi dari yang mungkin terjadi jika pola ini diteruskan, yang menjadikan proses analisa Tarot nampak seperti “meramal”. Namun demikian sebagai pola, selalu ada kemungkinan alternatif di dalamnya (alternative possibilities), hal ini yang menjadikan juga selain memberikan pola, pembacaan Tarot juga memberikan gambaran atas pola alternatif yang bisa terjadi jika pola itu dirubah, dari sinilah muncul “interpretasi solusi” atas tindakan terbaik yang bisa diambil untuk menyikapi pola yang sedang berlangsung.
Dengan kata lain, jawaban yang didapat dari proses pembacaan Tarot bukanlah jawaban dari “antah-berantah” atau “kuasa gelap” yang bersifat magis, melainkan dari pikiran bawah sadar kita sendiri yang melihat berbagai pola yang sedang berlangsung, termasuk alternatif pola yang bisa diambil sebagai solusi.
Ada “informasi kebijaksanaan/positif” yang akan dimunculkan pikiran bawah sadar kita dimana pesan ini berasal dari frekwensi kesadaran kita yang lebih tinggi, yang biasa dikenal sebagai “Higher-Self”. Namun ada juga “informasi bernuansa gelap/negatif” yang akan dimunculkan pikiran bawah sadar kita dimana pesan ini berasal dari frekwensi kesadaran kita yang lebih rendah, yang biasa dikenal sebagai “Lower-Self”. Kedua pesan ini selalu muncul dalam satu waktu, yang menjadikan tidak ada “kartu bagus” atau “kartu jelek” dalam pembacaan Tarot.
Ketika seseorang hanya fokus pada informasi kebijaksaaan saja maka ia bisa larut dengan “euforia” dan nuansa positif yang dihadirkannya, namun bisa saja ia lengah pada potensi negatif yang menyertai, yang padahal sudah diinformasikan oleh Lower-Self. Begitu juga sebaliknya, ketika seseorang hanya fokus pada informasi negatif, maka ia bisa larut dengan rasa cemas dan waswas yang dihadirkannya, namun ia tidak menyadari petunjuk positif yang menyertai, yang padahal diinformasikan juga oleh Higher-Self.
embaca pola ekspresi pikiran bawah sadar yang muncul dalam Tarot mengajak kita untuk memahami karakter Archetype di berbagai level, mulai dari level suwung (infinity), tunggal (unity), dualitas (duality), trinitas (trinity) dan elemental (dalam bentuk 4 elemen), barulah berbagai pola lanjutan lain yang tersimpan di balik 22 Arkana Mayor dan 56 Arkana Minor di dalamnya akan dipahami sebagai sebuah pesan yang lebih dinamis.
Namun demikian, lain media yang digunakan akan lain tradisi Archetype yang digunakan. Seperti pada tradisi I-Ching misalnya, yang menggunakan pemetaan Archetype sesuai tradisi Cina kuno, yang kelak dipetakan menjadi 64 algoritma mayor dan 384 algoritma minornya. Apa pun tradisi yang digunakan, yang terpenting adalah kita memahami bahwa semua itu adalah upaya untuk terhubung dengan pikiran bawah sadar dengan berbagai frekwensi yang ada di dalamnya, bukan semata ramalan yang tidak bisa dijelaskan asal-usulnya. Maka itulah, semakin kita memahami pola komunikasi pikiran bawah sadar dengan segala pola dan algoritmanya, semakin banyak informasi ini bisa kita pahami dengan lebih komprehensif.
Ingin mengetahui lebih jauh tentang Tarot untuk konseling dan transformasi? Memerlukan layanan konseling-terapi untuk membantu Anda dan/atau kerabat Anda yang membutuhkannya? Atau ingin mempelajari konseling-terapi secara serius sampai bisa berpraktik secara profesional dan sistematis? Silakan menghubungi ke kontak yang tertera.